Anda di halaman 1dari 34

REFERAT ABSES LEHER DALAM

Disusun Oleh
KARUNIA SAFITRI 114170032

Pembimbing : dr Edy Riyanto Bakri, Sp.THT-KL

SMF ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI
Definisi

Abses leher dalam adalah abses yang


terbentuk dalam ruang potensial
diantara fasia leher dalam sebagai akibat
dari penjalaran infeksi dari berbagai
sumber.
Anatomi leher
 Diliat dari lateral berbentuk
empat persegi panjang yang
oleh musculus
sternocleidomastoideus
dibagi menjadi dua, yaitu:

1. trigonum colli anterior

2. trigonum colli posterior


Trigonum
colli anterior
Trigonum colli
posterior
 Kecuali trigoni diatas
disebelah dalam regio
colli terdapat trigonum
lagi yaitu:
› Trigonum
scalenoventebrate
Fascia colli
 Fascia colli dibagi menjadi
3 lapisan yaitu:
1. Fascia colli superficialis
=investing layer
2. Fascia colli media=lamina
pretrachealis
3. Fascia colli profunda =
lamina prevertebralis
Ruang leher dalam

Ruang
suprahyoid
Ruang leher
dalam yang
dibatasi panjang
leher
Abses
peritonsiilar

Abses Abses
parafaring submandibula
Infeksi gigi, mulut,
tenggorokan, sinus
paranasal, telinga
tengah, dan leher

Angina Abses
ludovici retrofaring
Bakteri
Patofisiologi
Penyebaran secara
hematogen, limfogen,
atau celah antar ruang

Jaringan sel terinfeksi Peradangan

Sel darah putih mati Demam

Jaringan menjadi abses


PECAH
dan berisi PUS
Abses peritonsiler
(QUINSY)
Penumpukan pus pada ruang
peritonsil dan biasnya bersifat
unilateral

Proses inflamasi dan supurasi dapat


melebar melibatkan palatum mole,
dinding lateral faring, dan kadang-
kadang, dasar lidah
Gejala umum: demam, nyeri kepala,
malaise, mual atau muntah.
Gejala lokal: Patogenesis
 odinofagia (nyeri menelan) yang
hebat
 muntah (regurgitasi)
 mulut berbau (foetor ex ore) Infeksi pada kelenjar
Weber
 banyak ludah (hipersalivasi)
 suara gumam (hot potato voice)
Akumulasi pus di
 sukar membuka mulut (trismus) ruang peritonsil
potensial
akibat spasme musculus pterigoideus
interna.
Pembengkakkan Inflamasi pada
daerah peritonsil M.pterigoid

Tonsil dan uvula


terdesak ke trismus
kontralateral
Pemeriksaan
penunjang
 Pemeriksaan laboratorium :
Darah perifer lengkap, elektrolit, kultur darah, dan
kultur swab tenggorok
 Pemeriksaan radiologi :
Area
Foto x-ray jaringan lunak polos abses
CT scan kontras intravena
Tonsil
ultrasonografi kanan
uvula
Penatalaksanaan
 Medikamentosa:
antibiotik
analgetik/antipiretik
 Non medikamentosa:
insisi drainase
aspirasi jarum
tonsilektomi
Abses parafaring
Ruang parafaring dapat mengalami
infeksi secara langsung akibat tusukan
saat tonsilektomi, limfogen dan
hematogen

Etiologi

• Langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada


saat melakukan tonsilektomi
• Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian
dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus
• Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil,
retrofaring, atau submandibula
Gambaran
Klinis
 Trismus
 Indurasi atau pembengkakan disekitar anulus mandibula
 Demam tinggi
 Pembengkakan dinding lateral faring
Pemeriksaan
penunjang
 Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan kultur dan tes resistens
 Pemeriksaan radiologi:
Foto jaringan lunak leher antero-posterior
Penatalaksanaan
 Medikamentosa:
antibiotik dosis tinggi secara
parenteral terhadap kuman
aerob maupun anaerob
 Pembedahan :
Insisi dari luar dilakukan 2
setengah jari di bawah dan
sejajar mandibula

Mosher’s incision
Abses Retrofaring

infeksi pada ruang


retrofaring berasal dari
proses infeksi di hidung,
adenoid, nasofaring dan
sinus paranasal, yang
menyebar ke kelenjar limfe
retrofaring.

biasanya pada usia <5 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut
ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa. Pada usia >5 tahun
kelenjar limfe akan mengalami atropi.
Gejala klinis
 rasa nyeri Patogenesis
 sukar menelan menyebabkan anak
menangis terus (rewel), tidak mau
makan atau minum infeksi di hidung, adenoid,
nasofaring dan sinus
paranasal, yang menyebar ke
 Demam kelenjar limfe retrofaring.

 leher kaku dan nyeri


 Dapat timbul sesak napas
pada usia <5 th ruang
 Pada dinding belakang faring retrofaring masih berisi
kelenjar limfa
tampak benjolan, biasanya unilateral
 Mukosa terlihat bengkak dan
hiperemis Kelenjar ini menampung
Pada usia di atas 6 tahun
aliran limfa dari hidung,
sinus paranasal, nasofaring, kelenjar limfa akan
faring, tuba Eustachius, mengalami atrofi.
dan telinga tengah

Sumbatan oleh abses


rasa nyeri dan ksukar menelan, sulit makan dan minum dan sesak
nafas .
Pemeriksaan  Pemeriksaan laboratorium :
penunjang - Darah perifer lengkap
- Kultur darah
- Kultur pus
- Protein C-reaktif (CRP)

Pemeriksaan radiologi :
- Foto x-ray jaringan lunak
leher lateral
- Ct scan
- MRI
- Foto x-ray dada
penatalaksanaan

 Terapi abses retrofaring ialah


dengan medikamentosa dan
tindakan bedah
 Medikamentosa :
 Antibiotik ( parenteral )
 Bila terdapat dehidrasi, diberikan
cairan untuk memperbaiki
keseimbangan cairan elektrolit.
 Bedah :
 insisi abses melalui laringoskopi
Abses
submandibula
Pada umumnya sumber
infeksi pada ruang
submandibula berasal dari
proses infeksi dari gigi,
dasar mulut, faring, kelenjar
limfe submandibula
Patogenesis

pembengkakan
Infeksi, gigi, Penyebaran di sekitar
tonsil, faring, secara submandibula
hidung, kelenjar hematogen,
limfogen, demam tinggi
limfe terjadi Nyeri di daerah
submandibula inflamasi leher

Gejala:
Pemeriksaan
penunjang
 Laboratorium :
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis
 Radiologi :
X ray
Ct scan
lesi dengan hipodens (intensitas rendah), batas yang lebih
jelas, dan kadang ada air fluid level
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- Antibiotik (parenteral)

Non medikamentosa:
- Insisi drainase

Lokasi insisi abses leher dalam


Angina
ludovici
 Angina Ludovici ialah infeksi
ruang submandibula berupa
selulitis.
 Karakter spesifik yang
membedakan angina Ludovici
dari infeksi oral lainnya ialah
infeksi ini harus melibatkan dasar
mulut serta kedua ruang
submandibularis (sublingualis
dan submaksilaris) pada kedua
sisi (bilateral).
Patofisiologi
penyebab odontogenik dari angina
Ludwig, Sumber infeksi seringkali berasal
dari gigi atau dasar mulut, oleh kuman
aerob dan anaerob.
Rute infeksi pada kebanyakan kasus ialah
dari terinfeksinya molar kedua atau ketiga
rahang bawah atau dari perikoronitis. Gigi
tersebut mempunyai akar yang berada
diatas otot milohioid dan abses tersebut
menyebar ke ruang submandibula.
Gejala dan
tanda klinis
 Nyeri tenggorokan dan leher
 Bengkak pada daerah submandibula,
tampak hiperemis dan keras pada perabaan
 Dasar mulut membengkak, dapat
mendorong lidah ke atas belakang,
sehingga menimbulkan sesak napas karena
sumbatan jalan napas
Pemeriksaan
penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah: tampak leukositosis
 USG:

USG dapat menunjukkan lokasi dan


ukuran pus, serta metastasis dari abses
 Ct scan
 MRI
Penatalaksanaan

 Antibiotik parenteral dosis tinggi untuk kuman


anaerob dan aerob
 Eksplorasi untuk dekompresi dan evakuasi pus
atau jaringan nekrosis
 Pengobatan terhadap sumber infeksi untuk
mencegah kekambuhan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai