Anda di halaman 1dari 10

NAMA :DEA ROSMAYANTI

NIM :E.0106.20.003

PRODI :D3 KEBIDANAN

1. Jelaskan persiapan pasien pre operasi secara fisik maupun psikologis nya !
Persiapan pasien pre operasi
Menurut Sjamsuhidajat, Prasetyono, dan Riwanto (2017),bahwa persiapan pasien pre
operasi meliputi persiapan fisik dan persiapan mental, persiapan ini penting sekali untuk
mengurangi factor resiko yang diakibatkan dari suatu pembedahan.
1) Persiapan fisik
Perawatan yang harus diberikan pada pasien pre operasi, diantaranya keadaan umum
pasien, keseimbangan cairan dan elektrolit, status nutrisi, puasa, personal hygiene, dan
pengosongan kandung kemih.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara
lain:
a. Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat
kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen.
c. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
d. Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/ menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka.
e. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang
kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah
yang di operasi.
f. Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
g. Latihan Pra Operasi Berbagai
latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai
persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi.
2) Persiapan mental/psikologis
Pasien secara mental harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan, karena selalu
ada rasa cemas atau khawatir terhadap penyuntikan, nyeri luka, anestesi, bahkan terhadap
kemungkinan cacat atau mati. Hubungan baik antara penderita, keluarga dan
tenaga kesehatan sangat membantu untuk memberikan dukungan sosial (support system)
dan pendidikan kesehatan.

2. Apa inform consent yang harus dilakukan pada pasien pasien pre operasi. Jelaskan
langkah-langkah inform consent nya !
Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil
apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anestesi).
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail
terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang
akan dijalani.
Secara sederhana terdapat empat langkah praktis untuk melakukan informed consent,
dimulai pada saat dokter memberikan informasi kepada pasien, dan diakhiri sewaktu
pasien telah memberikan consent kepada dokter. Empat langkah tersebut sbb :

1. Communication.
Komunikasi dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan adalah yang bisa memberi
pencerahan kepada pasien, yang etis dimana tidak melanggar etika-etika medis.
Penggunaan bahasa komunikasi pun bertujuan agar pasien dapat memahaminya,
sehingga dokter harus menjelaskan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.

2. Condition.
Dalam hal ini dokter secara langsung harus memahami bagaimana kondisi klinis dan
kompetensi dari pasien pada saat dokter memberikan informasi tersebut. Jika yang
dihadapi pasien dewasa yang sadar dan kompeten, tentu informed consent harus
terjadi pada dokter dan pasien. Tetapi untuk pasien anak-anak dan pasien yang tidak
kompeten maka consent diberikan pada pihak ketiga, boleh orang tua, wali atau orang
yang dikuasakan dll. Tentu saja consent diputuskan setelah mereka mendapatkan
informasi yang jelas. Lalu, apa yang dimaksud dengan pasien yang tidak kompeten?
Menurut hukum secara sederhana yaitu orang yang tidak sadar, keterbelakangan
mental, pikun dll.
3. Clarification.
Dokter juga harus memberikan clarification (penjelasan). Minimal pasien harus tahu
mengapa perlu dilakukan tindakan medis, apa saja komplikasinya, bagaimana
prosedur tindakan medis yang akan dilakukan, dan seberapa besar keberhasilannya.
Pasien/keluarganya harus mendapatkan masalah-masalah ini dengan jelas. Bila
diperlukan, seorang dokter boleh memberikan second opinion pada dokter lain sesuai
dengan kompetensi dokter tersebut. Dari hasil klarifikasi ini diharapkan pemahaman
pasien/keluarga akan semakin tercerahkan (enlightened).

4. Dan terakhir, yang merupakan tujuan dari informed consent


adalah mendapatkan consent dari pasien/keluarga. Dengan pemahaman yang
diperoleh setelah mendapatkan klarifikasi, pasien dapat mengambil keputusan untuk
mengabulkan tindakan medis. Consent ini harus murni benar-benar terjadi karena
kesadaran dari pasien.

3. Jelaskan persiapan untuk tempat tidur pasien post operasi !


Menyiapkan Tempat Tidur Pasca Bedah

1) Pengertian
Tempat tidur pasca bedah adalah tempat tidur yang disiapkan untuk pasien
setelah mengalami pembedahan.
2) Tujuan
a. Menghangatkan pasien.
b. Mencegah penyulit (komplikasi) pasca bedah.
c. Alat - alat tenun tidak kotor.
d. Memudahkan perawatan.Persiapan Alat – Alat
3) Persiapan alatnya sama dengan persiapan alat menyiapkan tempat tidur terbuka
hanya saja ditambah satu selimut dan buli buli panas.
4) Cara Kerja
Sama seperti menyiapkan tempat tidur terbuka.

A. Mengganti Alat Tenun dengan Pasien di atasnya


1) Pengertian
Merupakan suatu tindakan menggantikan alat tenun yang kotor dengan alat tenun
yang bersih pada tempat tidur pasien dengan pasien di atasnya.
2) Tujuan
a. Menciptakan lingkungan yang bersih, tenang, dan nyaman
b. Menghilangkan hal yang dapat mengiritasi kulit dengan menciptakan alat tidur
dan selimut yang bebas dari kotoran dan lipatan.

3).Hal- Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tempat tidur klien:

1). Hindari kontaminasi pada linen bersih


2). Ketika akan mengganti linen, bawalah linen sesuai kebutuhan, Jangan membawa linen
berlebihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi kuman atau mikroorganisme dan
infeksi nosokomial dari satu klien ke klien lainnya.

