Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PRAKTIKUM

“ANALISIS KODE ETIK BIDAN INDONESIA DAN KODE ETIK BIDAN


INTERNASIONAL”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Dan Hukum Kesehatan yang
diampu oleh:

Irma Hamdayani Pasaribu,.M.Keb.

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Intan Sri Wahyuni (1810630100007)


2. Wida Nurhayati (1810630100017)
3. Faradilla Anastasya (1810630100031)
4. Arti Wahdania (1810630100042)

Kelas: III B

D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
PEMBAHASAN

1. Kode Etik Bidan Indonesia


Di Indonesia terdapat peraturan yang mengatur segala kegiatan profesi bidan yang
disebut dengan Kode Etik Bidan Indonesia yang dibuat oleh IBI (Ikatan Bidan
Indoensia). Kode Etik Bidan adalah suatu hal yang penting untuk mengatur dan menjadi
tuntunan bidan dalam menjalanka profesinya.

BAB I : Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat


1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah-
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya, menjungjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara optimal.

BAB II : Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya


1) Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan/atau rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.

BAB III : Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

BAB IV : Kewajiban Bidan terhadap Profesinya


1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra profesinya
dengan menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

BAB V : Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri


a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB VI : Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa, & Tanah


Air
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB
dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan melalui profesinya, berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

BAB VII : Penutup


Setiap bidan dalam melaksanakan tugassnya sehari-hari, senantiasa mengahayati dan
mengamalkan kode etik bidan Indonesia.

2. Kode Etik Bidan Internasional


Kode etik bidan Internasional menghargai perempuan berdasarkan HAM, mencari
keadilan bagi semua dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan, dan
didasarkan atas hubungan yang saling menguntungkan dengan penuh hormat, saling
percaya dan bermartabat bagi seluruh anggota masyarakat. Operasionalisasi kode etik
kebidanan meliputi hubungan dengan perempuan sebagai klien, praktik kewajiban
profesi, peningkatan pengetahuan dan praktik kebidanan.
1) Hubungan Perempuan Dengan Klien
a. Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan pada informasi dan
meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan pilihannya.
b. Bidan bekerja dengan perempuan, mendukung hak mereka untuk berpartisipasi
aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri mereka dan kesehatan perempuan
serta keluarganya dimasyarakat.
c. Bidan bekerja sma dengan perempuan, pemerintah, dan lembaga donor untuk
menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan kesehatan serta menjamin
pengalokasian sumber daya secara adil dengan mempertimbangkan prioritas dan
ketersediaan.
d. Bidan dalam profesinya, mendukung dan saling membantu dengan yang lain dan
secara aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri.
e. Bidan bekerja sama dengan profesi kesehatan lain, berkonsultasi, dan melakukan
rujukan bila perempuan memerlukan asuhan di luar kompetensi bidan
f. Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam memberi pelayanan dan
secara aktif memecahkan konflik yang ada.
g. Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manusia bermoral termasuk tugas
untuk menghormati diri sendiri dan menjaga nama baik.

2) Praktik Kebidanan
a. Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga dan keluarga yang mengasuh
anak, disertai sikap meghormati keberagaman budaya dan berupaya untuk
menghilangkan praktik yang berbahaya.
b. Bidan memberi harapan nyata suatu persalinan terhadap ibu dimasyarakat, dengan
maksud minimal tidak ada ibu yang menderita akibat konsefsi atau persalinan.
c. Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi, untuk menjalin persalinan yang
aman.
d. Bidan merespon kebutuhan psikolog,fisik,emosi,dan spiritual Ibu yang mencari
pelayanan kesehatan, apapun kondisinya.
e. Bidan bertindak sebgaia role model (panutan) dalam promosi kesehatan untuk ibu
sepanjang siklus hidupnya,keluarga,dan profesi kesehatan lain.
f. Bidan secara aktif meningkatkan kemampuan intelektual dan profesi sepanjang
karir kebidanan dan memadukan peningkatan tersebut kedalam praktik mereka.

