DOSEN PEMBIMBING:
1. DARA AFRIYENTI
2. RANI DANI PUTRI
b. Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan menggunakan bahasa yang dipahami
anak atau orang tua.
4. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan spike ke botol infus
(cairan).
5. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan bagian ruang tetesan sampai
ruangan tetesan terisi sebagian,buka penutup sampai slang terisi dan udara
keluar.
6. Letakkan alas.
7. Atur posisi dengan tidur terlentang dan minta bantuan untuk memegangi anak.
8. Lakukan pembendungan dengan torniket/pita karet.
9. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulasi.
10. Lakukan penusukkan dengan lubang jarum ke arah atas.
11. Periksalah apakah sudah masuk ke vena ang ditandai keluarnya darah melalui
jarum infus/abocath.
12. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan slang infus.
13. Buka tetesan.
14. Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril.
15. Gunakan spalk un tuk fiksasi daerah infus.
16. Tenangkan anak dan pastikan infus diperlukan untuk membuat kondisi anak
lebih baik.
17. Buka sarung tangan.
18. Puji anak atas kerja samanya.
19. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester,serta inisial perawat yang
melaksanakan prosedur.
20. Rapikan alat dan bahan
21. Cuci tangan
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan menggunakan bahasa yang dipahami anak
atau orang tua.
4. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan spike ke botol infus (cairan).
5. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan bagian ruang tetesan sampai ruangan
tetesan terisi sebagian,buka penutup sampai slang terisi dan udara keluar.
6. Letakkan alas.
7. Atur posisi dengan tidur terlentang dan minta bantuan untuk memegangi anak.
8. Lakukan pembendungan dengan torniket/pita karet.
9. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulasi.
10. Lakukan penusukkan dengan lubang jarum ke arah atas.
11. Periksalah apakah sudah masuk ke vena ang ditandai keluarnya darah melalui jarum
infus/abocath.
12. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan slang infus.
13. Buka tetesan.
14. Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril.
15. Gunakan spalk un tuk fiksasi daerah infus.
16. Tenangkan anak dan pastikan infus diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih
baik.
17. Buka sarung tangan.
18. Puji anak atas kerja samanya.
19. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester,serta inisial perawat yang
melaksanakan prosedur.
20. Rapikan alat dan bahan
21. Cuci tangan
PENGERTIAN
Pemasangan kateter urine ialah dengan melaksanakan insersi kateter Folley / Nelaton
melalui uretra ke muara kandung kemih untuk mengeluarkan urine.
Tujuan
A. Persiapan Alat :
1. Alat Nonsteril.
a. Plester.
c. Spuit 10 cc.
f. Pot.
g. Gunting.
h. Aquadest.
i. Jelly.
j. Betadine.
m. Urine bag.
2. Alat Steril.
a. Handscoen steril.
2) Copies 1 buah.
Persiapan Klien :
Implementasi
4. Mencuci tangan.
5. Mengatur posisi klien, menganjurkan klien pada posisi supin dengan lutut ditekuk,
paha fleksi, kaki diletakkan ditempat tidur & tutupi klien dengan selimut atau kain.
6. Meletakkan pot di bawah bokong klien. Letakkan nierbeken diantara ke-2 kaki klien.
7. Membuka set steril, atur alat steril dengan memanfaatkan pinset, Buka Penutup kateter
letakkan kateter pada alat steril.
8. Menggunakan handscoen steril sebelah kanan terlebih dahulu, tangan sebelah kanan
digunakan mengambil pinset steril tangan kiri untuk membuka tempat bola kapas yg telah
diberi savlon. Letakkan bola kapas savlon pada copies. Pakai kembali sarung tangan
sebelah kiri.
10. Memegang glans penis dengan memakai tangan non dominan. Bersihkan glans penis
sekitar meatus urinaria dengan betadine jaga agar tangan dominan tetap steril, 1kali
usapan.
12. Memasukkan kateter yg sudah diberi jelly kateter kurang lebih 6 – 10 centi meter
kedalam meatus uretra.
13. Memastikan urine tetap ke luar, selanjutnya kateter urine disambungkan pada urine
bag.
14. Melakukan fiksasi dengan cara memberikan injeksi air aquadesh ke dalam folley
kateter untuk mengembangkan balon kateter, supaya keteter tak mudah terlepas
(pemberian aquadesh sesuai aturan).
15. Menarik dengan cara perlahan-perlahan folley keteter untuk memastikan apakah
kateter telah terfiksasi dengan aman.
16. Menulis tanggal pemasangan kateter pada plester yg dapat direkatkan ke selang bag
urine dengan paha klien.
17. Memfiksasi selang kateter dengan plester & letakkan selang kateter pada paha klien.
Evaluasi
3. Melakukan palpasi kandung kemih & tanyakan adanya rasa ketidaknyamanan sesudah
pemasangan kateter.
Dokumentasi
2. Mencatat waktu pemasangan, & karakteristik urine (konsistensi, jumlah, bau, &
warna).
4. Mencatat type, ukuran kateter, & jumlah cairan yg dipakai untuk mengembangkan
balon
Huknah Rendah
Tindakan pengobatan
Huknah Tinggi
Membantu mengeluarkan feses akibat konstipasi atau impaksi fekal
Membantu defekasi normal sebagai bagian dari program latihan defekasi ( bowel
training program)
Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostic
c) INDIKASI
Konstipasi
Deficit perawatan diri, toileting
Persiapanoperasi
d) PERSIAPAN PASIEN
Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan
e) . PERSIAPAN ALAT
1. Irrigator lengkap ( irrigator, selang, klem, selang rectal
2. Ukuran selang rektal untuk bayi dan anak – anak 10-12 G French, 22-26 G
Frenc Untuk dewasa
3. Cairan ( air hangat, NaCl 0,9% hangat, air kran, larutans abun)Bayi 150 - 250
cc
4. Toddler 250 - 350cc
5. Usia sekolah 300 - 500 cc
6. Remaja 500 - 750 cc
7. Dewasa 750 - 1000 cc
8. Bengkok, vaselin / jel
9. Beberapa potong kain kassa
10. Alas bokong
11. Selimut mandi
12. Pot / pispot dan tutupnya, air cebok dalam botol, kertas closet atau tissue
13. Bangku untuk pot
14. Standar untuk irrigator
15. Sarung tangan
16. Skort
17. Sampiran bila perlu
PENGERTIAN
Terapi Oksigen adalah satu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial
oksigen pasa inspirasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan nasal kanul,
B. TUJUAN
1. Mengatasi hipoksemia/hipoksida
C. PERSIAPAN ALAT:
1. Tabung
2. Humidifier
3. Nasal kanule
4. Flow meter
5. Handscoon
6. Plester
7. Gunting
8. Pinset
9. Kasa steril
D. PERSIAPAN PERAWAT
E. PERSIAPAN PASIEN
F. PROSEDUR KERJA:
1. Cuci tangan
2. Gunakan handscoon
7. Fiksasi selang
5. Mendokumentasikan prosedur
KETERANGAN
40-60%
G. Jenis-jenis Mobilisasi
1. Mobilisasi Aktif adalah semua pergerakan dilakukan sendiri tanpa bantuan
perawat atau keluarga. Jenis mobilisasi aktif:
a. Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerakdengan batasan jelan dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan kemasan traksi.
Pasien paraplegi mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang bersifat sementara. Dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem muskoluskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf irevelsibe, contohnya terjadinya hemiplegia karena
stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Mobilisasi Pasif adalah latihan yang dilakukan kepada pasien yang mengalami
kelemahan tulang dan sendi sehingga membutuhkan bantuan perawat atau keluarga. Jenis
mobilisasi pasif:
a. ROM Aktif merupakan latihan gerak isotonis (terjadi kontraksi & pergerakan
otot) yang dilakukan pasien dengan menggerakkan masing- masing persendiannya
sesuai dengan rentang gerak normal. Tujuan:
1) Mempertahankan/meningkatkan kekuatan & kelenturan otot
2) Mempertahankan fungsi kardiorespiratory
3) Mencegah kontaktur & kekakuan pada persendian
b. ROM Pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan persendian pasien sesuai dengan kemampuan rentang geraknya.
Tujuan:
1) Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian
2) Sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan: ROM aktif dan pasif
H. Jenis Imobilisasi
ImobilisasiImobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak
dapatbergerak secara bebeas karena kondisi yang menganggu pergerakan
(aktivitas),misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur padaekstremitas, dan sebagainya.a.
Jenis Imobilitas
1. Imobilitas Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2. Imobilitas Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalamiketerbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami
kerusakanotak akibat suatu penyakit
3. Imobilitas Emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasansecara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalammenyesuaikan diri.
4. Imobilitas Sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan
dalammelakukan interaksi social karena keadaan penyakitnya sehingga
dapatmemengaruhi perannya dalam kehidupan sosial