Anda di halaman 1dari 23

ASPEK HUKUM DAN KETERKAITAN DENGAN PELAYANAN SERTA PRAKTEK

BIDAN DAN KODE ETIK BIDAN


Pemenuhan Tugas Mata Kuliah :
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN
Dosen Pengampu :

EDI HASKAR SH,MH

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Zikni Rahmi Aulia Ulfa
22220008
Adinda Yulia Salsabilla
22220018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT


FAKULTAS KESEHATAN
D3 KEBIDANAN
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah ” ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN” dengan judul “ASPEK HUKUM
DAN KETERKAITAN DENGAN PELAYANAN SERTA PRAKTEK BIDAN DAN KODE
ETIK BIDAN” ini dapat terselesaiakan semaksimal mungkin, walaupun mengalami berbagai
kesulitan.

Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, bukan karena usaha dari
kami selaku penulis, melainkan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu kami baik itu dosen
kami dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku
penulis makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tugas kami selanjutnya.

Demikian kami selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan makalah
ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi semua pihak.
Bukittinggi, 31 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
1.3 Tujan .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................


2.1 Defenisi Hukum, Moral dan Etika ............................................
2.2 Disiplin Hukum dan Macam-Macam Hukum...........................
2.3 Aspek Hukum Dalam Kebidanan .............................................
2.4 Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan/Praktek
Kebidanan ................................................................................
2.5 Aspek hukum dan keterkaitannya dengan pelayanan/praktek
bidan dan kode etik bidan .........................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................


3.1. Saran ........................................................................................
3.2. Kesimpulan ..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hukum, etika dan kesehatan reproduksi telah di eksplorasi secara luas sejak bertahun-
tahun yang lalu adalah bukti dimana masyarakat terus menerus membutuhkan dan
menuntut layanan yang professional dan memuaskan.
Dilaporkan bahwa ada saat dimana ketiga unsur tersebut dapat bekerja secara
bersama-sama yang dapat digunakan untuk mengklarifikasi posisi yang lain, sebaliknya
ada saat dimana ada celah diantara dua hal yang berkahir buntu atau tidak ada jalan
keluarya.
Pada praktik kesehatan modern, termasuk juga praktik kebidanan, dapat ditemukan
bahwa meskipun tenaga kesehatan (nakes) didukung / dilindungi oleh hukum, yang telah
diupayakan oleh organisasi profesi sehingga setiap organisasi profesi di bidang kesehatan
mempunyai payung hukum, namun pada kenyataannya nakes dilindungi oleh hukum.
tetapi juga dilain pihak atau pada kesempatan yang sama / berbeda dapat juga didesak
oleh hukum.
Ketakutan terhadap proses pengadilan tampakya menjadi prinsip acuan praktik
modern. Manajemen risiko dan pengaturan klinis berada di urutan atas di sebagian besar
agenda layanan kesehatan. Alasan utama hal ini terjadi adalah perbaikan praktik klinik
dan pembentukan standar umum.
Keterlibatan bidan dalam inisiasi tersebut merupakan hal yang penting jika kolaborasi
dan keriasama antar disiplin ingin ditingkatkan. I Jadi, semua bidan seharusnya
memahami dengan baik hukum yang berhubungan dengan praktik kebidanan, sehingga
dapat melakukan praktik kebidanan dengan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Moral dan Etika?


2. Apa yang dimaksud dengan Hukum dan Macam-Macam Hukum ?
3. Apa yang dimaksud dengan Aspek Hukum dalam Kebidanan?
4. Apa yang dimksud dengan Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan
Praktek Kebidanan ?
5. Apa yang dimaksud dengan Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan /
Praktik Kebidanan dan Kode Etik Bidan?
1.3 Tujuan

Tujuan menulis makalah ini adalah untuk mengetahui “ASPEK HUKUM DAN
KETERKAITAN DENGAN PELAYANAN SERTA PRAKTEK BIDAN DAN KODE ETIK
BIDAN”

1. Untuk mengetahui Hukum Moral dan Etika


2. Untuk mengetahui Hukum dan Macam-Macam Hukum
3. Untuk mengetahui Aspek Hukum dalam Kebidanan
4. Untuk mengetahui Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan Praktek
Kebidanan
5. Untuk mengetahui Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan / Praktik
Kebidanan dan Kode Etik Bidan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Hukum, Moral dan Etika

A. Defenisi hukum

Pengertian hukum menurut para ahli hukum di antaranya :

1) Defenisi hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)


 Peraturan atau adat,yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah atau otoritas.
 Undang undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
 Patokan (kaidah,ketentuan).
 Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.

2) Plato
Dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan peraturan yang
teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.

3) Aristoteles
Hukum yaitu peraturan yang mengikat masyarakat tetapi juga hakim.

4) Austin
Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk member bimbingan kepada
makhluk berakal oleh makhluk berakal yang berkuasa atasnya (Friedmann, 1993:
149). Jadi, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat ole penguasa
negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk
mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersitat memaksa, dan
memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

B. Definisi Moral

Moral berasal dari bahasa Latin yaitu "Mos" (jamak : Mores) yang berarti kebiasaan
adat. "Moral" mempunyai etimologi yang sama dengan "etik, karena keduanya mengandung
arti adat kebiasaan. Istilah moral dipakai untuk menunjukkan aturan dan norma yang lebih
konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia.

Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Pada hakikatnya, moral mengindikasikan
ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas dan moral juga bersumber pada
kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (Rahma, 2004). Moral tidak hanya
berkaitan dengan larangan seksual, melankan lebih terkait dengan benar dan salah dalam
kehidupan schari-hari (Singer dalam Practicial Ethics, 1979). Jadi, moral adalah nilai-nilai
dan norma kebiasaan perilaku manusia untuk mengatur tingkah lakunya dalam
bermasyarakat.

C.Definisi Etika

Etika dalam bahasa Yunani adalah "Ethos" (tunggal), yang berarti kebiasaan-
kebiasaan tingkah laku manusia, adab, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir serta
"ta etha" (jamak), yang berarti adab kebiasaan. Dalam bahasa Inggris, "ethics", berarti ukuran
tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan
oleh manusia sesuai denga moral pada umumnya.

Menurut aristoteles etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Jadi, etika adalah ilmu pengetahuan tentang
kebiasaan perilaku manusia baik yang bersifat baik maupun buruk seperti adab, perasaan,
cara berfikir, dan akhlak.

2.2 Disiplin Hukum dan Macam-Macam Hukum

A. Disiplin Hukum

Disiplin hukum adalah :

 Suatu sistem ajaran tentang hukum


 Ilmu hukum merupakan satu bagian dari disiplin hukum

Bagian Disiplin Hukum antara lain :

1) Ilmu Hukum
 kaidah hukum (validitas sebuah hukum)
 kenyataan hukum (sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi,
 pengertian hokum
2) Filsafat hukum sistem ajaran yang pada hakikatya menjadi kerangka utama dari
segala ilmu hukum dan hukumitu sendiri beserta segala unsur penerapan dan
pelaksanaan.
3) Politik Hukum
Hukum mencakup paling sedikit tiga bidang, yakni ilmu-ilmu hukum, politik hukum
dan filsafat hukum. Dalam hal in dapat dikatakan, bahwa filsafat hukum mencakup
kegiatan perenungan nilai-nilal, perumusan nilar-nilai dan penyerasian nilal-nilai yang
berpasangan, akan tetapi yang tidak jarang bersitegang.
B. Macam-macam Hukum

Hukum itu dapat dibedakan / digolongkan / dibagi menurut bentuk, sifat, sumber,
tempat berlaku, isi dan cara mempertahankannya.

Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi :

1). Hukum Tertulis

Hukum tertulis adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-
undangan. Contoh: hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan
pada KUHPerdata. Hukum tertulis sendiri mash dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis
yang dikodifikasikan danyang tidak dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut
dibukukan dalam lembarannegara dan diundangkan tau diumumkan. Indonesia menganut
hukum tertulis yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan
penyederhanaan hukum serta kesatuanhukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila
dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus bergerak
maju.

2). Hukum Tidak Tertulis

Hukum tidak tertulis adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
dalam perundang-undangan. Contoh: hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
pada perundang-undangan tetapi dipatuhioleh daerah tertentu.

Menurut sifatnya, hukum itu dibagi menjadi :

a) Hukum yang mengatur


Hukum yang dapat diabaikan bila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri.
b) Hukum yang memaksa
Hukum yang dalam keadaan apapun memiliki paksaan yang tegas.

Menurut sumbernya, hukum itu dibagi menjadi :

1) Hukum Undang-Undang Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-


undangan.
2) Hukum Kebiasaan (adat), Hukum yang ada di dalam peraturan-peraturan adat.
3) Hukum Jurisprudensi
Hukum yangterbentuk karena keputusan hakim di masa yang lampau dalam perkara
yang sama.
4) Hukum Traktat
Hukum yang terbentuk karena adanya perjanjian antara negara yang terlibat di
dalamnya.
Menurut tempat berlakunyanya, hukum itu dibagi menjadi :

a. Hukum Nasional
Hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional
Hukum yang mengatur hubungan antar negara.
c. Hukum Asing
Hukum yang berlaku di negara asing.

Menurut isinya, hukum itu dibagi menjadi :

1) Hukum Privat (Hukum Sipil)


Hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan dan orang yang lain. Dapat
dikatakanhukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan warganegara.
Contoh: Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Tetap dalam arti sempit hukum sipil
disebut juga hukum perdata
2) Hukum Negara (Hukum Publik)
Dibedakan menjadi hukum pidana, tata negara dan administrasi negara.
a) Hukum Pidana
Hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan Negara.
b) Hukum Tata Negara
Hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan alat perlengkapan
negara.
c) Hukum Administrasi Negara
Hukum yang mengatur hubungan antar alat perlengkapan negara, hubungan
pemerintah pusat dengan daerah.

2.3 Aspek Hukum Dalam Kebidanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukuannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan ole bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu
landasan hokum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir
logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti darimberbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui :

1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan


2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut :
1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan
2. Standar pelayanan kebidanan
3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. PP No 32/Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja depkes
6. UU No.22/1999 tentang Otonomi daerah
7. UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
8. UU tentang aborsi, adopsi bayi tabung dan implantasi

2.4 Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan/Praktek Kebidanan

Hubungan hukum (perikatan) antaran bidan dengan pasien terbentuk atas dasar
perjanjian atau undang undang (pasal 1233 Kitab Undang undang Hukum Perdata “Tiap tiap
perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang undang’). Di dalam
perikatan selalu ada prestasi. Pengertian prestasi adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu
dan tidak berbuat sesuatu. Pihak yang gagal berprestasi disebut wanprestasi (ingkar janji).
Menurut Prof. Wila Candra Wila S, bahwa terdapat dua doktrin hukum perikatan, yaitu:

1. Perikatan hasil, prestasinya berupa hasil tertentu


2. Perikatan ikhtiar, prestasinya hasil tertentu

Hubungan perikatan antara bidan dengan pasien termasuk dalam kategori perikatan
ikhtiar. Bidan berupaya semaksimal mungkin, sebagai contoh perikatan atas dasar perjanjian.
Perjanjian adalah ikatan antara satu orang dengan orang lain atau lebih, yang selalu
menimbulkan hak dan kewajiban timbal balik.

