Anda di halaman 1dari 23

Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari- 13 Maret 2021 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Karsinoma Nasofaring

Oleh:
Satia Bama T Karappiah 1840312642
Violin Nurkha 1840312699
Yolanda Erdiansari 1940312037

Preseptor:
dr. Fachzi Fitri, Sp.THT-KL(K), MARS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA & LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2021

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021


Case Report Session
Karsinoma Nasofaring
Satia Bama, Violin Nurkha, Yolanda Erdiansari
Afiliasi Penulis: Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas

PENDAHULUAN epidemiologi, faktor resiko, etiopatogenesis, manifestasi


Latar Belakang klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis

Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor KNF.

ganas (kanker) yang berasal dari sel epitel nasofaring,


Manfaat Penulisan
bagian atas tenggorokan belakang hidung dan dekat
Manfaat penulisan case report ini adalah untuk
dengan dasar tengkorak.1 Kejadian KNF masih jarang
menambah pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi,
di temukan di dunia, sekitar 1% dari seluruh
definisi, klasifikasi, epidemiologi, faktor resiko,
keganasan pada anak.2 Namun di Indonesia,
etiopatogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker
tatalaksana, komplikasi dan prognosis KNF.
daerah kepala leher dengan prevalensi terbanyak.
Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher di
Indonesia merupakan karsinoma nasofaring, TINJAUAN PUSTAKA
kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan ANATOMI DAN FISIOLOGI NASOFARING
paranasal, laring, dan tumor ganas rongga mulut, Nasofaring adalah ruang trapezoid di belakang
tonsil dan hipofaring dalam persentase yang sedikit. 3 koana yang berhubungan dengan orofaring dan
Nasofaring merupakan bagian nasal dari faring terletak di superior palatum mole. Ukuran nasofaring
yang mempunyai struktur berbentuk kuboid. Banyak pada orang dewasa yaitu tinggi 4 cm, lebar 4 cm, dan
terdapat struktur anatomis penting di sekitarnya. 3 cm pada dimensi anteroposterior. Dinding
Banyak syaraf kranial yang berada di dekatnya, dan posteriornya sekitar 8 cm dari aparatus piriformis
juga pada nasofaring banyak terdapat limfatik dan sepanjang dasar hidung. Bagian atap dan dinding
suplai darah. Struktur anatomis ini mempengaruhi posterior dibentuk oleh permukaan yang melandai
diagnosis, stadium, dan terapi dari kanker tersebut.4 dibatasi oleh basis sfenoid, basis oksiput dan vertebra
servikal 1 dan 2. Dinding anterior nasofaring adalah
Penanggulangan KNF sampai saat ini masih daerah sempit jaringan lunak yang merupakan batas
merupakan suatu masalah karena etiologi yang masih koana posterior. Batas inferior nasofaring adalah
belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak palatum mole. Batas dinding lateral merupakan fasia
nasofaring yang tersembunyi sehingga sulit untuk faringobasilar dan m. konstriktor faring superior.5,6
diperiksa. Akibatnya diagnosis sering terlambat
Tuba Eustachius masuk dari telinga tengah ke
dengan ditemukannya metastasis pada leher sebagai
nasofaring melalui celah di fasia faringobasilar di daerah
gejala pertama.
posterosuperior, tepat di atas batas superior m.
Makin terlambatnya diagnosis maka prognosis konstriktor faring superior yang disebut fossa
(angka bertahan hidup 5 tahun) semakin buruk. Rossenmuller (resessus faringeal). Fossa Rossenmuller
Perbedaan prognosis dari stadium I dengan stadium merupakan tepi dinding posterosuperior nasofaring yang
lanjut stadium IV yaitu 76,9% dan 16,4%. Maka merupakan tempat asal munculnya sebagian besar
deteksi dini dan rehabilitasi perlu diketahu semua kanker nasofaring dan yang paling sensitif terhadap
aspeknya supaya dapat berperan dalam pencegahan.3 penyebaran keganasan pada nasofaring.5

Batasan Masalah
Batasan masalah dari penulisan case report ini
adalah anatomi, fisiologi, definisi, klasifikasi,
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

terdiri dari serabut sensoris saraf glossofaringeus (IX),


serabut motoris saraf vagus (X), dan serabut saraf
ganglion servikalis simpatikus. Sebagian besar saraf
sensoris nasofaring berasal dari sarafglossofaringeus,
hanya daerah superior nasofaring dan anterior orifisium
tuba yang mendapat persarafan sensoris dari cabang
faringeal ganglion sfenopalatina yang berasal dari
cabang maksila saraf trigeminus (V1).7,8
Nasofaring berbentuk kerucut dan selalu terbuka
pada waktu respirasi karena dindingnya dari tulang,
kecuali dasarnya yang dibentuk oleh palatum mole.
Nasofaring akan tertutup bila palatum mole melekat ke
dinding posterior pada waktu menelan, muntah, atau
mengucapkan kata-kata tertentu.
Gambar 1. Anatomi nasofaring

