Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KODE ETIK BAGI BIDAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

ANITA MUSTAFA (2022092104 )


NURHAYANA (2022092105)
MUSDALIFAH (2022092106)
RISNA KADIR (2022092107)
FITRIANI YUSMA (2022092108)
NURBAETI (2022092109)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2023 – 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kode Etik Bagi Bidan” ini tepat
waktu.Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen dan Kepemimpinan
dalam Pelayanan Kebidanan” pada program studi S1 Kebidanan di Institut Teknologi Kesehatan
Dan Sains Muhammadiyah Sidrap semester 6 tahun ajaran 2023.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Bd.Asmah Sukarta


S.ST.M.Kes selaku dosen pengampuh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami terkait materi tersebut. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI

SAMPUL..........................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar belakang .....................................................................................


B. Rumusan masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
D. Manfaat ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

A. Pengertian Kode Etik Kebidanan...........................................................


B. Tujuan Kode Etik Kebidanan.................................................................
C. Dimensi Kode Etik.................................................................................
D. Kode Etik Kebidanan.............................................................................
E. Penyimpangan Kode Etik Bidan Dan Sanksinya...................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan


hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya
serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang
berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari
tumbuh kembangnya etika di masyarakat.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara
tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Dalam menjalankan tugas dan
praktiknya, profesi bidan bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan, serta kode etik profesi yang dimilikinya. Profesi
kebidanan memerlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi bidan tentang bagaimana
mereka harus menjalankan profesinya yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh anggota profesinya. Tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya
melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat yang
dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.

Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat khususnya bidang kebidanan


telah mempengaruhi peran bidan dalam praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan
kesejahteraan keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya. Pada dasarnya
tanggung jawab bidan adalah menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi dengan
menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau sarana yang memadai serta mendidik
dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan yang mampu memberi
pelayanan berkualitas. Dengan penjabaran diatas maka dalam kesempatan kali ini akan
dipaparkan mengenai kajian kode etik profesi bidan sehingga bidan mengetahui norma –
norma yang harus dipatuhi oleh setiap profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan
hidupnya dimasyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kode Etik Kebidanan?
2. Apa tujuan Kode Etik Kebidanan?
3. Apa saja dimensi kode etik ?
4. Bagaimana prinsip kode etik ?
5. Apa saja kode etik kebidanan ?
6. Bagaimana penyimpangan kode etik bidan dan sanksinya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kode Etik Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan Kode Etik Kebidanan
3. Untuk mengetahui dimensi kode etik
4. Untuk mengetahui prinsip kode etik
5. Untuk mengetahui kode etik kebidanan
6. Untuk mengetahui penyimpangan kode etik bidan dan sanksinya

D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian Kode Etik Kebidanan
2. Pembaca dapat mengetahui tujuan Kode Etik Kebidanan
3. Pembaca dapat mengetahui dimensi kode etik
4. Pembaca dapat mengetahui prinsip kode etik
5. Pembaca dapat mengetahui kode etik kebidanan
6. Pembaca dapat mengetahui penyimpangan kode etik bidan dan sanksinya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Kebidanan


Etik merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan juga nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).Kode etik berasal dari dua kata yaitu kode dan etik. Kode memiliki arti sebagai
tanda yang disetujui dengan maksud tertentu. Sedangkan etik berasal dari bahasa Yunani
yaitu "ethos" yang berarti watak, adab, atau cara hidup sehingga kode etik dapat diartikan
sebagai tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan ketatasusilaan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.
Kode etik juga dapat dipahami sebagai norma atau asas yang diterima oleh suatu kelompok
tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Dalam pengertian lain, kode etik dapat digambarkan sebagai aturan yang tertulis secara
sistematis dan dibuat berdasarkan prinsip moral yang ada sehingga ketika dibutuhkan dapat
berperan sebagai alat untuk mengatasi tindakan yang dinilai menyimpang dari kode etik.
Pengertian kode etik menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Berten L, kode etik merupakan norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh
kelompok profesi dan untuk mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para
anggotanya mengenai berbuat yang seharusnya dan sekaligus menjamin kualitas moral
profesi yang bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif.
2. Howard Stephenson mengatakan bahwa kode etik merupakan kegiatan humas yang secara
praktis memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu yang berlandaskan latihan,
kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar etikanya.

