Anda di halaman 1dari 13

dr.

Winie Lyscandisa

LANGKAH PEMASANGAN INFUS:

Langkah pemasangan infus:

Persiapan alat :

1. Cairan yang diperlukan, sesuaikan cairan dengan kebutuhan pasien.

2. Saluran infus (infus set) : infus set dilengkapi dengan saluran infus, penjepit selang

infus untuk mengatur kecepatan tetesan.

3. Kateter intravena (IV catheter)

4. Desinfektan : kapas alkohol, larutan povidone iodine 10%

5. Kassa steril, plester, kassa pembalut

6. Torniket

7. Gunting

8. Bengkok

9. Tiang infus

10. Perlak kecil

11. Bidai, jika diperlukan (untuk pasien anak)

12. Sarung tangan steril yang tidak mengandung bedak

13. Masker

14. Tempat sampah medis

Persiapan Pasien :

1. Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.

2. Beritahukan pada pasien (atau orang tua pasien) mengenai tujuan dan

prosedur tindakan, minta informed consent dari pasien atau keluarganya.

3. Pasien diminta berbaring dengan posisi senyaman mungkin.


4. Mengidentifikasi vena yang akan menjadi lokasi pemasangan infus :

- Pilih lengan yang jarang digunakan oleh pasien (tangan kiri bila pasien tidak kidal,

tangan kanan bila pasien kidal).

- Bebaskan tempat yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.

- Lakukan identifikasi vena yang akan ditusuk.

Prosedur tindakan :

1. Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat pasien di tempat yang mudah

dijangkau oleh dokter.

-Dilihat kembali apakah alat, obat dan cairan yang disiapkan sudah sesuai dengan

identitas atau kebutuhan pasien.

- Dilihat kembali keutuhan kemasan dan tanggal kadaluwarsa dari setiap alat, obat

dan cairan yang akan diberikan kepada pasien.

2. Perlak dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus.

3. Memasang infus set pada kantung infuse :

- Buka tutup botol cairan infus.

- Tusukkan pipa saluran udara, kemudian masukkan pipa saluran infus.

- Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan keluar dengan membuka kran selang

sehingga tidak ada udara pada saluran infus, lalu dijepit dan jarum ditutup

kembali. Tabung tetesan diisi sampai ½ penuh.

- Gantungkan kantung infus beserta salurannya pada tiang infus.

4. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan

dengan handuk bersih dan kering.

5. Lengan pasien bagian proksimal dibendung dengan torniket.

6. Kenakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah tempat suntikan.

7. Jarum diinsersikan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap ke atas,


membentuk sudut 30-40o

terhadap permukaan kulit.

8. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir keluar.

9. Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira

1 cm ke arah luar untuk membebaskan ujung kateter vena dari jarum agar jarum

tidak melukai dinding vena bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm

untuk menstabilkannya.

10. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang memfiksasi

bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang berwarna putih ke

dalam vena.

11. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter vena.

12. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan kantung infus

atau kantung darah.

13. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran tetesan.

14. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester.

15. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan.

16. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.

17. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasang bidai (spalk) supaya jarum

tidak mudah bergeser.

18. Buanglah sampah ke dalam tempat sampah medis, jarum dibuang ke dalam sharp

disposal (jarum tidak perlu ditutup kembali).

19. Bereskan alat-alat yang digunakan.

LANGKAH PEMASANGAN DC:


Langkah pemasangan kateter urin:

1. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta tanyakan
keadaannya.

2. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pemasangan kateter, dan tujuan
dan manfaat pemasangan kateter untuk keadaan pasien.

3. Berikan penjelasan dengan bahasa awam pada pasien atau keluarganya tentang:

- jenis kateter yang akan dipakai,

- dimana kateter akan dipasang

- bagaimana cara memasang kateter

- jelaskan kemungkinan risiko pemasangan kateter, tetapi beri jaminan bahwa bahaya itu
kemungkinannya sangat kecil, karena anda sudah mahir melakukan dan anda memakai alat yang tepat
dan steril.

4. Berikan jaminan pada pasien atau keluarganya tentang kerahasiaan yang diperlukan pasien

5. Jelaskan tentang hak-hak pasien pada pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak untuk menolak
tindakan pemasangan kateter.

6. Mintalah kesediaan pasien untuk pemasangan kateter

7. Lakukan persiapan alat dan bahan

8. Lakukan persiapan diri: cuci tangan asepsis, pasang sarung tangan steril pada kedua tangan

9. Mintalah pasien untuk berbaring tertelentang dengan kedua tungkai lurus dan terpisah satu
sama lain dengan sudut yang menyenangkan.

10. Dengan bantuan pasangannya bersihkanlah dan lakukanlah desinfeksi daerah genitalia
eksterna dengan betadine. (Oleskan betadine pada seluruh bagian penis/vagina, OUE dan sekitar mons
pubis).

11. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek steril sehingga daerah yang terbuka
hanyalah yang dibutuhkan untuk pemasangan kateter

12. Oleskanlah xylocaine jelly pada kateter, kemudian isilah spuit dengan xylocaine jelly dan
semprotkan sebanyak 20 cc ke dalam urethra.

13. Tunggulah kira-kira 5 menit, agar penderita tidak merasa sakit ketika pemasangan kateter

14. Peganglah penis/labia mayora dengan tangan kiri dimana ibu jari di satu pihak dan telunjuk dan
jari tengah di pihak lain. (Bila penis licin dapat dipegang dengan memakai kasa steril)
15. Bukalah orificium urethra externa (OUE) dengan ibu jari dan jari telunjuk (dan tariklah penis
lurus ke atas agar urethra meregang).

16. Ujung kateter dijepit dengan klem atau pinset yang dipegang dengan tangan kanan, sedang
pangkal kateter dijepit antara jari keempat dan kelima dari punggung tangan kanan.

17. Doronglah kateter perlahan-lahan kedalam urethra dengan tekanan sekecil mungkin sampai
urine keluar

18. Setelah urine keluar, kateter didorong masuk sampai dekat percabangan kateter. Urine yang
mengalir ditampung pada wadah yang telah disiapkan. Balon kateter diisi/disuntikkan dengan air
steril/larutan NaCl 0,9%, sebanyak 5-20 cc tergantung kapasitas balon, kemudian kateter ditarik keluar
sampai tertahan pada balonnya. Hal ini penting untuk mencegah pengisian balon sementara ujung
kateter masih di dalam urethra yang dapat menyebabkan ruptura urethra.

19. Bukalah doek yang terpasang

20. Hubungkanlah kateter yang telah terpasang ini dengan penampung urine baik berupa botol yang
sebelumnya telah dimasukkan 50 cc larutan antiseptik (formaldehida) atau urine bag.

21. Fiksasilah kateter ke kranial pada pangkal paha sampai ke pinggang

22. Lakukanlah dekontaminasi sarung yangan dengan memasukkan tangan yang masih bersarung
tangan ke dalam baskom berisi larutan khlorin 0,5%, go-sokkan kedua tangan untuk membersihkan
bercak-bercak cairan/duh tubuh yang menempel pada sarung tangan.

23. Lepaskanlah sarung tangan dan masukkan ke dalam tempats ampah medis

24. Lakukan cuci tangan asepsis

LANGKAH PEMASANGAN NGT:


1. Melakukan Informed Consent kepada pasien:

a. Menjelaskan indikasi pemasangan NGT sesuai dengan kondisi pasien

b. Prosedur pemasangan NGT.

c. Meminta persetujuan pasien.

2. Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pemasangan NGT

3. Mencuci tangan dan memakai Personel Protective Equipment ( Handscoen). 4. Memposisikan pasien
setengah duduk dengan kepala sedikit di tekuk ke depan (High Fowler) bila pasien sadar. 5.
Memposisikan pasien dalam posisi telentang jika pasien tidak sadar. 6. Melakukan pengukuran /
perkiraan batas lambung dengan menggunakan NGT, yaitu dari hidung ke telinga, lalu dari telinga ke
processus xiphoideus. Menentukan batas panjang NGT yang akan dimasukkan dengan melihat indikator
yang pada NGT.

7. Mengoles NGT dengan K-Y Jelly. 8. Memasukkan NGT melalui hidung secara pelan-pelan sampai
mencapai lambung (sampai batas yang telah ditentukan sebelumnya) . 9. Menguji letak NGT apakah
sudah sampai lambung dengan menggunakan metode Whoosh tes : a. Memasang membran stetoskop
setinggi epigastrium kiri. b. Melakukan aspirasi udara dengan spoit 10 cc. c. Memasang spoit 10 cc yang
telah berisi udara ke NGT. d. Menyemprotkan udara yang berada di dalam spoit dengan cepat sambil
mendengarkan ada tidaknya suara “whoosh” pada stetoskop. Jika terdengar suara “whoosh” maka NGT
telah masuk ke dalam lambung. Jika tidak terdengar maka selang NGT dimasukkan/dikeluarkan
beberapa cm. Kemudian dilakukan pengulangan metode “whoosh” hingga terdengar suara pada
stetoskop.

10. Melakukan fiksasi NGT pada hidung dengan menggunakan plester. 11. Menyambungkan NGT
dengan botol penampung. 12. Membuka dan membuang handschoen pada tempat sampah medis. 13.
Melakukan cuci tangan.

LANGKAH MENJAHIT LUKA:


1. Menentukan jenis luka

menilai bentuk luka : teratur/tidak

menilai tepi luka : teratur/tidak, jembatan jaringan

menilai luas luka : panjang dan lebar dalam cm

menilai kedalaman luka : dalam cm

2. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tindakan medik:

a. menjelaskan kondisi luka

b. menjelaskan prosedure tindakan

c. menjelaskan tujuan tindakan,keuntungan dan kerugian

d. meminta persetujuan tindakan

3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam keadaan steril

4. Menentukan jenis benang dan jarum yang diperlukan

5. Memilih antiseptik, desinfektan yang diperlukan

6. Melakukan cuci tangan secara foerbringer


7. Memakai sarung tangan steril

8. Melakukan tindakan aseptik anti septik

dimulai dari tengah ke tepi secara sentrifugal

menggunakan kasa dan povidon iodine

3. Melakukan anestesi lokal (secara infiltrasi atau lapangan)

cara: menusukkan jarum sub kutan menyusuri tepi luka sampai seluruh luka teranestesi dengan baik.
Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak masuk pembuluh darah (terlihat cairan
darah dalam spuit). infiltrasikan lidokain bersamaan waktu menarik mundur jarum 2-4 cc (tergantung
luas luka)

10. Melakukan debridemen luka

cara : Setelah luka teranestesi dengan baik, desinfeksi luka menggunakan

perhidrol 3%, agar kotoran yang menempel terangkat. Untuk mengangkat

tanah/ pasir yang melekat dapat menggunakan kasa atau sikat halus.

Lanjutkan dengan irigasi menggunakan NaCl fisiologis sampai semua

kotoran terangkat.

11. Pasang kain steril.

12. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringanjaringan mati/ rusak. Perdarahan
dari vena cukup dihentikan dengan penekanan menggunakan kasa steril beberapa detik. Perdarahan
arterial dihentikan dengan jahitan ligasi. Jaringan mati/ rusak dibuang menggunakan gunting jaringan.
Lakukan aproksimasi tepi luka. Buang tepi luka yang mati, tidak teratur.

13. Desinfeksi menggunakan povidon Iodine

14. Menjahit luka

a. Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung pemegang jarum pada
pertengahan atau sepertiga ekor jarum. Jika penjepitan kurang dari setengah jarum, akan sulit dalam
menjahit. Pegang needle holder dengan jari-jari sedemikian sehingga pergelangan tangan dapat
melakukan gerakan rotasi dengan bebas.

b. masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1cm, membentuk sudut 90˚

c. dorong jarum mengikuti kelengkungan jarum.

d. Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam. Aproksimasi tepi luka harus baik.
e. Penjahitan luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap atau monofilament.

f. Jarak tiap jahitan sekitar 1cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang menutup dengan baik. Bila
terlalu rapat meningkatkan trauma jaringan dan reaksi inflamasi.

15. Melakukan dressing

Setelah penjahitan selesai, lakukan eksplorasi. Jahitan yang terlalu ketat/ kendor diganti. Desinfeksi luka
dengan povidone iodine. Tutup dengan kasa steril beberapa lapis untuk menyerap discharge yang
mungkin terbentuk. Dan diplester

16. Melakukan dekontaminasi

17. Memberikan edukasi perawatan luka

18. Menentukan prognosis penyembuhan

Rontgen thorax:

pulmo: corakan bronkovaskular normal, tampak bercak infiltrat di perihiler bilateral

kesan: bronkopneumonia bilateral

LANGKAH MENOLONG PARTUS:

Prosedur :
Persiapan Pasien
1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Inform consent

Persiapan alat
1. Partus Set
2. Heacting set
3. Kapas dan air DTT
4. Kasa steril
5. Depress
6. Penghisap lendir delle
7. Obat : oxytocin dan spuit
8. Doek / alas bokong
9. Handuk dan kain pembungkus bayi
10. Larutan clorin 0,5% dalam Waskom
11. Air DTT dalam Waskom
12. Tempat sampah medis dan Non Medis
13. Tempat pakaian kotor
14. Pakaian Ibu dan Pembalut
15. Bengkok
16. Wadah plasenta
17. Tensimeter dan stetoskop
18. Fetoskope
19. APD (Celemek, sepatu boot, masker, topi / nurse cap, kacamata google)

Pelaksanaan
I. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 vulva dan sfingter ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan
dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir untuk ditempatkan ditempat datar dan
kering 2 kain dan 1 handuk bersih dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 Unit dan lat suntik steril sekali pakai didalam partus set
3. Pakai celemek
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
5. Pakai Sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam lubang suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT atau steril pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik) III. Memastikan Pembukaan
Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
7. Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT  JIka introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang  Buang kapas atau
kasa pembersih (terkontaminasi ) dalam wadah yang tersedia  ganti sarung tangan jika
terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% )
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5%kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit, cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepas
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120- 16x/menit)

 Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

 Dokumentasi hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partograf IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya

 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada

 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran, bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :

 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan asupan cairan per-oral (minum)
 Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesaictedSegera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir selama 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit V. Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan VI. Pertolongan Kelahiran Bayi  Lahirnya
Kepala
19. setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan
kepala bayi, untuk menahan posisi defleksi perlahan atau bernafas cepat dan dangkal

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat atas kepala bayi  Jika tali pusat
melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut

21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan

 Lahirnya Bahu

22. setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental, anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang

 Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah kearah perineum ibu untuk menyangga
kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas

24. Setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong,
tungkai dan kaki pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari lainnya) VII. Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian selintas

 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?


 Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-
megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk lain yang
kering, biarkan bayi diatas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukkan oksitosin 10 Unit IM dari 1/3 paha atas
bagian distal lateral
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi,
dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat  Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut  Ikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul mati pada sisi lainnya  Lepaskan klem dan masukkan
dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII.Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke belakang –atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi putting susu Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambilpenolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas
mengikuti poros arah jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat
a. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan Katerisasi (aseptic) Jika kandung kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat
15 menit berikutnya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera
lakukan plasenta manual
38. Setelah plasenta muncul diintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan, pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wadah yang telah disediakan
 Jika selaput ketuban robek. pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi
sisa selaput kemudian gunakan jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
39. Lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosokkan fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
IX. Menilai perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pasrtikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastic atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, lakukan penjahitan bila ada
robekan yang menimbulkan perdarahan aktif. segera lakukan penjahitan X. Melakukan Prosedur
Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit didada ibu paling sedikit 1 jam
44. Setelah 1 jam, dilakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic
profilaksis dan vitamin K IM dipaha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan
anterolateral
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan bayi pada dada ibu, bila bayi belum berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu XI. Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan sesuai untuk penatalaksanaan
atonia uteri
47. Ajarkan Ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan nilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60kali/menit)
serta suhu tubuh (36,5-37,5°)
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%untuk dekontaminasi (10
menit), cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan air DTT, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu Ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi
ibu minuman dan makanan yang diinginkan
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%balikkan bagian dalam ke luar
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Lengkapi Dokumentasi Partograf

Anda mungkin juga menyukai