Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Permasalahan Moral Etika Dalam Pelayanan Kesehatan Di Masyarakat


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Hukum Kesehatan

Dosen Pembimbing

Dr. Maryati, S. Pd, MARS, MH

Oleh :

Kelompok 2

Sri Lestari Ishartoyo (220607052)

Sri Mega Utami (220607053)

Sufi Virolla (220607054)

Tara Triana (220607373)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta Keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan Moral Etika dalam
Pelayanan Kesehatan di Masyarakat” tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Hukum Kesehatan” selain itu
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca mengenai permasalahan
moral etika dalam pelayanan Kesehatan di masyarakat.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Untuk Itu Kami
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Maryati, S. Pd, MARS, MH selaku dosen pengampu
mata kuliah Hukum Kesehatan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisan.Oleh karena itu kami memohon maaf
atas segala kesalahan dan kekurangannya. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman untuk kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jakarta, 10 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 1

Latar Belakang........................................................................................................... 1

Rumusan Masalah...................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................ 3

Etika........................................................................................................................... 3

1. Definisi........................................................................................................... 3
2. Jenis-jenis Etika............................................................................................. 4
3. Penerapan Etika.............................................................................................. 5

Moral.......................................................................................................................... 6

1. Definisi........................................................................................................... 6

Moralitas.................................................................................................................... 7

Kode Etika.................................................................................................................. 8

1. Kode Etik Internasional Bidan....................................................................... 8


2. Kode Etik bidan.............................................................................................. 9

Permasalahan Moral Etika Dalam Pelayanan............................................................ 12

Sanksi Permasalahan Kode Etik................................................................................. 14

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 16

Kesimpulan................................................................................................................ 16

Saran........................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Etika adalah aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat tertentuatau
komunitas. Aturan bertindak ini ditentukan oleh setiap kelompok masyarakat,
danbiasanya bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi, serta tidak tertulis.
Sedangkanhukum adalah aturan berperilaku masyarakat dalam suatu masyarakat atau
negara yangditentukan atau dibuat oleh para pemegang otoritas atau pemerintah negara,
dan tertulis.Baik etika maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan yang
sama, yakniterciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman, dan damai. Oleh sebab
itu, semuaanggota masyarakat harus mematuhi etika dan hukum ini. Apabila tidak,
maka bagi parapelanggar kedua aturan perilaku ini memperoleh sanksi yang berbeda.
Bagi pelanggar etika sanksinya adalah “moral”, sedangkan bagi pelanggar hukum,
sanksinya adalah hukuman (pidana atau perdata).
Petugas kesehatan dalam melayani masyarakat, juga akan terikat pada etika
danhukum, atau etika dan hukum kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
perilakupetugas kesehatan harus tunduk pada etika profesi (kode etik profesi) dan juga
tunduk padaketentuan hukum, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila petugas kesehatan melanggar kode etik profesi, maka akan memperoleh sanksi
“etika” dari organisasi profesinya. Dan mungkin juga apabia melanggar ketentuan
peraturan atauperundang-undangan, juga akan memperoleh sanksi hukum (pidana atau
perdata). Seiring dengan kemajuan zaman, serta kemudahan dalam akses informasi, era
globalisasi atau kesejagatan membuat akses informasi tanpa batas, serta peningkatan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi membuat masyarakat semakin kritis. Disisi lain
menyebabkantimbulnya berbagai permasalahan etik. Selain itu perubahan gaya hidup,
budaya dan tatanilai masyarakat, membuat masyarakat semakin peka menyikapi
berbagai persoalan, termasuk memberi penilaian terhadap pelayanan yang diberikan
petugas kesehatan. Perkembangan ilmu dan tekhnologi kesehatan yang semakin maju
telah membawa manfaatyang besar untuk terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Perkembanganini juga diikuti dengan perkembangan hukum di bidang
kesehatan, sehingga secarabersamaan, petugas kesehatan menghadapi masalah hukum
terkait dengan aktivitas, perilaku, sikap dan kemampuannya dalam menjalankan profesi
kesehatan. Ketika masyarakat merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan atau apabila

