Anda di halaman 1dari 17

Juvenile Nasopharyngeal

Angiofibroma

INDAH PUSPITASARI, S.Ked


K1A1 13 025
Pembimbing :
dr. Ied Rakhma, M.Kes, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN-SMF ILMU KESEHATAN THT-KL
RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
PENDAHULUAN

Angiofibroma nasofaring adalah tumor jinak pembuluh darah


di nasofaring yang secara histologik jinak, secara klinis
bersifat ganas.

Berbagai jenis tumor jinak lain dapat juga ditemukan


di daerah nasofaring seperti papiloma, neurofibroma.
ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 1. Anatomi Regio Faring 1


DEFINISI

Angiofibroma nasofaring adalah


tumor jinak pembuluh darah di
nasofaring yang secara histologik
jinak, secara klinis bersifat ganas,
karena mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas ke
jaringan sekitarnya, seperti ke sinus
paranasal, pipi, mata dan tengkorak,
serta sangat mudah berdarah yang
sulit dihentikan.
ETIOLOGI

Etiologi Tumor ini


masih belum jelas

Teori Ketidakseimbangan
Teori Jaringan Asal
hormon
EPIDEMIOLOGI

Tumor ini jarang ditemukan, frekuensinya 1/5000-


1/60.000 dari pasien THT, diperkirakan hanya merupakan
0,05 % dari tumor leher dan kepala. Tumor ini umumnya
terjadi pada laki-laki dekade ke-2 antara 7-19 tahun,
jarang terjadi pada usia lebih dari 25 tahun.
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS

Mata menonjol
Gejala hidung tersumbat Pembengkakan pada wajah
(proptosis)

Rinorea yang bersifat kronis

Hiposmia sampai dengan


anosmia

Penurunan pendengaran
sampai dengan sakit pada
telinga

Pembengkakan pada langit–


langit mulut dan trismus

Epistaksis yang masif dan


berulang
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dengan menggunakan


rinoskopi anterior.
Pada pemeriksaan ini akan dapat melihat
massa tumor, warna yang bervariasi mulai
dari abu-abu hingga sampai merah muda.
Bagian tumor yang terlihat di nasofaring
biasanya diliputi oleh selaput lender
bewarna keunguan dan yang meluas
keluar nasofaring bewarna putih atau abu-
abu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT-Scan

“Holman Miller”

Angiogram
Klasifikasi Menurut Sessions

• Stadium IA : Tumor terbatas di nares posterior dan atau ruang


nasofaring.
• Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau ruang nasofaring
dengan keterlibatan sedikitnya satu sinus paranasal.
• Stadium IIA : Tumor sedikit meluas ke lateral menuju pterygomaxillary
fossa.
• Stadium IIB : Tumor memenuhi pterygomaxillary fossa dengan atau
tanpa erosi superior dari tulang-tulang orbita.
• Stadium IIIA : Tumor mengerosi dasar tengkorak (yakni: middle cranial
fossa/pterygoid base); perluasan intrakranial minimal.
• Stadium IIIB : Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa
perluasan ke sinus kavernosus.
Klasifikasi Menurut Fisch

- Stage I : Tumor terbatas pada kavum nasi, nasofaring


tanpa destruksi tulang.
- Stage II : Tumor menginvasi fossa pterygomaksila, sinus
paranasal dengan destruksi tulang.
- Stage III :Tumor menginvasi fossa infra temporal, orbita
dan/atau daerah parasellar sampai sinus
kavernosus.
- Stage IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus, chiasma
optikum dan/atau fossa pituitary.
TATALAKSANA

GOLD STANDAR : PEMBEDAHAN


TERAPI TAMBAHAN : Radioterapi
Hormonal
Embolisasi.
PROGNOSIS

Prognosis lebih baik jika cepat diketahui dan segera di


ekstirpasi juga lebih menguntungkan jika umur diatas 25
tahun.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai