OLEH :
Orlando solambela (19142010068)
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang melimpahkan rahmat, hidayat, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Penyakit Ca
Nasofaring”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Perkembangan
Perilaku Individu berdasarkan tokoh Sullivan ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelpmpok III
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
B. PENGERTIAN
Nasofaring adalah suatu rongga dengan dinding kuku di atas, belakang
dan lateral yang anatomi termasuk bagian faring (Pearce, 2009).
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada
ephitalial pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan belakang
langit-langit rongga mulut dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap
nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan
leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60 % tumor ganas
daerah kepala dan leher merupakan kanker nasofaring., kemudian diikuti
tumor ganas hidung dan paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas
rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah (Huda Nurarif &
Kusuma, 2013).
C. ETIOLOGI
Kanker ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dengan
rasio 2-3-1 dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan pasti,
mungkin ada hubugannya dengan faktor genetic, kebebasan hidup, pekerjaan
dan lain-lain. Distribusi umur pasien dengan KNF berbeda-beda pada daerah
dengan insiden yang bervariasi. Pada daerah dengan insiden tinggi KNF
meningkat setelah umur 30 tahun, puncaknya pada umur 40-59 tahun dan
menurun setelahnya (Ernawati, Kadrianti, & Basri, 2004).
Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya kanker nasofaring
adalah (Mangan, 2009):
1. Kerentanan Genetik
Walaupun Ca Nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi
kerentanan terhadap Ca Nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu
relatif menonjol dan memiliki fenomena agregasi familial. Analisis
korelasi menunjukkan gen HLA ( Human luekocyte antigen ) dan gen
pengode enzim sitokrom p4502E ( CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap Ca Nasofaring, mereka berkaitan dengan timbulnya
sebagian besar Ca Nasofaring . Penelitian menunjukkan bahwa
kromosom pasien Ca Nasofaring menunjukkan ketidakstabilan,
sehingga lebih rentan terhadap serangan berbagai faktor berbahaya dari
lingkungan dan timbul penyakit.
2. Virus Epstein Barr
Metode imunologi membuktikan virus EB membawa antigen yang
spesifik seperti antigen kapsid virus (VCA), antigen membran (MA),
antigen dini (EA), antigen nuklir (EBNA), dll. Virus EB memiliki
kaitan erat dengan Ca Nasofaring , menurut (Zulkarnain Haq, 2011)
alasannya adalah:
a. Di dalam serum pasien Ca Nasofaring ditemukan antibodi terkait
virus EB ( termasuk VCA-IgA, EA-IgA, EBNA, dll ) , dengan
frekuensi positif maupun rata-rata titer geometriknya jelas lebih
tinggi dibandingkan orang normal dan penderita jenis kanker lain,
dan titernya berkaitan positif dengan beban tumor . Selain itu titer
antibodi dapat menurun secara bertahap sesuai pulihnya kondisi
pasien dan kembali meningkat bila penyakitnya rekuren atau
memburuk.
b. Di dalam sel Ca Nasofaring dapat dideteksi zat petanda virus EB
seperti DNA virus dan EBNA.
c. Epitel nasofaring di luar tubuh bila diinfeksi dengan galur sel
mengandung virus EB, ditemukan epitel yang terinfeksi tersebut
tumbuh lebih cepat , gambaran pembelahan inti juga banyak.
d. Dilaporkan virus EB di bawah pengaruh zat karsinogen tertentu
dapat menimbulkan karsinoma tak berdiferensiasi pada jaringan
mukosa nasofaring fetus manusia.
Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab
utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan
tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka
waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu
mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus
mulai dari masa kanak-kanak. Mediator yang berpengaruh untuk
timbulnya Ca Nasofaring (Menurut Huda Nurarif & Kusuma, 2013) ,sbb :
1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan
hidup.
3. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen,
benzoantrance, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak
tumbuhan).
4. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
5. Radang kronis nasofaring
6. Profil HLA
3. Faktor Lingkungan Menurut (Zulkarnain Haq, 2011)
Faktor lingkungan juga berperan penting. Penelitian akhir-akhir ini
menemukan zat berikut berkaitan dengan timbulnya Ca Nasofaring :
a. Hidrokarbon aromatik, pada keluarga di area insiden tinggi kanker
nasofaring , kandungan 3,4- benzpiren dalam tiap gram debu asap
mencapai 16,83 ug, jelas lebih tinggi dari keluarga di area insiden
rendah.
b. Unsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinognesis pada
proses timbulnya kanker nasofaring.
c. Golongan nitrosamin : banyak terdapat pada pengawet ikan asin.
Terkait dengan kebiasaan makan ikan asin waktu kecil, di dalam air
seninya terdeteksi nitrosamin volatil yang berefek mutagenik.
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada Karsinoma nasofaring, paresis fasialis jarang menjadi manifestasi
awal. Karena lokasinya, karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom
penyumbatan tuba dengan tuli konduktif sebagai keluhan. Perluasan infiltratif
karsinoma nasofaring berikutnya membangkitkan perdarahan dan
penyumbatan jalan lintasan napas melalui hidung. Setelah itu, pada tahap
berikutnya dapat timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot mata luar
(paralisis okular) (Muttaqin, 2008).
Gejala nasofaring yang pokok adalah (Huda Nurarif & Kusuma, 2013) :
1. Gejala Hidung
Epiktasis : rapuhnya mukosa hidung sehingga mudah terjadi
perdarahan
Sumbatan Hidung : sumbatan menetap karena pertumbuhan tumor
kedalam rongga nasofaring dan menutupi koana, gejalanya adalah
pilek kronis, ingus kental, gangguan penciuman
2. Gejala Telinga
Kataralis/Oklusi tuba Eustachii : tumor mula-mula pada fossa
rosenmuler, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan penyumbatan
muara tuba (berdengung, rasa penuh, kadang gangguan pendengaran)
Otitis Media Serosa sampai perforasi dan gangguan pendengaran
Sering kali pasien datang sudah dalam kondisi pendengaran menurun,
dan dengan tes rinne dan webber, biasanya akan ditemukan tuli
konduktif
3.Gejala Mata
Pada penderita KNF seringkali ditemukan adanya diplopia
(penglihatan ganda) akibat perkembangan tumor melalui foramen
laseratum dan menimbulkan gangguan N. IV dan N. VI. Bila terkena
chiasma opticus akan menimbulkan kebutaan
4. Gejala Lanjut
Limfadenopati servikal : melalui pembuluh limfe, sel-sel kanker dapt
mencapai kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam kelenjar ini sel
tumbuh dan berkembang biak hingga kelenjar membesar dan tampak
benjola di leher bagian samping, lama-kelamaan karena tidak
dirasakan kelenjar akan berkembang dan melekat pada otot sehingga
sulit digerakkan
5. Gejala Kranial
Gejala Kranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai
saraf-saraf kranialis. Gelajanya antara lain :
Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini merupakan metastase
secara hematogen
Sensitibilitas derah pipi dan hidung berkurang
Kerusakan pada waktu menelan
Afoni
Sindrom Jugular Jackson atau sindrom reptroparotidean mengenai N.
IX, N. X, N. XI, N. XII. Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada Lidah,
E. PATOFISIOLOGI
Sel-sel epitel ganas nasofaring adalah sel poligonal besar dengan
komposisi syncytial. Sel-sel tidak menunjukkan parakeratosis atau kornifikasi
dan sering bercampur dengan sel-sel limfoid di nasofaring, sehingga dikenal
sebagai lymphoepithelioma. Sudah hampir dipastikan ca nasofaring
disebabkan oleh virus eipstein barr. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai
adanya protein-protein laten pada penderita ca. nasofaring. Sel yang terinfeksi
oleh EBV akan menghasilkan protin tertentu yang berfungsi untuk proses
proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus di dalam sel host. Protein
tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan
LMP-1, LMP-2A dan LMP-2B. EBNA-1 adalah protein nuclear yang
berperan dalam mempertahankan genom virus. EBV tersebut mampu aktif
dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat
karsinogen yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak
terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten(EBNA-
1). Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, dalam
hal ini terutama pada fossa Rossenmuller (Huda Nurarif & Kusuma, 2013)
F. PATHWAY
( Gambar 2. Pathway Nasofaring)
(Huda Nurarif & Kusuma, 2013)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan radiologi konvensional.
Pada foto tengkorak potongan anteroposterior dan lateral, serta posisi
waters tampak jaringan lunak di daerah nasofaring. Pada foto dasar
tengkorak ditemukan destruksi atau erosi tulang daerah fossa serebri
media.
2. Pemeriksaan tomografi, CT Scan nasofaring.
Merupakan pemeriksaan yang paling dipercaya untuk menetapkan stadium
tumor dan perluasan tumor. Pada stadium dini terlihat asimetri dari
resessus lateralis,torus tubarius dan dinding posterior nasofaring.
3. Scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada tidaknya metastasis jauh.
4. Pemeriksaan serologi, berupa pemeriksaan titer antibodi terhadap virus
Epstein-Barr ( EBV ) yaitu lg A anti VCA (Viral Capsid Antigen) dan lg
A anti EA.(Early Antigen)
5. Pemeriksaan serologi, , bila tumor primer di nasofarin belum jelas dengan
pembesaran kelenjar leher yang diduga akibat metastasis karsinoma
nasofaring.
6. Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi adanya
metastasis.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ada 2 yaitu : Menurut (Huda Nurarif & Kusuma, 2013)
1. Medis/Keperawatan
Stadium I : Radioterapi
Stadium II-III : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N <6cm: Kemoradiasi
Stadium V dengan N >6cm : Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan
kemoradiasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Tn.A usia 33 tahun datang ke poli rumah sakit, mengeluh hidung tersumbat
sebelah kanan, penciuman menurun bahkan kadang-kadang tidak bisa mencium
aroma sejak 6 bulan yang lalu, disertai kadang-kadang ada epistaksi dengan
sendirinya, pendengaran pada telinga sebelah kanan rasa berdengung dan ada
penurunan, hasil pemeriksaan garfu tala dikatakan bahwa Tn. A tuli konduktif
(tuli sedang), pada leher sebelah kanan nada pembesaran KGB yang menggangu
pergerakan leher untuk bergerak ke kanan disertai adanya gangguan menelan,
hasil pemeriksaan didalam mulut terlihat nya palatum mole.
I. ANAMNESIS
Hari Pengkajian :
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 45 tahun
Alamat :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Status Perkawinan :-
Tanggal Masuk RS :-
Diagnosa Medis : Ca Nasofaring
No Rekam Medik :-
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh hidung tersumbat sebelah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Mengeluh hidung tersumbat sebelah kanan,penciuman menurun bahkan
kadang-kadang tidak bisa mencium aroma sejak 6 bulan yang lalu, disertai
kadang-kadang ada epistaksi dengan sendirinya, pendengaran pada telinga
sebelah kanan rasa berdengung dan ada penurunan. hasil pemeriksaan garfu
tala dikatakan bahwa Tn. M tuli konduktif (tuli sedang), pada leher sebelah
kanan nada pembesaran KGB yang menggangu pergerakan leher untuk
bergerak ke kanan disertai adanya gangguan menelan, hasil pemeriksaan
didalam mulut terlihat nya palatum mole.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 6 bulan yang lalu penciuman menurun, kadang ada epistaksi dengan
sendirinya, peradangan pada telinga kanan, dan berdengung.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
-
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Warna Kulit : sawo matang
c. Turgor kulit : < 2 detik
d. BB : -
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Simetris, rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada lesi
b. Mata
Simetris, kornea normal, sklera tidak ikterik
c. Mulut
Kebersihan gigi dan mulut cukup, adanya palatum mole
d. Telinga
Simetris, pendengaran kurang baik sebelah kanan, konduktif (tuli
sedang), telinga sebelah kanan berdengung
e. Leher
Pada leher ada pembesaran KGB, gangguan menelan
f. Thorax
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, gerakan
teratur
g. Abdomen
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada asites
III. INTERVENSI
No Dx SLKI SDKI
keperawatan
1. Pola napas Setelah dilakukan tindakan
tidak efektif keperawatan selama 1x24 jam pasien
menunjukkan keefektifan OBSERVASI:
jalan nafas dibuktikan monitor pola napas
dengan kriteria hasil :membaik monitor bunyi napas
a. Mendemonstrasikan batuk monitor sputum
efektif dan suara nafas yang TERAPEUTIK:
bersih, tidak ada sianosis dan pertahankan kepatenan jalan
dispnea (mampu napas dengan head-tilld dan
mengeluarkan sputum, chin-lift
bernafas dengan mudah, tidak posisikan semi fowler/fowler
ada pursed lips)
berikan oksigen jika perlu
b. Menunjukkan jalan nafas
EDUKASI:
yang paten (klien tidak
kolaborasi pemberan
merasa tercekik, irama nafas,
bronkobilator
frekuensi pernafasan dalam
ekspotoran mikolitik,jika
rentang normal, tidak ada
perlu
suara nafas abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah faktor yang
penyebab.
EDUKASI:
KOLABORASI:
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan kepala leher
terbanyak di temukan di Indonesia1. Tumor ini sifatnya
menyebar secara cepat ke kelenjar limfe leher dan organ jauh,
seperti paru, hati, dan tulang. Karsinoma nasofaring (KNF)
adalah salah satu kanker kepala leher yang bersifat sangat invasif
dan sangat mudah bermetastasis (menyebar) dibanding kanker
kepala leher yang lain
Kanker ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita
dengan rasio 2-3-1 dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan
dengan pasti, mungkin ada hubugannya dengan faktor genetic,
kebebasan hidup, pekerjaan dan lain-lain
B. SARAN
1. Pada Institut Pendidikan
Mengupdate ilmu secara teoritis dan Mendemonstrasikan
kepada mahasiswa tentang tindakan keperawatan yang benar
pada klien CARSINOMA NASOFARING.
2. Pada Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan tehknik komunikasi
terapeutik dan melakukan pengkajian agar kualitas
pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat
melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan baik.
3. Pada Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dapat melaksanakan anjuran dan
penatalaksanaan pengobatan dan diit yang telah diinstruksikan
leh perawat dan dokter.
DAFTAR PUSTAKA