1
seorangpetugas kesehatan merugikan pasien, tidak menutup kemungkinan untuk di meja
hijaukan.
Bahkan didukung semakin tinggi peran media, baik media massa maupun
elektronik dalammenyoroti berbagai masalah yang timbul dalam pelayanan kesehatan,
merupakan hal yangperlu diperhatikan dan perlu didukung pemahaman petugas
kesehatan mengenai kode etikprofesi dan hukum kesehatan, dasar kewenangan dan
aspek legal dalam pelayanankesehatan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman ynag
komprehensif dan integratif tentangsikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang
petugas kesehatan, pedoman tersebutadalah kode etik profesi.Kode etik profesi penting
diterapkan, karena semakin meningkatnya tuntutanterhadap pelayanan kesehatan dan
pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakattentang prinsip dan nilai moral yang
terkandung dalam pelayanan profesional. Kode etikprofesi mengandung karakteristik
khusus suatu profesi. Hal ini berarti bahwa standar profesiharus diperhatikan dan
mencerminkan kepercayaan serta tanggung jawab yang diterimaoleh profesi dalam
kontrak hubungan profesional antara tenaga kesehatan dan masyarakat.Masyarakat
memberi kepercayaan kepada tenaga kesehatan untuk melaksanakankewajibannya
dalam memutuskan dan melakukan tindakan berdasarkan pada pertimbanganterbaik
bagi kepentingan masyarakat (penerima layanan kesehatan) yang mengacu padastandar
praktik dan kode etik profesi. Kode etik adalah seperangkat prinsip etik yangdisusun
atau dirumuskan oleh anggota-anggota kelompok profesi, yang merupakan
cerminkeputusan moral dan dijadikan standar dalam memutuskan dan melakukan
tindakan profesi.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud dengan moral?
3. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
4. Apa yang dimaksud kode etik bidan?
5. Apa saja yang termasuk kode etik bidan?
6. Apa contoh dan sanksi bagi pelanggar kode etik kebidanan?

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Etika
A. Definisi

Pada ilmu disiplin filsafat, etos merupakan pendekatan yang sistematis untuk
memahami, menganalisis, dan membedakan hal-hal yang benar dan salah, yang baik
dan yang buruk, yang mengagumkan dan menyedihkan, karena itu berhubungan
dengan kesejehteraan di antara makhluk hidup. Penentu etika diterapkan melalui
penggunaan teori, pendekatan, dan kode etik resmi, seperti kode yang dikembangkan
untuk profesi dan agama. Etika adalah proses aktif dan bukan kondisi statis, maka
beberapa etos menggunakan ungkapan etika, (Rich, 2016).

Etika diartikan sebagai suatu system moral yang mempelajari terkait prinsip
benar atau salah, yang mana kemuadian bukan melakukan apa yang benar, tetapi
“hal yang benar”. Etika akan mempengaruhi cara seseorang dalam membuat
keputusan dan menjalani hidup. Etika bersangkutan dengan apa yang baik bagi
seseorang dan Masyarakat, juga dideskripsikan sebagai filosofi moral. Implikasinya,
dalam konsep etika tidak ada ruang untuk pembuktian dan demonstrasi seperti
halnya dalam sains dan matematika; etichal argument terkait dengan retorika, yang
mana dapat dikatakan; kita membujuk orang lain untuk percaya, dibandingkan
dengan membuktikan kepada mereka bahwa kepercayaan yang kita pegang itu
benar, (Chouwdhury, 2021).

Perbedaan etika, etik, dan etis adalah:

1) Etika merupakan disiplin ilmu yang berkaitan denga napa yangdianggap dapat
diterima dalam perilaku manusia, apayang baik atau buruk, benar atau salah
dalam melakukan tindakan untuk mencapai suatu tujuan.
2) Etik merupakan asas atau nilai yang berkaitan dengan perilaku/akhlak, menilai
benar serta salah.

