Pendahuluan
dan Adenoid terutama pada anak-anak. Keluhan yang sering muncul adalah sore
throat, infeksi saluran nafas atas dan penyakit telinga. Meskipun operasi tonsil
dan adenoid punya kecenderungan menurun, tetapi operasi ini masih menjadi
anatomi, phisiologi, gambaran klinik, terapi non bedah dan terapi bedah yang
memerlukan seleksi pasien yang tepat dalam indikasi perlu tidaknya dilakukan
dalam managemen operasi (preoperasi, intra operasi, post operasi) dan strategi
Infeksi kronik dan kambuhan dan obstruksi hyperplasi adalah akibat yang
sering disebabkan oleh infeksi tonsil dan adenoid pada pasien anak-anak.
Kejadian gangguan nafas saat tidur, OSAS dan sindrom pernafasan atas adalah
pada anak-anak maupun dewasa. Kejadian peritonsiler abses (PTA) akibat infeksi
tonsil masih perlu didiskusikan lebih dalam. Infeski yang jarang (misal
1
ANATOMI
Adenoid
(gambar 1). Nasopharing berperan dalam udara pernafasan dan sekresi sinonasal
yang akan dialirkan dari kavum nasi ke dalam oropharing, membantu bicara, dan
dan akan berkolonisasi dengan bakteri pada minggu pertama setelah lahir.
Pembesaran adenoid pada anak dan dewasa muda terjadi sebagai respon terhadap
antigen baik oleh virus, bakteri, alergen, makanan, dan iritasi lingkungan. Adenoid
2
Gambar 1
Gambar 1 :
Adenoid terletak di dinding
posterior dari nasopharing.
Sinus paranasal terletak di
depannya dan tuba eustachii –
telinga tengah komplek mastoid
terletak di sebelah lateral
dengan drainasenya ke fossa
yang berhubungan dengan
hidung ke nasopharing.
Adenoid dapat tumbuh ke
posterior choanae dan kavum
nasi posterior.
letaknya disebelah lateral, dan ke depan akan menyebabkan penyakit pada hidung,
sinus paranasal, maxilla dan mandibula. Obstruksi tuba eustachii akibat inflamasi
dan infeksi kronik pada dewasa muda juga memberikan implikasi pada sinusitis
berdekatan dan posisi mandibula yang abnormal yang disebut adenoid face yang
3
ditandai hidung kecil, gigi incisivus ke depan (prominen), arkus faring tinggi
sehingga timbul kesan seperti orang bodoh. Akibat lain adalah faringitis dan
Tabel 1 : perbedaan anatomi dan phisiologi antara adenoid dan tonsil normal
Adenoid Tonsil
Lokasi Dinding posterior nasopharing, Dinding lateral oropharing,
anatomi mungkin dapat menyeberang ke kadang-kadang
posterior choanae menyeberang ke
nasopharing atau
hipopharing
Makroskopis Bentukinya triangular, Umumnya berbentuk
invaginasi dari deep folds, ovoid, kadang berlobus,
kripte sedikit invaginasi dengan 20 – 30
kripte bercabang
Mikroskopis Terdiri atas tiga epithelium : Proses antigen khusus (Ag)
1. Pseudostratified bersilia No afferent limphatics
2. Kolumner
3. Squamous
4. Antigen transtional (Ag)
5. No afferent lymphatics
Fisiologis Mucociliar clearence Antigen prosesing
Antigen prosesing Immune surveilance
Immune surveilance
beberapa cabang dari a facial dan maxillari interna. Persarafan sensoris adenoid
4
dari n vagus dan glossopharyngeal. Karena itu refred pain adenoid (seperti halnya
kronik atau pembesaran adenoid lebih sering terjadi pada epitel squamous (aktif
pada proses antigen), menurun pada epitel traktus respiratorius (aktif dalam
dengan jaringan fibrosis. Keadaan yang menetap dari sekresi sinonasal dan
Tonsil
Tonsil faucial atau palatina adalah massa yang terletak di dinding lateral
dari oropharing (gambar 1 dan gambar 2). Tonsil biasanya terbatas di oropharing,
posterior jalan nafas antara basis lidah dan dinding pharingeal posterior, yang
hubungan antara volume oropharing, ukuran tonsil dan etiologi dari obstruksi
5
saluran nafas atas adalah multifaktorial dan berhubungan dengan hyperplasia
Gambar 2 :
Meskipun tonsil umumnya berada di oropharing, tonsil mungkin bilobus
dengan dengan ekstensi ke hipopharing atau ke dalam nasopharing. Ekstensi ke
inferior sampai pada ruang saluran nafas posterior dapat dilihat ketika
mempunyai riwayat obstruksi dengan gambaran tonsil yang nampaknya normal
pada pemeriksaan intraoral.
Fossa tonsil di batasi oleh arkus pharing anterior (m palatoglossus) dan
Constriktor superior. Batas atas disebut kutub atas (upper pole) dan terdapat suatu
ruang kecil yang disebut fossa supra tonsil yang berisi jaringan ikat jarang dan
biasanya merupakan tempat nanah bila abses pecah. Pilar anterior mempunyai
bentuk seperti kipas pada rongga mulut, mulai dari palatum mole berakhir di sisi
lateral lidah. Pilar posterior adalah otot vertikal yang ke atas mencapai palatum
mole, tuba eustachii dan dasar tengkorak dan ke bawah meluas hingga dinding
posterior tidak terluka. Pilar anterior dan posterior bersatu dibagian atas pada
palatum mole, ke bawah terpisah dan masuk ke jaringan di dinding lateral faring
yaitu : 1,2,4
palatina asenden,
6
4. A faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi
dari faring. Aliran balik melalui vena disekitar kapsul tonsil,vena lidah dan
Gambar 3 : Vaskularisasi
Tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak
mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor
7
velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan
terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik
dan
stadium.
sfenopalatina dibagian atas dan saraf glosofaringeus dibagian bawah. Aliran limfe
dari dari tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep
kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai
pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak
ada.
Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi. Tonsil
yaitu:
8
2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik.
Mikrobiologi
tonsilitis akut. Hal ini dapat dideteksi dengan cepat karena merupakan respon
imun sistemik setelah terinfeksi oleh GABHS. Bakteri ini juga bisa kita temukan
pada otitis dan sinusitis. Bakteri yang umumnya menyebabkan tonsilitis dan
9
Group A beta Bacteroides sp. Epstein barr Mycobacterium
hemolitikus Peptococcus sp. Adenivirus (atypical
nontuberculosis)
streptokokus Peptostreptococcus Influensa A,
(GABHS) sp. B Candida
Group B,C,F, Actinomycosis sp. Herpes albicans
streptokokus Microaerophilic symplex
Haemophilus streptococci. Respiratory
influensa Veilonella parvula synctial
Streptokokus Bifidobacterrium Parainfluensa
pneumonia adolescences
Streptokokus Eubacterium sp.
epidermidis Lactobacillus sp.
Moraxella catarhalis Fusobacterium sp.
Staphylococcus Bacteroides sp.
aureus Porphyromonas
Haemophyllus asaccharolytica
parainfluensa Prevotella sp
Neiseria sp
Mycobacteria sp.
Lactobacillus sp
Diphterioids sp
Eikenella corrodens
Pseudomonas
aeruginosa
E. Colli
Hellicobacter pylori
Chlamydia
pneumonia
Khususnya infeksi oleh virus pada kasus kronik adalah berbeda, meskipun virus
dapat menyebabkan iritasi pada inflamasi mukosa, crypte obstruksi, dan ulcerasi
akibat invasi dan infeksi sekunder adalah sama dengan infeksi akut. EBV dapat
obtruksi jalan nafas. Infeksi EBV juga dikaitkan dengan infeksi hyperplasia
10
Extraesophageal Reflux (EER) memberikan gambaran radikal bebas dan
Immunologi
aerodigastivus atas. Paparan pada tonsil dan adenoid baik oleh bakteri, virus,
dan lokal berupa perbandingan sell B dan T, dimana akan meningkat dalam serum
dan kadar immunoglobulin lokal, dan akan kembali normal setelah tonsilektomi
dalam antigen presenting dan prosesing. Hal ini akan diikuti oleh respon sel B dan
pada kasus pemberian vaksinasi polio setelah adenoidektomi dan akan meningkat
Adanya klasifikasi ini sangat penting sebagai jembatan komnikasi antara ahli THT
dan dokter ditingkat pelayanan primer dalam menentukan rujukan. Bagi ahli THT
maka akan bukan hanya petunjuk medik, terapi tetapi juga untuk menentukan
11
Infeksi/inflamasi Obstruksi Neoplasia
Adenoid Tonsil Nasopharing Benigna
Oropharing Lymphoproliferatif
Adenoiditis Tonsilitis
Gabungan disorder
akut akut
Lymphoid
Tonsilitis
(nasopharing
papillary
akut rekuren
itis) common
Tonsilitis hyperplasia
cold Malignant
kronik
Adenoiditis
persisten
akut rekuren
tonsilolitiasis
Adenoiditis
kronik
persisten
Evaluasi klinik
tonsil dengan oropharing ( dari medial ke dinding lateral ) yang diukur antara
12
Gambar 4 : Grading Tonsil
Adenoid
13
dengan menggunakan pendekatan diet, perubahan pola hidup, dan obat-obatan
atau sauction coagulator adalah tetap tergantung ketrampilan dari ahli THT.
Pengambilan jaringan dengan menggunakan kuretase, mulai dari area sekitar tuba
14
eustachii dan jangan sampai memanipulasi tuba supaya tidak terjadi jaringan parut
pasca operasi dan mencegah disfungsi tuba yang permanen. Operasi juga harus
hati-hati saat mendekati posterior choanae agar tidak terjadi overzealous surgery
dan jaringan parut. Dengan visualisasi langsung dari nasopharing masalah ini
5-7 ). Metode yang lebih rasional dan efektif adalah dengan menggunakan adenotom La
Force atau Collum atau modifikasinya dan dilanjutkan dengan kuretase tipe benhill.
jika terjadi obstruksi sleep apnea yang maka tindakan adenoidektomi superior dan
15
lateral harus dikerjakan secara hati-hati untuk mengurangi akibat yang tidak
khusus ditujukan pada operasi dengan kondisi pasien down syndrom jangan
sampai terjadi trauma spinal akibat resiko terjadinya subluxatio. Hati – hati
terhadap keluhan orang tua pasien tentang pernafasan malodorus yang dapat
Tonsil
Penicilline adalah antibiotik first line pada tonsilitis akut oleh GABHS,
Antibiotik tampaknya efektif dalam mengurang gejala. Pada tonsilitis kronik dan
digunakan bila tonsilektomi mempunyai resiko dan orang tua pasien masih butuh
Tonsilektomi
1,2,3
Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina.
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang aman dan praktis, namun bukan
16
berarti masuk kategori minor surgery tetapi digolongkan operasi sedang
Tindakan tonsilektomi harus dikerjakan secara hati-hati pada bayi dan anak
DAFTAR PUSTAKA
Bailey BJ & Johnson T, Head & Neck Surgery Otolaryngology; edisi empat,
Soepardi EA, Iskandar N, et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
GL,Boies buku ajar penyakit THT, Jakarta, Penerbit buku kedokteran EGC
17