Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kode Etik Bagi Bidan” ini tepat
waktu.Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen dan Kepemimpinan
dalam Pelayanan Kebidanan” pada program studi S1 Kebidanan di Institut Teknologi Kesehatan
Dan Sains Muhammadiyah Sidrap semester 6 tahun ajaran 2023.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
A. Latar Belakang
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Dalam menjalankan tugas dan
praktiknya, profesi bidan bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan, serta kode etik profesi yang dimilikinya. Profesi
kebidanan memerlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi bidan tentang bagaimana
mereka harus menjalankan profesinya yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh anggota profesinya. Tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya
melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat yang
dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kode Etik Kebidanan?
2. Apa tujuan Kode Etik Kebidanan?
3. Apa saja dimensi kode etik ?
4. Bagaimana prinsip kode etik ?
5. Apa saja kode etik kebidanan ?
6. Bagaimana penyimpangan kode etik bidan dan sanksinya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kode Etik Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan Kode Etik Kebidanan
3. Untuk mengetahui dimensi kode etik
4. Untuk mengetahui prinsip kode etik
5. Untuk mengetahui kode etik kebidanan
6. Untuk mengetahui penyimpangan kode etik bidan dan sanksinya
D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian Kode Etik Kebidanan
2. Pembaca dapat mengetahui tujuan Kode Etik Kebidanan
3. Pembaca dapat mengetahui dimensi kode etik
4. Pembaca dapat mengetahui prinsip kode etik
5. Pembaca dapat mengetahui kode etik kebidanan
6. Pembaca dapat mengetahui penyimpangan kode etik bidan dan sanksinya
BAB II
PEMBAHASAN
Profesi berasal dari kata profesio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi
adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam
melayani masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta profesi sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, mililter, dan
teknik.
Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendamping dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat
bayinya dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut
keilmuan, metode kerja, standar praktik, standar pelayanan dan kode etik profesi yang
dimiliki. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat
(registrasi), dan diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus yaitu, sebagai pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu :
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.
Kode Etik adalah Norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat.
Kode etik merupakan suatu aturan yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap
anggota profesi. Dalam hal ini adalah bidan. Di dalamnya juga berisi larangan dan juga
ketentuan yang harus diikuti oleh anggota profesi, termasuk bidan. Kode etik bidan ini harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya.
Tak hanya untuk dipatuhi saja, kode etik ini juga digunakan sebagai pegangan untuk
menjalankan tugas. Bahkan lebih luas lagi, kode etik ini juga digunakan untuk melakukan
aktivitas atau pergaulan sehari-hari, sehingga tidak hanya digunakan saat kerja, tetapi juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin di kalangan profesi, jika semua individu yang menjalankan profesi yang sama
tergabung dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi
secara disiplin, barulah ada jaminan bahwa organisasi profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etik akan dikenai sanksi.
Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI. Kode etik bidan pertama kali
disusun tahun 1986 dan disahkan dalam kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk
pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun
1991. Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.
B. Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah
orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik
suatu progfesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik
juga disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Dalam kesejahteraan material anggota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-
larangan bagi anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode
etik juga menciptakanperaturan-peraturan yang di tujukan kepada pembahasan tingkah
laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan
sesama anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode
etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi
1. Menghargai otonomi.
2. Melakukan tindakan yang benar.
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Berlakukan manusia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga perasaan.
Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia mencitapkan Kode Etik Bidan Indonesia
yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap
bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara professional dan sebagai anggota tim
kesehatan demi tercapaianya cita – cita pembangunan nasional dibidang kesehatan pada
umumnya, KIA / KB dan kesehatan keluarga pada khususnya.
Mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya pada detik-detik yang sangat menentukan
pada saat menyambut kelahiran insan generasi penerus secara selamat, aman dan nyaman
merupakan tugas sentral dari pada bidan. Menyadari tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-
nilai social budaya yang berlaku dalam masyarakat, sudah sewajarnya etik bidan ini
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan ideal dan Garis-
garis Besar Haluan Negara sebagai landasan operasional.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik
ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
professional.
Kode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan
dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap
masyarakat. Bidan yang menolong persalinan banyak melakukan penyimpangan pelayanan
kebidanan yang tidak seharusnya dilakukan oleh bidan seperti teknik kristeller, episiotomy
yang terlalu lebar hingga bayi meninggal, perdarahan karena robekan uterus dan akhirnya
dirujuk dan dilakukan tindakan histerektomi. Mestinya bidan sudah mempunyai
keterampilan dalam pertolongan persalinan sehingga penyimpangan-penyimpangan ini tidak
terjadi.
Sebelum melakukan pertolongan bidan juga harus melihat penapisan awal terlebih
dahulu apakah pasien ini beresiko, bila menemukan pasien ini beresiko mestinya bidan
tersebut melakukan rujukan terencana. Bentuk dari pelanggaran ini bermacam-macam.
Seperti pemberian pelayanan yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur
dalam Permenkes RI No 28 tahu 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Sebelum melakukan pertolongan bidan juga harus melihat penapisan awal terlebih dahulu
apakah pasien ini beresiko, bila menemukan pasien ini beresiko mestinya bidan tersebut
melakukan rujukan terencana.
Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah penanganan kasus
kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong partus patologis dan yang lainnya. Setiap
penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus
yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan
bila terbukti melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan
mendapat sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya.
Sanksi adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau penderitaan
yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar
kode etik dan hak / kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan
yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka
akan diberikan sanksi sesuai dengan Permenkes RI No 28 tahu 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan,
pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda. Selain itu bidan juga bisa
mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran terhadap Peraturan
Perundang-undangan. Apabila seorang bidan melakukan pelanggaran kode etik maka
penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian
sanksi dilakukan berdasarkan peraturan- peraturan yang berlaku di dalam organisasi IBI
tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan pelanggaran yuridis dan dihadapkan
ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah
bidantersebut telah benar-benar melakukan kesalahan.
Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi
bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya
sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum
kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan.
Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek sebagai berikut:
1. Aspek Hukum
2. Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok – kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan,
dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan
dengan peraturan yang ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok dokter
yang memunyai kode etik kedokteran, dan untuk kelompok bidan memunyai kode etik
kebidanan. Dalam kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada
pelanggaraan yang berupa sanksi administratif, seperti penurunan pangkat, pencabutan
izin atau penundaan gaji.
3. Aspek Agama
Semua agama melarang tindakan yang bias mengancam nyawa manusia bahkan
membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup (manusia) ciptaan Tuhan
memiliki hak untuk hidup, meskipun masih berada dalam kandungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu sistem untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan
fungsinya.Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadaptasi
suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Kode etik diharapkan
mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya.
Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat.
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak / kewajiban bidan yang
telah diatur oleh organisasi profesi.Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa
pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda.
Selain itu bidan juga bisa mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran
terhadap Peraturan Perundang-undangan. Apabila seorang bidan melakukan pelanggaran
kode etik maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI.
Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan- peraturan yang berlaku di dalam
organisasi IBI tersebut.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswi Bidan
Sebagai mahasiswi bidan, sebaiknya harus mendalami etik dan kode etik profesi
terlebih dahulu, agar dapat menerapkannya saat praktik, sehingga dapat menghasilkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai dengan wewenang profesinya.
2. Bagi Para Bidan
Sebagai seorang bidan hendaknya selalu menerapkan dan menjadikan etik dan kode
etik profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan. Sehingga klien akan
merasa nyaman dengan pelayanan bidan dan akan segan dengan profesi bidan.
DAFTAR PUSTAKA
https://deepublishstore.com/blog/kode-etik-bidan/#:~:text=Penutup-,Apa%20Itu%20Kode
%20Etik%20Bidan%3F,oleh%20anggota%20profesi%2C%20termasu
http://kebidanan-smt2.blogspot.com/2016/10/kode-etik-profesi-bidan.html
k%20bidan.
https://ibu397882253.wordpress.com/2019/09/20/kode-etik-bidan-indonesia/
https://media.neliti.com/media/publications/286351-perbuatan-melawan-hukum-terhadap-
wewenan-67e5e1dc.pdf
https://ppid.uny.ac.id/content/etik-dan-etika#:~:text=Etik%20merupakan%20kumpulan%20asas
%20atau,dan%20kewajiban%20moral%20(akhlak).
https://www.brilio.net/wow/pengertian-kode-etik-ini-tujuan-manfaat-dan-faktor-pelanggarannya-
220901u.html