3). Pada saat memasang linen bersih, bentangkan linen di atas tempat tidurm jangan
dikibaskan.

4). Jangan menempatkan linen kotor pada tempat tidur klien, meja, atau peralatan klien
lainnya.

5). Gunakan cara yang efektif dengan memasang alat tenun pada satu sisi dulu setelah itu
baru pindah ke sisi lain.

6). Tempatkan linen atau alat tenun kotor pada tempat tertutup (ember yang ada
tutupnya). bawa dengan hati-hati, jangan menyentuh pakaian perawat dan cuci tangan
setelahnya.

7). Tetap perhatikan keadaan umum klien selama melaksanakan tindakan.

4. Apa asuhan/tindakan yg dilakukan pada pasien post operasi !


Tahap pasca operatif dimulai dengan memindahkan pasien dari kamar bedah ke unit
pasca operasi dan berakhir dengan pulangnya pasien. Fokus intervensi keperawataan
pada tahap pascaoperatif adalah memulihkan fungsi pasien seoptimal dan secepat
mungkin (Baradero dkk, 2009).
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
1. Pengkajian
a. Anamnesa Identitas pasien seperti nama pasien, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat rumah, No. RM. Sedangkan penanggung jawab (orang
tua, keluarga terdekat) seperti namanya, pendidikan terakhir, jenis
kelamin, No. HP.
b. Riwayat Kesehatan Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit
Dahulu, Riwayat Penyakit Keluarga. Bisa menggunakan PQRST yaitu:
1. P(Provokes) : Penyebab timbulnya nyeri.
2. Q (Quality) : Rasanya nyeri seperti ditekan, ditusuk atau diremas- remas.
3. R(Region) Lokasi nyen berada di bagian tubuh mana.
4. S (Saverin) Skala nyeri.
5. TiTime): Nyeri dirasakan sering afau tidak
c. Pemeriksaan Fistk Dalam pemerikNa an fisik ini menggunakan pengkajian
6 B yaitu :
1. BI: Breating (Pemalasan) Untuk mengukur Pola napas, hunyi napas, bentuk dada
simetris atau tidak, ada atau tidak gerakan cuping hidung, ada atau tidak cyanosis
2. B2: Bleeding (Kardiovaskuler/Strkulasi) Untuk mengetahui Bunyi Jantung, Irama
Jantung, Nadi, Tekanan Darah.
3. B 3: Brain (Persyarafan/Neurologik) Untuk mengukur nilai GCS, Kesadaran.
4. B4: Bladder (Perkemihan) Terpasang kateter urine atau tidak, urine (jumlah,
warna), ada atau tidak distensi kandung kemih.
5. B5: Bowel (Pencernaan) Rongga mulut ada lesi atau tidak, adanya dehidrasi atau
tidak. Bising usus.
6. B6: Bone (Muskuloskeletal) Warna kulit, suhu, integritas kulit, adanya lesi atau
decubitus atau tidak.
d. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan radiografi
2. Urinalisa
3. Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urine.
4. Terapi Bedah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berbubungan dengan agen injuri fisik.
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan Redur invakir
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi. (NANDA,
2015)
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan angen injury fisik.
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Rasa nyeri berkurang
3. Mampu mengenal nyeri
Intervensi :
1) Kaji Skala Nyeri
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengkaji pengalaman nyeri.
4) Ajarkan pasien pengobatan non farmakologi.
5) Kolaborasikan pemberian analgetik.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Kriteria Hasil
1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2) Mampu mencegah timbulnya infeksi.
3) Jumlah leukosit dalam jumlah normal.
4) Menunjukkan perilaku hidup schat.
Intervensi :
1) Monitor kerentanan terhadap infeksi.
2) Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah.
3) Berikan perawatan luka.
4) Jika ada tanda-tanda infeksi kolaborasikan dengan dokter.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.
Kriteria Hasil
1) Mampu mengontrol cemas
2) Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
1) Identifikasi tingkat kecemasan
2) Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya
3) Motivasi keluarga untuk meneani
4) Gunakan pendekatan yang menenangkan
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Kriteria Hasil :
1. Mengetahu makan-makanan yang boleh dikonsumsi.
2. Mengetahui tujuan dari dict yang dianjurkan.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan diet yang dianjurkan.
2) Berikan penyuluhan diet pada pasien post operasi.
(NIC. 2015)
Tindakan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu periode pemulihan segera dan
pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operatif.
- Untuk klien yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnnya terjadi hanya dalam
1 sampai 2 jam. Dan penyembuhan dilakukan dirumah.
- Untuk klien yang dirawat dirumah sakit, pemulihan terjadi selama beberapa jam dan
penyembuhan berlangsung selama satu hari atau lebih bergantung pada luasnya
pembedahan dan respons klien (Potter and Perry,2006).

REFERENSI:
- 1. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2463/4/4.%20Chapter%202.pdf
- http://repository.unimus.ac.id/1708/4/12.%20BAB%20II.pdf
- 2.https://www.kompasiana.com/mfachrezaa/552aa8aef17e612e2cd623
ba/ini-cara-informed-consent-dokterpasien
- Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
- 3. https://lilianmarantina.blogspot.com/2019/04/menyiapkan-tempat-
tidur-bed-making.html
- 4.http://repository.ump.ac.id/8269/3/FIA%20OKTANINGSIH
%20BAB%20II.pdf
- http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/483/3/2.pdf

Anda mungkin juga menyukai