3
3) tis diartikan sebagai segala suatu hal yang sesuai dengan etika, mecakup
tindakan/kata-kata, dianggap sesuai dengan asas dan norma yang telah
disepakati.

B. Jenis-Jenis Etika
1) Personal Ethics (Etik Personal)
Etika pribadi adalah sistem etika atau doktrin apa pun yang telah dipilih
dalam beberapa cara sebagai pedoman moral dalam kehidupan tertentu
seseorang. Etika pribadi dalam arti ini didasarkan atas komitmen pribadi
terhadap kehidupan moral dan pertentangan dengan etika apa pun, bukan
tentang seberapa banyak hal ini diakui atau dibenarkan, bukanlah suatu pilihan
objektif. Etika pribadi artinya, dalam kasus "committed ethics" (etika
komitmen) atau "active ethics" (etika aktif). Etika pribadi merupakan etika
situasional yang berkebalikan/menentang etika universal dan tidak memihak
yang diterima dalam prinsip universalisasi. Personal atau pribadi dalam hal ini
sama dengan "tertentu" atau "kontekstual". Etika pribadi berfokus pada peranan
pribadi dan kecenderungan moral mereka.
2) Sosial Ethics (Etika Sosial)

Eika sosial merupakan makna terbesar dalam berurusan dengan apa yang
benar (baik) dan apa yang salah (buruk) dalam unit sosial. Tubuh sosial dapat
dipecah menjadi unit-unit sosial yang lebih sederhana seperti orang, kelompok,
institusi, negara, atau masyarakat global secara keseluruhan. Kemudian isu ini
akan berkaitan dengan etika pribadi, etika keluarga, etika pertemanan, etika
pekerjaan, etika internasional, dan akhirnya etika global.

3) Religiuos Ethics (Etika Agama)


Etika agama adalah prinsip moral yang membimbing agama dan yang
menetapkan standar untuk perilaku apa yang diterima dan tidak. Asas-asas
dasar ini mengalir dari kepercayaan inti dan kebijaksanaan agama kuno, para
guru, dan tradisi. Kebanyakan agama kuno memiliki komponen etika yang
sering kali berasal dari wahyu atau bimbingan supranatural yang dianggap sah.

4
Menurut Simon Blackburn,"bagi banyak orang, etika tidak hanya berkaitan
dengan agama, tetapi telah ditetapkan dengan itu. Beberapa orang tidak perlu
mencemaskan atau berpikir terlalu banyak terkait etika, karena memang sudah
ada instruksi atau kode peraturan yang berkuasa, buku pedoman terkait
bagaimana cara hidup". Etika, yang merupakan cabang utama filsafat,
mencakup tingkah laku yang benar dan kehidupan yang baik. Secara signifikan
lebih luas daripada konsepsi umum untuk menganalisis yang benar dan yang
salah. Sebuah aspek utama etika adalah "the good life" (kehidupan yang baik),
kehidupan yang kayak dijalani atau kehidupan yang cukup memuaskan, yang
dipercayai ole banyak filsuf, menjadi lebih penting daripada perilaku
moral tradisional.
4) Bussines Ethics (Etika Bisnis)
Etika bisnis adalah studi terkait situasi bisnis, aktivitas, dan kepuasan
dimana is benar dan salah ditangani. Perlu ditegaskan bahwa dengan "benar"
dan "salah" yang dimaksud adalah benar secara moral dan salah yang
bertentangan, misalnya: benar salah secara ekonomi, strategi, dan finansial.
Selain itu, dengan etika bisnis, kita tidak hanya melakukan bisnis secara
komersial, melainkan juga secara organisasi pemerintah, tekanan dengan
kelompok, bisnis nirlaba, badan amal, dan organisasi lainnya.
5) Proffesional Ethics (Etika Profesional)
Etika profesional adalah prinsip yang mengatur perilaku seseorang atau
kelompok dalam lingkungan bisnis. Seperti nilai, etika profesional memberikan
aturan, aturan tentang bagaimana seseorang harus bertindak terhadap orang lain
dan institusi dalam lingkungan seperti itu. Profesional merupakan sekelompok
orang yang mencari nafkah dengan melakukan kegiatan yang sama dan yang
mengatur in semua sendiri. Pertama, mereka harus membentuk konstitusi.
Kedua, mereka harus menerbitkan kode aturan profesional atau kode etik
perilaku. Kode atau kaidah in harus sesuai dengan hukum dan seringkali lebih
mengekang daripada hukum (Chowdhury, 2021).
C. Penerapan Etika
Penerapan etika mengacu pada praktik pengaplikasian pertimbangan moral
yang praktis. Etika sehubungan dengan tindakan dalam dunia nyata dan
pertimbangan moral pada kehidupan pribadi maupun publik, profesional, kesehatan,
teknologi, hukum dan kepemimpinan. Pada dasarnya, terdapat dua pendekatan

5
dalam etika terapan; pertama adalah penerapan etika yang mengacu pada keilmuan,
prinsip, dan teori etika, yang kedua adalah penerapan etika yang didasarkan pada
situasi dan kondisi lingkungan, keadaan, melakukan improvisasi tapa disertai
dengan teori keabsahan yang valid. Pendekatan yang pertama bertujuan untuk
menerapkan prinsip-prinsip dari teori etika. Para filsuf berupaya merevisi formulasi
prinsip etika klasik agar dapat diterapkan pada masa kini.
Dua teori etika utama yang digunakan pada dewasa ini adalah Utilitarianism
dan Deontological ethics; teori etika lain seperti virtue ethics (Aristotelianism,
Confucianism, dan Religion Based Ethical Theory). Bagaimanapun juga, masing-
masing dari pendekatan teori ini memiliki kesulitan yang beragam. Setiap teori
etika ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip yang berbeda dan memiliki beberapa
ketentuan yang mask akal, namun tidak ada satu teori pun yang dapat secara
terperinci menjelaskan semua aspek masalah. Etika terapan dapat
ditemukan dalam hampir semua jenis bidang profesional dan praktik sosial.
Meskipun etika kedokteran/medis/kebidanan, etika lingkungan, etika bisnis, dan
etika hukum merupakan sub-bidang utama, etika terapan terdapat dalam hak asasi
manusia seperti; perang, media, komunikasi, olahraga, penelitian/rise akademis,
publikasi, dan bidang-bidang lain (Chowdhury, 2021).
2. Moral
A. Definisi
Kata moral berasal dari bahasa latin "mos" atau "moralis" yang memiliki arti
kebiasaan atau tata cara (Tschudin, 2003). Moral merujuk pada sikap pribadi
seseorang, prinsip dan nilai dari apa yang benar dan salah. Sedangkan etika
merajuk pada aturan, prinsip, norma, dan nilai yang bersifat lahirian pada individu,
seperti norma dan nilai masyarakat sosial, kaidah perilaku kerja, azas-azas
keagamaan, dan lain sebagainya. Etika mungkin juga konsep sebagai studi
moralitas secara filsafat (Mahoni, 2019; Quinn, 2015).
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial mereka, moralitas
dikembangkan dalam kaitannya dengan norma, nilai, dan pola tindakan dengan
konteks sosial. Dalam hal ini, titik kuncinya yaitu seseorang sebagai anggota dari
komunitas sosial apapun yang memiliki berbagai macam posisi
moral yang berbeda yang dimungkinkan dapat bereaksi dan berkontruksi kedalam
moralitas personal pribadi mereka, sehubungan dengan pengaturan sosial dan
budaya eksternal yang lebih baik (Fransson, 2016).

6
Moral atau nilai-nilai moral adalah suatu system kepercayaan yang muncul
dari nilai-nilai dasar. Moral adalah aturan spesifik dan dikendalikan oleh prinsip
yang mengatur hasrat seseorang menjadi baik. Seseorang dapat dibagi dalam suatu
populasi yang besar. Tetapi kaidah moral seseorang bergantung pada nilai-nilai
pribadi dalam diri mereka. Seseorang akan membuat keputusan moral yang
didasarkan pada nilai-nilai pribadi setiap saat. Salah satu contoh moral adalah
penentuan nilai kejujuran seseorang: menyontek itu buruk, tetapi pada orang yang
lebih menghargai kesuksesan daripada kejujuran mungkin akan berpikir
sebaliknya: menyontek itu baik (Chowdhury, 2021).
Moral adalah kepercayaan, tingkah laku, dan cara spesifik yang meniru etika.
Moral seseorang dinilai baik atau buruk melalui analisis etika yang sistematis..
Salah satu standar moral yang diterima di masyarakat adalah common morality,
atau moralitas umum. Common morality terdiri dari kepercayaan normatif dan
perilaku yang umumnya disepakati oleh para anggota masyarakat dan yang tidak
asing bagi sebagian besar umat manusia. Karena agama membentuk apa yang
dianggap seperti moralitas universal, moralitas umum memberi masyarakat
kerangka kestabilan moral. (Rich, 2016).
3. Moralitas
Moralitas di definisikan sebagai "kode" atau seperangkat aturan.
Mengesampingkan pandangan bahwa moralitas adalah perasaan atau intuisi dari apa
yang diperlukan dan dizinkan. Untuk menghindari penghakiman, moralitas di sini akan
digambarkan sebagai pedoman untuk mengevaluasi dan terlibat dalam sikap dan
tingkah laku. Terkadang memang ada perbedaan antara mana "normatif" dari moralitas
yang merujuk pada pedoman yang benar untuk diikuti, yang kedua, terdapat pengertian
lain yang merujuk pada pedoman yang sebenarnya ingin diikuti orang-orang dan yang
belum tentu benar. R.M Hare (1952; lihat HARE, R.M. Prespectivism) memberikan
definisi formal terkait moralitas dengan membangun penilaian moral sebagai
prespektif universal (diterapkan untuk individu yang sama dan relevan dalam situasi
yang sama dan relevan), dan diambil oleh pembicara untuk memiliki makna yang lebih
penting (Wong, 2013).

Moralitas merupakan prinsip sistem sosial normatif yang sah terkait


pengaturan dari perilaku yang baik atas individu. Moralisme, sebagai sebutan dari
serangkaian praktik dan sikap dan bukan sebagai sistem yang sebenarnya

7
(penyimpangan), atau lebih baik, karena penunjukan sikap aneh yang menuntun
individu untuk secara keliru/salah untuk menjadikannya sebagai suatu hal yang sah.
Sikap normatif dapat dikenakan tuduhan sebagai tidak sah jika klaim yang diberikan
termasuk dalam konteks tidak pantas (Taylor, 2005). Oleh karena itu, moralisme
ternyata menjadi masalah ketika seseorang berniat untuk hidup selaras dengan itu.
Salah satu konsekuensinya adalah promosi perilaku dibawah dalih untuk melakukan
apa yang benar dan tepat (kadang-kadang melawan) di luar peraturan hukum positif
yang membimbing dari kebebasan dan keadilan (March et al., 2013).

Salah satu contoh moralisme adalah, apabila merokok dilarang karena


menciptakan gangguan publik, maka hukum tersebut merupakan conto dari legal
moralism. Akan tetapi, apabila merokok dilarang atau dibatasi karena
membahayakan orang lain (menghirup asap rokok/perokok pasif), maka hukum
tersebut merupakan contoh dari harm principle (Archer, 2018).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moralisme diartikan sebagai


filsafat yang menitikberatkan pada moral dan menganggap nilai kesusilaan sebagai
nilai yang paling luhur sehingga kewajiban manusia teruta,a adalah
menyelenggarakan nilai kesusilaan itu, sedangkan ilmu pengetahuan dan
sebagainya menjadi tidak penting (KBBI, 2021).

4. Kode Etik
Kode etik profesi merupakan “suatu penyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang
profesinya baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, profesi dan diri sendirinya”.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melakasanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi tentang petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut
tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Pada
dasarnya tujuan diciptakannya kode etik suatu profesi adalah untuk kepentingan
anggota dan kepentingan organisasi.

8
a) Kode Etik Internasional Bidan
Tujuan dari International Confederation of Midwives (ICM) adalah untuk
meningkatkan standar asuhan yang diberikan kepada ibu (perempuan), bayi, dan
keluarga di seluruh dunia melalui pengembangan, pendidikan, dan pemanfaatan
yang pantas dari bidan profesional. Sejalan dengan hal ini, ICM menetapkan kode
berikut untuk membimbing praktik klinis, pendidikan dan penelitian terhadap
bidan. Kode ini mengakui ibu (perempuan) sebagai orang yang memiliki hak asasi
manusia, mencari keadilan bagi sema orang dan kesetaraan dalam mengakses
pelayanan kesehatan, dan didasarkan pada hubungan timbal balik seperti rasa
hormat, kepercayaan, dan martabat semua anggota masyarakat (Medical Ethics
Today The BMA's handbook of ethics and law Third edition, no date).
Kode tersebut memenuhi perintah etis bidan sesuai dengan misi, definsisi, dan
standar ICM tentang bidan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu
(perempuan), dan bayi dalam keluarga dan komunitas. Pelayanan kesehatan yang
demikian dapat mencakup siklus kehidupan reproduksi perempuan sejak masa
pra-kehamilan (pra-konsepsi) - kehamilan - melahirkan - nifas - hingga
menopause dan akhir kehidupan. Tugas in mencakup cara bidan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memberikan asuhan kebidanan, cara bidan dalam
menjunjung tanggung jawab dan tugas professional, serta cara bidan dalam
memastikan integritas dari profesi kebidanan.
b) Kode Etik Bidan

Kode etik mengungkapkan seperangkat kewajiban dan tanggung jawab etika


yang terlibat dalam menjalankan suatu profesi. Pada kebidanan, kode etik
kebidanan (midwifery codes of ethics) merupakan suatu dokumen yang
menetapkan peraturan bagi bidan dalam menetapkan prioritas pekerjaan sebagai
seorang profesional, menunjukkan prinsip-prinsip dalam berhubungan dengan
pasien/klien, teman sejawat, dan masyarakat. Prinsip dan perilaku yang termuat
dalam kode etik akan memperkaya suatu profesi dalam proses pengambilan
keputusan, bertingkah laku, dan bertindak. Standar prinsip dari kode etik
ditentukan ole masing-masing profesi dan bidang keilmuan, seperti; kode etik
bisnis, hukum, politik, dan kesehatan.

Kode etik bidan ini harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam
melaksanakan tugasnya. Tak hanya untuk dipatuhi saja, kode etik ini juga

9
digunakan sebagai pegangan untuk menjalankan tugas. Bahkan lebih luas lagi,
kode etik ini juga digunakan untuk melakukan aktivitas atau pergaulan sehari-hari,
sehingga tidak hanya digunakan saat kerja, tetapi juga diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Penetapan kode etik terutama pada profesi bidan ini ditetapkan oleh organisasi
terkait, yaitu organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Pada 1986 lalu, IBI
dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X tahun 1988 menetapkan
dan mengesahkan petunjuk pengesahan pelaksanaan dalam Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) IBU tahun 1991.

