Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Zikni Rahmi Aulia Ulfa
22220008
Adinda Yulia Salsabilla
22220018
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, bukan karena usaha dari
kami selaku penulis, melainkan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu kami baik itu dosen
kami dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku
penulis makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tugas kami selanjutnya.
Demikian kami selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan makalah
ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi semua pihak.
Bukittinggi, 31 Oktober 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
1.3 Tujan .........................................................................................
Hukum, etika dan kesehatan reproduksi telah di eksplorasi secara luas sejak bertahun-
tahun yang lalu adalah bukti dimana masyarakat terus menerus membutuhkan dan
menuntut layanan yang professional dan memuaskan.
Dilaporkan bahwa ada saat dimana ketiga unsur tersebut dapat bekerja secara
bersama-sama yang dapat digunakan untuk mengklarifikasi posisi yang lain, sebaliknya
ada saat dimana ada celah diantara dua hal yang berkahir buntu atau tidak ada jalan
keluarya.
Pada praktik kesehatan modern, termasuk juga praktik kebidanan, dapat ditemukan
bahwa meskipun tenaga kesehatan (nakes) didukung / dilindungi oleh hukum, yang telah
diupayakan oleh organisasi profesi sehingga setiap organisasi profesi di bidang kesehatan
mempunyai payung hukum, namun pada kenyataannya nakes dilindungi oleh hukum.
tetapi juga dilain pihak atau pada kesempatan yang sama / berbeda dapat juga didesak
oleh hukum.
Ketakutan terhadap proses pengadilan tampakya menjadi prinsip acuan praktik
modern. Manajemen risiko dan pengaturan klinis berada di urutan atas di sebagian besar
agenda layanan kesehatan. Alasan utama hal ini terjadi adalah perbaikan praktik klinik
dan pembentukan standar umum.
Keterlibatan bidan dalam inisiasi tersebut merupakan hal yang penting jika kolaborasi
dan keriasama antar disiplin ingin ditingkatkan. I Jadi, semua bidan seharusnya
memahami dengan baik hukum yang berhubungan dengan praktik kebidanan, sehingga
dapat melakukan praktik kebidanan dengan
Tujuan menulis makalah ini adalah untuk mengetahui “ASPEK HUKUM DAN
KETERKAITAN DENGAN PELAYANAN SERTA PRAKTEK BIDAN DAN KODE ETIK
BIDAN”
PEMBAHASAN
A. Defenisi hukum
2) Plato
Dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan peraturan yang
teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
3) Aristoteles
Hukum yaitu peraturan yang mengikat masyarakat tetapi juga hakim.
4) Austin
Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk member bimbingan kepada
makhluk berakal oleh makhluk berakal yang berkuasa atasnya (Friedmann, 1993:
149). Jadi, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat ole penguasa
negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk
mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersitat memaksa, dan
memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.
B. Definisi Moral
Moral berasal dari bahasa Latin yaitu "Mos" (jamak : Mores) yang berarti kebiasaan
adat. "Moral" mempunyai etimologi yang sama dengan "etik, karena keduanya mengandung
arti adat kebiasaan. Istilah moral dipakai untuk menunjukkan aturan dan norma yang lebih
konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia.
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Pada hakikatnya, moral mengindikasikan
ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas dan moral juga bersumber pada
kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (Rahma, 2004). Moral tidak hanya
berkaitan dengan larangan seksual, melankan lebih terkait dengan benar dan salah dalam
kehidupan schari-hari (Singer dalam Practicial Ethics, 1979). Jadi, moral adalah nilai-nilai
dan norma kebiasaan perilaku manusia untuk mengatur tingkah lakunya dalam
bermasyarakat.
C.Definisi Etika
Etika dalam bahasa Yunani adalah "Ethos" (tunggal), yang berarti kebiasaan-
kebiasaan tingkah laku manusia, adab, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir serta
"ta etha" (jamak), yang berarti adab kebiasaan. Dalam bahasa Inggris, "ethics", berarti ukuran
tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan
oleh manusia sesuai denga moral pada umumnya.
Menurut aristoteles etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Jadi, etika adalah ilmu pengetahuan tentang
kebiasaan perilaku manusia baik yang bersifat baik maupun buruk seperti adab, perasaan,
cara berfikir, dan akhlak.
A. Disiplin Hukum
1) Ilmu Hukum
kaidah hukum (validitas sebuah hukum)
kenyataan hukum (sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi,
pengertian hokum
2) Filsafat hukum sistem ajaran yang pada hakikatya menjadi kerangka utama dari
segala ilmu hukum dan hukumitu sendiri beserta segala unsur penerapan dan
pelaksanaan.
3) Politik Hukum
Hukum mencakup paling sedikit tiga bidang, yakni ilmu-ilmu hukum, politik hukum
dan filsafat hukum. Dalam hal in dapat dikatakan, bahwa filsafat hukum mencakup
kegiatan perenungan nilai-nilal, perumusan nilar-nilai dan penyerasian nilal-nilai yang
berpasangan, akan tetapi yang tidak jarang bersitegang.
B. Macam-macam Hukum
Hukum itu dapat dibedakan / digolongkan / dibagi menurut bentuk, sifat, sumber,
tempat berlaku, isi dan cara mempertahankannya.
Hukum tertulis adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-
undangan. Contoh: hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan
pada KUHPerdata. Hukum tertulis sendiri mash dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis
yang dikodifikasikan danyang tidak dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut
dibukukan dalam lembarannegara dan diundangkan tau diumumkan. Indonesia menganut
hukum tertulis yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan
penyederhanaan hukum serta kesatuanhukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila
dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus bergerak
maju.
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
dalam perundang-undangan. Contoh: hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
pada perundang-undangan tetapi dipatuhioleh daerah tertentu.
a. Hukum Nasional
Hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional
Hukum yang mengatur hubungan antar negara.
c. Hukum Asing
Hukum yang berlaku di negara asing.
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukuannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan ole bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu
landasan hokum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir
logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti darimberbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui :
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut :
1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan
2. Standar pelayanan kebidanan
3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. PP No 32/Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja depkes
6. UU No.22/1999 tentang Otonomi daerah
7. UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
8. UU tentang aborsi, adopsi bayi tabung dan implantasi
Hubungan hukum (perikatan) antaran bidan dengan pasien terbentuk atas dasar
perjanjian atau undang undang (pasal 1233 Kitab Undang undang Hukum Perdata “Tiap tiap
perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang undang’). Di dalam
perikatan selalu ada prestasi. Pengertian prestasi adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu
dan tidak berbuat sesuatu. Pihak yang gagal berprestasi disebut wanprestasi (ingkar janji).
Menurut Prof. Wila Candra Wila S, bahwa terdapat dua doktrin hukum perikatan, yaitu:
Hubungan perikatan antara bidan dengan pasien termasuk dalam kategori perikatan
ikhtiar. Bidan berupaya semaksimal mungkin, sebagai contoh perikatan atas dasar perjanjian.
Perjanjian adalah ikatan antara satu orang dengan orang lain atau lebih, yang selalu
menimbulkan hak dan kewajiban timbal balik.
Perjanjian selalu merupakan perbuatan hukum. Sebagai contoh kasus yang lain
mengenai perikatan antara bidan dengan pasien adalah ketika disuatu tempat umum tiba tiba
ada ibu hamil akan melahirkan, ada seorang bidan diantara sekian banyak orang yang ada di
tempat tersebut, maka secara hukum bidan tersebut mempunyai kewajiban menolong ibu
yang akan melahirkan tersebut. Hubungan bidan dengan ibu hamil tersebut didasari undang
undang.
Apabila bidan tersebut tidak menolong, berarti melakukan perbuatan melawan hukum,
melanggar hak orang lain, tidak melaksanakan kewajiban.karena tidak melakukan kewajiban
berarti perbuatan melawan hukum. Menurut pasal 1365 KUH Perdata bahwa tiap perbuatan
melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Perikatan bidan dengan rumah sakit adalah dalam hubungan ketenagakerjaan, yaitu
terbentuk hubugan antara rumah sakit sebagai pemberi kerja dan bidan sebagai penerima
kerja. Berlaku ketentuan tentang (UU No.13/2003). Rumah sakit mempunyai tanggung jawab
untuk membayar gugatan ganti rugi. Bidan sebagai profesi dalam melakukan pekerjaannya,
tunduk pada hukum, standar profesi, dan etika profesi. Sebaiknya perlu dibuat perjanjian
khusus karena menyangkut pekerjaaan bidan di ruang tertentu dengan sistem shift. Menurut
Prof Wila Chandrawila S, hak bidan yang bekerja dirumah sakit adalah :
Kesalahan atau kelalaian dalam praktik kebidanan sering dimaknai sama. Sebenarnya
ada perbedaan. Keasalah berarti ada unsur kesengajan sedangkan kelalaian berarti tidak ada
unsur kesengajaan. Disebut kessalahaan atau kelalaian apabila menimbukan kerugian. Tanpa
kerugian tida adaa ganti rugi dan tanpa kesalahan atau kelalian tidan ada ganti rugi.
2.5 Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan/Praktek Kebidanan
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.
Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam KEPMENKES RI No.
369/MENKES/SK/1I1/2007 yang berisi mengenai latar belakang kebidanan. Berbagai
defenisi dalam pelayanan kebidanan. Berbagai defenisi dalam pelayanan kebidanan, falsafah
kebidanan, paradigma kebidanan, rang lingkup kebidanan, standar praktek kebidanan, dan
kode etik bidan di Indonesia.
1. Pelayanan Kebidanan
Adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam
sistem pelayanan keschatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
2. Falsafah Kebidanan
a) Sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup pancasila,
seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan di dalam dirinya
bahwa semua manusia adalah makhluk bio psiko sosio kultural dan spiritual
yang unik
b) Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian kedua jenis individu itu
berpasangan menikah membentuk keluarga yang mempunvai anak
c) Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya
d) Persalinan adalah satu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
e) Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat untuk itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya behak mendapatkan
pelayanan yang berkualitas
f) Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang
membutuhkan persiapan
g) Kesahatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan
dan pelayanan kesahatan
3. Paradigma Kebidanan
a. Wanita
Wanita/ manusia adalah makhluk biopsiko sosial kultural dan spiritual yang utuh
dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bemacam-macam sesual dengan
tingkat perkembangannya.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi
individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya.
c. Perilaku
d. Pelavanan kebidanan
e. Keturunan
Lingkup praked kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/ otonomi pada
anak-anak perem. remaja putri dan wanita desa sebelum. selama kehamilan dan selanjutnya.
Hal ini berarti bidan membeirkan pengawasan yang diperlukan asuhan seta naschat bagi
wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari
setiap bidan untuk memberikan pelayanan keschatan secara profesional dan sebagai anggota
tim kesehatan demi terciptanya cita-cita pembangunan nasional di bidan kesehatan pada
umumnya, KIA/KB dan kesehatan keluarga.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode
etik in merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
profesional. Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang
komprehensif.
Pekerjaan yang dilakukan oleh bidan merupakan suatu profesi yang didasarkan pada
pendidikan formal tertentu naik untuk mencari nafkah maupun bukan untuk mencari nafkah.
Dalam praktek kebidanan jgua terikat oleh suatu etika profesi.
Etika adalah peraturan tentang tingkah laku yang hanya berisi kewajiban saja dan
mengatur apa yang baik dan tidak baik, sedangkan kode etik dibuat oleh organisasi profesi.
Hukum adalah perkumpulan peraturan hukum vang berisi hak dan kewajiban yang
timbal balik dan mengatur apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Bidan berupaya
semaksimal mungkin sebagai contoh perikatan atas dasar perjanjian adalah ketika pasien
datang ke tempat praktek kerja untuk memperoleh pelayanan kebidanan, maka keterikatan
yang terjadi atas dasar perjanjian.
Perjanjian adalah ikatan antara | orang dengan orang lain atau lebih yang selalu
menimbulkan hak dan kewajiban timbal balik. Hukum keschatan merupakan keseluruhan
aturan hukum menurut Prof. H.J.J. Leenen adalah :
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesiya dan dalam
hidupnya di masyarakat.
1) Untuk menjunjung tinggi martabat dan profesi. Dalam hal ini yang dijaga
adalah image dari pihak luar/ masyarakat mencegah orang luar memandang
remeh suatu profesi.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota Kesejahteraan
materill dan spritual (mental)
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4) Untuk meningkatkan mutu profesi
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang memiliki manusia sebagai pasien untuk klien :
• Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dalam peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
• Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
• Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tapa
diskriminasi.
• Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
• Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nitas dan
bayinya yaitu baru dilahirkan.
• Pasien berhak mendapat mendamping, suami atau keluarga selama proses persalinan
berlangsung.
• Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
• Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
pendapat ethisnya tapa campur tangan dari pihak luar.
• Pasien berhak meminta konsultasi kepada pihak lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang dirawat.
• Pasien berhak meminta atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
• Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
a) Prognos
b) Penyakit yang diderita
c) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan. Alternatif therapi lainnya perkiraan
biaya pengobatan
• Pasien berhak menerima tau menolak bimbingan moril maupun spritiual.
• Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal praktek
Kewajiban Pasien
• Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
• Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatya.
• Pasien / penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit institusi pelayanan kesehatan, doker, bidan dan perawat.
• Pasien atau penanggungnya memenuhi hal-hal yang selalu disepakati atau perjanjian
yang telah dibuatnya.
1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan IPTEK.
3) Setiap bidan senantiasa berperans sera dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum tetapi belum
dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nila-nilar etik.
• Contoh kasus :
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami perdarahan post partum telah
melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan
utero tonika. bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka
bidan bisa saja memberikan suntikan jika kemauan pasien tetapi bidan akan berhadapan
dengan masalah yang rumit lagi.
Bila teriadi perdarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien
dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal akibat perdarahan dalam hal ini
bidan dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. walaupun bidan harus memaksa
pasiennya untuk disuntik mungkin itu keputusan yang terbaik
PENUTUP
3.1 Saran
3.2 Kesimpulan
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.
Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam KEPMENKES RI No.
369/MENKES/SK/III/2007 yang berisi mengenai latar belakang kebidanan. Berbagai defenisi
dalam pelayanan kebidanan. Berbagai defenisi dalam pelayanan kebidanan, falsafah
kebidanan, paradigma kebidanan, rang lingkup kebidanan, standar praktek kebidanan, dan
kode etik bidan di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Soepardan, Suryani dan Dandi Anwar H. 2005. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
moral, etika, dan hukum; implikasi etis dari teknologi informasi dan komunikasi. Jurnal Igra’.
20122:6(1):9-18.
http://belajarhukumindonesia-ourblogtemplates.com
http://macammacamhukumdiindonesia-bloghukum.com
http://pengertian-hukum-menurut-para-ahli-hukum.blogspot.com