Anda di halaman 1dari 6

Tindakan Perioperatif

1. Membersihkan Daerah Operasi


Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat menjadi sumber kuman yang dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi
kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene. Tindakan perioperatif membersihkan daerah operasi
yang diperhatikan oleh perawat selain kebersihan tubuh pasien adalah pencukuran daerah
operasi.

2. Mencukur Daerah Operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu atau menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka insisi pada lengan. Tindakan
pencukuran harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan sampai menimbulkan luka pada
daerah yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar
pasien merasalebih nyaman.

Standar Operasional Prosedur


Tujuan
Terciptanya area operasi yang bersih (bebas dari rambut/bulu).
Mencegah terjadinya infeksi daerah operasi.
Persiapan Alat :
Sarung tangan on steril.
Perlak.
Handuk kecil/waslap.
Clipper Electric.
Cairan desinfektan/betadine/foam pencukur.
Plester.
Kom berisi air bersih.

Prosedur
Petunjuk yang perlu diperhatikan petugas kamar operasi pada saat pencukuran adalah
sebagai berikut:
1. Waktu yang tepat untuk melakukan pencukuran adalah segera sebelum operasi
dimulai.
2. Dokter harus menulis atau menyampaikan perintah untuk mencukur.
3. Pasien harus menandatangani persetujuan operasi.
4. Daerah yang dicukur harus berupa daerah persegi dengan batas luarnya kira-kira 2-3
cm daerah insisi sebenarnya.
5. Semua pencukuran dilakukan setelah kulit pasien dibasahi.
6. Gunakan cairan desinfektan/ foam pencukur atau betadine juga dapat merupakan
pilihan, tetapi pastikan bahwa pasien tidak alergi terhadap cairan desinfektan atau
foam tersebut.
7. Jaga rahasia pribadi pasien (patients privacy) dengan membatasi tirai dan hanya
daerah yang akan dicukur diperlihatkan.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Cukur rambut menggunakan alat cukur elektrik/clipper rambut dengan gerakan yang
tegas ke arah tumbuhnya rambut dan kulit jangan tergores atau melipat karena
mikroorganisme dapat diam pada kulit yang pecah.
10. Setelah pencukuran selesai, keringkan daerah tersebut dengan menggunakan handuk
atau waslap, angkat semua rambut yang lepas (menggunakan plester agar lebih
mudah dan bersih), dan tinggalkan pasien dalam keadaan rapi dan nyaman.
11. Setelah selesai pencukuran tulis dan paraflah pada lembar terintegritas pada status
pasien setelah selesai pencukuran.
12. Buang sarung tangan, mata pisau clipper, kassa yang telah digunakan pada tempat
sampah yang sesuai, bersihkan baki, clipper dan kembalikan pada tempat semula.

Perhatian :
Jangan melakukan pencukuran tanpa adanya perintah tertulis.
Waktu melakukan pengkajian awal pada kulit pasien laporkan bila sudah ada luka
atau goresan ataupun setiap ruam yang ditemukan sebelum memulai persiapan
prabedah pada pasien.
Setiap luka atau goresan pada pasien perlu dilaporkan kepada dokter bedah dan dibuat
laporan kejadian.
Semua pencukuran di daerah kepala dilakukan dengan hati-hati.
Semua pencukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan persiapan operasi.

3. Informed Concent
Informed concent terdiri atas kata informed artinya telah mendapatkan informasi dan consent
berarti persetujuan (izin). Berdasarkan Permenkes No.585/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik informed consent adalah suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien yang
diberikan secara bebas, sadar, dan rasional setelah memperoleh informasi yang lengkap, valid,
dan akurat yang dipahami dari dokter tentang keadaan penyakitnya serta tindakan medis yang
akan diperolehnya. Informed consent adalah pernyataan setuju (consent) atau izin dari
seorang (pasien) yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien sesudah mendapatkan informasi
cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. Guwandi (2004).

Adapun fungsi dan tujuan Informed Concent. Dilihat dari fungsinya, informed
consent memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi bagi pasien dan fungsi bagi dokter. Dari sisi
pasien, informed consent berfungsi untuk :
Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memutuskan secara bebas pilihannya
berdasarkan pemahaman yang memadai
Proteksi dari pasien dan subyek
Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan
Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan introspeksi diri
sendiri (self-Secrunity)
Promosi dari keputusan-keputusan yang rasional
Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial
dan mengadakan pengawasan penyelidikan biomedik). Guwandi (I), 208 Tanya Jawab
Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent). (Jakarta : FKUI, 1994), hal.2

Sedangkan bagi pihak dokter, informed consent berfungsi untuk membatasi


otoritas dokter terhadap pasiennya.Ibid , hal 3. Sehingga dokter dalam melakukan
tindakan medis lebih berhati-hati, dengan kata lain mengadakan tindakan medis atas
persetujuan dari pasien. Adapun tujuan dari Informed consent menurut jenis tindakan dibagi
atas tiga yaitu bertujuan untuk penelitian, mencari diagnosis dan untuk terapi. Ratna
Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, (Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo, 2001), hal.45

Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah :


Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasien;
Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak
terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak
mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan dengan cara
semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti. Guwandi
(II), Rahasia Medis, (Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 2005), hal. 32

Standar Operasional Prosedur Informed Concent


Pengertian : Suatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan medis/ perawatan
selama dirawat di RS
Tujuan : Sebagai pedoman persetujuan dari pasien atau keluarga terhadap tindakan yang
dilakukan
Kebijakan : Dilakukan kepada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan Operasi
Prosedur
1. Setelah pasien diindikasikan tindakan operasi oleh dokter, pasien atau keluarga
dijelaskan mengenai:
Pengertian tindakan operasi
Tujuan tindakan operasi
Indikasi tindakan operasi
Komplikasi tindakan operasi
Prosedur tindakan operasi
2. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut atau perawat yang
sudah mendapatkan limpahan dari dokter yang merawat
3. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah:
Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh
Pasangan hidup pasien (istri atau suami)
Orang tua / wali
Bagi pasien usia < 18 tahun, wali atau orang tua atau keluarga terdekat
(penanggung jawab)
4. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan Operasi yang akan dilakukan,
kemudian menandatangani surat persetujuan yang telah tersedia dengan disertai saksi
sesuai dengan format surat pernyataan
DAFTAR PUSTAKA
Gruendemann, Barbara J. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. I Prinsip. Alih bahasa,
Brahm U. Pendit. Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha dan Siti Aminah.
Jakarta: EGC.2005.
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah (Sabistons Essentials Surgery). Alih bahasa, Petrus
Andrianto dkk. Jakarta: EGC. 1995.

Anda mungkin juga menyukai