Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai mata kuliah Etika dan Hukum
Kesehatan yang diampu oleh ibu Irma Hamdayani Pasaribu, M.Keb.

nd

Disusun oleh :

Disusun oleh :

Yayah Hilmiah 1810630100018


Arti Wahdaniyah 1810630100042
Sayidah Sirotulhayati 1810630100045

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya kepada Kami semua sehingga Kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini dengan lancar dan tanpa halangan suatu apapun.Dalam makalah ini,
Kami membahas dan menjelaskan tentang “Dasar Hukum dan Aspek legal dalam
pelayanan kebidanan”

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun


bukan mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, Kami mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan
masukan dalam menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini bisa memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi pembaca
dalam memenuhi kebutuhannya, serta dapat dijadikan referensi untuk
pembelajaran selanjutnya.

Karawang, 05 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Pengertian Hukum dan Keterkaitannya dengan Etika dan Moral.............6
1. Pengertian Hukum......................................................................................6
2. Keterkaitan Hukum dengan Etika dan Moral.........................................7
B. Macam-macam Hukum........................................................................................8
1. Hukum Publik...............................................................................................8
2. Hukum Perdata..............................................................................................8
C. Macam-Macam Pembagian Hukum:................................................................9
1. Hukum Menurut Sumbernya.........................................................................9
2. Hukum Menurut Bentuknya..........................................................................9
3. Menurut Tempat Berlakunya........................................................................9
4. Menurut Waktu Berlakunya..........................................................................9
5. Menurut Cara Mempertahankannya............................................................10
6. Menurut Sifatnya.........................................................................................10
7. Menurut Wujudnya.....................................................................................10
8. Menurut Isinya............................................................................................10
D. Disiplin...................................................................................................................11
E. Penyelesaian Sengketa Diluar Jalur Peradilan.............................................11
F. Tinjauan Keilmuan Pengertian dan Spesifikasi dalam Ilmu Kebidanan 12
G. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia.........................13
H. Otonomi Bidan dalam Pelayanan Kebidanan...............................................14
I. Legislasi Pelayanan Kebidanan........................................................................15
J. Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan.....................................................20
K. Legislasi, Registrasi dan Lisensi Praktik Bidan............................................21
BAB III PENUTUP..............................................................................................24
A. Kesimpulan....................................................................................................24
B. Saran..............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan
kepada masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi
mendukung program pemerintah untuk pembangunan dalam negeri, salah
satunya dalam aspek kesehatan.
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara
Indonesia melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.dengan
adanya arus globalisasi salah satu fokus utama agar mampu mempunyai
daya saing adalah bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandungan,
masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh kembang balita.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah dikemukakkan maka
rumusan masalah dalam penulisan adalah :
1. Pengertian Hukum Dan Keterkaitannya Dengan Etika Dan Moral
2. Macam-Macam Hukum
3. Macam-Macam Pembagian Hukum
4. Disiplin
5. Penyelesaian Sengketa Diluar Jalur Peradilan
6. Tinjauan Keilmuan Pengertian Dan Sfesifikasi Dalam Ilmu Kebidanan
7. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
8. Otonomi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan
9. Legislasi Pelayanan Kebidanan
10. Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan
11. Legislasi, Registrasi, Dan Lisensi Praktik Bidan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah mengetahui secara mendalam
materi Etika Dan Hukum Kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu Aspek Hukum Dalam Pelayanan Kebidanan
b. Mengetahui apa yang dimaksud Aspek Legal Dalam Pelayanan
Kebidanan

D. Manfaat Penulisan
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk
mengerti dan memahami tentang Ruang Lingkup Kegiatan Mutu
Pelayanan Kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

ASPEK HUKUM, DISIPLIN, HUKUM DAN PERISTILAHAN HUKUM

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kebidanan yang


evidence atau up to date sebagai dasar munculnya rumusan dan terobosan baru
dalam konsep pengetahuan dan pratik kebidanan. Tidak lepas juga dari pengaruh
perkembangan era globalisasi, akan meningkatkan kritisi masyarakat terhadap
pelayanan kebidanan. Berbagai permasalahan yang muncul diseputar praktik
profesi bidan terkait dengan etika dan hukum merupakan bahan belajar yang
sangat bagus bagi bidan untuk menciptakan kajian yang lebih mendalam untuk
menjawab berbagai pertanyaan tentang hal tersebut.

A. Pengertian Hukum dan Keterkaitannya dengan Etika dan Moral


1. Pengertian Hukum
Hukum adalah keseluruhan asas dan aturan tantangan perbuatan
manusia yang ditetapkan atau diakui oleh otoritas tertinggi. Ilmu hukum
merupakan kumpulan pengetahuan tentang hukum yang telah dibuat
sistematikanya. Hukum diperlukan untuk mewujudkan keadilan. Keadilan
adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Hukum
bertujuan untuk memberikan pengayoman bagi manusia. Selain itu hukum
bertujuan untuk mewujudkan apa yang berguna atau faedah bagi orang,
yakni mewujudkan kebahagiaan sebanyak-banyaknya.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum
Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/ pelayanan kesehatan dan
penerapan hak dan kewajiban baik bagi perseorangan maupun segenap
lapisan masyarakat, baik sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun
sebagai pihak penyelengara pelayanan kesehatan dalam segala aspek,
organisasi, sarana, pedoman, standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan
kesehatan dan hukum, serta sumber-sumber hukum lain.
Hukum kesehatan merupakan bidang hukum yang
Perkembangannya dimulai pada waktu World Congress on Medical Law
di Belgia pada tahun 1967 dan diteruskan secara periodik untuk beberapa
lama. Di Indonesia, perkembangan Hukum Kesehatan dimulai sejak
terbentuknya Kelompok Studi untuk hukum kedokteran UI/RS
Ciptomangunkusumo di Jakarta pada tahun 1982. Hukum Kesehatan
mencakup komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan satu
dengan yang lain, yaitu hukum Kedokteran/ Kedoteran Gigi, Hukum
Keperawatan, masih muda.
Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum Keehatan
Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas
PERHUKI, 1993).
Hukum kesehatan menurut Prof. Dr. H.J.J.Leenen, adalah
keseluruhan aturan hukum yang:
a. Langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan.
b. Merupakan penerapan hukum perdata, pidana, dan hukum
administrasi negara dalam kaitan dengan pemeliharaan
kesehatan.
c. Bersumber dari hukum otonom yang berlaku untuk kalangan
tertentu saja, hukum kebiasaan, yurisprudensi, aturan-aturan
internasional, ilmu pengetahuan dan literatur yang ada
kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan.

2. Keterkaitan Hukum dengan Etika dan Moral


Menurut Jacobalis (2000), dalam bukunya tentang ilmu
kedokteran, etika medis dạn bioetika, bahwa etika dan hukum memang
tidak sama, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena sama-sama
bersumber dari asas-asas moral yang sama. Hukum hanya menuntut
standar moral minimum. Hukum lebih banyak memuat larangan-larangan,
sedangkan etika disamping menentukan larangan, juga menuntut hal-hal
positif yang harus dilakukan. Baik etika maupun hukum adalah sama-sama
tentang nilai-nilai perorangan dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Meskipun pandangan tersebut tidak terkait langsung untuk profesi
bidan, tetapi sangat bagus untuk dijadikan wacana dan sumber belajar bagi
bidan. Agar bagaiman aetika dalam kebidanan dan hukum kesehatan dapat
saling mengisi sehingga profesi itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, baik bagi pasien maupun bidan.

B. Macam-macam Hukum
Secara Universal seperti juga di Negara kita, terdapat berbagai
macam hukum yang dapat dipilah menjadi:

1. Hukum Publik.
Hukum public mempunyai sifat dan wewenang memaksa
berdasarkan otoritas pemerintah (Hukum Pidana, Hukum Acara Pidana,
Hukum Acara Perdata, Hukum Tata-Usaha Negara). Peraturan hukum
pidana terdapat di dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH Pi)
yang merupakan terjemahan dari wetboek van strafrecht dahulu. Peraturan
yang menyangkut Acara pidana nya terdapat didalam KUHAP (Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

2. Hukum Perdata
Hukum Perdata hanya berlaku pada pihak-pihak yang
bersangkutan, Menurut hukum perdata seseorang bebas untuk mengadakan
perjanjian apapun, asalkan tidak bertentangan dengan hukum. Namun
apabila sudah mengadakan perjanjian, maka dianggap adanya itikat baik
dari pihak-pihak yang bersangkutan untuk memenuhi apa yang sudah
diperjanjikan. Bidang-bidang yang termasuk dalam bidang berdata selain
perjanjian adalah misalnya pernikahan, warisan, dan sebagainya. Peraturan
perdata terdapat di dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata sebagai
terjemahan dari Burgerlijk wetboek (B.W.) yang masih dipakai sebagai
pedoman kecuali yang menyangkut perkawinan yang sudahada di Undang-
undang No.1 tahun 1979 tentangPerkawinan. Peraturan yang menyangkut
Hukum Acara Perdata masih terdapat di dalam Reglemen Indonesia yang
Diperbarui (H.I.R.). selainitu kitab Undang-undang Hukum Datang
(wetboek van koophandel) yang kini sedang di usahakan untuk dibuat
yang baru sesuai dengan perkembangan zaman, seperti misalnya Undang-
undang tentang persoan terbatas yang sudah diterima baik di DPR.

C. Macam-Macam Pembagian Hukum:


1. Hukum Menurut Sumbernya
a. Hukum Undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam
peraturan perundangan.
b. Hukum Adat, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-
peraturan kebiasaan.
c. Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-
negara suatu dalam perjanjian Negara.
d. Hukum Jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena
putusan hakim.
e. Hukum Doktrin, yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat
seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal
dalam ilmu pengetahuan hukum.

2. Hukum Menurut Bentuknya


a. Hukum tertulis, yaitu hukum yang tercantum pada berbagai
perundangan.
b. Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dalam
keyakinan masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya
ditaati seperti suatu peraturan perundangan.
3. Menurut Tempat Berlakunya
a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu
Negara. Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan-
hubungan hukum
b. Dalam dunia internasional.
4. Menurut Waktu Berlakunya
a. Ius constitutum (hukumpositif), yaitu hukum yang berlaku
sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah
tertentu.
b. Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada
masa yang akan datang.
c. Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku
dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di
dunia.

5. Menurut Cara Mempertahankannya


a. Material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur
kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah-perintah
dan larangan.
b. Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang
mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan hukum
material.

6. Menurut Sifatnya
a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan
bagaimana pun mempunyai paksaan mutlak.
b. Hukum yang mengatur, yaituhukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah
membuat peraturan sendiri.

7. Menurut Wujudnya
a. Hukum objektif, yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku
umum.
b. Hukum subjektif, yaitu hukum timbul dari hukum objektif dan
berlaku pada orang tertentu atau lebih, disebut juga hak.

8. Menurut Isinya
a. Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan yang lain dengan minitik beratkan
pada kepeperseorangan.
b. Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur antara Negara
dengan alat kelengkapan nya atau hubungan antara Negara
dengan warga negara.

D. Disiplin
Disiplin hukum adalah suatu system ajaran tentang hukum. Sistem
ajaran mengenai hukum sangat erat kaitannya dengan politik hukum yang
mengarah pada kebijakan-kebijakan hukum yang berlaku dalam
memberikan pelayanan kebidanan. Kebijakan tersebut dibuat atas dasar
"hukum dasar" yang mempelopori peraturan dan kebijakan yang dibuat.
Kebijakan yang dibuat harus tetap memperhatikan etika dan etika yang
bersifat umum. Tanpa etika dan kebijakan moral hukum akan menjadi
hukum yang kaku tanpa adanya dinamisasi yang harmonis dan selaras
antara peraturan dan peraturan yang menerapkan peraturan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam praktik pelayanan kebidanan system
harus sejalan dengan etika dan moral yang tepat agar sistem tata hukum
yang sesuai dengan baik dan mencapai tingkat yang efisien dan efektif
untuk pelayan kesehatan terutama bidan.

E. Penyelesaian Sengketa Diluar Jalur Peradilan


Sengketa kerap terjadi dimana dan kapansaja. Bagi mereka yang
terjun didunia bisnis, terutama perselisihan memang selalu ada, baik
dengan relasi, klien, konsumen maupun lawan atau saingan bisnis.
Bebarapa cara digunakan untuk menyelesaikannya. Bagi pembuat
keputusan yang bijak, tentu mereka akan memilih penyelesaiaan sengketa
peradilan.
1. Negosiasi komunikasi merupakan dua arah, ketika masing-masing
pihak mengemukakan keinginannya, negosiasi adalah proses upaya
untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi
dan komunikasi yang dinamis dan beranekaragam. Atau bisa
dikatakan, negosiasi merupakan proses tawaran-menawar dari
masing-masing pihak untuk mencapai kesepakatan.
2. Mediasi adalah penyelesaiaan dengan pihak ketiga (mediator) yakni
pihak yang member masukan-masukan kepada pihak untuk
menyelesaikan sengketa mereka. Namun, pada masing-masing pihak
tidak ada kewajiban untuk menaati apa yang diminta oleh mediator.
3. Konsiliasi, konsiliasi prosesnya hamper serupa dengan mediasi, tetapi
biasanya di atur oleh Undang-undang ketika suatu pihak diwajibkan
hadir, konsiliator cenderung bertanggung jawab dan bertanggung
jawab atas norma yang terkait dengan undang-undang atau badan
terkait, dan langkah hukum diambil bila ada kesepakatan tidak
tercapai.
4. Arbitrase yaitu penyelesaiaan sengketa melalui badan arbritase.
Artinya, penyelesaian atau memutuskan sengketa oleh seorang hakim
atau para hakim persetujuan persetujuan bahwa para pihak akan
tunduk pada atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau
para hakim yang mereka pilih atau mereka tunjuk.

F. Tinjauan Keilmuan Pengertian dan Spesifikasi dalam Ilmu


Kebidanan
1. Objek materi ilmu kebidanan antara lain adalah wanita dan masa
mulai dari prakonsepsi, masa kehamilan masa bersalin, nifas, bayi
baru lahir, keluarga berencana.
2. Objek forum ilmu kebidanan dalam upaya memberikan rasa aman dan
kesejahteraan ibu dan janin pada konsepsi, masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayibarulahir, serta keluarga berencana,
sehingga mendukung kondisi sejahtera pada ibu dan janin dan
selanjutnya ibu dapat mendukung bayi secara optimal. Untuk dapat
mencapai situasi yang semakin maksimal pelayanan kebidanan di
Indonesia harus memiliki konsep yang dapat menjelaskan asuhan
kebidanan yaitu:
a. Tindakan bidan yang tepat dan aman yaitu semua tindakan yang
diberikan bidan untuk wanita/ibu, bayi dan keluarga bukan
tindakan yang dapat merugikan kesehatan.
b. Memberikan kepuasan klien adalah tindakan yang dilakukan
sesuai dengan keadaan permasalahannya dan hasil yang dicapai
dengan tindakan tersebut.
c. Menghargai derajat manusia dan haknya untuk dapat mengambil
keputusan sendiri, yaitu tindakan yang dilakukan menunjukan
sikap bahwa bidan menghargai ibu / wanita sebagai individu
mandiri dan mendukung hak dan tanggung jawab untuk ikut
menentukan atau mengambil keputusan yang berkaitan dengan
kesehatan dirinya dan asuhan yang diberikan.
d. Menghargai perbedaan social seseorang adalah tindakan dan sikap
yang menunjukan bahwa setiap individu dan keadaan kesehatan
dapat diandalkan oleh adat istiadat dan perilaku keluarga serta
lingkungan.
e. Kontak keluarga adalah tindakan/asuhan yang diberikan dengan
mengikut akan keluarga sebagai komponen penting dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas serta meningkatkan secara optimal
kesehatan keluarga sesuai keinginan ibu dan keluarga.
f. Peningkatan kesehatan adalah tindakan yang mendukung perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan ibu/wanita sepanjang siklus
kehidupan nya terutama yang berhubungan dengan proses
kehamilan, persalinan, nifas yang normal.

G. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia


Adapun latar belakang system legislasi tenaga bidan di Indonesia
adalah sebagai berikut:

1. UUD 1945 Dalam amanat dan pesan mendasardari UUD 1945 adalah
upaya pembangunan nasional yaitu pembangunan dalam segala aspek
guna kepentingan, keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia secaraterarah, terpadu dan
berkesinambungan.
2. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative sebagai upaya peningkatan sumber
daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya era globalisasi, maka
yang mempunyai daya saing yang tinggi maka bagaimana peningkatan
kualitas sumber daya manusia adalah fokus utama. Kualitas sumber daya
manusia dapat dibentuk sejak janin dalam kandungan, masa kelahiran dan
masa bayi serta tumbuh kembang balita. Hanya sumber daya manusia
yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dan kemampuan sehingga
mampu bertahan dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu
bersaing.
3. Penyiapan SDM Pelayanan kebidanan termasuk kesehatan wanita selama
kurun kembang anak balita, masa remaja, masa calon pengantin, masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, masa interval, masa klimakterium dan
menopause serta tumbuh dewasa serta anak prasekolah.
4. Visi Misi Indonesia Sehat 2015 Derajat kesejatan yang optimal dengan
strategi paradigm sehat, profesionalisme, JPKM dan desentralisasi.

H. Otonomi Bidan dalam Pelayanan Kebidanan


Tanggung jawab bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu
hal yang penting dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia. Oleh karena itu semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan
didasari oleh evidence based. Praktik kebidanan merupakan inti dari
berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan kesehatan yang harus
terus ditingkatkan mutunya yaitu melalui:

1. Pendidikan dan pelatihanberkelanjutan.


2. Penelitiandalambidangkebidanan.
3. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji kompetensi
8. Lisensi.

Dasar-dasar dalam otonomi dan aspek hukum yang mendasari dan


terkait dengan pelayanan kebidanan antara lain:

1. Kepmenkes RI 900/Menkes/SK/VII 2002 tentang registrasi


2. Standar Pelayanan kebidanan 2011
3. Kepmenkes RI No 369/Menkes/SK/IV 2007 tentang standar profesi
bidan
4. UU Kesehatan No 23/1992 tentang Kesehatan
5. PP No 32/1996 tentangtenagakesehatan
6. Kepmenkes RI1277/Menkes/SK/X/ 2001 tentang organisasi dan tata
kerja depkes
7. UU No 22/1999 Tentang otonomi daerah
8. UU No. 13 Tahun 2003 tentang tenaga kerjaan
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
10. KUHAP dan KUHP1981
11. Permenkes RI No 585/menkes/per/IX/ 1989 tentang persetujuan
tindakan medis
12. UU yang terkait dengan hak persekutuan dan keluarga berencana:
a. UU No. 10/1992 tentang pengembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera.
b. UU No. 23/2003 tentang penghapusan kekerasan terhadap
perempuan di dalam rumah tangga.

I. Legislasi Pelayanan Kebidanan


Legisiasi adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui kegiatan-
kegiatan, registrasi, dan lisensi. Tujuan legislasi adalah memberikan
perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang telahdiberikan,
Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa:

1. Mempertahankankualitaspelayanan
2. Kewenangankewenangan
3. Menjaminperlindunganhukum
4. Meningkatkanprofesionalisme.

Peranan legislasi adalah menjamin perlindungan pada masyarakat


layanan profesi dan profesi itu sendiri, legislasi sangat berperan dalam
mempersembahkan pelayanan profesional. Hal-lah yang dapat
menyebabkan ketidakpuasan pasien atau masyarakat:

1. Pelayanan yang tidakaman


2. Sikappetugas yang kurangbaik
3. Kurangnyakomunikasi
4. Salah prosedur
5. Kurangnyasaranaprasarana
6. Kurangnyainformasi.

Adapula kriteria agar bidan dikatakan profesional:

1. Mandiri
2. Peningkatankompetensi
3. Praktikberdasarkanbuktiberdasarkan
4. Menggunakanbeberapasumberinformasi.

Praktik bidan adalah kiriman kegiatan pelayanan kesehatan yang


diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Aspek legislasi bidan
Indonesia adalah melalui tahapan sebagai berikut:

1. Sertifikasi
Sertifikasi dokumen penguasaan kompetensi melalui kegiatan
pendidikan formal maupun nonformal. Lembaga pendidikan non
formal seperti organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang
kesehatan. Bentuk sertifikasi dari pendidikan formal adalah berupa
ijazah yang dapat diperoleh melalui ujian nasional. Ada
duabentuksertifikasi:
a. Ijazah, yaitu dokumen penguasaan kompetensi tertentu,
yang mempunyai hak hukum yang diperoleh dari
pendidikan formal.
b. Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi
tertentu, biasanya diperoleh dari kegiatan pendidikan
formal atau pendidikan non formal.

Tujuansertifikasi

a. Tujuan umum
1) Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi
2) Meningkatkan mutu pelayanan
3) Pemerataan dan perluasanjangkauanpelayanan
b. Tujuan khusus
1) Menyatakan kemampuan pengetahuan, keterampilan
dan perilaku tenaga profesi
2) Menetapkan lingkup dan lingkup kompetensi
3) Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
pendidikan tambahan
4) Menetakan kualifkasi, tingkat dan lingkup
pendidikan tenaga profesi
5) Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi
2. Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga
profesi harus memakai dirinya pada suatu badan tertentu secara
periodic guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk
melakukan tindakan professional nya setelah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tesebut. Registrasi
bidan adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi syarat
minimal kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang
ditetapkan, sehingga fisik dan mental mampu melaksanakan
praktik profesionalnya.
Tujuan dilakukan registrasi:
a. Tujuan umum
Melindungi masyarakat dari mutu pelayanan profesi
b. Tujuankhusus
1) Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat.
2) Meningkatkan kualitas yang objektif dan komperhensif
dalam penyelesaian kasus-kasus praktik.
3) Mendata jumlah dan kategori yang melakukan praktik.

Alur pelaksanaan registrasi dalam praktik kebidanan adalah


sebagai berikut: bidan yang baru lulus mengajukan
permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada
Kepala Dinas Kesehatan berada, guna memperoleh SIB (Surat
ljin Bidan) selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima
ijazah bidan. Kelengkapan registrasi ada dalam Kepmenkes
No. 900/Menkes/SK/VI/2002. SIB dapat diterima selama 5
tahun dan dapat berubah, serta merupakan dasar untuk
menerbitkan lisensi praktik kebidanan atau SIPB (Surat Ijin
Praktik Bidan). Dan sekarang SIB berganti nama menjadi STR
(Surat Tanda Registrasi Bidan) dengan syarat pembuatan lebih
kurang sama prosedurnya dengan SIB.

3. Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang diberi surat ijin praktik yang diberikan
kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan
mandiri.

Tujuan umum dari lisensi adalah untuk melindungi masyarakat


dari pelayanan profesi.
Tujuan khusus dari lisensi adalah memberikan kejelasan batas
yang berwenang dan menetapkan sarana prasarana.

Aplikasi lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk


SIPB (Surat Ijin PraktikBidan). SIPB adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang
menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki
SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota setempat
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: foto kopi SIB
yang masih, tunduk pada fotokopy ijazah bidan, surat
persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter,
rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto. Rekomendasi
yang diberikan organisasi profesi setelah tesebut dilakukan,
dan kontrol, berdasarkan kode etik serta kesanggupan yang
melakukan praktik bidan. Bentuk layanan keilmuan dan
keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan terorganisirnya
Uji Kompetensi bagi bidan yang menerapkan SIPB atau
Lisensi. Meskipun Uji Kompetensi Bidan sekarang ini masih
dilakukan setelah kelulusan bidan, tapi ada perencanaan untuk
diberlakukan UKOM (uji kompetensi) untuk syarat kelulusan
(Exit Exam).
J. Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
dengan membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang,
selanjutnya jika ada dengan masalah kesehatan diartikan pelayanan yang
diterima oleh seseorang dalam hal pencegahan, diagnosis dan pengobatan
suatu gangguan kesehatan tertentu.

Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


pasal 1 dalam ketentuan Umum, pengertian pelayanan kesehatan yang
mengarahkan pada obyek pelayanan, yaitu kesehatan yang menangani
pada jenis upaya, termasuk upaya peningkatan (promotif), pemulihan
(rehabilitatif). Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III / 2007
tentang standar profesi bidan, Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral
dari system pelayanan pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar
(teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan maka dapat
dikatakan bahwa pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu
memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya
kesehatan termasuk peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan
yang sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata
legal sendiri berasal dari kata leggal (bahasaBelanda) yang artinya adalah
sah menurut undang-undang. Atau menurut kamus Bahasa Indonesia,
hukum diartikan sesuai dengan undang-undang atau hukum.

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disadari, pengertian


aspek pelayanan hukum kebidanan adalah penggunaan norma yang telah
disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang
paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu
memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh
bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan
kesehatan.

K. Legislasi, Registrasi dan Lisensi Praktik Bidan


1. Latar belakang system legislasi tenaga bidan Indonesia
a. UUD 1945 Amanat dan pesan mendasar dari UUD 1945 adalah upaya
pembangunan nasional yaitu pembangunan disegala bidang guna
kepentingan, keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
b. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
c. Bidan erat erat dengan penyiapan sumber daya manusia sepanjang
siklus kehidupan wanita. Karena pelayanan bidan termasuk kesehatan
wanita selama kurun kesehatan perkumpulan wanita, Sejak remaja,
masa calon pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
interval, masa klimakterium dan menopause serta tumbuh kembang
balita serta anak prasekolah.
2. Legislasi Pelayanan Kebidanan
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui kegiatan
sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan)
dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).

Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada


masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk
perlindungan tersebut antara lain:

a. Mempertahankan kualitas pelayanan


b. Kewenangan
c. Menjamin perlindungan hukum
d. Meningkatkan profesionalisme

Macam pelayanan legislasi adalah:

a. Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan


profesi sendiri
b. Legislasi sangat berperan dalam memberikan pelayanan professional
Bidan dikatakan profesional, mematuhi beberapa criteria seperti
mandiri, kompetensi, praktik berdasarkan bukti, dan penggunaan
berbagai sumber informasi. Masyarakat membutuhkan pelayanan
yang aman dan berkualitas, serta butuh perlindungan sebagai
pengguna jasa profesi. Ada beberapa hal yang menjadi sumber
ketidakpuasan pasien atau masyarakat yaitu:
1) Pelayanan yang aman
2) Sikap petugas kurang baik
3) Komunikasi yang kurang
4) Prosedur
5) Saran kurang baik, dan
6) Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau informasi atau
pendidikan kesehatan.
3. Sertifikasi (Pengaturan Kompetensi)
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi melalui
kegiatan pendidikan formal berkelanjutan dan berkelanjutan. Lembaga
pendidikan non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, lembaga
swadaya masyarakat bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh
profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal (pendidikan non
formal) adalah berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standarnasional.

4. Registrasi (Pengaturan Kewenangan)


Registrasi adalah sebuah proses di mana seorang tenaga profesi
harus memakai dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan
profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh badan.

Registrasi bidan artinya proses pendaftaran, pendokumentasian dan


pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal
kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan,
sehingga fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.

5. Lisensi (Pengaturan Penyelenggaraan Kewenagan)


Pengertian lisensi adalah pemerintah atau yang telah berupa surat
ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi
untuk pelayanan mandiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Farelya Gita, SST dan Nurrobikha, SST, 2018, Etikolegal dalam pelayanan
kebidanan
Riyanti S.SiT., M.Kes, 2018, Etikolegal dalam praktik kebidanan
Octa Dwienda Ristica, SKM., M.Kes., Widya Juliarti, SKM., M.Kes, 2015,
Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai