Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASPEK HUKUM DALAM KEPERAWATAN


Diajukan Untuk Mmemenuhi Tugas Kelompok Pada
Mata Kuliah Konsep Dasar Kepeerawatan(KDK)

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Dara Afriyenti (2202026)


2. Vedya Widahni A.P (2202052)
3. Adella Wjiaya P (2202018)
4. Indri Desri Valni (2202035)
5. Olan Fransisko (2202043)

Dosen Pengampu:
Ns. Indah Komala Sari ,M.Kep

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2022/2023

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala,
shalawa tserta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga
untuk para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas rahmat-Nya,
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Aspek hukum dalam
keperawatan” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “KONSEP DASAR
KEPERAWATAN” Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan
memberikan gambaran mengenai materi terkait . Sehingga pembaca dapat menggunakan
makalah ini sebagai literature pendukung dalam pengembangan bidang ilmu selanjutnya yang
terkait dengan materi .Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun bahasanya.
Maka penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
menjadikan makalah ini sebagai bahan literatur mengenai materi terkait.

Padang, 15 Desember 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR…………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………4
B. Rumusan Masalah……………………………………….5
C. Tujuan Masalah……………………………………...…..5
BAB II PEMBAHASAN
A. Aspek Hukum dalam Keperawatan……………………..6
B. Fungsi Hukum dalam Pelayanan Keperawatan…………7
C. Pentingnya Undang Undang Dalam Keperawatan.……..7
D. Undang Undang Dalam Praktek Keperawatan...………..8
E. Undang Undang Yang Berhubungan Dengan Kesehatan.11
F. Mencegah Masalah Hukum………………….………….17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………..……………...18
B. Saran-saran……………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Perawat sebagai tenaga profesional memiliki akuntabilatas terhadap keputusan dan
tindakannya.dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat
berbuat kesalahan dan kelalaian baik yang disegaja maupun tidak disegaja. Tugas tenaga
kesehatan berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU 23/1992 adalah menyelenggarakan atau
melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahliannya dan atau kewenangannya
masing-masing. Agar tugas terlaksana dengan baik, Pasal 3 PP 32/1996 menentukan “setiap
tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah.’’ Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU 23/1992 jo.
Pasal 21 ayat (1) PP 32/1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas diwajibkan untuk
memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Salah satu tenaga kesehatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan adalah tenaga profesi perawat.
Perawat merupakan tenaga profesional yang memiliki body of knowledge yang
khusus dan spesifik dan dalam menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan
tanggung gugat, sehingga perawat juga sangat terikat oleh atauran-aturan hukum yang
mengatur praktik tenaga kesehatan. Aspek hukum praktik keperawatan merupakan perangkat
hukum atau aturan-aturan hukum yang secara khusus menentukan hal-hal yang seharusnya
dilakukan atau larangan perbuatan sesuatu bagi profesi perawat dalam menjalankan
profesinya. Aspek hukum yang terkait langsung dengan praktik keperawatan diantaranya
adalah UU 23/1992 tentang kesehatan PP 32/1996 tentang tenaga kesehatan:
Kep.Men.Pan/II/2001 tentang jabatan fungsional perawat dan angka kreditnya: Kep.Men.Kes
1239/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat: Keputusan Direktur Jendral Pelayanan
Medik No. Y.M.00.03.2.6.956 tentang hak dan kewajiban perawat.
Perawat harus menyadari perubahan yang terjadi pada masyarakat saat ini terkait
kesadaran akan hak-haknya. Perawat sebagai salah satu anggota dari health providor harus
mengantisipasi dirinya dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang aspek-aspek
hukum yang berhubungan dengan jasa pelayanan/praktik keperawatan, demikian juga
kesadaran untuk melakukan tugas sesuai dengan standar profesi.

4
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas ialah sebagai berikut:

1. Apa pengertian hukum dalam praktek keperawatan ?


2. Apa fungsi hukum dalam pelayanan keperawatan ?
3. Bagaimana Pentingnya Undang Undang Dalam Keperawatan?
4. Apa Undang Undang Dalam Praktek Keperawatan?
5. Apa Undang Undang Yang Berhubungan Dengan Kesehatan ?
6. Bagaimana Mencegah Masalah Hukum?
C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah yang akan dicapai ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian hukum dalam praktek keperawatan.


2. Untuk mengetahui fungsi hukum dalam pelayanan keperawatan
3. .Untuk mengetahui bagaimana pentingnya undang undang dalam keperawatan
4. Untuk mengetahui undang undang dalam keperawatan
5. Untuk undang undang yang berhubungan dengan kesehatan
6. Untuk mengetahui bagaimana mencegah masalah hukum

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Hukum dalam Keperawatan
1. Pengertian Hukum
Menurut Deden Dermawan dan Sujono Riyadi (2010) hukum didefinisikan sebagai
Ugeran (norma) yang mengatur hubungan kemasyarakatan. Menurut KBBI hukum adalah
Undang-Undang peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,yang dikukuhkan
oleh penguasa,pemerintah atau otoritas. Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-
peraturan atau kaidah- kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan
tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Maka dari itu, Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai
manusia dalam kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak,
merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh
dan berkembang bersama masyarakat.

2. Pengertian Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan adalah Semua ketentuan hukum yang berlaku dan langsung dengan
pemeliharan kesehatan dan penerapan hak dan kewajiban perorangan atau masyarakat
menyangkut: pemberian dan penerima pelayanan kesehatan, sarana pelayanan kesehatan dan
pedoman medis.

Maka dapat disimpulkan pengertian hukum dalam praktek keperawatan adalah Segala
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang asuhan keperawatan terhadap klien
dalam aspek hukum perdata, hukum pidana dan hukum administarasi sebagai bagian dari
hukum kesehatan.

6
B. Fungsi Hukum dalam Pelayanan Keperawatan
Fungsi hukum dalam keperawatan antara lain :
1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan
yang sah dalam asuhan klien.

2. Hukum membedbkan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional kesehatan


lain.
3. Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.
4. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan.
5. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain.
6. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hokum

C. Pentingnya Undang-Undang Praktik Keperawatan


Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.
Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hokum (WHO, 20).
Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden
memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan
bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau
ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya. Ditambah lagi, pasal 53 bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Disisi lain secara
teknis telah berlaku Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat.

Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan


khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat.

7
Pada tahun 1989, PPNI sebagai organisasi perawat di Indonesia mulai
memperjuangkan terbentuknya UU Keperawatan. Berbagai peristiwa penting terjadi dalam
usaha mensukseskan UU Keperawatan ini. Pada tahun 1992 disahkanlah UU Kesehatan yang
didalamnya mengakui bahwa keperawatan merupakan profesi ( UU Kesehatan No.23, 1992).
Peristiwa ini penting artinya, karena sebelumnya pengakuan bahwa keperawatan merupakan
profesi hanya tertuang dalam peraturan pemerintah (PP No.32, 1996). Dan usulan UU
Keperawatan baru disahkan menjadi RUU Keperawatan pada
Tentunya pengetahuan masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan mutlak
diperlukan. Hal ini terkait status DPR yang merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat,
sehingga pembahasan-pembahasan yang dilakukan merupakan masalah yang sedang terjadi
di masyarakat. Oleh karena itu, pencerdasan kepada masyarakat akan pentingnya UU
Keperawatan pun masuk dalam agenda DPR RI.
Dalam UU Tentang praktik keperawatan pada bab 1 pasal 1 yang ke-3 berbunyi :
“ Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien disarana dan
tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan
kode etik dan standar pratik keperawatan.
Dan pasal 2 berbunyi :“ Praktik keperawatan dilaksanakan berdasarkan pancasila dan
berdasarkan pada nilai ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan
keperawatan”.

D .Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Praktik Keperawatan

Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para


perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum
bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat
menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan
yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering tejadi
dan beberapa perawat lulus pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak adanya kejelasan
tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat
dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah
yang mereka miliki.

8
UU Dan Peraturan Lainnya Yang Ada Di Indonesia Yang Berkaitan Praktek
Keperawatan :

1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah


mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan


tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan
apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan
dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan
tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada
tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan
pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan tenaga
kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur
landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga
belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat
ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri
karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

3. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis

Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah
dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3
dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada
pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai
negeri juga diberlakukan terhadapnya.
Yang perlu diperhatikan dalam UU ini,lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga
kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
propesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.

9
4. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan


(termasuk bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu
dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga
keperawatan.

5. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga


keperawatan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diizinkan mengadakan praktik swasta,
sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diizinkan. Dokter dapat membuka praktik
swasta untuk mengobati orang sakit dan bidan dapat menolong persalinan dan pelayanan KB.
Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan. Kita
ketahuai Negara lain perawat diizinkan membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif
banyak perawat harus menggantikan atau mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk
mengobati penyakit terutam dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak
dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah. Bila memang
secara resmi tidak diakui, maka seharusnya perawat dibebaskan dari pelayanan kuratif atau
pengobatan untuk benar-benar melakuan nursing care.

6. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/ 1986,tanggal 4


Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan system kredit
poin.

Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau
naik pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang kesehatan, yang sudah mencapai golongan
II/a, Pengatur Rawat/ Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S I Keperawatan.

System ini menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya dan tidak
tergantung kepada pangkat/ golongan atasannya.

10
7. UU kesehatan No. 23 tahun 1992

Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk


praktik keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik,
hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk
keperawatan.

Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan
pembuatan UU praaktik keperawatan adalah :

a. Pasal 32 ayat 4

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.

b. Pasal 53 ayat I

Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan


tugas sesui dengan profesinya.

c. Pasal 53 ayat 2

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar


profesi dan menghormati hak pasien.

E. UNDANG-UNDANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN

1. Undang – Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

Pasal 32

(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan keschatan diselenggarakan untuk mengembalikan


status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau
menghilangkan cacat.

(2) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan.
11
(3) Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

(4) Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.

Pasal 50

(1) Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bcrsangkutan.

Pasal 53

(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.

(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien.

Pasal 54

(1) Terhadap tenaga keschatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian data melaksanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kalalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

Pasal 55

(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan.

2. PP no.32 tahun 1996 tentang kesehatan

Pasal 4 (1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga
kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.

12
3. KepMenKes No.1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan

Bab III Pasal 8

(1) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan,
praktik perorangan dan atau kelompok.

(2) Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus
memiliki SIK.

(3) Perawat dalam melaksanakan praktik perorangan / berkelompok harus memiliki SIIP.

Bab IV Pasal 15

Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :

(1) Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa


keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

(2) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi : intervensi


keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.

(3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimanadimaksud huruf a dan b harus


sesuai dengan standart asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

(4) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari
dokter

Pasal 17
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan harus sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan pelayanan
berkewajiban mematuhi standar profesi.
Pasal 20
(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang / pasien, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15.

13
BEBERAPA MASALAH HUKUM DAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh para
ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi :

 Menandatangani Pernyataan Hukum


Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta untuk sebagai saksi. Dalam
hal ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat diinterprestasikan
menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan kesaksian perawat disarankan mengacu pada
kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari atasan.
 Format Persetujuan (Consent)
Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam bentuk yang
cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit memberikan format persetujuan pada awal pasien
masuk rumah sakit yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien untuk dirawat dan
menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan lain adalah format persetujuan operasi. Perawat
dalam proses persetujuan ini biasanya berperan sebagai saksi.

 Insident Report
Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai pasien,
pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera membuat suatu laporan tertulis
yang disebut incident report. Dalam situasi klinik, kecelakaan sering terjadi misalnya pasien
jatuh dari kamar mandi, jarinya terpotong oleh alat sewaktu melakuakan pengobatan,
kesalahan memberikan obat dan lain-lain. Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus segera
diberi tahu.
Beberapa rumah sakit telah menyediakan format untuk keperluan ini. Bila format
tidak ada maka kejadian dapat ditulis tanpa menggunakan format buku. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pencatatan incident report antara lain :

- tulis kejadian sesuai apa adanya

- tulis tindakan yang anda lakukan

- tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas

- sebutkan waktu kejadian ditemukan

14
 Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan merupakan salah satu komponen yang
penting yang memberikan sumber kesaksian hukum. perawat harus segera mencatat secara
jelas tindkan yang dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan serta mencantumkan waktu
tindakan diberikan dan tanda tangan yang memberikan tindakan.
 Pengawasan Penggunaan Obat
Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat. Obat ada
yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus dengan resep dokter. Obat-obat
tersebut misalnya narkotik disimpan disimpan ditempat yang aman dan terkunci dan hanya
oprang-orang yang berwenang yang dapat mengeluarkannya.
 Abortus Dan Kehamilan Diluar Secara Alami
Abortus merupakan pengeluaran awal fetus pada periode gestasi sehingga fetus tidak
mempunya kekuatan untuk bertahan hidup. Abortus merupakan tindakan pemusnahan yang
melanggar hukum, atau menyebabkan lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir
secara alami.
Abortus telah menjadi masalah internasional dan berbagai pendapat telah diajukan
baik yang menyetujui maupun yang menentang. Factor-faktor yang mendorong abortus
antara lain karena :

- Pemerkosaan

- Pria tidak bertanggung jawab

- Demi kesehatan mental

- Kesehatan tubuh

- Tidak mampu merawat bayi

Di Indonesia setiap tahun terdapat 2,6 juta kasus aborsi. Sebanyak 700.000 pelaku
aborsi itu adalah remaja atau perempuan berusia di bawah 20 tahun. Penyebab utamanya
adalah kurangnya perlindungan terhadap perempuan. ”Survei Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) 2006 menyebutkan, aborsi mengakibatkan 68.000 kematian. Aborsi menyebabkan
jutaan perempuan terluka dan menderita cacat permanen,” (Atwirlany).

15
Menurut Deputi III Perlindungan Perempuan Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan Endang Susilowati Poerjoto mengatakan, sebagian besar pelaku melakukan
aborsi lantaran kehamilan tidak diinginkan. Hal itu menunjukkan salah satu faktor utama
aborsi adalah kurangnya perlindungan terhadap perempuan.
“Dari penelitian who, diperkirakan 20-60 persen aborsi di indonesia adalah aborsi disengaja
(induced abortion). penelitian di 10 kota besar dan enam kabupaten di indonesia memperkirakan
sekitar 2 juta kasus aborsi, 50 persennya terjadi di perkotaan. kasus aborsi di perkotaan
dilakukan secara diam-diam oleh tenaga kesehatan (70%), sedangkan di pedesaan dilakukan oleh
dukun (84%). klien aborsi terbanyak berada pada kisaran usia 20-29 tahun.
Aborsi di indonesia dilarang lewat undang-undang (UU) ri nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dan juga untuk kalangan muslim lewat fatwa majelis ulama indonesia (MUI) nomor 4 tahun
2005. (tetapi fatwa membolehkan aborsi dalam keadaan darurat di mana nyawa ibu terancam).

Kontroversi Aborsi
Aborsi di Indonesia masih merupakan perbuatan yang secara jelas dilarang,
terkecuali jika ada indikasi medis tertentu yang mengakibatkan terancamnya hidup dari sang
Ibu. Di dunia Internasional sendiri dikenal dua kelompok besar yaitu pro life (yang
menentang aborsi) dan pro choice (yang tidak menentang aborsi) berikut dengan berbagai
argumentasi yang melatarbelakanginya.Di Indonesia sendiri, meski aborsi dilarang, namun
tetap banyak perempuan-perempuan yang melakukan aborsi. Baik dilakukan berdasarkan
indikasi medis tertentu maupun indikasi non medis.
Contoh A: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan dalam terminologi
adanya kekuatan yang melakukan pembersihan etnis dimana dia adalah salah satu etnis yang
hendak disapu bersih.
Contoh B: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan dalam konteks
kejahatan dalam keluarga.
Jika perempuan-perempuan ini diharuskan memelihara kehamilannya, kami yakin
dia akan menanggung beban psikologis yang berat dan melahirkan anak yang tidak
diinginkan akan merupakan beban dan pukulan kedua yang berat bagi mereka. Dan bisa jadi
anak yang dilahirkannya malah tidak diurus dengan baik.

16
 Kematian Dan masalah Yang Terkait

Masalah hukum yang berkaitan denagn kematian antara lain meliputi pernyataan
kematian, bedah mayat/otopsi dan donor organ. Kematian dinyatakan oleh dokter dan ditulis
secara sah dalam surat pernyataan kematian. Surat pernyataan ini biasanya dibuat beberapa
rangkap dan keluarga mendapat satu lembar untuk digunakan sebagai dasar pemberitahuan
kepada kerabat serta keperluan ansuransi. Pada keadaan tertentu misalnya untuk keperluan
keperluan peradilan, dapat dilakukan bedah mayat pada orang yang telah meninggal.

F. MENCEGAH MASALAH HUKUM

Malpraktik masih menjadi topik dalam dunia kesehatan. Berbagai praktik kesehatan
termasuk keperawatan ini sudah diarahkan untuk mencegah terjadinya malpraktik. Berbagai
UU praktik kesehatan telah mulai diupayakan untuk memberikan arahan bagi praktik
professional dan perlindungan bagi praktik kesehatan. Peradilan profesi semakin banyak
dibicarakan bagi pemikir hukum kesehatan (misalnya PERHUKI dan pemerintah) yang
nantinya dapat memberikan pengayoman hukum bagi tenaga kesehatan dan bagi masyarakat.

Dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan perawat yang
merupakan nurse defender terhadap masalah hukum :

1. Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda.

2. Jangan melakuakn apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya (bila perlu,
pelajarilah caranya).

3. Pertahankan kompetisi praktik anda, penting mengikuti pendidikan keperawatan


berkelanjutan.

4. Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan kesenjangan


pengetahuan/keterampilan, lakukan pengkajian diri, evaluasi kelompok, audit dan evaluasi
dari supervisor.

5. Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya adalah
sebagai berikut :
1. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan.
2. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan
semakin meningkat.
3. 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, memontum tersebut akan
digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang
Praktik keperawatan.
4. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-
Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat.
5. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-
Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam
jumlah besar.

B. SARAN
 Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban serta
kewenangannya.
 Seorang perawat hendaknya tidak boleh takut dengan hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara
pelayanan keperawatan yang profesional.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Rahajo J.Setiajadji. 2002. Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan Edisi 1. Jakarta:EGC

 Aiken,T.D. & Catalano,J.T. (1994). Legal. Ethical, and political issues in nursing.
Philadelphia
 Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.7637 tentang
Standar Asuhahan Keperawatan di Rumah Sakit Keputusan Musyawarah Nasional IV
Perastuan Perawat Nasional Indonesia No. 09/MUNAS IV/PPNI/1989 tentang
Pemberlakuan Kode Etik Keperawatan.
 Kozier, B. Erg,. G Blais, K., & Wilkinson, J., ( 1996 ). Pundamental of nursing :
concepts, process &practice. Calipornia : Addison Wesley Pub. Co, Inc.
 _______://genenetto.wordpress.com/2008/05/30/kasus-aborsi-di-indonesia-25-
juta-setahun/

19

Anda mungkin juga menyukai