3) Kewajiban Profesi Bidan


a. Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak bijaksana dalam
menyebarkan informasi tersebut.
b. Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka berdasarlkan hasil
asuhan bagi ibu.
c. Bidan diperkenankan untuk menolak berpartisipasi dalam kegiatan yang
bertentangan dengan moral ; akan tetapi bidan perlu menumbuhkan kesadaran
individu untuk tidak mengabaikan pelayanan kesehatan esensial bagi ibu
d. Bidan memahami akibat buruk pelanggaran etik dan hak asasi manusia (HAM)
bagi kesehatan Ibu dan Anak dan menghindari pelanggaran ini.
e. Bidan berpartisipasi dalam pembangunan dan pelaksanaan kesehatan yang
mempromosikan kesehatan Ibu dan keluarga yang mengasuh anak.
4) Peningkatan dan Pengetahuan dan Praktik Kebidanan
a. Bidan menjamin bahwa peningkatan pengetahuan kebidanan dilandasi oleh
aktifitas yang melindungi hak wanita sebagai manusia.
b. Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui berbagai proses seperti
peer preview dan penelitian.
c. Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal mahasiswa kebidanan dan bidan.
Analisis Persamaan Dan Perbedaan Kode Etik Bidan Indonesia Dan Kode
Etik Bidan Internasional

A. Persamaan Kode Etik Bidan Indonesia Dan Kode Etik Bidan Internasional
1. Kode Etik Bidan Indonesia
Pada Bab 1 point 3 “Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan
yang optimal kepada siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan,
golongan, bangsa dan negara” Maksudnya adalah setiap bidan dimanapun berada dan
ditempatkan harus memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal kepada setiap
klien dan pasien dari berbagai golongan , selalu mengutamakan hak pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari bidan tanpa diganggu dengan kegiatan bidan
yang lain. Pelayanan kesehatan yang diberikan bidan juga harus sesuai dengan standar
kompetensi yang sudah ada. ini seperti yang tertera dalam atau sesuai dengan :
a. Filosofi Kebidanan no.3 “Bidan meyakini setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan
mausia dan perbedaan budaya, setiap individu berhak untuk menetukan nasibnya
sendiri, mendapat informasi yang cukup, dan berperan di segala aspek
pemeliharaan kesehatannya.”
b. Informed Choice keputusan yang dibuat setelah melalui pertimbangan matang
terhadap bukti-bukti ilmiah yang relevan. Keputusan ini dipengaruhi oleh
lingkungan , keyakinan dan pengalaman orang tersebut. Bidan dalam hal ini ikut
andil dalam menginformasikan ke klien.

Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 1 point a “menghormati hak pilih perempuan berdasarkan pada informasi
dan meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan pilihannya”
yaitu Bidan selalu menghormati hak pilih kliennya yaitu perempuan berdasarkan pada
informasi yang Bidan informasikan tentang pelayanan apa yang aka dipilih dan
melakukan “Informed choice” untuk membantu klien dalam menentukan pilihan
dengan meningkatkan rasa tanggung jawab pada resiko klien atas pilihannya yang
terbaik. Sesuai dengan :
Hak Pasien
 Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai  dengan profesi bidan
tanpa diskriminasi.
 Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.

Jadi setiap bidan menghormati hak pilih dan hak Informed Choice klien dalam
menentukan pelayanan kebidanan apa yang akan mereka pilih dalam menunjang
kehidupannya. Dan bidan sebelumnya wajib menginformasikan tentang apa saja
jenis pelayanan dan resiko yang akan didapat oleh klien. Bidan juga membantu
pasien dalam memilihnya.

2. Kode Etik Bidan Indonesia


Bab I point 2 yang berbunyii “Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan” yaitu Bidan sebagai profesi memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat
esensial, yaitu bahwa jasa yang diberikan kepada kliennya adalah suatu kebijakan
sosial, karena masyarakat akan merasa sangat dirugikan atas ketidakhadiran bidan.
Pengabdian dan pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani yang tidak
mendahulukan balas jasa. Terdapat pula dalam Bab IV point 1 “Setiap bidan harus
menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra profesinya dengan menampilkan
keperibadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.”

Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 1 point d “ Bidan dalam profesinya mendukung dan saling membantu dengan
yang lain dan secara aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri” yaitu bidan
dalam menjalankan profesinya sebagai bidan (tenaga kesehatan) yang membantu ibu
bersalin saling membantu & memberikan dukungan kepada sesama profesi bidan
dengan tidak saling bersikap menjatuhkan satu sama lain. Bidan juga seacra aktif
menjada diri dan harga diri (martabat) mereka sendiri. Menjada penilaian klien
terhadap bidan dengan memberikan pelayanan yang maksimal sesuai dengan standar
dan kompetensi bidan. Terdapat juga dalam Nomor 1 point g “Bidan Berkewajiban
atas diri mereka sebagai manusia bermoral, termasuk tugas untuk menghormati diri
sendiri, dan menjaga nama baik.” Artinya Bidan mempunya kewajiban atas sikap ,
tingkah dan sifat mereka sebagaimana manusia yang memiliki moral termasuk dalam
bersikap dan bertingkah untuk menghargai & menghormati diri sendiri, tidak
melakukan hal yang dapat membuat harga diri seorang bidan jatuh.

Jadi dalam kode etik bidan Indonesia maupun Internasional sama-sama


mewajibkan menjaga image dari pihak luar atau masyarakat mencegah orang luar
memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi
yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga
disebut kode kehormatan.

3. Kode Etik Bidan Indonesia


Bab II point 2 “Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan
mengadakan konsultasi dan/atau rujukan” yaitu bidan berhak membantu persalinan
dirumah sendiri, dipuskesmas, dirumah sakit, dan partus luar sesuai sebagaimana bidan
bertugas pada waktu yang dimaksud (kejadian). Bidan juga mempunyai kewajiban
untuk mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi, dan KB sesuai dengan
wewenangnya. Dan bidan juga mempunyai kewenangan untuk merujuk atau
berkolaborasi dengan tenaga medis lain dalam kasus yang tak bisa ditangani atau
membutuhkan fasilitas yang lebih lengkap dari yang dia punya. Sesuai dengan :
a. Permenkes No. 5380/IX/1963 (Konsep kebidanan : Hal.13) yang menyatakan
bahwa wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara
mandiri. Sudah sangat jelas dalam permenkes ditegaskan bahwa Bidan hanya
diperbolehkan untuk membantu persalinan yang normal, jika diluar wewenang
bidan maka bidan wajib melakukan rujukan atau kolaborasi. Ini juga sesuai
dengan:
b. Peran Bidan (Dalam Konsep Kebidanan : hal 38) yaitu Peran sebagai Pelaksana.
Terdapat tugas :
 Tugas Mandiri (Independen)
 Tugas Kolaborasi (Interdependen)
 Tugas Rujukan (Dependen)

Dimana dalam penjelasan tersebut dijelaskan pelayanan apa saja yang boleh
diberikan bidan dan pelayanan apa saja yang diluar kewenangan bidan sehingga
harus melakukan tugas kolaborasi maupun rujukan.

c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.02.02/Menkes/149/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Prakik Bidan BAB
III Penyelenggaraan Praktik Pasal 18 point b “Merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dengan tepat waktu”

Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 1 point e “Bidan bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain,
berkonsultasi , dan melakukan rujukan bila perempuan melakukan asuhan diluar
kompetensi bidan” artinya bidan siap menghubungi profesii kesehatan lain jika ada
kasus yang diluar kewenangan bidan ataupun memiliki klien yang mempunyai
permasalahan yang bukan termasuk kompetensi bidan. Pada kasus ini bidan wajib
melakukan rujukan, ada point lain yang menjelaskan tentang “rujukan” terdapat pula
pada Nomor 1 point f “Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam
memberi pelayanan dan secara aktif memecahkan konflik yang ada.” Yaitu Bidan
harus mampu melakukan rujukan/kolaborasi disaat yang tepat dengan cepat untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ketepatan dan kecepatan dalam
mengambil keputusan sangat berperan penting dalam memilih tindakan.

Jadi dalam Kode etik Indonesia maupun Internasional sama-sama mewajibkan


bidan agar merujuk kasus patologis atau yang diluar kewenangan.

4. Kode Etik Bidan Indonesia


Pada Bab II point 3 “Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang
dapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau
diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien” bahwa sangatlah penting bagi
seorang bidan (tenaga medis) menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan pasien. Menjadi
haram bagi bidan untuk membuka rahasia klien kepada yang tidak diminta dan bukan
urusan pengadilan. Sesuai dengan:
Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan Bab V Pasal
22 yang berbunyi :
1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam menjalankan tugas profesinya
berkewajiban untuk
a. Menghormati hak pasien;
b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang
dilakukan.
d. Diminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
e. Membuat dan memelihara rekam medis.

Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 3 point a “Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak
bijaksana dalam menyebarkan informasi tersebut” Bidan menjamin akan kerahasiaan
hasil pemeriksaan pasien, hasil keseluruhan keadaan pasien ini juga didukung dalam :
Kewajiban Bidan “Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien”.
Bidan juga harus bersikap bijaksana dalam menyebar luaskan informasi tersebut sesuai
dengan kepentingan pengadilan dan kepentingan pemberitahuan tentang “penyakit
menular” jika klien mempunyai penyakit menular yang wajib diberitahukan pada
keluarga untuk mencegah atau memotong mata rantai penularan hanya pada klien. Ini
semua demi kebaikan klien dan keluarganya.

Jadi pada intinya di Kode etik Indonesia dan Internasional sama-sama


mewajibkan Bidan agar merahasiakan rahasia tentang hasil pemeriksaan keadaan klien
atau apapun mengenai diri klien terkecuali mengenak Penyakit menular dan
kepentingan pengadilan.

5. Kode Etik Bidan Indonesia


Bab IV point 2 “Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi” Seorang bidan senantiasa mengembangakn pengetahuannya untuk
menunjang profesinya, agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan untuk
dipadukan dengan praktik dan menggunakan teknologi kebidanan yang modern. Dan
juga terdapat pada Bab IV point 3 “Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam
kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya” yaitu Bidan diharuskan ikut serta dalam kegiatan penelitian suatu kejadian
atau kasus baru dalam ruang lingkup kebidanan dan ataupun kegiatan semacam
Seminar dan pelatihan guna meninjau sejauh mana pengetahuannya agar bisa
mengikuti perkembangan pengetahuan kebidanan. Sesuai dengan :
a. UU. No 23/92 Tentang Kesehatan kewajiban Bidan untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan, ini tercantum dalam pasal 28 ayat (1) dan pasal 52 e, yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga laiin yang terakreditasi.
b. Kewajiban Bidan ”Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau
non formal”.
c. Peran Bidan sebagai Peneliti. Agar dapat menjalankan perannya dengan baik,
bidan dituntut untuk senantiasa memperbarui ilmunya dengan mengikuti
perkembangan ilmu kebidanan sehingga dapat memberi perawatan berdasarkan
fakta ilmiah (evidence-based). Caranya :
 Membaca Jurnal penelitian.
 Mengikuti berbagai seminar atau pelatihan
 Berpartisipasi dalam penelitian ilmiah.

Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 4 point b “Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui berbagai
proses, seperti peer review dan penelitian” yaitu bidan wajib mengembangakan
pengetahuan kebidanan dan berbagi pengetahuan kebidanan melalui peninjauan
kembali teori praktik terdahulu , apakah sudah sesuai dengan perkembangan teknologi
dan pengetahuan kebidanan atau belum, dan melakukan penilitian (wajib minimal
melakukan 1 penelitian) untuk menemukan teori kebidanan yang baru dan sesuai
dengan perkembangan teknologi & pengetahuan.

Jadi, dalam kode etik Indonesia dan Internasional sama-sama mewajibkan seorang
Bidan untuk berusaha meningkatkan pengetahuan melalui berbagai cara. Sudah sangat
jelas bahwa penelitian dan bukan lagi merupakan pilihan, namun tanggung jawab etik
bidan.

6. Kode Etik Bidan Indonesia


Bab I Point 4 “Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat” Setiap bidan harus mengutamakan kepentingan klien, pilihan menjadi
bidan berarti kita siap jiwa & raga untuk mengabdi kepada masyarakat dan klien.
Maka dari itu apapun keadaan kita dan bagaimanapun kondisi kita, kita dituntut untuk
selalu mengutamakan kepentingan klien yang membutuhkan kita. Dan Bidan harus
menghormati nilai-nilai atau norma yang berlaku di masyarakat. Bidan harus bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.

Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 1 point a “Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan pada
informasi dan meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan
pilihannya” Bidan selalu menghormati hak pilih kliennya yaitu perempuan berdasarkan
pada informasi yang Bidan informasikan tentang pelayanan apa yang akan dipilih dan
melakukan “Inform choice” untuk membantu klien dalam menentukan pilihan dengan
meningkatkan rasa tanggung jawab pada resiko klien atas pilihannya yang terbaik. Dan
terdapat pula pada Nomor 2 point a “Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga
dan keluarga yang mengasuh anak, disertai sikap menghormati keberagaman budaya
dan berupaya untuk menghilangkan praktik yang berbahaya.” Yaitu Bidan dalam
melaksanakan tugas profesinya selain memberikan asuhak kepada Ibu atau perempuan,
bidan juga memberikan asuhan kepada Keluarga yang sedang mengasuh anak,
memberitahu kepada Ibu dan Keluarga bagaimana caranya menjadi Ibu dan keluarga
yang baik, yang bisa mengasuh anak dalam keluarganya dengan cara yang tidak
melanggar budaya atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat desa setempat.
Seperti: Disuatu desa tidak mengizinkan Ibu Hamil keluar rumah setelah maghrib,
karena berbahaya dan melanggar norma sosial. Maka bidan desa disana tidak
mengadakan acara seperti penyuluhan, sosialisasi atau apapun setelah maghrib. Bidan
harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Jadi dalam kode etik bidan nasional dan internasional sama-sama menghormati
nilai-nilai atau budaya yang berlaku dimasyarakat, menghormati hak klien serta
mendahulukan kepentingan klien dan pasien.

7. Kode Etik Bidan Indonesia


Bab I point 6 “Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.” Bidan juga mengadakan acara-
acara sosial desa yang dapat mendorong hasrat masyarakat dalam berpartisipasi dalam
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan deraja kesehatan. Dalam hal ini bidan
dituntut untuk menciptakan suasana serasi, nyaman, dan dapat menimbulkan umpan-
balik dari masyarakat maupun dari bidan itu sendiri, sehingga masyarakat dapat
percaya dan lebih mudah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan yang bermanfaat bagi kesehatan.

Kode Etik Bidan Intenasional


Nomor 3 point e yang berisi “Bidan berpartisipasi dalam pembangunan dan
pelaksanaan kesehatan yang mempromosikan kesehtaan Ibu dan Keluarga yang
mengasuh anak.” Dalam kode etik intenasional juga mewajibkan bidan dalam
berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan pelaksanaan kesehatan dengan
mempromosikan kesehatan Ibu dan keluarga yang mengasuh anak. Cara promosi
kesehatan bisa dengan cara seminar-seminar, sosialisasi ataupun penyuluhan ditingkat
desa. Dengan cara seperti ini, bidan bisa dengan leluasa mempromosikan kesehtan
kepada masyarakat desa dengan sasaran khusus Ibu dan Keluarga yang mengasuh anak
dan umumnya seluruh masyarakat desa.

Jadi dalam kode etik bidan nasional dan bidan Internasional sama-sama
mewajibkan setiap bisan untuk menjaga hubungan yang serasi dan silaturahmi dengan
teman sejawatnya dengan saling menghargai, menghormati , membantu dna
mensupport satu sama lain.

8. Kode Etik Bidan Indonesia


Bab III point 1 “Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi” maskdunya Setiap bidan harus menjalin
hubungan yang baik dengan teman se-profesinya agar hubungan kerjasama dalam
lintas program terjalin dengan serasi dan baik. Bidan dengan teman sejawatnya harus
berinteraksi dengan baik, menjaga silaturahmi dan menjaga kekompakkan agar selalu
berjalan beriringan dan saling membantu, saling mendukung dan memberi support satu
sama lain.

Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 1 point d “Bidan dalam profesinya, mendukung dan saling membantu dengan
yang lain dan secara aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri” yaitu Bidan
dalam profesinya mendukung satu sama lain sesama profesi dan saling membantu
dalam menjalankan tugasnya, karena bidan juga manusia biasa yang membutuhkan
bantuan dari oranglain. Dan secara aktif dengan menunjukkan sikap, tingkah laku dan
sifat untuk menjaga diri dan martabat (harga diri) mereka sendiri.

B. Perbedaan Kode Etik Bidan Indonesia Dan Kode Etik Bidan Internasional
1. Kode Etik Bidan Internasional
Nomor 1 point c “Bidan bekerja dengan perempuan,pemerintah,dan lembaga donor
untuk menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan kesehatan serta menjamin
pengalokasian sumber daya secara adil dengan mempertimbangkan prioritas dan
ketersediaan.” yaitu Bidan bekerja dengan perempuan, dan pemerintah dan lembaga
donor. Lembaga donor disini bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan perempuan
disuatu desa yang membutuhkan terhadap bidan dalam memenuhi pelayanan
kebidanan. Bidan dapat belajar membuat sebuah proposal untuk diajukan pada suatu
organisasi lintas sektoral untuk membantu masalah yang dihadapi desa. Dan mengatur
pengalokasian sumber daya yang diterima dari bantuan secara adil dengan prioritas
utama yang diunggulkan. Artinya adil disini adalah daerah mana yang paling
membutuhkan dialah yang paling menjadi prioritas, serta menyiapkan ketersediaan
bantuan yang didapat dari bantuan.

Di Indonesia, sistem kerjasama bidan dengan Lintas Sektoral maupun tidak belum
begitu berkembang, karena pada dasarnya di Indonesia lebih mementingkan bagaimana
bidan bermitra dengan tenaga kesehatan lainnya. Namun secara Internasional kerja
sama bidan yang semaacam ini sudah sangat berkembang dan sudah menjadi kegiatan
dari seorang bidan.
Jika ini diberlakukan di Indonesia, maka bidan indonesia akan semakin
berkembang pengetahuan.

2. Kode Etik Bidan Internasional


Nomor 4 point c “Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal mahasiswa
kebidanan dan bidan.” Yang dimaksud adalah Bidan di luar negeri sudah menerapkan
sistem tanggung jawab bagi setiap kepala ruangan di rumah sakit-rumah sakit.
Misalnya ada beberapa mahasiswa yang magang / PKL di suatu RS Bersalin, dan
mereka mendapatkan ruangan masing-masing (seperti: ruang Nifas, ruang VK) maka
kepala ditiap ruangan tersebut bertanggung jawab penuh atas mahasiswa yang berada
diruangannya masing-masing. Kepala ruangan harus bisa membimbing mahasiswa
sampai mengerti & mahir benar dalam melakukan tindakan.
Ini diberlakukan untuk Bidan yang baru lulus dan magang di RS atau RB dan
untuk mahasiswa kebidanan yang sedang PKL.

3. Kode Etik Bidan Indonesia


Bab VI point 1 “Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan dan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.” Bidan indonesia
diwajibkan untuk melaksanakan ketentuan tugasnya dalam membina pelayanan
Keselamatan Ibu dan Anak dan/atau Keluarga Berencana dan kesehatan keluarga. Di
Indonesia diterapkan KB untuk “2 anak lebih baik” sedangkan Internasional belum atau
tidak ada ketentuan seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardan, Suryani. 2008 Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/149/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
3. Permenkes No. 5380/IX/1963
4. UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. UU No. 23/92 Tentang Kesehatan Kewajiban Bidan
6. Soepardan, Suryani.2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai