Disusun Oleh :
S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
0
KATA PENGANTAR
Puji Syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Kritis I. Kami menyadari kalau dalam
penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan doa,saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum :
1.3.1.1. Untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Kritis I
1.3.1.2. Untuk Membahas tentang hukum dan legal etik keperawatan untuk tren
dan issue keperawatan di lapangan
1.3.2 Tujuan Khusus :
1.2.2.1 Untuk mengetahui hukum dan legal etik keperawatan untuk trend dan
issue tentang keperawatan di lapangan
3
1.4 MANFAAT
Manfaat pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui hukum dan kode
etik dalam trend dan issue keperawatan. Serta memberikan gambaran hukuman yang
didapatkan jika seorang perawat lalai dalam melakukan tugasnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sanksi tersebut untuk memberikan efek jera kepada Aparatur Sipil Negara (ASN)
maupun yang bukan ASN agar tidak melakukan tindakan serupa yang bisa mencederai
nama baik instansi pemerintah. Apalagi ASN yang bertugas di pelayanan umum. "Secara
moral tindakan perawat itu salah meskipun tidak disengaja. Banyak tokoh masyarakat
menyarankan agar di-nonjob-kan dan diberi sanksi, dan sudah kami penuhi," ujar
Muzakki. Kejadian foto selfie tersebut pada Kamis (11/5/2017) lalu saat Kepala Desa
Karang Gayam, Kecamatan Blega, H. Dofir (43) mengalami luka berat setelah terlibat
5
carok dengan Muhammad Mahdi Muzakki (17). Dofir mengalami luka sepanjang 20
sentimeter di kepala bagian depan hingga daun telinga dan luka sayatan di lengan kanan.
Dofir kemudian meninggal dunia di Puskesmas. "Di samping karena pelanggaran etika,
perawat kami pindah ke Dinkes karena situasi di Karang Gayam dan Kecamatan Blega
kurang kondusif usai kejadian carok dua bulan lalu itu," kata dia. Muzakki sendiri
enggan menyebutkan identitas kedua perawat tersebut.
1. Hukum Administrasi
Hukum administrasi merupakan hukum dan regulasi negara bagian dan federal
yang terkait dengan praktik perawat. Di negara bagian terdapat suatu badan legislasi
yang berfungsi untuk mengukuhkan akta praktek perawat.
Dalam kasus diatas tidak melanggar hukum administrasi karena hukum
administrasi merupakan hukum yang menangani tentang izin praktik seorang perawat,
dan pada kasus diatas perawat tersebut sudah bekerja di salah satu Puskesmas di
Bangkalan Indonesia yang dimana memungkinkan perawat tersebut sudah memiliki
izin praktik sebagai seorang perawat.
2. Hukum Sipil
Hukum sipil merupakan area kedudukan kedua hukum yang mempengaruhi
praktik keperawatan. Salah satu area khusus hukum sipil, hukum kerugian,
membentuk landasan dari sebagian besar kasus sipil yang melibatkan perawat.
Dalam kasus diatas tidak termasuk ke dalam hukum sipil karena dalam hukum
sipil sendiri dijelaskan bahwa hukum sipil diperuntukkan untuk kasus yang
berhubungan dengan kasus sipil dan kerugian.
3. Hukum Perdana
Hukum perdana merupakan area ketiga hukum yang relevan dengan praktik
keperawatan. Berbeda dengan hukum sipil, dimana individu yang berseteru menuntuk
individu yang lain, hukum pidana terdiri atas kasus tuntutan hukum yang diajukan
oleh negara bagian, pemerintah federal atau setempat terhadap perawat. Dalam hal ini
yang termasuk proses pidana adalah penyerangan dan pemukulan, pembunuhan akibat
kelalaian, dan pembunuhan murni. Di Indonesia pengaturan sanksi pidana secara
umum diatur dalam beberapa pasal KUHP dan pengaturan secara khusus dapat di
jumpai pada pasal 190- 200 UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dalam kasus diatas perawat tersebut termasuk melanggar hukum perdana
dimana perawat tersebut melangar pasal :
a. Tidak memberi pertolongan kepada orang yang berada dalam bahaya maut
sesuai dengan Pasal 531 KUHP, yang berbunyi “Barang siapa
menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan
itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak mengkhawatirkan,
bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya, dihukum kurungan
6
selama-lamanya tiga bulan atau denda seanyak banyaknya 4.500,- Jika
orang yang perlu ditolong itu mati”
1. Autonomy
Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam
pengambilan tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan
suatu tindakan pengobatan kepada klien
Dalam kasus diatas perawat tidak melanggar kode etik autonomy karena
perawat tidak melakukan tindakan apapun pada pasien.
2. Beneficence
Beneficence adalah semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat
bagi klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar
tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong klien.
Dalam kasus diatas perawat telah melanggar kode etik ini karena perawat
sama sekali tidak melakukan tindakan kepada klien dan perawat lebih memilih
berfoto di hadapan pasien tersebut.
3. Non-maleficence
Non-maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip
primum non nocere (yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik,
psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.
Dalam kasus ini perawat melanggar kode etik ini karena dengan berfot
dengan pasien perawat ini sudah merugikan pasien dan keluarga karena data
pribadi pasien tidak di privacy dan pasien tidak bisa mendapatkan tindakan yang
maksimal dari perawat untuk keselamatan dirinya.
4. Veracity
Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan yang
sejujurnya tentang apa yang dialami pasien serta akibat yang akan dialami klien.
Dalam kasus diatas perawat melanggar kode etik ini karena perawat tidak
menyampaikan apapun kepada pasien karena sibuk berfoto.
5. Confidentiality
Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus bisa menjaga privasi
klien meskipun klien telah meninggal.
Dalam kasus ini ini perawat melanggar kode etik ini karena dengan berfot
dengan pasien perawat ini sudah merugikan pasien dan keluarga karena data
pribadi pasien tidak di privacy.
7
6. Justice
Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu
berlaku adil terhada klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain
sebagainya.
Dalam kasus ini perawat sudah melanggar kode etik ini karena perawat
tidak adil dengan tidak memberikan tindakan yang sesuai untuk klien sehingga
klien terlambat dalam mendapatkan pertolongan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan
penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang
dengan nilai nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan
tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan
keperawatan dapat dipertahankan
3.2 Saran
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri
atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan suatu dilema etik.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/pembahasan-isu-etik-dan-legal-kep-kritis-kelompok-2.html
http://zulaikaharissya.wordpress.com/kode-etik-dalam-keperawatan/
http://www.academia.edu/37945876/Kasus_Kelalaian_Keperawatan/
10