Perjanjian selalu merupakan perbuatan hukum. Sebagai contoh kasus yang lain
mengenai perikatan antara bidan dengan pasien adalah ketika disuatu tempat umum tiba tiba
ada ibu hamil akan melahirkan, ada seorang bidan diantara sekian banyak orang yang ada di
tempat tersebut, maka secara hukum bidan tersebut mempunyai kewajiban menolong ibu
yang akan melahirkan tersebut. Hubungan bidan dengan ibu hamil tersebut didasari undang
undang.

Apabila bidan tersebut tidak menolong, berarti melakukan perbuatan melawan hukum,
melanggar hak orang lain, tidak melaksanakan kewajiban.karena tidak melakukan kewajiban
berarti perbuatan melawan hukum. Menurut pasal 1365 KUH Perdata bahwa tiap perbuatan
melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

Perikatan bidan dengan rumah sakit adalah dalam hubungan ketenagakerjaan, yaitu
terbentuk hubugan antara rumah sakit sebagai pemberi kerja dan bidan sebagai penerima
kerja. Berlaku ketentuan tentang (UU No.13/2003). Rumah sakit mempunyai tanggung jawab
untuk membayar gugatan ganti rugi. Bidan sebagai profesi dalam melakukan pekerjaannya,
tunduk pada hukum, standar profesi, dan etika profesi. Sebaiknya perlu dibuat perjanjian
khusus karena menyangkut pekerjaaan bidan di ruang tertentu dengan sistem shift. Menurut
Prof Wila Chandrawila S, hak bidan yang bekerja dirumah sakit adalah :

1. Mendapat kepastian hukum dengan di buatnya hospital by laws.


2. Mendapat imbalan jasa yang sesuai dengan keahlian dan pengalaman masing
masing.
3. Mendapat kenyamanan dan keamanan keja.
4. Mendapat perlindungan hukum.

Adapun kewajiban bidan di rumah sakit adalah :

1. Berkerja sesuai standar profesi bidan.


2. Mematuhi seluruh ketentuan rumah sakit.
3. Berkerja sama dengan dokter atau sejawat lain.

Hak rumah sakit adalah :

1. Mendapatkan jasa pelayan kebidanan yang maksimal.


2. Dipatuhi seluruh ketentuan rumah sakit termasuk hospital by laws.

Kewajiban rumah sakit adalah :

1. Membayar imbalan jasa berdasarkan kepatutan dan kepantasan.


2. Menghargai keterampilan dan pengalaman bidan.
3. Memberikan perlindungan hukum.
4. Memberikan kenyamanan dan keamanan kerja.
5. Membuat ketentuan hukum untuuk krpastian hukum.

Kesalahan atau kelalaian dalam praktik kebidanan sering dimaknai sama. Sebenarnya
ada perbedaan. Keasalah berarti ada unsur kesengajan sedangkan kelalaian berarti tidak ada
unsur kesengajaan. Disebut kessalahaan atau kelalaian apabila menimbukan kerugian. Tanpa
kerugian tida adaa ganti rugi dan tanpa kesalahan atau kelalian tidan ada ganti rugi.
2.5 Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan/Praktek Kebidanan

A. Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan/Praktek Kebidanan

Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.
Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam KEPMENKES RI No.
369/MENKES/SK/1I1/2007 yang berisi mengenai latar belakang kebidanan. Berbagai
defenisi dalam pelayanan kebidanan. Berbagai defenisi dalam pelayanan kebidanan, falsafah
kebidanan, paradigma kebidanan, rang lingkup kebidanan, standar praktek kebidanan, dan
kode etik bidan di Indonesia.

1. Pelayanan Kebidanan
Adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam
sistem pelayanan keschatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
2. Falsafah Kebidanan
a) Sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup pancasila,
seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan di dalam dirinya
bahwa semua manusia adalah makhluk bio psiko sosio kultural dan spiritual
yang unik
b) Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian kedua jenis individu itu
berpasangan menikah membentuk keluarga yang mempunvai anak
c) Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya
d) Persalinan adalah satu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
e) Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat untuk itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya behak mendapatkan
pelayanan yang berkualitas
f) Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang
membutuhkan persiapan
g) Kesahatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan
dan pelayanan kesahatan

3. Paradigma Kebidanan

Kebidanan bekeria dalam memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada


paradigma berupa pandangan terhadap manusia/wanita, lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan.

a. Wanita
Wanita/ manusia adalah makhluk biopsiko sosial kultural dan spiritual yang utuh
dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bemacam-macam sesual dengan
tingkat perkembangannya.

b. Lingkungan

Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi
individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya.

c. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia


dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan
tindakan.

d. Pelavanan kebidanan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang


diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam

rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

e. Keturunan

Kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh keturunan.Manusia yang sehat


dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut penyiapan wanita sebelum
perkawinan, masa kehamilan, Kelahiran dan masa nitas.

4. Lingkup Praktek Kebidanan

Lingkup praked kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/ otonomi pada
anak-anak perem. remaja putri dan wanita desa sebelum. selama kehamilan dan selanjutnya.
Hal ini berarti bidan membeirkan pengawasan yang diperlukan asuhan seta naschat bagi
wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas.

5. Standar Praktek Kebidanan


1) Standar I : Metode asuhan
Metode asthan meliputi : pengumpulan data, penentuan diagnosa perencanan
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
2) Standar II: Pengkajian
Pengumpulan data tentang status keschatan klien dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan.
3) Standar III: Diagnosa kebidanan
Diagnosa Kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
4) Standar IV : Rencana asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
5) Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien.
6) Standar VI: Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/ partisipasi klien dan
keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulthan kesehatan.
7) Standar VII: Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
8) Standar VII: Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan
tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang tidak di
rumuskan.
9) Standar IX: Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan kebidanan yang diberikan.

6. Kode Etik Bidan Di Indonesia

Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari
setiap bidan untuk memberikan pelayanan keschatan secara profesional dan sebagai anggota
tim kesehatan demi terciptanya cita-cita pembangunan nasional di bidan kesehatan pada
umumnya, KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode
etik in merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
profesional. Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang
komprehensif.

Pekerjaan yang dilakukan oleh bidan merupakan suatu profesi yang didasarkan pada
pendidikan formal tertentu naik untuk mencari nafkah maupun bukan untuk mencari nafkah.
Dalam praktek kebidanan jgua terikat oleh suatu etika profesi.

Etika adalah peraturan tentang tingkah laku yang hanya berisi kewajiban saja dan
mengatur apa yang baik dan tidak baik, sedangkan kode etik dibuat oleh organisasi profesi.

Hukum adalah perkumpulan peraturan hukum vang berisi hak dan kewajiban yang
timbal balik dan mengatur apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Bidan berupaya
semaksimal mungkin sebagai contoh perikatan atas dasar perjanjian adalah ketika pasien
datang ke tempat praktek kerja untuk memperoleh pelayanan kebidanan, maka keterikatan
yang terjadi atas dasar perjanjian.

Perjanjian adalah ikatan antara | orang dengan orang lain atau lebih yang selalu
menimbulkan hak dan kewajiban timbal balik. Hukum keschatan merupakan keseluruhan
aturan hukum menurut Prof. H.J.J. Leenen adalah :

1) Langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan


2) Merupakan penerapan hukum perdata, pidana dan hukum administrasi negara
dalam kaitan dengan pemeliharaan kesehatan
3) Bersumber dari hukum otonom yang berlaku untuk kalangan tertentu saja,
hukum kebiasaan, yurisprudensi, aturan-aturan internasional, ilmu
pengetahuan dan literatur yang ada kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan
7. Kode Etik

Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesiya dan dalam
hidupnya di masyarakat.

Tujuan Kode Etik

1) Untuk menjunjung tinggi martabat dan profesi. Dalam hal ini yang dijaga
adalah image dari pihak luar/ masyarakat mencegah orang luar memandang
remeh suatu profesi.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota Kesejahteraan
materill dan spritual (mental)
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4) Untuk meningkatkan mutu profesi

B. HAK - HAK KLIEN DAN PERSETUJUANNYA UNTUK BERTINDAK

1. Hak Pasien Dan Persetujuannya

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang memiliki manusia sebagai pasien untuk klien :

• Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dalam peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
• Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
• Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tapa
diskriminasi.
• Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
• Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nitas dan
bayinya yaitu baru dilahirkan.
• Pasien berhak mendapat mendamping, suami atau keluarga selama proses persalinan
berlangsung.
• Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
• Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
pendapat ethisnya tapa campur tangan dari pihak luar.
• Pasien berhak meminta konsultasi kepada pihak lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang dirawat.
• Pasien berhak meminta atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
• Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
a) Prognos
b) Penyakit yang diderita
c) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan. Alternatif therapi lainnya perkiraan
biaya pengobatan
• Pasien berhak menerima tau menolak bimbingan moril maupun spritiual.
• Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal praktek
Kewajiban Pasien
• Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
• Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatya.
• Pasien / penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit institusi pelayanan kesehatan, doker, bidan dan perawat.
• Pasien atau penanggungnya memenuhi hal-hal yang selalu disepakati atau perjanjian
yang telah dibuatnya.

C. TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT BIDAN DALAM PRAKTEK


BIDAN
1. Tanggung Jawab Dalam Praktek Kebidanan
1) Tanggung jawab bidan terhadap klien dan masyarakat
a) Setiap bidan senantiasa menjungjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
d) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien.
menghormati hak-hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
e) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya Senantasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2) Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
a) Setiap bidan senantiasa pelavanan paripurna terhadap klien. keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi atau rujukan.
c) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan, keterangan yang didapat atau
dipercayakan kepadanva kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan kepentingan klien.
3) Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun lainnya

4.) Tanggung jawab bidan terhadap profesinya

1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan IPTEK.
3) Setiap bidan senantiasa berperans sera dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

5.) Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah

1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya,semantrasa melaksanakan kegiatan-


kegiatan pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya dalam KIA/KB dan
kesehatan keluarga dan masyarakat
2) Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan, terutama KIA/KB dan keluarga
2. Tanggung Gugat Dalam Praktek Kebidanan

Tanggung gugat terjadi karena beberapa hal:

1) Mal episiensi, keputusan yang diambil merugikan pasien


2) Mal praktek/ lalai:
• Gagal melakukan tugas
• Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar
• Melakukan kegiatan yang mencederai klien
• Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas

3) Mal praktek terjadi karena Ceroboh Lupa Gagal mengkomunikasikan

Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum tetapi belum
dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nila-nilar etik.

• Contoh kasus :

Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami perdarahan post partum telah
melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan
utero tonika. bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka
bidan bisa saja memberikan suntikan jika kemauan pasien tetapi bidan akan berhadapan
dengan masalah yang rumit lagi.

Bila teriadi perdarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien
dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal akibat perdarahan dalam hal ini
bidan dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. walaupun bidan harus memaksa
pasiennya untuk disuntik mungkin itu keputusan yang terbaik

D. STANDAR PRAKTEK KEBIDANAN


1. Pengertian
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau
nilai dinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi
bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan keschatan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI,
2001: 53).
2. Standar praktek kebidanan
 Standar I : Metode asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan
dengan langkah yaitu pengumpulan data dan analisis data. penentuan
diagnosa perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Definisi Operasional:
a) Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan
medis.
b) Format manajemen kebidanan terdiri dari : format pengumpulan data,
rencana format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan
dan evaluasi.
 Standar II: Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan kilen dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional:
a) Ada format pengumpulan data
b) Pengumpulan data dilakukan secara sistematis terfokus yang meliputi
data:
1) Demografi identitas klien
2) Riwayat penyakit terdahulu
3) Riwayat kesehatan reproduksi
4) Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
5) Analisis data
c) Data dikumpulkan dari:
1) Klien/pasien, keluarga dan sumber lain
2) Tenaga kesahatan
3) Individu dalam lingkungan terdekat
d.) Data diperoleh dengan cara :
1) Wawancara
2) Observasi
3) Pemeriksaa fisik
4) Pemeriksaan penunjang
 Standar III:Diagnosa kebidanan
Diagnos kebidanan dirumuskn berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
Diagnosa operasional:
1) Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi
oleh klien / suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan
kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien.
2) Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas, sistematis
mengaran pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh Klien
 Standar IV: Rencana asuhan
Rencana Asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan
Definisi Operasional:
1) Ada format rencana asuhan kebidanan
2) Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa,rencana
tindakan dan evaluasi
 Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien
Definisi Operasional:
1) Ada format tindakan kebidana dan evaluasi
2) Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi
3) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien
4) Tindakan kebidanan diilaksanakan sesuai prosedur tetap dan
wewenang bidan atau tugas kolaborasi
5) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan menerapkan kode
etik kebidanan etika kebidanan serta mempertimbangkan hak klien
aman dan nyaman
6) Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia
 Standar VI: Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama / partisipasi klien dan
keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
Definisi Operasional:
a) Klien / keluarga mendapatkan informasi tentang :
1) Status kesehatan saat ini
2) Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
3) Peranan klien / keluarga dalam tindakan kebidanan
4) Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
5) Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
b.) Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan
tindakan kegiatan
 Standar VIl: Pengawasan
Monitor / pengawasan terhadap Klien dilaksanakan secara terus menerus
dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan Klien.
Definisi Operasional:
1) Adanya format pengawasan Klien
2) Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistematis untuk
mengetahui keadaan perkembangan klien
3) Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah
disediakan
 Standar VIII:Evaluasi
Evaluas asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan
tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah
dirumuskan.
Defenisi operasional:
1) Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan klien
sesuai dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.
2) Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah
dirumuskan
3) Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan
 Standar IX: Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan kebidanan yang diberikan
Definisi Operasional:
1) Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen
kebidanan
2) Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistimatis jelas dan ada yang
bertanggung jawab
3) Dokumentasi merupakan bukti legal dan pelaksanaan asuhan
kebidanan
BAB III

PENUTUP

3.1 Saran

Sebagai tenagan kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk mengerjakan


segala sesuatu dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus selalu mengupdate ilmu
dalam segala hal terutama dalam hal kebidanan.

3.2 Kesimpulan

Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.
Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam KEPMENKES RI No.
369/MENKES/SK/III/2007 yang berisi mengenai latar belakang kebidanan. Berbagai defenisi
dalam pelayanan kebidanan. Berbagai defenisi dalam pelayanan kebidanan, falsafah
kebidanan, paradigma kebidanan, rang lingkup kebidanan, standar praktek kebidanan, dan
kode etik bidan di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, Suryani dan Dandi Anwar H. 2005. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bertens K. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 2005.

Kristianto NH, Lestari N, Subketi S, editors.Pengantar Etika. Jakarta: Universitas


Terbuka:2014.

Kriyantono R, editor. Hukum dan Etika. Malang: Universitas Brawijaya; 2012.

moral, etika, dan hukum; implikasi etis dari teknologi informasi dan komunikasi. Jurnal Igra’.
20122:6(1):9-18.

Wahyuningsuh HP, Zein AY. Etika Profesi Kebidanan Yogyakarta:Fitramaya;2005.

http://belajarhukumindonesia-ourblogtemplates.com

http://macammacamhukumdiindonesia-bloghukum.com

http://pengertian-hukum-menurut-para-ahli-hukum.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai