Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Dan Hukum Kesehatan yang
diampu oleh:
Disusun oleh:
Kelompok 7
Kelas: III B
D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
PEMBAHASAN
BAB III : Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
2) Praktik Kebidanan
a. Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga dan keluarga yang mengasuh
anak, disertai sikap meghormati keberagaman budaya dan berupaya untuk
menghilangkan praktik yang berbahaya.
b. Bidan memberi harapan nyata suatu persalinan terhadap ibu dimasyarakat, dengan
maksud minimal tidak ada ibu yang menderita akibat konsefsi atau persalinan.
c. Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi, untuk menjalin persalinan yang
aman.
d. Bidan merespon kebutuhan psikolog,fisik,emosi,dan spiritual Ibu yang mencari
pelayanan kesehatan, apapun kondisinya.
e. Bidan bertindak sebgaia role model (panutan) dalam promosi kesehatan untuk ibu
sepanjang siklus hidupnya,keluarga,dan profesi kesehatan lain.
f. Bidan secara aktif meningkatkan kemampuan intelektual dan profesi sepanjang
karir kebidanan dan memadukan peningkatan tersebut kedalam praktik mereka.
A. Persamaan Kode Etik Bidan Indonesia Dan Kode Etik Bidan Internasional
1. Kode Etik Bidan Indonesia
Pada Bab 1 point 3 “Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan
yang optimal kepada siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan,
golongan, bangsa dan negara” Maksudnya adalah setiap bidan dimanapun berada dan
ditempatkan harus memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal kepada setiap
klien dan pasien dari berbagai golongan , selalu mengutamakan hak pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari bidan tanpa diganggu dengan kegiatan bidan
yang lain. Pelayanan kesehatan yang diberikan bidan juga harus sesuai dengan standar
kompetensi yang sudah ada. ini seperti yang tertera dalam atau sesuai dengan :
a. Filosofi Kebidanan no.3 “Bidan meyakini setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan
mausia dan perbedaan budaya, setiap individu berhak untuk menetukan nasibnya
sendiri, mendapat informasi yang cukup, dan berperan di segala aspek
pemeliharaan kesehatannya.”
b. Informed Choice keputusan yang dibuat setelah melalui pertimbangan matang
terhadap bukti-bukti ilmiah yang relevan. Keputusan ini dipengaruhi oleh
lingkungan , keyakinan dan pengalaman orang tersebut. Bidan dalam hal ini ikut
andil dalam menginformasikan ke klien.
Jadi setiap bidan menghormati hak pilih dan hak Informed Choice klien dalam
menentukan pelayanan kebidanan apa yang akan mereka pilih dalam menunjang
kehidupannya. Dan bidan sebelumnya wajib menginformasikan tentang apa saja
jenis pelayanan dan resiko yang akan didapat oleh klien. Bidan juga membantu
pasien dalam memilihnya.
Dimana dalam penjelasan tersebut dijelaskan pelayanan apa saja yang boleh
diberikan bidan dan pelayanan apa saja yang diluar kewenangan bidan sehingga
harus melakukan tugas kolaborasi maupun rujukan.
Jadi, dalam kode etik Indonesia dan Internasional sama-sama mewajibkan seorang
Bidan untuk berusaha meningkatkan pengetahuan melalui berbagai cara. Sudah sangat
jelas bahwa penelitian dan bukan lagi merupakan pilihan, namun tanggung jawab etik
bidan.
Jadi dalam kode etik bidan nasional dan internasional sama-sama menghormati
nilai-nilai atau budaya yang berlaku dimasyarakat, menghormati hak klien serta
mendahulukan kepentingan klien dan pasien.
Jadi dalam kode etik bidan nasional dan bidan Internasional sama-sama
mewajibkan setiap bisan untuk menjaga hubungan yang serasi dan silaturahmi dengan
teman sejawatnya dengan saling menghargai, menghormati , membantu dna
mensupport satu sama lain.
B. Perbedaan Kode Etik Bidan Indonesia Dan Kode Etik Bidan Internasional
1. Kode Etik Bidan Internasional
Nomor 1 point c “Bidan bekerja dengan perempuan,pemerintah,dan lembaga donor
untuk menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan kesehatan serta menjamin
pengalokasian sumber daya secara adil dengan mempertimbangkan prioritas dan
ketersediaan.” yaitu Bidan bekerja dengan perempuan, dan pemerintah dan lembaga
donor. Lembaga donor disini bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan perempuan
disuatu desa yang membutuhkan terhadap bidan dalam memenuhi pelayanan
kebidanan. Bidan dapat belajar membuat sebuah proposal untuk diajukan pada suatu
organisasi lintas sektoral untuk membantu masalah yang dihadapi desa. Dan mengatur
pengalokasian sumber daya yang diterima dari bantuan secara adil dengan prioritas
utama yang diunggulkan. Artinya adil disini adalah daerah mana yang paling
membutuhkan dialah yang paling menjadi prioritas, serta menyiapkan ketersediaan
bantuan yang didapat dari bantuan.
Di Indonesia, sistem kerjasama bidan dengan Lintas Sektoral maupun tidak belum
begitu berkembang, karena pada dasarnya di Indonesia lebih mementingkan bagaimana
bidan bermitra dengan tenaga kesehatan lainnya. Namun secara Internasional kerja
sama bidan yang semaacam ini sudah sangat berkembang dan sudah menjadi kegiatan
dari seorang bidan.
Jika ini diberlakukan di Indonesia, maka bidan indonesia akan semakin
berkembang pengetahuan.
1. Soepardan, Suryani. 2008 Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/149/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
3. Permenkes No. 5380/IX/1963
4. UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. UU No. 23/92 Tentang Kesehatan Kewajiban Bidan
6. Soepardan, Suryani.2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.