Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TANGGUNG JAWAB PERAWAT TERHADAP TUGAS

DOSEN PEMBIMBING

Fitry Erlin,M.pd

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

1. Annisa Ayanti (21101007)


2. Lisa Salsabilla (21101021)
3. Atdri Yulma Endra (21101009)
4. Elisia Indriani (21101012)
5. Mairistiani (21101023)
6. Selvi Riyani Zai (21101040)
7. Putra Gunawan (21101033)
8. Novairul Fais (21101029)
9. Dewi Maharani (21101049)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

PAYUNG NEGERI PEKANBARU

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

T.A. 2021

Makala etika keperawatan Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas rahmat dan hidayah-Nya,penulis masi
dapat diberikan kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah yang berjudul dengan “Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas” disusun untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Keperawatan di Jurusan D3 Keperawatan. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tanggung Jawab Seorang
Perawat terhadap tugas.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitry Erlin selaku Dosen mata kuliah Etika
Keperawatan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Pekanbaru, 6 oktober 2021

Penulis

Makala etika keperawatan Page 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………..……. 1

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..….. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… ……….. 4

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………...… 4

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………..…… 4

1.3 Tujuan Penulis.………………………………………………………………………… 5

1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………………………..… 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 6

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas…………………………...…… 6

2.2 Hak dan Kewajiban Pasien dengan cacat fisik...………………………………………. 6

2.3 Dilema Etik ABORSI …………………..………………………………………...…… 8

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………..…… 11

3.1 Simpulan ………………………………………………………………………..……. 11

3.2 Saran …………………………………………………………..………………..……. 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..………...…….. 12

Makala etika keperawatan Page 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan
kewenangan dalam melaksanakan dan memberikan perawatan kepada pasien yang
mengalami masalah kesehatan. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan
berbagai fungsi yaitu fungsi independen perawat, fungsi dependen perawat dan fungsi
interdependen perawat. Fungsi utama dari perawat adalah membantu pasien atau klien
dalam kondisi sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui layanan
keperawatan.
Seorang perawat dalam melaksanakan tanggung jawab atau tugasnya harus memiliki dan
berpegang teguh terhadapa kode etik. Jika seorang perawat dapat berpegang teguh terhadap
kode etik tersebut maka kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Menurut Wijono D.(1999), kode etik adalah asas dan nilai yang berhubungan erat dengan
moral sehingga bersifat normatif dan tidak empiris, sehingga penilaian dari segi etika
memerlukan tolok ukur.
Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan.
Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.
Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi
perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu
berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Dengan adanya kode etik, diharapkan para profesional perawat dapat memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pasien. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Kode etik keperawatan disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini di
Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Apa sebenarnya tujuan dari kode etik keperawatan? Kode etik bertujuan untuk
memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang menyangkut masalah etika dengan
menggunakan model-model moralitas yang konsekuen dan absolut. Menurut Hasyim, dkk,
pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia.

Makala etika keperawatan Page 4


1.2 Tujuan Masalah
1.2.1 Untuk menjelaskan Tanggung Jawab Perawat terhadap tugas.
1.2.2 Untuk menjelaskan Hak dan Kewajiban Pasien dengan cacat fisik
1.2.3 Untuk menjelaskan dilema etik ABORSI.

1.3 Rumusan Masalah


1.3.1 Apa pengertian dari tanggung jawab perawat terhadap tugas ?
1.3.2 Bagaimana hak dan kewajiban perawat pasien dengan cacat fisik?
1.3.3 Apa itu ABORSI ?

1.4 Manfaat
1.4.1 Memahami dan meningkatkan mahasiswa mengenai apa saja tanggung jawab
perawat terhadap tugas.
1.4.2 Memahami bagaimana hak dan kewajiban perawat pasien dengan cacat fisik.
1.4.3 Memahami dilema etik mengenai ABORSI.

Makala etika keperawatan Page 5


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas


Tanggung jawab ( Responsibility) merupakan penerapan ketentuan hukum ( eksekusi )
terhadap tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat , agar tetap kompeten
dalam sikap dan bekerja sesuai kode Etik.
Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan siap menerima hukuman ( punishment )
secara hukum kalau terbukti bersalah atau melanggar hukum.

Tanggung Jawab Perawat Terhadap Tugas

1) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai


kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
3) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk
tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
5) Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika
menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
2.2 Hak dan Kewajiban Pasien dengan cacat fisik
hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan,
dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau
martabat. Dalam etika keperawatan, secara sederhana hak dapat dimaknai sebagai tuntutan
seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan,
moralitas dan legalitas.Hal tersebut melekat secara mutlak dalam profesi keperawatan dan

Makala etika keperawatan Page 6


dilindungi oleh peraturan perundangundangan (legalitas). Pasien juga memiliki hak yang
melekat secara mutlak dan harus dipenuhi oleh perawat, atau rumah sakit tempat ia
mendapatkan pelayanan kesehatan.
kewajiban adalah sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan. Kewajiban dalam etika
keperawatan adalah sebuah tanggung jawab baik dari seorang perawat maupun pasien
untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilaksanakan agar dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan hak-haknya. Kewajiban dapat juga dikatakan sebagai “pintu
muncul”nya hak yang artinya seorang perawat atau pasien tidak akan mendapatkan haknya
jika ia belum melakukan kewajibannya sebagai seorang perawat atau pasien.
Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Perawat dan Pasien adalah sebagai berikut:
a. UU RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. UU RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. UU RI No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
d. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktek Perawat
e. PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
f. Permenkes No 148/2010 g. UU Keperawatan No 38 Tahun 2014
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.
Penyandang disabilitas/Cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
mempunyai kedudukan, hak, kewajiban, serta peran yang sama dengan masyarakat
Indonesia lainnya dalam kehidupan dan penghidupannya. Oleh karena itu, diperlukan
adanya kebijakan pemerintah yang memperhatikan dan mewadahi tentang hak penyandang
disabilitas dalam kegitan kehidupannya dalam masyarakat. Penyandang Disabilitas adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami
hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan orang lain
berdasarkan kesamaan hak.
Pasien cacat fisik juga mempunyai hak dan kewajibannya seperti pasien lainnya.
pemerintah dengan adanya kebijakan atau peraturan perundang-undangan tentang
penyandang disabilitas merupakan sarana untuk mewujudkan kesamaan hak dan
kesempatan bagi penyandang disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri, dan

Makala etika keperawatan Page 7


tanpa diskriminasi. Upaya pemerintah dalam melindungi kehidupan penyandang disabilitas
sudah tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Seperti halnya
yang belum lama ini diterbitkan yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997
tentang Penyandang Cacat, yang sudah tidak sesuai lagi dengan paradigma kebutuhan
penyandang disabilitas.
untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan penyandang disabilitas adalah dengan
cara peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas, yang dilaksanakan melalui
kesamaan kesempatan, rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial. Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun1998 tentang
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas. Rehabilitasi yang
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian penyandang disabilitas
seperti dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut, dilaksanakan pada fasilitas
rehabilitasi yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Fasilitas
rehabilitasi tersebut berupa Pusat Rehabilitasi (Rehabilitation Center) yang
menyelenggarakan rehabilitasi secara terpadu dalam satu atap berupa rehabilitasi medik,
pendidikan, pelatihan, dan sosial.
Setiap penyandang disabilitas berhak memperoleh aksesibilitas dalam rangka
kemandiriannya. Agar para penyandang disabilitas mampu berperan dalam lingkungan
sosialnya, dan memiliki kemandirian dalam mewujudkan kesejahteraan dirinya, maka
dibutuhkan aksesibilitas terhadap prasarana dan sarana pelayanan umum, sehingga para
penyandang disabilitas mampu melakukan segala aktivitasnya seperti orang normal.
Penyediaan aksesibilitas tersebut dapat berbentuk fisik dan non fisik. Penyediaan
aksesibilitas yang berbentuk fisik dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum
meliputi aksesibilitas pada bangunan umum, aksesibilitas pada jalan umum, aksesibilitas
pada pertamanan dan pemakaman umum, serta aksesibilitas pada angkutan
umum. Sedangkan penyediaan aksesibilitas yang berbentuk non fisik, meliputi pelayanan
informasi dan pelayanan khusus.

2.3 Dilema Etik ABORSI


Dilema etik keperawatan adalah Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau
situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema

Makala etika keperawatan Page 8


etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang
perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Perawat harus
menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang menarik, tetapi
kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali tercapai
kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak
tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain
waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga
mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain permintaan klien
dapat dihormati.
Pengertian Aborsi
Abortus/aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Aborsi dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
a. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
 Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
 Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
 Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alcohol
b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
c. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
d. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Kasus
Seorang calon ibu Ny. A, umur 27 tahun sedang dalam proses perawatan di ruang ICCU
karena mengalami sesak berat. Ny. A didiagnosis CHF oleh dokter dan sedang dalam
keadaan hamil 4 bulan. hal tersebut dapat membahayakan baik bagi calon ibu maupun
janin yang dikandungnya. Petugas kesehatan menjelaskan bahwa jika kehamilan nya di
pertahankan maka bisa di pastikan nyawa ibu tidak akan selamat. Sehingga atas
pertimbangan medis kehamilan pasien harus dihentikan karena tidak ada jalan keluar lain.
Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.
Pembahasan Langkah-langkah atau Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik
banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses
keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, sebagai berikut :

Makala etika keperawatan Page 9


1. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah etik Hasil identifikasi masalah etik pada
kasus diatas adalah :
- Ny. A sedang menderita penyakit jantung kronik dan sedang hamil 4 bulan. Dimana
kehamilannya ini dapat membahayakan kelangsungan hidup dirinya, sehingga dengan
pertimbangan medis kehamilan sang ibu harus di hentikan. Masalah etik yang terjadi
adalah jika tetap di lakukan aborsi maka akan melanggar UU HAM, pasal 53 ayat 1(1):
Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup &
meningkatkan taraf kehidupannya.
-Berdasarkan prinsip etik (Prinsip justice) Individu memiliki hak untuk diperlakukan
setara, keadilan antara hak dan kewajiban, serta klien berhak mendapat pelayanan sesuai
dengan haknya. Tenaga kesehatan tidak menghormati Hak sang janin untuk Hidup. Suatu
pernyataan pernah dikemukakan bahwa janin yang ada dalam kandungan seorang wanita
merupakan makhluk hidup yang harus dijaga haknya untuk hidup.
- Perawat juga tidak menjunjung prinsip Non-Maleficence yang dikemukakan oleh Wilian
Frank, yaitu:
Seseorang tidak boleh jahat atau merugikan (Perawat bertindak merugikan dengan ikut
membantu memepersiapkan peralatan operasi aborsi. Dan secara tidak langsung telah
berbuat jahat). Dalam hal ini yang dirugikan adalah janin yang ada dalam perut sang ibu.

Makala etika keperawatan Page 10


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawat memiliki tanggung jawab pada tugasnya. Agar terlaksanakannya tanggung jawab
itu dibutuhkan kode etik. Seorang perawat harus dapat berpegang teguh terhadap kode etik
saat menjalankan tanggung jawabnya terhadap tugasnya. Dalam hak dan kewajiban semua
manusia memiliki hak dan kewajiban termasuk terhadap pasien cacat fisik, mereka
memiliki hak dan kewajiban seperti pasien lainnya, pemerintah bekerja sama dengan
rumah sakit berupaya untuk memberikan hak dan kewajiban terhadap penyandang
disabilitas. Pemerintah berupaya memberikan hak dan kewajiban mereka dengan baik.
Dalam dilema etik terhadap kasus aborsi. Aborsi berfungsi menghilangkan nyawa
seseorang baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik itu terpaksa maupun tidak
terpaksa, dan baik dilakukan secara halus mauapun secara kasar. Dalam hukum Indonesia,
dan sudut pandang agama tidak membenarkan adanya aborsi apapun alasannya. Karena
hidup dan mati seseorang ada di tangan Tuhan YME. Dan apabila hal tersebut terjadi akan
mendapatkan hukuman yang berlaku baik itu si pelaku ataupun yang membantunya.
Kecuali dalam kondisi mempertahankan nyawa salah satu dari ibu atau anaknya.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah
ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat mengetahui tentang apa itu tanggung jawab
perawat terhadap tugas, bagaimana hak dan kewajiban cacat fisik serta dilema etik dengan
kasus aborsi.

Makala etika keperawatan Page 11


DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/920/5/118600167_file5.pdf

file:///C:/Users/A%20C%20E%20R/Downloads/Documents/
KODE_ETIK_KEPERAWATAN_INDONESIA.pdf

file:///C:/Users/A%20C%20E%20R/Downloads/Documents/Etika%20Keperawatan%20dan
%20Keperawatan%20Profesional%20by%20Ngesti%20W.%20Utami,%20S.Kp.%20Mpd.,%20Uly
%20Agustine,%20S.Kp,%20M.Kep.,%20Ros%20Endah%20Happy%20P,%20S.Kp.Ns,%20M.Kep.
%20(z-lib.org).pdf

file:///C:/Users/A%20C%20E%20R/Downloads/Documents/
PMK_No._4_Th_2018_ttg_Kewajiban_Rumah_Sakit_dan_Kewajiban_Pasien_.pdf

https://pdfcoffee.com/download/dilemma-etik-casedocx-pdf-free.html?reader=1

Makala etika keperawatan Page 12

Anda mungkin juga menyukai