PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah
setelah kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker paru. Kanker nasofaring
adalah kanker kepala leher tersering (28.4%), dengan rasio pria-wanita adalah 2:4,
masalah, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak
khas serta letak nasofaring yang tersembunyi, dan tidak mudah diperiksa oleh
buruk.
dirasakan perlu untuk dipahami melalui tinjauan pustaka dalam referat ini dan
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menjelaskan secara rinci tentang teori mengenai KNF ( Karsinoma
Nasofaring
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi Nasofaring
b) Menjelaskan definisi dari Karsinoma Nasofaring
c) Menjelaskan etiologi dari Karsinoma Nasofaring
d) Menjelaskan klasifikasi Karsinoma Nasofaring
2002) :
sphincterpalatopharing
raffae pharingei
Fungsi nasofaring
kemudian diikuti tumor ganas hidung dan paranasal (18%), laring (16%),
dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase
rasio 2-3-1 dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan pasti,
beda pada daerah dengan insiden yang bervariasi. Pada daerah dengan
2004).
Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya kanker nasofaring adalah
(Mangan, 2009):
a. Kerentanan Genetik
antigen dini (EA), antigen nuklir (EBNA), dll. Virus EB memiliki kaitan
erat dengan Ca Nasofaring , menurut (Zulkarnain Haq, 2011)
alasannya adalah:
timbulnya Ca Nasofaring :
mutagenik.
4. Klasifikasi Karsinoma Nasofaring (Huda Nurarif & Kusuma, 2013)
a. Menurut Histopatologi :
o Well differentiated epidermoid carconoma
- Keratinizing
- Non Keratinizing
jaringan sekitar
nasofaring disebabkan oleh virus eipstein barr. Hal ini dapat dibuktikan
dengan dijumpai adanya protein-protein laten pada penderita ca.
nasofaring. Sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protin
tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan
kelangsungan virus di dalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan
sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A dan LMP-
2B. EBNA-1 adalah protein nuclear yang berperan dalam
nasofaring, dalam hal ini terutama pada fossa Rossenmuller (Wei & Sham,
2005).
o T : Tumor primer
posterior.
o T4 : Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena
cm.
o N3 : Kelenjar limfe supraklavikular membesar atau
berdiameter > 7 cm
c) Metastase Jauh (M)
6. Manifestasi Klinis
Karsinoma nasofaring biasanya dijumpai pada dinding lateral dari
dan hati (jarang). Gejala yang akan timbul tergantung pada daerah yang
atas yang nyeri merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Gejala dini
dan penyumbatan jalan lintasan napas melalui hidung. Setelah itu, pada
perdarahan
Sumbatan Hidung : sumbatan menetap karena pertumbuhan
b. Gejala Telinga
Kataralis/Oklusi tuba Eustachii : tumor mula-mula pada fossa
gangguan pendengaran)
c. Gejala Mata
Pada penderita KNF seringkali ditemukan adanya diplopia
Gejala Kranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai
7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mencapai diagnosis dini harus melaksanakan hal berikut (Lucente,
2011) :
elektrik.
terdapat pembesaran.
otot mata, kelompok otot kunyah dan lidah kadang perlu diperiksa
tersebut. Bagi yang termasuk salah satu kondisi berikut ini dapat
(Schwartz, 2000).
antara fibrosis pasca radioterapi dan rekurensi tumor , MRI juga lebih
bermanfaat .
rongtsen biasa atau CT, umumnya lebih dini 4-6 bulan dibandingkan
rongsen. Setelah dilakukan bone-scan, lesi umumnya tampak sebagai
dimulai harus diperoleh diagnosis histologi yang jelas. Hanya jika lesi
intravena.
c. Terapi Biologis
Dewasa ini masih dalam taraf penelitian laboraturium dan uji klinis.
d. Terapi Herbal TCM
langsung sel kanker dewasa ini masih dalam penelitian lebih lanjut.
e. Terapi Rehabiltatif
Pasien kanker secara faal dan psikis menderita gangguan fungsi
g. Rehabilitas Fisik
Setelah menjalani radioterapi, kemoterpi dan terapi lain, pasien
biasanya merasakan kekuatan fisiknya menurun, mudah letih, daya
ingat menurun. Harus memperhatikan suplementasi nutrisi ,
h. Pembedahan
Dalam kondisi ini dapat dipertimbangkan tindakan operasi :
nasofaring
limfe leher.
o Kanker nasofaring dengan diferensiasi agak tinggi seperti
o Komplikasi radiasi.
komplikasi yang selalu terjadi. Pada KNF, sering kali terjadi komplikasi ke
arah nervus kranialis yang bermanifestasi dalam bentuk (Pratiwi, 2012) :
a. Petrosphenoid sindrom
manifestasi gejala.
N. IX : kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor
miosis.
mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering
adalah tulang, hati, dan paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan prognosis
masing-masing 20% sedangkan ke hati 10%, ginjal 0,4%, dan tiroid 0,4%.
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
KARSINOMA NASOFARING
A. Pengkajian
1. Identitas
a) biodata klien
penyakit ini
Pekerjaan : bagi orang yang tempat kerjaannya sering kontak dengan zat
b) Penanggung Jawab
Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Hubungan dengan klien :
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama (keluahan yang pertama kali dirasakan dan diucapkan klien)
Leher terasa nyeri, semakin lama semakin membesar, susah menelan, hidung
terasa tersumbat, telinga seperti tidak bisa mendengar, penglihatan
pada bagian leher dan terasa banyak gangguan pada hidung, telinga, dan
T : Nyeri hilang timbul dan lebih sering saat bernafas dan menelan, keluhan
Pada klien ca nasofaring terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak sehingga menimbulkan
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu
perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
c) Pola eliminasi
Akibat kurangnya konsumsi air putih menyebabkan volume kencing
berkurang, susah kencing. Pada eliminasi alvi terdapat gangguan, klien buang
air besar tidak teratur.
d) Pola aktivitas
letih. Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat
di Rumah Sakit.
Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak
tergangu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai. Dan adanya faktor-
Klien mampu menerima Pengetahuan, ide persepsi, dan bahasa. Klien mampu
melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa dengan baik.
Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat melakukan hubungan seksual
seperti biasanya.
4. Pemeriksaan Fisik
b) Tingkat kesadaran
c) Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh
Tekanan Darah
Nadi
RR
d) Pemeriksaan Head to Toe
Pemeriksaan Kepala
Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal, ukuran kranium, bulat
Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada
skuama, tidak ada kemerahan, tidak ada nevus)
(rambut rontok)
tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm, reflek
cahaya positif, gerakan mata tidak normal, fungsi penglihatan tidak
terlalu baik) Palpasi (bola mata normal, tidak ada nyeri tekan)
baik, tidak ada serumen, tidak terdapat kelainan bentuk) Palpasi (normal
tidak ada lipatan, ada nyeri)
lembab, lidah simetris, lidah kotor, gigi kotor, ada sisa makanan,
berbau, gigi atas dan bawah tanggal 3/2, sebagian goyang, faring ada
pembekakan, tonsil ukuran tidak normal, uvula tidak simetris) Palpasi
Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada tidak normal, tidak ada batuk,
Pemeriksaan Payudara
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembekakan, bentuk simetris
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak ada bekas post operasi, warna cokelat,
permukaan normal
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, Hepar tidak
teraba, limpa tidak teraba, Ginjal tidak teraba, tidak ada ascites, tidak
Anus
Inspeksi : Warna cokelat, tidak ada bengkak atau inflamasi
Palpasi : Feses keras, tidak ada darah, tidak ada pus, tidak ada darah
Genitalia
Wanita
Inspeksi : Warna merah muda, tidak berbau, tidak ada lesi, nodul, pus,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Fungsi Reproduksi baik, tidak terpasang
DC
Laki-Laki
Inspeksi : Ada rambut pubis, kulit penis normal, lubang penis ditengah,
kulit skrotum halus, tidak ada pembekakan, posisi testis norma
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada batang penis dan skrotum
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas Atas :
Inspeksi : Jari tangan lengkap, kuku bersih, bentuk simetris, tidak ada
normal
Ektremitas Bawah :
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit cokelat, kuku bersih, ada bulu, tidak
ada lesi, tidak ada edema, tidak ada sianosis, persendian normal.
Tulang Belakang :
Pemeriksaan Kulit
Inspeksi : Kulit bersih, Kulit pucat, kulit kering, tidak ada lesi
B. Diagnosa Keperawatan
menyenangkan yang muncul kesehatan & perilaku (IV) diterima oleh pasien
pain) ; awitan yang tiba-tiba penyimpangan yang sangat besar - Pastikan perawatan
atau lambat dari intensitas (1) sampai dengan tidak ada nya analgesic bagi pasien
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan
Kelas 5. Komunikasi selama 2x24 jam diharapkan terjadi - - kenali emosi dan perilaku
kata
- Tidak dapat bicara
- Defek orofating
- Gangguan fisiologis
- Gangguan perkembangan
- Gangguan persepsi
- Gangguan sistem saraf
pusat
- Ketidakcukupan informasi
- Hambatan lingkungan
-
-
untuk menghindari (1) sampai tidak adanya kulit yang tepat untuk
pemajanan pathogen penyimpangan (5). Ditujukkan area ( yang
- Obesitas dengan indicator sebagai berikut mengalami) edema