Winie Lyscandisa
Persiapan alat :
2. Saluran infus (infus set) : infus set dilengkapi dengan saluran infus, penjepit selang
6. Torniket
7. Gunting
8. Bengkok
9. Tiang infus
13. Masker
Persiapan Pasien :
2. Beritahukan pada pasien (atau orang tua pasien) mengenai tujuan dan
- Pilih lengan yang jarang digunakan oleh pasien (tangan kiri bila pasien tidak kidal,
- Bebaskan tempat yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.
Prosedur tindakan :
1. Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat pasien di tempat yang mudah
-Dilihat kembali apakah alat, obat dan cairan yang disiapkan sudah sesuai dengan
- Dilihat kembali keutuhan kemasan dan tanggal kadaluwarsa dari setiap alat, obat
- Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan keluar dengan membuka kran selang
sehingga tidak ada udara pada saluran infus, lalu dijepit dan jarum ditutup
4. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
6. Kenakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah tempat suntikan.
8. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir keluar.
9. Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira
1 cm ke arah luar untuk membebaskan ujung kateter vena dari jarum agar jarum
tidak melukai dinding vena bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm
untuk menstabilkannya.
10. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang memfiksasi
bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang berwarna putih ke
dalam vena.
11. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter vena.
12. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan kantung infus
14. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester.
16. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.
17. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasang bidai (spalk) supaya jarum
18. Buanglah sampah ke dalam tempat sampah medis, jarum dibuang ke dalam sharp
1. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta tanyakan
keadaannya.
2. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pemasangan kateter, dan tujuan
dan manfaat pemasangan kateter untuk keadaan pasien.
3. Berikan penjelasan dengan bahasa awam pada pasien atau keluarganya tentang:
- jelaskan kemungkinan risiko pemasangan kateter, tetapi beri jaminan bahwa bahaya itu
kemungkinannya sangat kecil, karena anda sudah mahir melakukan dan anda memakai alat yang tepat
dan steril.
4. Berikan jaminan pada pasien atau keluarganya tentang kerahasiaan yang diperlukan pasien
5. Jelaskan tentang hak-hak pasien pada pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak untuk menolak
tindakan pemasangan kateter.
8. Lakukan persiapan diri: cuci tangan asepsis, pasang sarung tangan steril pada kedua tangan
9. Mintalah pasien untuk berbaring tertelentang dengan kedua tungkai lurus dan terpisah satu
sama lain dengan sudut yang menyenangkan.
10. Dengan bantuan pasangannya bersihkanlah dan lakukanlah desinfeksi daerah genitalia
eksterna dengan betadine. (Oleskan betadine pada seluruh bagian penis/vagina, OUE dan sekitar mons
pubis).
11. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek steril sehingga daerah yang terbuka
hanyalah yang dibutuhkan untuk pemasangan kateter
12. Oleskanlah xylocaine jelly pada kateter, kemudian isilah spuit dengan xylocaine jelly dan
semprotkan sebanyak 20 cc ke dalam urethra.
13. Tunggulah kira-kira 5 menit, agar penderita tidak merasa sakit ketika pemasangan kateter
14. Peganglah penis/labia mayora dengan tangan kiri dimana ibu jari di satu pihak dan telunjuk dan
jari tengah di pihak lain. (Bila penis licin dapat dipegang dengan memakai kasa steril)
15. Bukalah orificium urethra externa (OUE) dengan ibu jari dan jari telunjuk (dan tariklah penis
lurus ke atas agar urethra meregang).
16. Ujung kateter dijepit dengan klem atau pinset yang dipegang dengan tangan kanan, sedang
pangkal kateter dijepit antara jari keempat dan kelima dari punggung tangan kanan.
17. Doronglah kateter perlahan-lahan kedalam urethra dengan tekanan sekecil mungkin sampai
urine keluar
18. Setelah urine keluar, kateter didorong masuk sampai dekat percabangan kateter. Urine yang
mengalir ditampung pada wadah yang telah disiapkan. Balon kateter diisi/disuntikkan dengan air
steril/larutan NaCl 0,9%, sebanyak 5-20 cc tergantung kapasitas balon, kemudian kateter ditarik keluar
sampai tertahan pada balonnya. Hal ini penting untuk mencegah pengisian balon sementara ujung
kateter masih di dalam urethra yang dapat menyebabkan ruptura urethra.
20. Hubungkanlah kateter yang telah terpasang ini dengan penampung urine baik berupa botol yang
sebelumnya telah dimasukkan 50 cc larutan antiseptik (formaldehida) atau urine bag.
22. Lakukanlah dekontaminasi sarung yangan dengan memasukkan tangan yang masih bersarung
tangan ke dalam baskom berisi larutan khlorin 0,5%, go-sokkan kedua tangan untuk membersihkan
bercak-bercak cairan/duh tubuh yang menempel pada sarung tangan.
23. Lepaskanlah sarung tangan dan masukkan ke dalam tempats ampah medis
3. Mencuci tangan dan memakai Personel Protective Equipment ( Handscoen). 4. Memposisikan pasien
setengah duduk dengan kepala sedikit di tekuk ke depan (High Fowler) bila pasien sadar. 5.
Memposisikan pasien dalam posisi telentang jika pasien tidak sadar. 6. Melakukan pengukuran /
perkiraan batas lambung dengan menggunakan NGT, yaitu dari hidung ke telinga, lalu dari telinga ke
processus xiphoideus. Menentukan batas panjang NGT yang akan dimasukkan dengan melihat indikator
yang pada NGT.
7. Mengoles NGT dengan K-Y Jelly. 8. Memasukkan NGT melalui hidung secara pelan-pelan sampai
mencapai lambung (sampai batas yang telah ditentukan sebelumnya) . 9. Menguji letak NGT apakah
sudah sampai lambung dengan menggunakan metode Whoosh tes : a. Memasang membran stetoskop
setinggi epigastrium kiri. b. Melakukan aspirasi udara dengan spoit 10 cc. c. Memasang spoit 10 cc yang
telah berisi udara ke NGT. d. Menyemprotkan udara yang berada di dalam spoit dengan cepat sambil
mendengarkan ada tidaknya suara “whoosh” pada stetoskop. Jika terdengar suara “whoosh” maka NGT
telah masuk ke dalam lambung. Jika tidak terdengar maka selang NGT dimasukkan/dikeluarkan
beberapa cm. Kemudian dilakukan pengulangan metode “whoosh” hingga terdengar suara pada
stetoskop.
10. Melakukan fiksasi NGT pada hidung dengan menggunakan plester. 11. Menyambungkan NGT
dengan botol penampung. 12. Membuka dan membuang handschoen pada tempat sampah medis. 13.
Melakukan cuci tangan.
cara: menusukkan jarum sub kutan menyusuri tepi luka sampai seluruh luka teranestesi dengan baik.
Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak masuk pembuluh darah (terlihat cairan
darah dalam spuit). infiltrasikan lidokain bersamaan waktu menarik mundur jarum 2-4 cc (tergantung
luas luka)
tanah/ pasir yang melekat dapat menggunakan kasa atau sikat halus.
kotoran terangkat.
12. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringanjaringan mati/ rusak. Perdarahan
dari vena cukup dihentikan dengan penekanan menggunakan kasa steril beberapa detik. Perdarahan
arterial dihentikan dengan jahitan ligasi. Jaringan mati/ rusak dibuang menggunakan gunting jaringan.
Lakukan aproksimasi tepi luka. Buang tepi luka yang mati, tidak teratur.
a. Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung pemegang jarum pada
pertengahan atau sepertiga ekor jarum. Jika penjepitan kurang dari setengah jarum, akan sulit dalam
menjahit. Pegang needle holder dengan jari-jari sedemikian sehingga pergelangan tangan dapat
melakukan gerakan rotasi dengan bebas.
b. masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1cm, membentuk sudut 90˚
d. Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam. Aproksimasi tepi luka harus baik.
e. Penjahitan luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap atau monofilament.
f. Jarak tiap jahitan sekitar 1cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang menutup dengan baik. Bila
terlalu rapat meningkatkan trauma jaringan dan reaksi inflamasi.
Setelah penjahitan selesai, lakukan eksplorasi. Jahitan yang terlalu ketat/ kendor diganti. Desinfeksi luka
dengan povidone iodine. Tutup dengan kasa steril beberapa lapis untuk menyerap discharge yang
mungkin terbentuk. Dan diplester
Rontgen thorax:
Prosedur :
Persiapan Pasien
1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Inform consent
Persiapan alat
1. Partus Set
2. Heacting set
3. Kapas dan air DTT
4. Kasa steril
5. Depress
6. Penghisap lendir delle
7. Obat : oxytocin dan spuit
8. Doek / alas bokong
9. Handuk dan kain pembungkus bayi
10. Larutan clorin 0,5% dalam Waskom
11. Air DTT dalam Waskom
12. Tempat sampah medis dan Non Medis
13. Tempat pakaian kotor
14. Pakaian Ibu dan Pembalut
15. Bengkok
16. Wadah plasenta
17. Tensimeter dan stetoskop
18. Fetoskope
19. APD (Celemek, sepatu boot, masker, topi / nurse cap, kacamata google)
Pelaksanaan
I. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
Perineum tampak menonjol
vulva dan sfingter ani membuka
Dokumentasi hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partograf IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran, bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan asupan cairan per-oral (minum)
Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesaictedSegera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir selama 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit V. Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan VI. Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya
Kepala
19. setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan
kepala bayi, untuk menahan posisi defleksi perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat atas kepala bayi Jika tali pusat
melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental, anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah kearah perineum ibu untuk menyangga
kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong,
tungkai dan kaki pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari lainnya) VII. Penanganan Bayi Baru Lahir