Struktur penting yang terdapat di nasofaring


Tepat di atas apeks dari fossa Rossenmuller
1. Ostium faringeum tuba auditiva muara dari tuba
terdapat foramen laserum, yang berisi arteri karotis
auditiva
interna dengan sebuah lempeng tipis fibrokartilago.
2. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium
Tepat di anterior fossa Rossenmuller, terdapat nervus
faringeum tuba auditiva yang disebabkan
mandibula (V3) yang berjalan di dasar tengkorak
karena kartilago tuba auditiva
melalui foramen ovale. Kira-kira 1.5 cm posterior dari
3. Torus levatorius, penonjolan di bawah ostium
fossa Rossenmuller terdapat foramen jugulare, yang
faringeum tuba auditiva yang disebabkan
dilewati oleh saraf kranial IX-XI, dengan kanalis
karena m. levator veli palatini.
hipoglosusyang terletak paling medial.7,8
4. Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus
Nasofaring dilapisi oleh mukosa dengan epitel
tubarius
kubus berlapis semu bersilia pada daerah dekat koana
5. Plica salpingopharingea, lipatan di belakang
dan daerah di sekitar atap, sedangkan pada daerah
torus tubarius, merupakan penonjolan dari m.
posterior dan inferior nasofaring terdiri dari epitel
salphingopharingeus yang berfungsi untuk
skuamosa berlapis. Daerah dengan epitel transisional
membuka ostium faringeum tuba auditiva
terdapat pada daerah pertemuan antara atap
terutama ketika menguap atau menelan.
nasofaring dan dinding lateral. Lamina propria
6. Recessus pharingeus disebut juga fossa
seringkalidiinfiltrasi oleh jaringan limfoid, sedangkan
Rossenmuller. Merupakan tempat predileksi
lapisan submukosa mengandung kelenjar serosa dan
karsinoma nasofaring.
mukosa.5
7. Tonsila pharingea, terletak di bagian superior
Arteri utama yang memperdarahi daerah
nasofaring. Disebut adenoid jika ada
nasofaring adalah arteri faringeal asendens, arteri
pembesaran. Sedangkan jika ada inflammasi
palatina asendens, arteri palatina desendens, dan
disebut adenoiditis.
cabang faringeal arteri sfenopalatina. Pembuluh darah
8. Tonsila tuba, terdapat pada recessus
tersebut berasal dari arteri karotis eksterna dan
pharingeus.
cabang- cabangnya. Pembuluh darah vena berada di
9. Isthmus pharingeus merupakan suatu
bawah membran mukosa yang berhubungan dengan
penyempitan di antara nasofaring dan orofaring
pleksus pterigoid di daerah superior dan fasia posterior
karena m. sphincterpalatopharingeus
atau vena jugularis interna di bawahnya. Daerah
10. Musculus constrictor pharingeus dengan origo
nasofaring dipersarafi oleh pleksus faringeal yang
yang bernama raffae pharingei
terdapat di atas otot konstriktor faringeus media.
Fungsi nasofaring: respirasi
Pleksus faringeal
1. Sebagai jalan 2. Jalan udara ke
udara pada tuba Eustachius
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3. Resonator adalah beberapa dekade Angka kejadian
4. Sebagai karsinoma terakhir, kejadian karsinoma
drainas nasofaring.9 karsinoma nasofaring nasofaring di
e sinus telah menurun secara Indonesia cukup
paranas KARSINOMA bertahap di seluruh tinggi, yakni 4,7
NASOFARING
al dunia: penurunan kasus baru per
Definisi
kavum yang substansial tahun per 100.000
Karsinoma
timpani telah diamati di Asia penduduk. Catatan
nasofaring
dan Selatan dan Timur, dari berbagai rumah
merupakan
hidung Amerika Utara, dan sakit menunjukkan
karsinoma yang
negara- negara bahwa karsinoma
muncul pada
TUMOR Nordik, dengan nasofaring
NASOFARING daerah nasofaring
perubahan tahunan menduduki urutan
Tumor (area di atas
rata-rata sekitar 1- ke empat setelah
nasofaring tenggorok dan di
5%. Gaya hidup dan kanker leher rahim,
adalah massa belakang hidung),
perubahan kanker payudara
yang terdapat yang menunjukkan
lingkungan mungkin dan kanker kulit.
di nasofaring. bukti adanya
menjadi faktor Namun, bagian
Tumor diferensiasi
penyebab. Insiden THT (telinga hidung
nasofaring skuamosa
karsinoma nasofaring dan tenggorokan) di
dapat dibagi mikroskopik ringan
lebih tinggi pada laki- Indonesia sepakat
menjadi tumor atauultrastruktur.3
laki daripada mendudukan
benigna dan perempuan, dengan karsinoma
maligna. Epidemiologi
rasio sekitar 2: 5 di nasofaring pada
Dibandingkan
Berbagai tumor Cina pada tahun peringkat pertama
dengan kanker
benigna dapat
lainnya, karsinoma 2015. 9
penyakit kanker
ditemukan di
nasofaring relatif pada daerah ini.
nasofaring,
jarang. Menurut Hampir 60% tumor
tumor jinak
Badan Internasional ganas kepala dan
yang paling
untuk Penelitian leher merupakan
sering
Kanker, pada tahun karsinoma
ditemukan di
2018, terdapat nasofaring,
nasofaring
sekitar 129.000 kemudian diikuti
adalah
kasus baru oleh tumor ganas
angiofibroma,
karsinoma hidung dan sinus
selain itu juga
nasofaring, paranasal (18%),
terdapat tumor
terhitung hanya 0 · tumor ganas laring
benigna polip
7% dari semua (16%), serta tumor
koanal,
kanker yang ganas rongga
squamous
didiagnosis pada mulut, tonsil,
papiloma,
tahun 2018. Namun hipofaring dalam
hemangioma.
demikian, distribusi persentase
Sedangkan
geografis globalnya rendah.9,10
tumor maligna
sangat tidak Ras mongoloid
di daerah
seimbang > 70% merupakan faktor
nasofaring
kasus baru berada dominan timbulnya
yang paling
di Asia Timur dan kanker nasofaring
banyak
Tenggara. Selama sehingga
ditemukan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
kekerapan rsino n akan
cukup tinggi ma hidup, faktor
pada naso dan domina
penduduk farin pekerj n
Cina bagian g aan. timbuln
Selatan, lebih Karsin ya
Hongkong, serin oma kanker
Vietnam, g nasof nasofari
Thailand, terja aring ng. Di
Malaysia, di dapat Amerika
Singapura, pad terjadi Serikat,
dan Indonesia. a pada imigran
Kanker pria segal Asia
nasofaring dari a memiliki
lebih sering pad usia, risiko
ditemukan a namu lebih
pada laki-laki wani n tinggi
yang mungkin ta. paling dibandi
ada Kec sering ngkan
hubungannya end ditem orang
dengan faktor erun ukan Asia
genetik, gan pada kelahira
kebiasaan ini orang n
hidup, belu dewa Amerika
pekerjaan, dan m sa . Pada
9
lain-lain. dap berusi orang
at a 30- Eskimo di
Faktor Risiko diun 50 Alaska dan
Para gkap tahun. Greeen
3,10
peneliti kan wichdite
telah seca B. Ras dan mukan
letak
mengidentifi ra geografis kasus
kasi pasti Ras yang
beberapa , mong cukup banyak,
diduga karena
faktor yang didu oloid memakan
tampaknya ga merup
meningkatk berh makanan C. Makanan yang
an resiko ubu diawetkan
yang
terkena nga Bahan kimia
diawetka
karsinoma n yang
n dalam
nasofaring, den dilepaskan
musim
termasuk: gan dalam uap
dingin
A. Jenis fakto saat memasak
dengan
kelamin makanan,
r menggun
dan usia
gen seperti ikan
Ka akan
etik, dan sayuran
rsi pengawet
kebi diawetkan,
no nitrosami
asaa dapat masuk
Ka n.3,10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
ke anggota tertentu,
rongga keluarga serta Tabel 2.1
hidung, dengan kebiasaan Klasifikasi
meningk karsinoma makan Karsinoma
atkan nasofaring makanan Nasofaring
risiko meningkat yang terlalu WHO Edisike-4
karsinom kan risiko panas.10 Tahun 201713
a penyakit. Non-Keratinizing Squamou
nasofarin Dilaporkan Klasifikasi (NKSCC)
g. pada Istilah  Undifferentiated
Paparan banyak "Karsinoma  Differentiated
bahan literatur Nasofaring" masih Keratinizing Squamous Cell C
kimia ini bahwa tetap menjadi istilah Basaloid Squamus Cell Carcin
pada Human diagnostik pilihan
usia dini, leucocyt untuk Jenis NKSCC
lebih antigen semuasquamous cell dibedakan menjadi
dapat (HLA) carcinoma (SCC) 2 subtipe berbeda
meningk kemungkin yang timbul dari dan hal tersebut
atkan an nasofaring, yang tidak menunjukkan
risiko. menurut definisi perbedaan klinis
D. Vius berhubung seharusnya dan prognostik
Eptein- an menunjukkan bukti yang signifikan,
Barr
dengan diferensiasi sel namun terdapat
Pada
peningkat skuamosa perbedaan dalam
semua
an daripemeriksaan faktor etiologi,
pasien
kejadian mikroskopis dengan distribusi geografis,
KNF
karsinoma cahaya dan dan fitur morfologi.
ditemuka
nasofaring ultrastruktur. World Non- Keratinizing
n titer
.10,12 health organization Squamous Cell
antivirus
F. Faktor (WHO)kemudian Carcinoma(terutam
EBV lingkungan
membagi SCC ini a jenis tidak
yang Faktor
menjadi non- berdiferensiasi)
cukup lingkungan
keratinisasi adalah subtipe
tinggi, yang
(selanjutnya yang paling umum
lebih berpengar
dikategorikan terjadidi daerah
tinggi uh seperti
sebagaitidak endemik (yaitu,
dibandin iritasi oleh
berdiferensiasi atau Cina Selatan dan
gkan bahan
berdiferensiasi), jenis Asia Tenggara)
pada kimia,
keratinisasi, serta dan menunjukkan
keganas asap
BSCC (Tabel 2.1) hubungan yang
an sejenis
tumor lainnya tinggi dengan
lainnya.1 kayu
0 dengan diferensiasi infeksi EBV,
tertentu,
E. Riwayat kelenjar, dan tumor kandungan
kebiasaan
keluarga tipe kelenjar saliva, nitrosamin tinggi
memasak
dan dikeluarkan dari dalam makanan,
dengan
faktor klasifikasi ini.13 dan kerentanan
bahan
genetik. genetik, sedangkan
atau
Memiliki di daerah
bumbu
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
nonendemis, untuk Varian
infeksi human NKSCC. BSCC jarang
papilloma Secara klinis, terjadi. Secara
virus (HPV) tipe ini klinis, tipe ini
merupakan berkembang kurang
faktor etiologi secara lokal agresif
dalam subset dan danmenunjukk
kasus KNF. menunjukkan an prognosis
Varian lebih sedikit yang lebih baik
NKSCC yang keterlibatan daripada
berdiferensias getah bening neoplasma
i lebih sering atau basaloid yang
terjadi di metastasis terjadi di area
daerah jauh. lainkepala dan
dengan Responnya leher. Secara
insiden kurang
rendah dan terhadap
dikaitkan radioterapi
dengan dan memiliki
tembakau dan prognosis
alkohol yang lebih
sebagai agen buruk,
karsinogenik.1 dibandingkan
3
dengan
Keratini subtipe non-
zing keratinisasi.
Squamous Secara
Cell morfologis,
Carcinoma tumor ini
biasanya menunjukkan
ditemukan gambaran
di daerah yang mirip
dengan dengan SCC
insiden di kepala dan
rendah. lainnyadaera
Tembakau h leher. Ini
dan alkohol menunjukkan
berperan diferensiasi
sebagai skuamosa
agen yang
etiologi jelassecara
Subtipe mikroskopis.
inidapat Stroma
timbul de sering
novo atau menunjukkan
sekunder reaksi
akibat desmoplastik
radioterapi yang nyata.13

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021


Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
morfologis tersusun atas sel basaloid dan SCC. invasif. Metastasis muncul dalam bentuk
Sel-selnya berukuran kecil dengan inti basaloidkarsinoma, karsinoma skuamosa, atau
hiperkromatik, nukleolus yang tidak mencolok, keduanya.13
dan sitoplasma yang sedikit. Ciri khas tumor ini Selanjutnya, penentuan stadium untuk
adalahadanya ruang kistik kecil yang karsinoma nasofaring digunakan sistem menurut
mengandung asam Schiff peridodik - dan American Joint Committee on Cancer (AJCC) dan
Alcianblue-positive materialdan hialinisasi stroma. Union for International Cancer Control (UICC)
Tumor ini selalu disertai dengan SCC in situ atau edisi ke-8 tahun 2018 (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3)

Tabel 2.2 Klasifikasi TNM Tabel 2.3


Karsinoma Nasofaring Menurut Stadium Karsinoma
Tumor primer (T) Pembesaran KGB Metastase AJCC/UICC edisi 8 14
Nasofaring
regional (N) Jauh (M) Menurut
TX NX AJCC/UICC Tahun
Tumor primer tidak KGB regional tidak 201814
dapat dinilai dapat dinilai Stadium T N
T0 I T1 N0
tidak ada tumor yang II T1 N1
teridentifikasi, tapi T2 N0-
EBV-positif pada KGB III T1-2 N2
servikal terlibat T3 N0-
Tis IVA T4, atau N3
Tumor in situ IVB T apapun Na
T1 N0 M0 IVC T4 N0-
Tumor terbatas di Tidak ada Tidak ada Semua T N3
nasofaring atau tumor metastasis ke KGB metastasis Semua T Sem
meluas ke orofaring regional jauh
dan/atau kavum nasi
Patogenesis
tanpa perluasan ke
Karsinoma
parafaring
nasofaring sangat
T2 N1 M1
Tumor dengan Metastasis Terdapat berhubungan
perluasan ke KGBservikal metastasis dengan tiga faktor
parafaring, dan/atau unilateral dengan jauh etiologi utama,
terdapat keterlibatan diameter ≤6 cm, di termasuk faktor
jaringan lunak yang atas batas kaudal lingkungan seperti
berdekatan (pterygoid dari kartilago krikoid,
karsinogen kimiawi
medial atau lateral, dan/atau KGB
dan polutan
dan/atau otot pre- retrofaring unilateral
beracun,
vertebra atau bilateral
dengan
kerentanan genetik
diameter ≤6 cm dan infeksi virus
T3 N2 terutama infeksi
Tumor melibatkan Metastasis KGB Epstein-Barr virus
struktur tulang vertebra servikal bilateral
(EBV).10
servikal dasar dengan diameter ≤6
tengkorak, struktur cm, di atas di atas
pterygoid, dan/atau batas kaudal dari
sinus paranasal kartilago krikoid
T4 N3
Tumor dengan Metastasis KGB
perluasan intrakranial dengan diameter >6
dan/atau keterlibatan cm, dan/atau meluas
saraf kranial, hingga ke batas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021

hipofaring, orbita, kaudal dari kartilago


kelenjar parotid, krikoid
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Nasofaring

