Anda di halaman 1dari 20

SOP PEMASANGAN INFUS KATETER, OKSIGEN, UKNAH

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Siti Aisyah Nur,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

1. DARA AFRIYENTI
2. RANI DANI PUTRI

STIKES SYEDZA SAINTIKA S1 KEPERAWATAN


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
A. SOP Pemasangan Infus pada Bayi
Pengertian
: Memberikan sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena
Tujuan
:1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Pemenuhan nutrisi dan obat
Prosedur
: Persiapan pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi pasien
3. Beritahu pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat-alat
1. Cairan infuse, sesuai advis dokter
2. Scalpvein sesuai ukuran
3. Infus set
4. Standar infuse
5. Plester
6. gunting
7. Alkohol 70%
8. Kapas
9. Betadine
10. Spalk
11. Bengkok
12. Sarung tangan
Pelaksanaan
1. Cuci tangan dengan sabun, bilas hingga bersih dan keringkan dengan
handuk
2. Siapkan plester
3. Buka alat-alat steril dengan teknik aseptic
4. Siapkan cairan infuse, tutup botol didesinfektan dengan kapas alcohol
5. Atur putaran klem 2-4 cm dari tabung tetesan dan klem
6. Tusukkan infuse ke cairan, alirkan cairan dan gantung pada standar
infuse
7. Pasang tourniquet 10-20 cm diatas vena yang akan dipungsi dan pasang
pengalas
8. Gunakan sarung tangan
9. Antiseptik daerah yang akan ditusuk dengan alcohol
10. Lakukan vena pungsi dengan meregangkan vena, tusukkan jarum 1 cm
dibawah titik yang akan ditusuk dengan sudut 20-30°
11. Lihat aliran balik darah di tabung, tarik jarum dan masukkan pipa
kedalam pembuluh vena
12. Hubungkan pangkal jarum dengan selang infuse
13. Buka klem dan hitung tetesan cairan sesuai advis dokter
14. Fiksasi selang infuse dan pangkal jarum dengan plester
15. Pasang spalk
16. tuliskan tanggal, waktu pemasangan pada plester
17. Rapikan pasien
18. Kembalikan alat pada tempatnya
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan tanggal dan jam pemasangan, jumlah dan jenis cair

B. SOP Pemasangan Infus pada Anak


a. Alat dan Bahan
1. Standar infus.
2. Set infuse.
3. Cairan sesuai kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/abocath dengan ukuran yang sesuai.
5. Perlak/Alas.
6. Torniket/pembendung.
7. Kapas alkohol 70%.
8. Plester.
9. Gunting.
10. Kasa steril.
11. Spalak.
12. Betadin.
13. Sarung tangan.

b. Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan menggunakan bahasa yang dipahami
anak atau orang tua.
4. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan spike ke botol infus
(cairan).
5. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan bagian ruang tetesan sampai
ruangan tetesan terisi sebagian,buka penutup sampai slang terisi dan udara
keluar.
6. Letakkan alas.
7. Atur posisi dengan tidur terlentang dan minta bantuan untuk memegangi anak.
8. Lakukan pembendungan dengan torniket/pita karet.
9. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulasi.
10. Lakukan penusukkan dengan lubang jarum ke arah atas.
11. Periksalah apakah sudah masuk ke vena ang ditandai  keluarnya darah melalui
jarum infus/abocath.
12. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan slang infus.
13. Buka tetesan.
14. Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril.
15. Gunakan spalk un tuk fiksasi  daerah infus.
16. Tenangkan anak dan pastikan infus  diperlukan untuk membuat kondisi anak
lebih baik.
17. Buka sarung tangan.
18. Puji anak atas kerja samanya.
19. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester,serta inisial perawat yang
melaksanakan prosedur.
20. Rapikan alat dan bahan
21. Cuci tangan

C. SOP Pemasangan Infus pada Dewasa


Prosedur
1) Persiapan
a) Standar infus
b) Cairan yang akan diberikan
c) Infus set
d) Kapas alcohol 70% atau alcohol swab
e) Gunting
f) Plester/ hipafix
g) Hansaplas
h) Emla
i) Pengalas ( Perlak Kecil)
j) Bengkok
k) Tourniquet
l) Surflo atau abocath
m) Hand schoen
n) Alat cukur
o) Bak instrument
2) Pelaksanaan
a) Cuci tangan ( Sesuai dengan SOP cuci tangan)
b) Salam dan kenalkan nama petugas
c) Identifikasi pasien (sesuai dengan SOP Indentifikasi Pasien)
d) Salam dan kenalkan nama petugas
e) Jelaskan kepada pasien / keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan.
f) Pasang infus set ke botol infus dengan cara : infus set diklem dulu
kemudian tusukan ke botol infus, gantung cairan pada standart infus
dengan ketinggian kurang lebih 1 m dari tempat penusukan. Isi
tabung pengontrol (pada selang infus) sesuai batas. Klem di buka
penuh sampai cairan memenuhi selang.
g) Atur posisi pasien
h) Kenakan hand schoen
i) Tentukan vena yang akan ditusuk ( dimulai dari vena bagian distal)
j) Cukur daerah yang akan dipasang infus yang banyak rambutnya,
dilakukan pencukuran dulu
k) Pasang tourniquet
l) Desinfeksi area yang akan ditusuk arahnya melingkar ke luar dimulai
dari area tengah ke tepi dengan alcohol swab dengan diameter 5 – 10
cm
m) Beri emla cream pada vena yang akan ditusuk, tunggu 3 s/d 5 menit
n) Tusuk jarum infus / abbocath pada vena yang telah ditentukan
o) Lepaskan tourniquet
p) Lakukan fiksasi abbocath dengan hansaplas
q) Hubungkan abbocath dengan selang infus
r) Buka klem pada selang infus, …
w) Rapikan pasien dan rapikan alat-alat
x) Perawat cuci tangan
y) Catat tindakan dalam dokumen keperawatan
Prosedur : Persiapan pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi pasien
3. Beritahu pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat-alat
1. Cairan infuse, sesuai advis dokter
2. Scalpvein sesuai ukuran
3. Infus set
4. Standar infuse
5. Plester
6. gunting
7. Alkohol 70%
8. Kapas
9. Betadine
10. Spalk
11. Bengkok
12. Sarung tangan
Pelaksanaan
1. Cuci tangan dengan sabun, bilas hingga bersih dan keringkan dengan
handuk
2. Siapkan plester
3. Buka alat-alat steril dengan teknik aseptic
4. Siapkan cairan infuse, tutup botol didesinfektan dengan kapas alcohol
5. Atur putaran klem 2-4 cm dari tabung tetesan dan klem
6. Tusukkan infuse ke cairan, alirkan cairan dan gantung pada standar
infuse
7. Pasang tourniquet 10-20 cm diatas vena yang akan dipungsi dan pasang
pengalas
8. Gunakan sarung tangan
9. Antiseptik daerah yang akan ditusuk dengan alcohol
10. Lakukan vena pungsi dengan meregangkan vena, tusukkan jarum 1 cm
dibawah titik yang akan ditusuk dengan sudut 20-30°
11. Lihat aliran balik darah di tabung, tarik jarum dan masukkan pipa
kedalam pembuluh ven…
Alat dan Bahan
Standar infus.
Set infuse.
Cairan sesuai kebutuhan pasien.
Jarum infus/abocath dengan ukuran yang sesuai.
Perlak/Alas.
Torniket/pembendung.
Kapas alkohol 70%.
Plester.
Gunting.
Kasa steril.
Spalak.
Betadin.
Sarung tangan.

Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan menggunakan bahasa yang dipahami anak
atau orang tua.
4. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan spike ke botol infus (cairan).
5. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan bagian ruang tetesan sampai ruangan
tetesan terisi sebagian,buka penutup sampai slang terisi dan udara keluar.
6. Letakkan alas.
7. Atur posisi dengan tidur terlentang dan minta bantuan untuk memegangi anak.
8. Lakukan pembendungan dengan torniket/pita karet.
9. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulasi.
10. Lakukan penusukkan dengan lubang jarum ke arah atas.
11. Periksalah apakah sudah masuk ke vena ang ditandai  keluarnya darah melalui jarum
infus/abocath.
12. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan slang infus.
13. Buka tetesan.
14. Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril.
15. Gunakan spalk un tuk fiksasi  daerah infus.
16. Tenangkan anak dan pastikan infus  diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih
baik.
17. Buka sarung tangan.
18. Puji anak atas kerja samanya.
19. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester,serta inisial perawat yang
melaksanakan prosedur.
20. Rapikan alat dan bahan
21. Cuci tangan

D. SOP Pemasangan Kateter

PENGERTIAN

Pemasangan kateter urine ialah dengan melaksanakan insersi kateter Folley / Nelaton
melalui uretra ke muara kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

Tujuan

1. Monitoring urine output dengan cara ketat.

2. Memulihkan / mengatasi retensi urine akut / kronis.

3. Mengambil spesimen urine steril untuk pemeriksaan diagnostik.

4. Pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi.

5. Menentukan jumlah urine sisa setelah miksi

A. Persiapan Alat :

1. Alat Nonsteril.

a. Plester.

b. Nampan beserta alas.

c. Spuit 10 cc.

d. Bengkok atau nierbeken.


e. Alat tulis.

f. Pot.

g. Gunting.

h. Aquadest.

i. Jelly.

j. Betadine.

k. Kain penutup klien.

l. Bola kapas savlon.

m. Urine bag.

2. Alat Steril.

a. Handscoen steril.

b. Set kateter urine steril :

1) Pinset anatomis 2 buah.

2) Copies 1 buah.

3) Lidi kapas 2 buah.

4) Duk bolong 1 buah

Persiapan Klien :

Jelaskan prosedur & tujuan dilakukannya pemasangan kateter urine.

Implementasi

1. Memberikan salam terapeutik.

2. Menjelaskan tujuan tindakan.


3. Menutup sampiran.

4. Mencuci tangan.

5. Mengatur posisi klien, menganjurkan klien pada posisi supin dengan lutut ditekuk,
paha fleksi, kaki diletakkan ditempat tidur & tutupi klien dengan selimut atau kain.

6. Meletakkan pot di bawah bokong klien. Letakkan nierbeken diantara ke-2 kaki klien.

7. Membuka set steril, atur alat steril dengan memanfaatkan pinset, Buka Penutup kateter
letakkan kateter pada alat steril.

8. Menggunakan handscoen steril sebelah kanan terlebih dahulu, tangan sebelah kanan
digunakan mengambil pinset steril tangan kiri untuk membuka tempat bola kapas yg telah
diberi savlon. Letakkan bola kapas savlon pada copies. Pakai kembali sarung tangan
sebelah kiri.

9. Menutup perineal dengan menggunakan duk bolong.

10. Memegang glans penis dengan memakai tangan non dominan. Bersihkan glans penis
sekitar meatus urinaria dengan betadine jaga agar tangan dominan tetap steril, 1kali
usapan.

11. Mengolesi ujung kateter dengan jelly (minta tolong assistant).

12. Memasukkan kateter yg sudah diberi jelly kateter kurang lebih 6 – 10 centi meter
kedalam meatus uretra.

13. Memastikan urine tetap ke luar, selanjutnya kateter urine disambungkan pada urine
bag.

14. Melakukan fiksasi dengan cara memberikan injeksi air aquadesh ke dalam folley
kateter untuk mengembangkan balon kateter, supaya keteter tak mudah terlepas
(pemberian aquadesh sesuai aturan).

15. Menarik dengan cara perlahan-perlahan folley keteter untuk memastikan apakah
kateter telah terfiksasi dengan aman.
16. Menulis tanggal pemasangan kateter pada plester yg dapat direkatkan ke selang bag
urine dengan paha klien.

17. Memfiksasi selang kateter dengan plester & letakkan selang kateter pada paha klien.

18. Merapihkan klien & alat-alat.

19. Melepaskan handscoen dan buang pada nierbeken.

20. Mencuci tangan.

Evaluasi

1. Mengobservasi jumlah & karakteristik urine yg ke luar.

2. Memonitor kesadaran & tanda-tanda vital klien sesudah pemasangan kateter.

3. Melakukan palpasi kandung kemih & tanyakan adanya rasa ketidaknyamanan sesudah
pemasangan kateter.

4. Mengobservasi posisi kateter & drainage urine ke urine bag.

Dokumentasi

1. Mencatat pelaksanaan prosedur, kondisi perineum & meatus uretra.

2. Mencatat waktu pemasangan, & karakteristik urine (konsistensi, jumlah, bau, &
warna).

3. Mencatat respon klien selama prosedur.

4. Mencatat type, ukuran kateter, & jumlah cairan yg dipakai untuk mengembangkan
balon

E. SOP Pemasangan Huknah


a) . DEFINISI
Memasukkan larutan kedalam rectum dan kolon sigmoid. Memasukkan cairan
kedalam rectum guna membuang feses ( gas) dari kolon dan rectum.
HUKNA RENDAH : memasukkan cairan melalui anus sampai kolon desenden.
HUKNATINGGI TINGGI : memasukkan cairan melalui anus sampai kolon asenden.
b) TUJUAN

Huknah Rendah

Meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltic

Mengosongkan usus sebagai persiapan operasi, kolonskopi

Tindakan pengobatan

Huknah Tinggi
Membantu mengeluarkan feses akibat konstipasi atau impaksi fekal
Membantu defekasi normal sebagai bagian dari program latihan defekasi ( bowel
training program)
Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostic
c) INDIKASI
Konstipasi
Deficit perawatan diri, toileting
Persiapanoperasi
d) PERSIAPAN PASIEN
Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan
e) . PERSIAPAN ALAT
1. Irrigator lengkap ( irrigator, selang, klem, selang rectal
2. Ukuran selang rektal untuk bayi dan anak – anak 10-12 G French, 22-26 G
Frenc Untuk dewasa
3. Cairan ( air hangat, NaCl 0,9% hangat, air kran, larutans abun)Bayi 150 - 250
cc
4. Toddler 250 - 350cc
5. Usia sekolah 300 - 500 cc
6. Remaja 500 - 750 cc
7. Dewasa 750 - 1000 cc
8. Bengkok, vaselin / jel
9. Beberapa potong kain kassa
10. Alas bokong
11. Selimut mandi
12. Pot / pispot dan tutupnya, air cebok dalam botol, kertas closet atau tissue
13. Bangku untuk pot
14. Standar untuk irrigator
15. Sarung tangan
16. Skort
17. Sampiran bila perlu

f). CARA KERJA

Jelaskan prosedur kepada klien

1. Tutup ruamgan / pasang sampiran


2. Bantu klien pada posisi miring kekiri ( lateral kekiri) untuk huknah rendah dan
miring kekanan untuk huknah tinggi dengan lutut kanan fleksi,. Anak – anak
pada posisi dorsal rekumben
3. Letakkan perlak dibawah bokong
4. Pasang selimut mandi, area anal yang kelihatan
5. Pasang irrigator set ( irrigator, selang, klem, selang rectal)
6. Gantung di standar irrigator
7. Tututp klem pengatur
8. Masukan larutan ke irrigator sesuai indikasi ( jenis dan diklem lagi )
9. Letakkan standaran irrigator dekat klien ( dekat bokong sebelah kanan untuk
huknah tinggi dan sebelah kiri untuk huknah rendah)
10. Letakkan pispot dekat tempat tidur
11. Cuci tangan, pasang sarung tangan dan pasang skort
12. Beri pelumas / gel 3-4cm pada ujung selang rectal
13. Dengan perlahan regangkan bokong dn cari letak anus, instriksikan klien
rileks dengan menghembuskan napas perlahan melalui mulut
14. Masukkan selang rectal secara perlahan dengan mengarahkan kearah
umbilicus klien, panjang insersi 7,4-10 cn untuk dewasa,5-7,5 untuk anak-
anak 2,5-3,5 untuk bayi. Tarik selang dengan segera jika ditemukan obstruksi
15. Naikan irrigator secara perlahan sampai pada keitnggian diatas anus (30-45
cm untuk hukanh tinggi dan 30 cm untuk hukanh rendah dan 7,5 cm untuk
bayi.
16. Buka klem dan alirkan secara perlahan. Waktu pengaliran sesuai dengan
pemberian volume cairan ( 1 liter dalam 10 menit)
17. Bila klien mengeluh kram, rendahkan irrigator atau klem selama 30 detik,
kemudian alirkan kembali secara lambat
18. Klem selang setelah larutan habis
19. Beritahu klien untuk menahan napas ketika selang ditarik
20. Letakkan tissue pada sekitar anus dan Tarik selang anus secara perlahan
21. Buang tissue pada bengkok
22. Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi adalah normal. Minta klien untuk
menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat tidur, untuk bayi
dan anak – anak dengan perlahan pegang kedua bokong selama beberapa
menit
23. Singkirkan irrigator set dan selang tempat yang sudah disediakan
24. Atur posisi terlentang
25. Bantu klien ke kamar mandi atau pasang pispot di bawah bokong
26. Observasi karakter feses dan larutan ( beritahu klien jagan menyiram toilet
sebelum feses di observasi oleh perawat
27. Lepaskan perlak dari bawah bokong
28. Bantu / anjurkan klien untukb membersihkan daerah anal dengan air hangat
dan sabun
29. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan lepaskan skort
30. Catat hasil enema pada lembar observas
F. SOP Pemasangan Oksigen

PENGERTIAN
Terapi Oksigen adalah satu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial

oksigen pasa inspirasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan nasal kanul,

simple mask, RBM mask dan NRBM mask.

B. TUJUAN

1. Mengatasi hipoksemia/hipoksida

2. Untuk mempertahankan metabolism dan meningkatkan oksigen

3. Sebagai tindakan pengobatan

C. PERSIAPAN ALAT:

1. Tabung

2. Humidifier

3. Nasal kanule

4. Flow meter

5. Handscoon

6. Plester

7. Gunting

8. Pinset

9. Kasa steril

10. Baki atau trolly yang berisi

D. PERSIAPAN PERAWAT

1. Mengkaji data-data mengenai kekurangan oksigen (sesak nafas, nafas cuping

hidung, penggunaan otot pernafasan tambahan, takikardi, gelisah, bimbang


dan sianosis).

2. Perawat mencuci tangan

3. Memakai sarung tangan.

E. PERSIAPAN PASIEN

1. Menyapa pasien (ucapkan salam)

2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan.

3. Pesien diatur dalam posisi aman dan nyaman (semi fowler)

F. PROSEDUR KERJA:

1. Cuci tangan

2. Gunakan handscoon

3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan

4. Menghubungkan selang dari kanule nasal ke tabung pelembab

5. Memasang kaule pada hidung klien

6. Menetapkan kadar O2 sesuai dengan program medic

7. Fiksasi selang

G. HAL-HAL YANG DI PERHATIKAN

1. Anule tersebut atau terlipat

2. Tabung pelembab kurang cukup terisi air

3. O2 sudah tidak mencukupi

4. Mengkaji kondisi pasien secara teratur

5. Mendokumentasikan prosedur
KETERANGAN

1. Nasal kanula binasa kanula = 1-6 liter/menit dengan konsentrasi 24-44%

2. Sungkup muka (masker kanula) sederhana =5-8 liter/menit dengan kosentrasi

40-60%

3. Kanula masker rebreating =8-12 liter/menit dengan konsentrasi 60-80%

diberikan pada pasien yang memiliki tekanan CO₂ yang rendah.

4. Kanula masker non breathing = konsentrasi 80-100%. Diberikan pada pasien

dengan kadar tekanan CO₂ yang tinggi.

G. Jenis-jenis Mobilisasi
1. Mobilisasi Aktif adalah semua pergerakan dilakukan sendiri tanpa bantuan
perawat atau keluarga. Jenis mobilisasi aktif:
a. Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerakdengan batasan jelan dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan kemasan traksi.
Pasien paraplegi mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang bersifat sementara. Dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem muskoluskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf irevelsibe, contohnya terjadinya hemiplegia karena
stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Mobilisasi Pasif adalah latihan yang dilakukan kepada pasien yang mengalami
kelemahan tulang dan sendi sehingga membutuhkan bantuan perawat atau keluarga. Jenis
mobilisasi pasif:
a. ROM Aktif merupakan latihan gerak isotonis (terjadi kontraksi & pergerakan
otot) yang dilakukan pasien dengan menggerakkan masing- masing persendiannya
sesuai dengan rentang gerak normal. Tujuan:
1) Mempertahankan/meningkatkan kekuatan & kelenturan otot
2) Mempertahankan fungsi kardiorespiratory
3) Mencegah kontaktur & kekakuan pada persendian
b. ROM Pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan persendian pasien sesuai dengan kemampuan rentang geraknya.
Tujuan:
1) Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian
2) Sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan: ROM aktif dan pasif

H. Jenis Imobilisasi
ImobilisasiImobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak
dapatbergerak secara bebeas karena kondisi yang menganggu pergerakan
(aktivitas),misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur padaekstremitas, dan sebagainya.a.
Jenis Imobilitas
1. Imobilitas Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2. Imobilitas Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalamiketerbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami
kerusakanotak akibat suatu penyakit
3. Imobilitas Emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasansecara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalammenyesuaikan diri.
4. Imobilitas Sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan
dalammelakukan interaksi social karena keadaan penyakitnya sehingga
dapatmemengaruhi perannya dalam kehidupan sosial

Anda mungkin juga menyukai