Profesi berasal dari kata profesio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi
adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam
melayani masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta profesi sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, mililter, dan
teknik.
Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendamping dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat
bayinya dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut
keilmuan, metode kerja, standar praktik, standar pelayanan dan kode etik profesi yang
dimiliki. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat
(registrasi), dan diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus yaitu, sebagai pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu :
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.
Kode Etik adalah Norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat.
Kode etik merupakan suatu aturan yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap
anggota profesi. Dalam hal ini adalah bidan. Di dalamnya juga berisi larangan dan juga
ketentuan yang harus diikuti oleh anggota profesi, termasuk bidan. Kode etik bidan ini harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya.
Tak hanya untuk dipatuhi saja, kode etik ini juga digunakan sebagai pegangan untuk
menjalankan tugas. Bahkan lebih luas lagi, kode etik ini juga digunakan untuk melakukan
aktivitas atau pergaulan sehari-hari, sehingga tidak hanya digunakan saat kerja, tetapi juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin di kalangan profesi, jika semua individu yang menjalankan profesi yang sama
tergabung dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi
secara disiplin, barulah ada jaminan bahwa organisasi profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etik akan dikenai sanksi.
Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI. Kode etik bidan pertama kali
disusun tahun 1986 dan disahkan dalam kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk
pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun
1991. Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.
B. Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah
orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik
suatu progfesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik
juga disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Dalam kesejahteraan material anggota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-
larangan bagi anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode
etik juga menciptakanperaturan-peraturan yang di tujukan kepada pembahasan tingkah
laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan
sesama anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode
etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi

C. Dimensi Kode Etik


1. Anggota Profesi dan Klien / Pasien :
Melayani dengan baik menerapkan etika, mengedepankan hak klien, melaksanakan
kewajiban bidan.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan:
Bidan memberi pelayanan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.
3. Anggota Profesi dan profesi kesehatan:
Menjalin dan menjaga hubungan yang baik. Bidan, Dokter, Dokter SpOG, Perawat gigi,
perawat, petugas gizi, Kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
4. Anggota profesi dan sesama profesi :
Saling menghargai, membantu, minta bantuan, saling melengkapi, jangan saling
menjelekkan.

D. Prinsip Kode Etik

1. Menghargai otonomi.
2. Melakukan tindakan yang benar.
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Berlakukan manusia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga perasaan.

E. Kode Etik Bidan Indonesia


MUKADIMAH
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur demi
tercapainya :
1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945,
2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.

Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia mencitapkan Kode Etik Bidan Indonesia
yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap
bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara professional dan sebagai anggota tim
kesehatan demi tercapaianya cita – cita pembangunan nasional dibidang kesehatan pada
umumnya, KIA / KB dan kesehatan keluarga pada khususnya.

Mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya pada detik-detik yang sangat menentukan
pada saat menyambut kelahiran insan generasi penerus secara selamat, aman dan nyaman
merupakan tugas sentral dari pada bidan. Menyadari tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-
nilai social budaya yang berlaku dalam masyarakat, sudah sewajarnya etik bidan ini
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan ideal dan Garis-
garis Besar Haluan Negara sebagai landasan operasional.

Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik
ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
professional.

Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang komprehensif


terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh
berkembang menjadi insan Indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap
memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada
khususnya.
BAB I KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
Kewajiban untuk memperioritaskan kebutuhan dan menghormati norma yang berlaku
dimasyarakat:
1. Setiap bidan senantisasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya.dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya.
a. Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah
ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijakan yang berlaku dengan penuh
kesungguhan dan tanggung jawab.
b. Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal kepada
siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan
Negara.
c. Bidan dalam melaksankan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugas.
d. Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan kesaksian
pengadilan.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
a. Pada hakikatnya manusia termasuk klien yang membutuhkan penghargaan dan
pengakuan yang hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah atau
masyarakat kurang mampu.
b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi
pelayanan professional yang memadai kepada setiap klien.
c. Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara
penuh tanpa mementingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan klien
serta menghargai klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri.
d. Dalam memberi pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki
nilai – nilai penganbdian yang sangat esensial. Pengabdian dan pelayanan bidan adalah
dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
a. Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban yang
telah digariskan dalam permenkes No 28 Tahun 2017.
b. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan
perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan
perawatan bayi dan memberi petunjuk pada ibu tentang makanan bayi, termasuk cara
menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak.
c. Memberi obat – obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi klien.
d. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus – kasus yang
tidak dapat diatasi sendiri.
e. Bidan melaksanakan perannya ditengah kehidupan masyarakat.
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati
hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan kemampuan yang di milikinya .
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk memberi
penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau PKMD
atau kepada ibu yang mempunyai balita / ibu hamil untuk memeriksakan diri di
posyandu.
b. Bidan dimana saja, baik di kantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik PMB,
maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu memberi
motivasi untuk selalu hidup sehat.
1) Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri maupun kelompok
2) Bidan harus menghormati hak klien
3) Bidan menghormati nilai-nilai dimasyarakat.
BAB II KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP TUGAS
1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang di milikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
a. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal,
memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan
b. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan
c. Membei pelayanan bersifat promotif atau peningkattan kesehatan.
d. Memeberi pelayanan bersifat rehabilitative
2. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi atau
rujukan.
a. Menolong partus dirumah sendiri, dipuskesmas, di rumah sakit dan di rumah klien
b. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan
wewenangnya.
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong kerumah sakit yang memiliki fasilitas
lebih lengkap.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau di percayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau di perlukan sehubungan dengan
kepentingan bidan.

BAB III KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN


LAINNYA
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
a. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/ non pemerintah, jika ada
sejawat berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan sehingga tugas
pelayanan tetap berjalan.
b. Sesama sejawat saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan, pikni
bersama, mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan
keluarga, khitanan.
2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
a. Dalam menetapkan lokasi PMB, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah
ada.
b. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan mengonsultasikan
kesulitan pada sejawat
c. Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertlongan memndadak
hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan bersama.

BAB IV KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA


1. Setiap bidan menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
a. Menjadi panutan dalam hidupnya
b. Berpenampilan yang baik
c. Tidak membeda bedakan, pangkat, dan golongan.
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan
e. Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari keuntungan
pribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk
f. Menggunakan pakaian dinas dan kelangkpannya hanya dalam waktu dinas.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Mengembangkan kemampuan dilahan Pratik.
b. Mengikuti pendidikan formal
c. Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, loka karya,
symposium, membaca majalah, buku dan lain – lain secara pribadi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri
f. Melaksanaan penelitian mandiri
g. Mengolah hasil penilitian
h. Membuat laporan penelitian

BAB V KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI


1. Setiap bidan harus memelihara kesehatanya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
a. Memperhatikan kesehatan perorangan
b. Memeperhatikan kesehatan lingkungan
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan
diri kedokter
2. Setiap bidan seharusnya berusaha terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi.
a. Membaca buku buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan pada umumnya
bahkan pengetahuan umum
b. Menyempatkan baca koran
c. Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan
a. Mengikuti penataran, seminar, symposium, loka karya tentang kesehatan umumnya,
kebidanan khususnya
b. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan yang
jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI ditingkat kecamatan, cabang, daerah
atau pusat
c. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan
d. Mengisi rubrik buletin
e. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit- rumah sakit yang
lebih maju ke daerah-daerah terpencil
f. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam kesempatan
pertemuan rutin
BAB VI KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAHAN NUSA,BANGSA DAN
TANAH AIR
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga.
a) Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan cara :
1. Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari kepada
anggota
2. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan Mempelajari program
pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia
3. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan umumnya,
keperawatan dan kebidanan khususnya
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisifasi dan menyumbang pemikiranya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
a. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk faktor
penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.
b. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat
yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai:
1) Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
2) Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB
yang telah disediakan oleh masyarakat.

BAB VII PENUTUP


Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari hari senantiasa menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

F. Penyimpangan Kode Etik Bidan Dan Sanksinya

Kode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan
dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap
masyarakat. Bidan yang menolong persalinan banyak melakukan penyimpangan pelayanan
kebidanan yang tidak seharusnya dilakukan oleh bidan seperti teknik kristeller, episiotomy
yang terlalu lebar hingga bayi meninggal, perdarahan karena robekan uterus dan akhirnya
dirujuk dan dilakukan tindakan histerektomi. Mestinya bidan sudah mempunyai
keterampilan dalam pertolongan persalinan sehingga penyimpangan-penyimpangan ini tidak
terjadi.

Sebelum melakukan pertolongan bidan juga harus melihat penapisan awal terlebih
dahulu apakah pasien ini beresiko, bila menemukan pasien ini beresiko mestinya bidan
tersebut melakukan rujukan terencana. Bentuk dari pelanggaran ini bermacam-macam.
Seperti pemberian pelayanan yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur
dalam Permenkes RI No 28 tahu 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Sebelum melakukan pertolongan bidan juga harus melihat penapisan awal terlebih dahulu
apakah pasien ini beresiko, bila menemukan pasien ini beresiko mestinya bidan tersebut
melakukan rujukan terencana.

Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah penanganan kasus
kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong partus patologis dan yang lainnya. Setiap
penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus
yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan
bila terbukti melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan
mendapat sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya.

Sanksi adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau penderitaan
yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar
kode etik dan hak / kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan
yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka
akan diberikan sanksi sesuai dengan Permenkes RI No 28 tahu 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan,
pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda. Selain itu bidan juga bisa
mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran terhadap Peraturan
Perundang-undangan. Apabila seorang bidan melakukan pelanggaran kode etik maka
penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian
sanksi dilakukan berdasarkan peraturan- peraturan yang berlaku di dalam organisasi IBI
tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan pelanggaran yuridis dan dihadapkan
ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah
bidantersebut telah benar-benar melakukan kesalahan.

Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi
bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya
sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum
kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan.

Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek sebagai berikut:

1. Aspek Hukum

Dalam melakukan praktek kebidanan, seorang bidan berpedoman pada Permenkes RI


No 28 tahu 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Tugas dan
wewenang bidan terutama dalam bab III pasal 18 sampai dengan pasal 27, yang garis
besarnya berisi tentang bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan
keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai pedoman dan tata
cara dalam pelaksanaan profesi, sesuai dengan wewenang peraturan kebijaksanaan yang
ada, maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945.

2. Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok – kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan,
dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan
dengan peraturan yang ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok dokter
yang memunyai kode etik kedokteran, dan untuk kelompok bidan memunyai kode etik
kebidanan. Dalam kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada
pelanggaraan yang berupa sanksi administratif, seperti penurunan pangkat, pencabutan
izin atau penundaan gaji.

3. Aspek Agama

Semua agama melarang tindakan yang bias mengancam nyawa manusia bahkan
membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup (manusia) ciptaan Tuhan
memiliki hak untuk hidup, meskipun masih berada dalam kandungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu sistem untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan
fungsinya.Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadaptasi
suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Kode etik diharapkan
mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya.
Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat.

Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak / kewajiban bidan yang
telah diatur oleh organisasi profesi.Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa
pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda.
Selain itu bidan juga bisa mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran
terhadap Peraturan Perundang-undangan. Apabila seorang bidan melakukan pelanggaran
kode etik maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI.
Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan- peraturan yang berlaku di dalam
organisasi IBI tersebut.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswi Bidan
Sebagai mahasiswi bidan, sebaiknya harus mendalami etik dan kode etik profesi
terlebih dahulu, agar dapat menerapkannya saat praktik, sehingga dapat menghasilkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai dengan wewenang profesinya.
2. Bagi Para Bidan
Sebagai seorang bidan hendaknya selalu menerapkan dan menjadikan etik dan kode
etik profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan. Sehingga klien akan
merasa nyaman dengan pelayanan bidan dan akan segan dengan profesi bidan.
DAFTAR PUSTAKA
https://deepublishstore.com/blog/kode-etik-bidan/#:~:text=Penutup-,Apa%20Itu%20Kode
%20Etik%20Bidan%3F,oleh%20anggota%20profesi%2C%20termasu
http://kebidanan-smt2.blogspot.com/2016/10/kode-etik-profesi-bidan.html
k%20bidan.
https://ibu397882253.wordpress.com/2019/09/20/kode-etik-bidan-indonesia/
https://media.neliti.com/media/publications/286351-perbuatan-melawan-hukum-terhadap-
wewenan-67e5e1dc.pdf
https://ppid.uny.ac.id/content/etik-dan-etika#:~:text=Etik%20merupakan%20kumpulan%20asas
%20atau,dan%20kewajiban%20moral%20(akhlak).
https://www.brilio.net/wow/pengertian-kode-etik-ini-tujuan-manfaat-dan-faktor-pelanggarannya-
220901u.html

Anda mungkin juga menyukai