Prevalensi KNF

tinggi pada

populasi dengan
Gambar 2. Model
kebiasaan tradisional
jangka
Patogenesis panjang
berupa
Karsinoma

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021


Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
kegemaran memakan makanan asin, makanan epitaksis ringan atau sumbatan hidung. Seringkali gejala
yang diasap, dan makanan yang diawetkan. belum muncul sedangkan tumor sudah tumbuh, atau
Makanan ini mengandung bahan kimia mutagenik, tumor tidak tampak karena masih terdapat di bawah
terutama nitrosamin yang mudah menguap dan mukosa (creeping tumor). Gangguan pada telinga
bersifat karsinogenik. Sementara itu, masyarakat merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal
pinggiran kota yang miskin biasanya bekerja di tumor dekat muara Eutachius (fossa Rosenmuller).
lingkungan yang buruk dan terpapar polutan Gangguan dapat berupa tinitus, rasa tidak nyaman di
beracun seperti debu, cat, asap dan gas dalam telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia) serta
jangka waktu yang lama, dan ini juga meningkatkan gangguan pendengaran.5Berdasarkan studi di Rumah
risiko KNF.14 Sakit dr. Cipto Mangunkusomo, Jakarta,gangguan
Seseorang dengan riwayat keluarga KNF juga telinga unilateral merupakan gejala yang paling sering
rentan terhadap KNF dan memiliki resiko yang jauh muncul sebagai gejala awal. Selain gangguan telinga,
lebih tinggi daripada orang biasa. dan orang dengan hidung tersumbat dan epistaksis juga sering dikeluhkan
kekebalan rendah juga rentan terhadap KNF. oleh pasien.11
Beberapa penyimpangan genom dan perubahan Karena nasofaring berhubungan dekat dengan
epigenetik yang terlibat dalam respon imun, inflamasi, rongga tengkorak melalui beberapa lobang, maka
infeksi dan onkogenesis berkaitan dengan gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai
peningkatan risiko KNF. Berbagai varian polimorfisme gejala lanjut karsinoma ini. Perjalanan melalui laserum
gen human leukocyte antigen (HLA), COX-2, IL-13, akan mengenai saraf otak ke II,IV,VI dan V, sehingga
GRP78, MCP-1, DC-SIGNR, DC-SIGN, dan ncRNA tidak jarang pasien datang dengan keluhan diplopia.
(non-coding RNA) dikaitkan dengan kerentanan Neuralgia trigeminal adalah gejala yang sering ditemui
terhadap KNF.14 oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan
Infeksi virus, terutama EBV, merupakan faktor lainnya.Proses karsinoma lanjut akan mengenai saraf
etiologi yang penting dalam patogenesis KNF. Infeksi otak ke IX, X, XI, dan XII jika penjalaran melalui
EBV terutama berhubungan dengan KNF tipe II dan III foramen jugulare. Gangguan ini sering disebut dengan
(non-keratinisasi). Virus Epstein-Barr juga lebih jarang sindrom Jackson. Bila sudah mengenai seluruh saraf
terdeteksi pada karsinoma sel skuamosa kepala dan otak disebut sindrom unilateral. Dapat pula disertai
leher lainnya. Berbagai onkoprotein virus EB yang dengan destruksi tulang tengkorak dan bila sudah
telah dikenal yaitu latent membrane proteins (LMP1, terjadi demikian, biasanya prognosisnya buruk.10
LMP2A dan LMP2B), EBV nuclear antigen (EBNA) Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk
(EBNA1, EBNA2, 3A, 3B, 3C dan -LP), EBV-encoded benjolan di leher yang mendorong pasien untuk
small RNS (EBER) (EBER1 dan EBER2), EBV- berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan
encoded small RNSs (BART), telah dipelajari dengan lain. Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi
baik di banyak studi mengenai KNF. Selain hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti di
keberadaan EBV pada sebagian besar kasus KNF, China, yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada
khususnya tipe II dan III, di daerah endemis juga nasofaring, seperti pembesaran adenoid pada orang
diamati human papillomavirus (HPV) terlibat dalam dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat
KNF, terutama KNF tipe I non- EBV. Human pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti
papillomavirus dapat bertindak sebagai faktor etiologi bertahun-tahun kemudian akan menjadi karsinoma
pada KNF negatif-EBV dan non- keratinisasi. Sebuah nasofaring.10
penelitian di Finlandia menemukanbahwa 62% pasien Diagnosis
KNF positif EBV, 14% positif HPV dan 24% negatif Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
untuk keduanya.14 dan pemeriksaan penunjang.
Gejala Klinis A. Anamnesis
Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi dalam Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala
empat kelompok, yaitu gejala nasofaring sendiri, mata dan saraf, serta gejala metastasis / leher.
gejalatelinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis Gejala tersebut mencakup hidung tersumbat,
atau gejala di leher. Gejala nasofaring dapat berupa lendir
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
bercampur darah, tinitus, telinga terasa penuh, dilanjutkan berasal dari biopsi
otalgia, berupa CT dengan CT nasofaring. Hasil biopsi
diplopia dan scan Scan menunjukkan jenis
neuralgia nasofaring Abdomen keganasan dan derajat
trigeminal mulai setinggi dengan diferensiasi.
(saraf III, IV, V, sinus frontalis kontras Pengambilan
VI), dan sampai c. Foto Thoraks spesimenbiopsi dari
muncul dengan Untuk melihat nasofaring dapat
benjolan pada klavikula, adanya nodul dikerjakan dengan
leher.3 potongan di paru atau bantuan anestesi lokal
koronal, apabila
B. Pemeriksaan fisik ataupun dengan
aksial, dan dicurigai
1. Dilakukan anestesiumum.
sagital, tanpa adanya
pemeriksaa - Biopsi Nasofaring
dan dengan kelainan
n status Diagnosis pasti
kontras. maka
generalis berdasarkan
Teknik dilanjutkan
dan status pemeriksaan PA
pemberian dengan CT
lokalis. dari biopsi
kontras Scan Thoraks
2. Pemeriksaan nasofaring.
nasofaring: dengan dengan Sementara biopsi
a. Rinosko injector 1- kontras. Aspirasi Jarum
pi 2cc/kgBB,
posterio d. Bone Scan Halus (BAJAH)
r delay time 1 Untuk melihat atau biopsi
b. Nasofari menit. CT metastasis tulang. insisional/eksision
ngosko berguna
p Pemeriksaan- al kelenjar getah
( fiber / untuk melihat pemeriksaan tersebut bening leher
rigid ) tumor primer diatas untuk bukan merupakan
c. Laringo dan
skopi menentukan TNM. diagnosis pasti.
penyebaran - Pemeriksaan
Pemeriksaan Biopsi dilakukan
ke jaringan Patologi Anatomi
nasoendoskopi dengan
sekitarnya Karsinoma
dengan NBI (Narrow menggunakan
serta
Band Imaging) nasofaring tang biopsi yang
penyebaran
digunakan untuk dimasukkan
kelenjar dibuktikan
skrining, melihat melalui hidung
getah bening
mukosa dengan atau mulut
regional. melalui pemeriksaan
kecurigaan kanker dengan tuntunan
b. USG patologi anatomi
nasofaring, panduan rinoskopi
Abdomen dengan spesimen
lokasi biopsi, dan posterior atau
Untuk menilai
follow up terapi pada tuntunan
metastasis
kasus-kasus dengan nasofaringoskopi
organ-organ
dugaan residu dan rigid/fiber.
intra
residif.3 abdomen.
C. Pemeriksaan - Pemeriksaan
Apabila dapat
penunjang Laboratorium
keraguan
- Pemeriksaan yang dilakukan
Radiologi pada
adalah;
a. CT Scan kelainan
hematologik
Pemeriksa yang
berupa
an ditemukan
pemeriksaan
radiologik dapat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
darah adalah Biopsi
perifer Aspirasi
lengkap, Jarum Halus
LED, (BAJAH).
hitung
jenis, Alkali - Serologi
fosfatase, Diagnosis KNF
LDH, dan ditunjang beberapa
fungsi liver pemeriksaan
seperti tambahan yaitu
SGPT- pemeriksaan
SGOT. serologi, misalnya
imunoglobulin A
- Biopsi Aspirasi anti-viral capsid
jarum Halus
antigen (Ig anti-
Kelenjar
VCA), Ig G anti-
Leher
early antigen (EA),
Pembesar
imunohistokimia,
an kelenjar
dan polymerase
leher yang
chain reaction
diduga
(PCR).
keras
Pemeriksaan
sebagai
serologi dapat
metastasis
dilakukan sebagai
tumor
skrining untuk
ganas
deteksi dini, sering
nasofaring
mendahului
yaitu,
munculnya KNF
internal
dan berfungsi
jugular
sebagai petanda
chain
tumor remisi dan
superior,
kekambuhan.
posterior
Window period
cervical
selama 3 tahun
triangle
sesudah
node, dan
peningkatan
supraclavic
antibodi dan
ular node
menetap tinggi
jangan di
sampai muncul
biopsi
gejala klinis.
terlebih
dulu
sebelum
ditemukan
tumor
induknya.
Yang
mungkin
dilakukan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Tatalaksana
Adapun terapi sistemik pada Karsinoma
- Radioterapi
Nasofaring kasus Rekuren/Metastatik adalah:
Radioterapi merupakan modalitas utama pada
a. Terapi Kombinasi: Cisplatin or carboplatin +
penatalaksanaan KNF yang masih terbatas
docetaxel or paclitaxel, Cisplatin/5-FU,
lokoregional, karena tumor ini bersifat radiosensitif.
Carboplatin, Cisplatin/gemcitabine,
Kemajuan yang sangat penting pada radioterapi
Gemcitabine, Taxans + Patinum +5FU
adalah IMRT (Intensity-Modulated Radiation
b. Terapi Tunggal: Cisplatin, Carboplatin,
Therapy). Teknologi ini memungkinkan pemberian
Paclitaxel, Docetaxel, 5-FU, Methotrexate,
dosis radiasi konformal terhadap target melalui
Gemcitabine.17
optimalisasi intensitas beberrapa beam. Kelebihan
dari IMRT ini diantaranya memiliki kemampuan
- Brachyterapi
untuk memberikan radioterapi conformal pada
Brachyterapi efektif dan digunakan hanya pada
target yang tidak beraturan (irrigular). Ini sangat
tumor yang dangkal di nasofaring dan tanpa invasi
bermanfaat pada tumor yang berada disekitar
ke tulang. Cara brakhiterapi nasofaring adalah
struktur vital seperti batang otak dan medula
dengan menggunakan aplikator Levendag dengan
spinalis. Teknik ini sudah dilaporkan dapat
menggunakan sumber radiasi Ir 192 HDR.
meningkatkan kontrol tumor dan juga menurunkan
Dilakukan tindakan anestesi lokal atau anestesi
risiko komplikasi.16
umum.22 Dengan guide NGT 100 cm dengan
penampang ±2 mm dimasukkan melalui hidung dan
- Kombinasi Kemoradiasi
keluar dari mulut. Dengan guide ini dipasang
Kemoradiasi konkuren saat ini menjadi terapi aplikator lavendag lalu difiksasi.17
pilihan pada KNF lokoregional yang advanced.
Sebagian besar penelitian kemoterapi pada KNF
- Nasofaringektomi
menggunakan Cisplatin-based. Berdasarkan waktu
Nasofaringektomi diindikasikan pada tumor
pemberian kemoterapi terhadap radioterapi
persisten atau rekuren yang terlalu besar untuk
dibedkan menjadi Induction/ Neoadjuvan
brakiterapi dan terdapat perluasan ke parafaring.
(sebelum), concurrent (selama radiasi) dan adjuvan
Pada tumor kecil namun tebal, reseksi adekuat
(setelah radioterapi).3
dapat dilakukan menggunakan endoskopi melalui
Kombinasi kemoradiasi sebagai radiosensitizer
kavum nasi atau oral. Tumor yang lebih ekstensif
terutama diberikan pada pasien dengan T2-T4 dan
memerlukan reseksi terbuka.18
N1-N3. Kemoterapi sebagai radiosensitizer
diberikan preparat platinum based 30-40 mg/m2
Prognosis
sebanyak 6 kali, setiap minggu sekali 2,5 sampai 3
Prognosis pasien dengan KNF dapat sangat
jam sebelum dilakukan radiasi. Kemoterapi
berbeda antara subkelompok yang satu dengan
kombinasi/dosis penuh dapat diberikan pada N3 >
subkelompok yang lain. Penelitian tentang faktor-
6 cm sebagai neoadjuvan dan adjuvan setiap 3
faktor yang dapat memengaruhi prognosis masih
minggu sekali, dan dapat juga diberikan pada
terus berlangsung hingga saat ini. Kebanyakan
kasus rekuren/metastatik.
faktor-faktor prognosis bersifat genetik ataupun
molekuler. klinik (pemeriksaan fisik maupun
- Terapi sistemik pada Karsinoma Nasofaring adalah
penunjang). Sampai saat ini belum ada uji meta
dengan kemoradiasi dilanjutkan dengan
analisis yang menggabungkan angka kesintasan
kemoterapi adjuvant, yaitu Cisplatin + RT diikuti
dari berbagai studi yang telah ada. Prognosis pada
dengan Cisplatin/5-FU atau Carboplatin/5-FU.
pasien keganasan paling sering dinyatakan sebagai
Dosis preparat platinum based 30-40 mg/m2
kesintasan 5 tahun. Menurut AJCC tahun 2010,
sebanyak 6 kali, setiap seminggu sekali.3
kesintasan relatif 5-tahun pada pasien dengan KNF
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Pasien menjalani kemoterapi pada awal bulan


Stadium I hingga IV secara berturutan sebesar 72%,
Februari
64%, 62%, dan 38%.17 - Mual dan muntah ada dan rambut rontok setelah
kemoterapi
- Nafsu makan menurun ada.
- Penurunan berat badan ada, dalam
ILUSTRASI KASUS setahun terakhir pasien mengalami
penurunan berat badan ±5 kg.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. CW
Riwayat penyakit dahulu :
Umur : 36 tahun - Riwayat hipertensi tidak ada.
Jenis Kelamin: Laki-laki - Riwayat diabetes mellitus tidak ada.
No MR : 01. 09. 42.80
Alamat : Pulau Rengas, Jambi Riwayat penyakit keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga sakit tumor
ANAMNESIS dankeganasan
Seorang pasien laki-laki berusia 36 tahun datang
RSUP Dr.M.Djamil Padang datang pada tanggal 25 Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :
Februari 2021 dengan: - Riwayat bekerja wiraswasta.
- Pasien ada kebiasaan makan makanan
Keluhan Utama : berpengawet, ada kebiasaan merokok
- Pasien rencana pro kemoterapi kedua. menghabiskan 1 bungkus dalam sekitar
2 hari ketika masih muda sekitar SMA
Riwayat Penyakit Sekarang : tetapi sudah berhenti
- Pasien sudah dikenal dengan Ca Nasofaring non - Pasien m em i l i k i riwa
keratinising undiff stadium IV A (T4N1M0) yatterpaparasapkebakara
- Pada tahun 2019, awalnya pasien mengeluhkan n.
mimisan yang sudah dibawa ke dokter dan
dikatakan mimisan biasa. PEMERIKSAAN FISIK
- Pasien merasa penuh di telinga ada Status Generalis
- Riwayat nyeri dan keluar cairan dari telinga tidak Keadaan Umum : Sakit sedang
ada Kesadaran : Komposmentis kooperatif
- Gangguan pendengaran ada Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Pandangan ganda pada mata kiri ada Frekuensi nadi : 64 x/menit
Frekuensi nafas : 17 x/menit
- Nyeri kepala hilang timbul ada
Suhu : Afebris
- Sulit menelan tidak ada
- Pada tahun 2020, pasien mengeluhkan ada Pemeriksaan Sistemik
benjolan di leher kiri sebesar telur puyuh, pasien Kepala : Normochepal
sudah berobat ke dokter dan didiagnosis dengan Mata : Konjungtiva tidak anemis,sklera tidak
TB Kelenjar dan diberi 0AT. Pasien tidak ikterik,
dilakukan pemeriksaan BTA sputum. Wajah : tidak ditemukan kelainan
- Setelah 4 bulan minum OAT, benjolannya tidak Thorax : paru dan jantung dalam batasnormal
mengecil malah bertambah besar. Abdomen : dalam batas normal
- Pasien dirujuk ke RSUP DR Mdjamil, pasien Extremitas : akral hangat dan CRT <2”
dilakukan pemeriksaan USG dan biopsi kali
kedua dan didiagnosis dengan Kanker Nasofaring STATUS LOKALIS THT
dan direncanakan Kemoterapi. Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kelainan
Tidak ada

Tidak ada

Trauma

Tidak ad

Tidak ad

Radang Tidak ada


Daun Telinga Tidak ada
Kelainan
Tidak ada

Tidak ada
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Nyeri

Tidak

Tidak

Nyeri

Tidak

Tidak
Liang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021


Tidak dilakukan pemeriksaan
Timpanometri
Sempit - -

Hiperemis Tidak ada Tidak ada Hidung


Edema Tidak ada Tidak ada Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada Kelainan Tidak ada Tidak ada
Hidung luar congenital
Sekret Ada Tidak Ada Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada Massa Tidak ada Tidak ada
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Warna Kuning Kuning Sinus
Sekret/ Serumen Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Paranasal
Nyeri Ketok Tidak ada Tidak ada
Jumlah Sedikit Sedikit
Rinoskopi Anterior
Jenis Kering Kering Vibrise Ada Ada
Vestibulum Radang Tidak ada Tidak ada
Normal/Cukup - -
Membran Timpani Kavum Nasi Lapang
Warna Putih Putih Sempit ada ada
mengkil mengkil Lapang - -
at at Lokasi Tidak ada Tidak ada
Refleks Ada arah Ada arah jam Jenis - -
cahaya jam 5 7 Sekret Jumlah - -
Bau - -
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah
Retraksi Tidak ada Tidak ada Konka Inferior muda Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah
Jumlah Tidak ada Tidak ada Konka Media muda Permukaan Licin Licin
perforasi Edema Tidak ada Tidak ada
Jenis -
-
Perforasi Kuadran - -
Cukup Cukup lurus Cukup lurus
Lurus/Deviasi
Pinggir - - Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Tanda radang Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Mastoid Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinne Positif Positif

Schwabach Sama Sama


dengan dengan
pemeriksa pemeriksa

Weber Tidak ada lateralisasi


Tes Garpu Tala

Kesimpulan Normal Normal


Septum Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Massa Bentuk - -

Tidak Tidak
Audiometri dilakukan dilakukan
Ukuran - -
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
Vasokonstriktor

Rinoskopi Posterior (Tidak dapat dilakukan)


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang/- -
Normal
Koana Sempit - -
Massa - -
Warna - -
Mukosa Edema - - Laringoskopi Indirek (Tidak dapat dilakukan)
Jaringan Granulasi - - Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Ukuran - - Bentuk - -
Warna - -
Konka Inferior Warna - -
Permukaan - -
Edema - - Epiglottis Edema - -
Adenoid Ada/Tidak - - Pinggir - -
Muara Tuba Tertutup Sekret - - rata/tidak
Eustachius Edema Mukosa - - Massa - -
Lokasi - - Warna - -
Ukuran - - Edema
Massa Aritenoid Massa
Bentuk - -
Permukaan - - Gerakan
Ada/Tidak - -
Post Nasal Drip
Jenis - -
Warna -
- Ventrikular Band Edema
Oral Cavity dan Orofaring Massa
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Trismus - Warna - -
Posisi Di tengah Gerakan
Uvula Edema Tidak ada Plika Vokalis Pinggir
Bifida Tidak ada medial
Simetris/tidak Simetris Simetris Massa

Palatum Massa - -
Warna Merah Merah
molle Sinus piriformis
+ arkus muda muda Sekret
faring
Edema Tidak ada Tidak ada Massa - -
Bercak/Eksudat Tidak ada Tidak ada Valekule Sekret
Warna Merah Merah (jenisnya)
Dinding muda muda
Faring
Permukaan Licin Licin
Ukuran T1 T1
Warna merah merah
Tonsil muda muda Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher Dekstra:
Permukaan tidak tidak
Inspeksi: tidak ada pembesaran KGB
lebar lebar
Muara Kripti - -
Detritus - -
Eksudat
Warna -Merah -
Merah Palpasi: tidak ada pembesaran KGB
muda muda Sinistra:
Peritonsil Edema Tidak ada Tidak ada Inspeksi: tidak ada pembesaran KGB
Abses Tidak ada Tidak ada Palpasi: tidak ada pembesaran KGB
Perlengketan Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk - -
Tumor Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Karies/Radiks Tidak ada Tidak ada
Gigi Kesan Higien cukup baik
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Lidah
Deviasi Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

(22 Februari 2021)

Parameter Hasil
Hb 13,6 g/dL
Leukosit 8380/mm3
Trombosit 441000/mm3
Ht 40%
Total protein 7,9 g/dL
Albumin 4,0 g/dL
Globulin 2,8 g/dL
SGOT 14 U/L
SGPT 11 U/L
Natrium 137 mmol/L
Kalium 3,5 mmol/L
Klorida 104 mmol/L
Kesan: Globulin meningkat, trombositosis
Kesan :Sugestif chordoma divus

Rontgen Toraks (27 Januari 2021) Nasoendoskopi Dextra

Pemeriksaan Biopsi Patologi Anatomi (20 Januari


2021)
Non keratinizing nasopharingeal carcinoma
undifferentiated sub type

Diagnosis
Kesan: Cor dan pulmo dalam batas normal, tak Karsinoma Nasofaring Non Keratinising Undiff std IV A
tampak gambaran pulmoner metastase
Diagnosis Banding
CT Scan Nasofaring (15 Desember 2020) -

Pemeriksaan Anjuran
Tidak ada

Terapi
Kemoterapi

Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad malam

DISKUSI
Dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 36 tahun
ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 25 februari
2021 dengan diagnosis Ca Nasofaring non keratinising
undifferentiated stadium IV A (T4N1M0). Karsinoma
nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang
tumbuh
Dokter Muda THT-KL Periode 24 Februari-13 Maret 2021 13
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
didaerah nasofaring dengan predilkesi di fosa lanjut. Pembesaran kelenjar limfe leher merupakan gejala
Rossenmuller dan atap nasofaring. Secara epidemiologi, utama yang mendorong pasien datang ke dokter.
karsinoma nasofaring lebih banyak terjadi pada laki-laki Pasien juga mengeluhkan penurunan nafsu makan
dari pada perempuan. Karsinoma nasofaring dapat dan penurunan berat badan lebih kurang 5 kg dalam
terjadi pada segala usia, terutama usia 30 sampai 50 setahun terakhir ini. Karsinoma nasofaring seringkali
tahun. disertai dengan penurunan berat badan yang berlebihan.
Awalnya pada tahun 2019 pasien mengalami Hal ini karena tubuh pasien mengalami defisiensi energi
mimisan, kemudian dibawa ke dokter dan dikatakan dan protein. Hal ini disebabkan tubuh pasien mengalami
hanya mimisan biasa. Kemudian, pasien merasakan turnover protein yang meningkat, sehingga menyebabkan
penuh ditelinga dan gangguan pendengaran. Selain itu, berkurangnya massa protein. Asupan energi dan protein
pasien juga merasakan penglihatan ganda. Pada tahun yang kurang menyebabkan kehilangan berat badan
2020, pasien merasakan benjolan di leher kiri sebesar sehingga meningkatkan kecepatan metabolisme basal
telur puyuh dan tidak nyeri. Kemudian pasien berobat dan glukoneogenesis serta terjadi penurunan sintesis
ke dokter, didiagnosis TB Kelenjar dan diberikan OAT. protein tubuh.
Setelah minum OAT 4 bulan tetapi benjolan tidak Pasien memiliki kebiasaan makan makanan
mengecil, pasien kembali ke dokter dan dilakukan berpengawet dan makan ikan asin. Pasien saat muda
biopsi dengan hasil karsinoma nasofaring. Kemudian memiliki kebiasaan merokok dengan menghabiskan 1
pasien di rujuk ke RSUP Dr. M Djamil Padang untuk bungkus rokok selama 2 hari. Pasien merokok saat usia
ditatalaksana lebih lanjut. 16 tahun dan berhenti pada usia 30 tahun. Pasien juga
Gejala karsinoma nasofaring terbagi atas empat pernah terpapar oleh asap kebakaran hutan sebelumnya.
yaitu gejala nasofaring (hidung), gejala telinga, gejala Pada pemeriksaan fisik status lokalis THT, didapatkan
mata dan saraf serta gejala pada leher. Mimisan atau kavum nasi dekstra/sisnistra : kavum nasi lapang, konka
epistaksis yang terjadi pada pasien merupakan gejala inferior eutrofi, konka media eutrofi, tidak ada septum
nasofaring. Selain itu, gejala telinga yang terjadi pada deviasi dan tidak ada sekret. Pemeriksaan tenggorok :
pasien adalah rasa penuh ditelinga dan penurunan arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1, tenang,
pendengaran. Gejala ditelinga ini timbul karena tempat dinding faring posterior tenang.
asal tumor dekat dengan muara tuba eustaschius Diagnosis pasti karsinoma nasofaring dapat ditegakkan
(fossa rosenmuller) berdasarkan hasil biopsi. Pasien ini telah dilakukan biopsi
Pada pasien juga terdapat gejala mata dan saraf dengan hasil non keratinizing nasopharingeal carcinoma
yaitu adanya pandangan ganda (diplopia). Hal ini terjadi undifferentiated sub type. Pemeriksaan CT-scan daerah
karena nasofaring dekat dengan rongga tengkorak dan kepala dan leher juga dilakukan untuk mengetahui tumor
terdapat beberapa lubong sebagai tempat jalannya primer dan arah perluasannya. Pasien ini telah dilakukan
saraf-saraf kranial yaitu saraf kranial III, IV, VI yang CT scan dengan kontras dengan hasil sugestif kondroma
berfungsi untuk mengatur posisi dan gerakan bola mata. difus. Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan
Selain itu, gejala leher yang terjadi pada pasien adalah kemoradioterapi.
benjolan dileher.
Riwayat pemeriksaan leher kiri didapatkan
pembesaran kelenjar getah bening level II-III, padat dan
tidak nyeri. Pembesaran kelenjer limfe leher
merupakan penyebaran terdekat secara limfogen dari
karsinoma nasofaring. Yang khas jika timbulnya
didaerah samping leher, 3-5 cm di bawah daun telinga
dan tidak nyeri. Benjolan biasanya berada di level II-III
dan tidak dirasakan nyeri, sehingga sering diabaikan
oleh pasien. Sel-sel kanker dapat berkembangt erus,
menembus kelenjar dan mengenai otot di bawahnya.
Kelenjarnya menjadi lekat pada otot dan sulit
digerakan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
kesehatan: Telinga hidung tenggorok kepala dan
DAFTAR PUSTAKA
1. National Comprehensive Cancer Network (NCCN). leher. Edisikeenam. Jakarta: 2007.
NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology 11. AdhamM, Kurniawan AN , Muhtadi AI , Roezin A ,
(NCCN Guidelines) : Head and Neck Cancers Hermani B, Gondhowiardjo S, et al.
Version 2.2013. NCCN; 2013. Nasopharyngeal carcinoma in Indonesia:
2. American cancer society. Nasopharyngeal cancer. epidemiology, incidence, signs, and symptoms at
American Cancer Society; 2013. presentation. Chin J Cancer; 2012; Vol. 31 Issue 4.
3. Soepardi EA, Iskandar N, Editor. Buku Ajar Ilmu 12. Rahman S, Budiman BJ, Subroto H.
Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Edisi 6. Faktorrisikonon viralpadakarsinomanasofaring.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI JurnalKesehatanAndalas. 2015; 4(3)
4. Titcomb C P. High incidence of nasopharyngeal 13. Sharif SET, Zawawi N, Yajid AI, Shukri NM,
carcinoma in Asia. J InsurMed. 2001; 33: 235-8. Mohamad I. Pathology classification of
5. Yang XR, Diehl S, Pfeiffer R, et al.Evaluation of risk nasopharyngeal carcinoma. In: An Evidence-Based
factors for nasopharyngeal carcinoma in high-risk Approach to the Management of Nasopharyngeal
nasopharyngeal carcinoma families in taiwan. Cancer. Elsevier inc. 2020.
Cancer Epidemiology Biomarkers Prevention. 14. Huang SH, O’Sullivan B. Overview of the 8th
vol.14, no.4. 2005. edition TNM classification for head and neck
6. Chew CT. Nasopharynx (the Postnasal Space), cancer. Curr. Treat. Options in Oncol. 2017; 18: 40.
Scott-Brown’s Otolaryngology, 6thedition, 15. He JQ ,Sun L, He J , Zhu C, Li P, Lei J, et al. The
Butterworth-Heinemann, Great Britain: 1997. pathogenesis and therapeutics of nasopharyngeal
7. Ballenger JJ. Anatomi Bedah Faring dan Penyakit carcinoma. Health Sci J. 2019; Vol.13.No. 2:642.
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, 16. Yoshizaki T, Kondo S, Wakisaka N, Murono S,
Binarupa Aksara, Edisi 13, Jilid 1. 1994. Endo K, Sugimoto H, et al. Pathogenic role of
8. Brennan, Bernadette. Nasopharyngeal carcinoma. Epstein- Barr virus latent membrane protein-1 in
Manchester. BioMed Central Ltd. 2006. the development of nasopharyngeal carcinoma.
9. Chen, Y.-P., Chan, A. T. C., Le, Q.-T., Blanchard, Cancer Lett. j.canlet. 2013, 337:1
P., Sun, Y., & Ma, J. (2019). Nasopharyngeal 17. Rahman S. Update diagnosis dan tatalaksana
carcinoma. The Lancet, 394(10192), 64–80. karsinoma nasofaring. ResearchGate.net. 2014.

10. Roezin A, Adham M. Karsinomanasofaring. Dalam: 18. Wijaya FO dan Soeseno B. Deteksi dini dan

Soepardi EA, Iskandar N, et al. Buku ajar ilmu diagnosis karsinoma nasofaring. Kalbemed.com.
CDK-254/vol.44 no.7. 2017.
Tumor primer (T) Pembesaran KGB Metastase
regional (N) Jauh (M)
TX NX
Tumor primer tidak KGB regional tidak
dapat dinilai dapat dinilai
T0
tidak ada tumor yang
teridentifikasi, tapi EBV-
positif pada KGB servikal
terlibat
Tis
Tumor in situ
T1 N0 M0
Tumor terbatas di Tidak ada Tidak
nasofaring atau tumor metastasis ke KGB
meluas ke orofaring regional ada
dan/atau kavum nasi metastasis
tanpa perluasan ke jauh
parafaring
T2 N1 M1
Tumor dengan Metastasis Terdapat
perluasan ke KGBservikal unilateral metastasis
parafaring, dan/atau dengan jauh
terdapat keterlibatan diameter ≤6 cm, di
jaringan lunak yang atas batas kaudal dari
berdekatan (pterygoid kartilago krikoid,
medial atau lateral, dan/atau KGB
dan/atau otot pre- retrofaring unilateral
vertebra atau bilateral dengan
diameter ≤6 cm
T3 N2
Tumor melibatkan Metastasis KGB
struktur tulang vertebra servikal bilateral
servikal dasar dengan diameter ≤6
tengkorak, struktur cm, di atas di atas
pterygoid, dan/atau batas kaudal dari
sinus paranasal kartilago krikoid
T4 N3
Tumor dengan Metastasis KGB
perluasan intrakranial dengan diameter >6
dan/atau keterlibatan cm, dan/atau meluas
saraf kranial, hingga ke batas
hipofaring, orbita, kaudal dari kartilago
kelenjar parotid, krikoid
dan/atau infiltrasi

Anda mungkin juga menyukai