Sesuai dengan panduan IBI, kode etik bidan ini berisi 6 butir bab. Berikut
adalah 6 butir bab yang terdapat di dalam kode etik bidan, diantaranya:

a) Kewajiban Bidan Terhadap Klien dan Masyarakat


Untuk kode etik terkait kebijakan bidan terhadap klien dan masyarakat, terdiri
atas 6 butir yang antara lain adalah:
1. iap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada:
peran, tugas, dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga,
dan masyarakat.
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien, dan menghormati nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga, dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
b) Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya
Kode etik tentang kewajiban bidan terhadap tugasnya terdiri atas 3 butir, yaitu:

10
1. Setiap Bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,
keluarga, dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat
2. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakan konsultasi atau rujukan.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau
diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
c) Kewajiban Bidan Terhadap Teman Sejawat
Kode etik terkait kewajiban bidan terhadap teman sejawat dan tenaga medis
terdiri atas 2 butir, yakni:
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang sesuai.
2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
d) Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya
Kode etik kewajiban seorang bidan terhadap profesinya terdiri dari 3 butir,
yaitu:
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangan diri dan Kebidanan
Komunitas meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
e) Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri
Kode etik bidan juga mengatur mengenai kewajiban seorang bidan terhadap
dirinya sendiri yang terdiri atas 2 butir, yaitu:
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

11
2. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilans esuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
f) Kewajiban Bidan Terhadap Nusa, Bangsa, dan Tanah Air
Kode etik bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa, dan tanah air terdiri atas 2
butir, yaitu:
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan. Khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

5. Permasalahan Moral Etika dalam Pelayanan Kesehatan


A. Contoh Permasalahan Moral Etika dalam Pelayanan Kesehatan

Dikutip dari laman http://news.okezone.com/read/2008/05/18/1/110398/1/remaja-


aborsi-tewas-usai-disuntik-bidan, didapatkan berita:

KEDIRI – Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21),
warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas
setelah berusaha menggugurkan janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas
setelah disuntik obat perangsang oleh bidan puskesmas.

Peristiwa nahas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi hasil
hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri.
Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun
hasil hubungan gelap yang dilakukan Novila dan Santoso.

Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang istri
bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal
sendirian di rumahnya. Karena itulah ketika bertemu dengan Novila yang masih
kerabat bibinya di Ponorogo, Santoso merasa menemukan pengganti istrinya.

Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi perselingkuhan hingga membuat


Novila hamil 3 bulan. Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk
menggugurkan janin tersebut atas persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya

12
mendatangi Endang Purwatiningsih (40), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di
Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri.

Keputusan itu diambil setelah Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap
menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara suntik. Pada mulanya Endang
sempat menolak permintaan Santoso dan Novila dengan alasan keamanan. Namun
akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000.

Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan Endang setelah
turun menjadi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di
salah satu puskesmas di Kediri melakukan aborsi. Metode yang dipergunakan Endang
cukup sederhana.

Ia menyuntikkan obat penahan rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur
dengan Cyanocobalamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh Novila. Menurut pengakuan
Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami kontraksi dan
mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.

“Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah
disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya,” terang Kasat
Reskrim Polres Kediri AKP Didit Prihantoro di kantornya, Minggu (18/5/2008).

Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi
hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh Santoso menuju
rumahnya, Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi
organ intimnya terus mengeluarkan darah.

Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskesmas Puncu. Namun
karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya,
petugas medis di ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga
meninggal dunia pada hari Sabtu pukul 23.00 WIB.

Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di rumah


sakit. Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekuk
Endang di rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya,
petugas menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada korban.

13
Saat ini Endang berikut Santoso diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap
menyebabkan kematian Novila. Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare
Kediri mengaku kaget dengan kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini
Novila belum memiliki suami ataupun pacar.

Karena itu ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan
menghukum pelaku. Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal 348
KUHP tentang pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya
sebagai tenaga medis atau bidan.

Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992.
Belum diketahui secara pasti sudah berapa lama Endang membuka praktik aborsi
tersebut.

(Hari Tri Wasono/Sindo/jri).

Dari berita di atas didapatkan bahwa bidan telah melanggar kode etik bidan
terhadap klien dan Masyarakat pada poin 5 dimana disebutkan bahwa setiap bidan
dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga,
dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
yang dimilikinya. Seperti yang kita ketahui bahwa bidan tidak memiliki kemampuan
untuk melakukan aborsi baik dengan indikasi medis atau pun non medis.

6. Sanksi Permasalahan Kode Etik


Dasar Hukum Tindakan Aborsi yang Melawan Hukum menurut KUHP Pembahasan
kasus ini mempergunakan beberapa dasar hukum yang menjadi dasar untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Dasar hukum untuk
tindakan aborsi yang melawan hukum menurut KUHP antara lain:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
2) Pasal 347 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
a) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya
seorang perempuan tidak dengan ijin perempuan itu, dihukum penjara selama-
lamanya dua belas tahun.

14
b) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama-
lamanya lima belas tahun.\
3) Pasal 348 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
a) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya
seorang perempuan dengan ijin perempuan itu dihukum penjara selama-lamanya
lima tahun enam bulan.
b) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara
selamalamanya tujuh tahun.
4) Pasal 349 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Jika seorang dokter, bidan atau
juru obat membantu melakukan kejahatan tersebut pada pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.
5) Pasal 55 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Pasal 55 (1) dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana :


 Ke-1 mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut serta
melakukan perbuatan.
 Ke-2 mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat dengan kekerasan atau penyesatan,
atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan
orang lain supaya melakukan perbuatan.
Dasar Hukum Aborsi menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Landasan atau dasar hukum aborsi yang sesuai dengan ketentuan diatas adalah
tertuang dalam Pasal 75, pada ayat (1) terdapat larangan untuk melakukan Tindakan aborsi
bagi setiap orang. Pada ayat (2) terdapat pengecualian dalam hal indikasi kedaruratan medis,
dan juga adanya situasi yang sifatnya darurat pribadi yaitu kehamilan akibat perkosaan yang
dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Hal ini dilakukan dibawah
pengawasan dan wewenang ahli Kesehatan.
Pasal 76 aturan ini terdapat sejumlah persyaratan khusus yang harus dipatuhi ketika
akan melakukan aborsi. Sehingga tidak bisa sembarangan untuk dilakukan. Sedangkan dalam
Pasal 77 adalah kewajiban Pemerintah untuk memberikan perlindungan dan mencegah

15
perempuan melakukan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab
serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB 3

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Etika diartikan sebagai suatu system moral yang mempelajari terkait prinsip benar
atau salah, yang mana kemuadian bukan melakukan apa yang benar, tetapi “hal yang
benar”. Etika akan mempengaruhi cara seseorang dalam membuat keputusan dan
menjalani hidup. Etika bersangkutan dengan apa yang baik bagi seseorang dan
Masyarakat, juga dideskripsikan sebagai filosofi moral. Implikasinya, dalam konsep
etika tidak ada ruang untuk pembuktian dan demonstrasi seperti halnya dalam sains dan
matematika; etichal argument terkait dengan retorika, yang mana dapat dikatakan; kita
membujuk orang lain untuk percaya, dibandingkan dengan membuktikan kepada mereka
bahwa kepercayaan yang kita pegang itu benar.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melakasanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi tentang petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-
ketentuan tentang apa yang boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak
saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Pada dasarnya tujuan
diciptakannya kode etik suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan
organisasi.
2. SARAN
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh tenaga kesehatan dalam
praktik pelayanan kesehatan diperlukan upaya pengawasan yang efektif oleh pemerintah

16
dan pemerintah daerah serta Konsil Tenaga Kesehatan dan Organisasi Profesi sesuai
kewenangannya. Pemberlakuan sanksi pidana terhadap tenaga kesehatan perlu
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tujuan
untuk memberikan efek jera bagi tenaga kesehatan serta untuk mencegah tenaga
kesehatan yang lain melakukan perbuatan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Naimah, & Sulisyani Prabu Aji. 2022. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan Pada Kebidanan.
Padang: Global Eksekutif Teknologi

Anggraini, Dina Dewi, & Sulistyani Prabu Aji. 2022. Etika Profesi Kebidanan. Padang: Get
Press

Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992, Tentang Undang-Undang Kesehatan, Sinar Grafika


pasal 15 (2), Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai