Anda di halaman 1dari 30

KEBIJAKAN KEMENKES REPUBLIK INDONESIA

TENTANG :
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAH SAKIT MELALUI CSSD*)

Disampaikan Pada Pelatihan CSSD (Central Sterilized Supply Dept )


Jakarta, 23 – 27 Nopember 2015
BIODATA
Nama : Lahmudin, SKM, MARS
Tempat / tgl lahir : Banjarmasin, 03 Juli 1964
Alamat : Bapelkes Banjarbaru Prov.Kalsel
Email : lahmudin.mars@yahoo.com

Riwayat Pekerjaan
1. Staf Keperawatan RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
2. Kepala Ruangan Anak RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
3. Kepala Instalasi Rawat Jalan RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh
Banjarmasin
4. Kepala Instalasi Diklat RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
5. Tim Unit Pengaduan Masyarakat RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh
Banjarmasin
6. Tim Komite Mutu RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
7. Wakil Ketua Akreditasi RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
8. Ketua Bidang diklat PIPSI Prov. Kalimantan Selatan
9. Tim Pokja Bidang Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
10. Widyaiswara Muda Bapelkes Banjarbaru Prov. Kalimantan Selatan
Prevent the occurance of nosocomial infection is an initial step toward patient safety
PENDAHULUAN
Perkembangan IPTEK dan sosial
ekonomi masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan kearah yang lebih
bermutu.
Layanan kesehatan bermutu  yankes
yang dapat memuaskan setiap pemakai
jasa pelayanan.
Untuk memenuhi kebutuhan tsb, dapat
dilakukan melalui penyelenggaraan
layanan kesehatan sebaik-baiknya ,
diantaranya terbebas dari infeksi dan
cedera
ISSUE MAKRO RUMAH SAKIT

MUTU ETIK
SAFETY
“keselamatan adalah prinsip-prinsip dasar
perawatan pasien dan komponen penting
dari manajemen mutu.

(World Alliance for Patient Safety, Forward Programme


WHO, 2004)

EBM
Safety hadir sendiri/ eksplisit,
Tetap terkait dengan mutu
Paradigma Baru Pelayanan Kesehatan
• Patient Loyalty ( kesetiaan pasien )
• Patient Satisfaction ( kepuasan Service
pasien )
• Patient Safety( keselamatan pasien)
excellent/
Performance

kecepatan tindakan Keterpaduan


Keakuratan Corporate &
Ketepatan diagnosis Kenyamanan Clinical
governance

SDM
Yang kompeten dan efektif
PATIENT SAFETY (Keselamatan Pasien)
“Suatu sistem dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil”.
(Rebecca Carol, Risk Man.HCO,2004)

Service Provider
TUJUAN PATIENT SAFETY

Tercipta budaya keselamatan pasien di RS

Meningkatnya akuntabilitas RS
terhadap pasien dan masyarakat
PATIENT
SAFETY Menurunnya KTD di RS

Terlaksananya program pencegahan


sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
LATAR BELAKANG PENCEGAHAN
& PENGENDALIAN INFEKSI

 Tingginya angka infeksi nosokomial


 ILO (Infeksi Luka Operasi) : 18,9%,
 ISK (Infeksi Saluran Kemih) : 15,1%,
 IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) : 26,4 %,
 Pneumonia : 24,5 %,
 Infeksi Saluran Napas lain : 32,1%.
(Survey Perdalin Jaya dan RSPI Sulianti Saroso di 11 RS di DKI tahun
2003)

 Peningkatan kasus infeksi (new emerging,


emerging dan re-emerging diseases), Wabah
atau KLB.
10
DASAR HUKUM

 SK Menkes No 270/MENKES/2007 tentang


Pedoman Manajerial PPI di RS dan
Fasilitas Kesehatan lainnya
 SK Menkes No 382/Menkes/2007 tentang
Pedoman PPI di RS dan Fasilitas
Kesehatan lainnya
 SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 ttg
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
 SK Menkes 1165.A./Menkes/SK/X/2004 ttg
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
11
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

Yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan serta monitoring evaluasi untuk
meminimalkan risiko terjadinya infeksi di
rumah sakit.
(Healthcare Associated Infection/ HAIs).

12
TUJUAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
 Meningkatkan mutu layanan rumah sakit
 Meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap layanan rumah sakit
 Terciptanya budaya “SADAR AKAN
AKIBAT DARI INFEKSI”.

CSSD sebagai salah satu unit dengan


kegiatan yang saling terkait dan saling
medukung dalam memutus mata rantai
infeksi pada program PATIENT SAFETY 13
KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DLM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)

1. Setiap RS dan fasilitas kesehatan


lainnya harus melaksanakan PPI sesuai
SK Menkes No. 270/MENKES/2007

2. Pelaksanaan PPI sesuai dengan


Pedoman Manajerial PPI di RS dan
pedoman PPI lainnya dari DepKes.

3. Direktur RS membentuk Komite PPI dan


Tim PPI yang langsung berada dibawah
koordinasi direktur. 14
KEBIJAKAN .............

 Komite dan Tim PPI mempunyai tugas,


fungsi dan wewenang yang jelas.
 Untuk lancarnya kegiatan PPI, maka setiap
RS wajib memiliki IPCN.
 RS diwajibkan memiliki IPCN yang bekerja
purna waktu, ratio 1 (satu) IPCN : < 150 TT
 IPCN dapat dibantu beberapa IPCLN
(Infection Prevention and Control Link
Nurse) dari tiap Unit.

15
STRUKTUR ORGANISASI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

DIREKTUR UTAMA /
DIREKTUR

KOMITE
DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT
PPI

TIM PPI

16
STANDAR PELAYANAN MINIMAL

SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008


tentang SPM RS :
1.Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih
(standar 75%)
2.Tersedianya Alat Pelindung Diri (standar 60%)
3.Terlaksananya kegiatan pencatatan &
pelaporan infeksi nosokomial di RS
(standar 75%)

17
AKREDITASI KARS (versi 2012)
TENTANG PPI MENGACU JCI
Standar KARS Bab II Tentang PPI :
 Standar PPI. 1 :
Satu atau lebih individu mengawasi keseluruhan kegiatan
PPI. Kompetensi petugas diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan, pengalaman dan sertifikasi.

 Standar PPI.2 :
Ada penetapan mekanisme koordinasi utk seluruh
kegiatan PPI, melibatkan dokter, perawat dan tenaga
lainnya sesuai kompleksitas RS.

 Standar PPI 3 :
Program PPI berdasarkan IPTEK terkini, pedoman
praktek, standar sanitasi dan UU yang berlaku.
18
AKREDITASI KARS (versi 2012)

 Standar PPI. 4 :
Pimpinan RS menyediakan sumber daya yang cukup untuk
mendukung Program PPI (man, money, material, methode).

 Standar PPI.5, 5.1 :


RS menyusun dan menerapkan program yang komprehensif
untuk mengurangi risiko infeksi terkait yankes pada pasien
dan tenaga kesehatan ; penyebaran infeksi dari pasien
petugas/ dari petugas ke pasien)

 Standar PPI 6 :
RS menggunakan pendekatan berdasar risiko dalam
menentukan fokus program PPI adalah pencegahan,
pengendalian dan pengurangan infeksi (ISK, VAP dekubitus,
dll)
19
AKREDITASI KARS (versi 2012)

 Standar PPI. 7 :
RS mengidentifikasi prosedur dan proses terkait risiko
infeksi, misal MPO/ manajemen pemberian obat.

 Standar PPI.7.1 :
RS menurunkan risiko dg MENJAMIN pembersihan dan
sterilisasi peralatan serta manajemen laundry dan linen
yang benar  TUGAS UTAMA CSSD

 Standar PPI 7.2 :


RS menurunkan risiko infeksi dg pembuangan sampah
yang tepat.

 Standar PPI 7.3 :


RS mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan
benda tajam dan jarum
20
AKREDITASI KARS (versi 2012)

 Standar PPI. 7.4 :


RS mengurangi risiko infeksi melalui pengendalian makanan,
mekanik dan permesinan.

 Standar PPI.7.5 :
RS mengendalikan risiko infeksi selama pembangunan/
renovasi.

 Standar PPI 8 :
RS menyediakan penghalang (barrier precaution) dan isolasi
untuk melindungi pasien.

 Standar PPI 9 :
Sarung tangan, masker, proteksi mata dan peralatan proteksi
lainnya, sabun dan desinfektan tersedia

 Dst........ 21
Central Sterilized Supply
Department (CSSD)

“Suatu unit yang bertanggung jawab atas


penyelenggaraan proses pencucian atau
dekontaminasi, pengepakan, sterilisasi,
penyimpanan dan distribusi alat-alat
perlengkapan bedah dari unit yang
menyelenggarakan pembedahan atau
unit lain yang memerlukan peralatan
steril”.
FUNGSI CSSD
 Merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan mengawasi serta
mengevaluasi kegiatan sterilisasi.
 Menyediakan dan mendistribusikan
peralatan steril keseluruh unit RS yang
membutuhkan.

 Melakukan inventarisasi peralatan bedah


dan peralatan lainnya milik CSSD yang
digunakan oleh unit lain untuk disterilkan/
digunakan kembali
PERAN CSSD

 Pendukung utama pelayanan paripurna,


bermutu, biaya terjangkau di RS
 Pemutus mata rantai infeksi di rumah
sakit/ pelayanan kesehatan lain.
 Strategic Business Unit berfungsi sebagai
Revenue Center

24
PENGEMBANGAN CSSD

 Perlu standarisasi dalam setiap tahapan


prosedur agar berkualitas
 Dapat memiliki satelit sesuai perkembangan RS
 Bagan organisasi yang jelas, menggambarkan
alur tanggung jawab & komunikasi dg unit yg
memerlukan pelayanan sterilisasi.
 Tenaga CSSD harus terlatih & memahami
dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi,
sterilisasi dan menguasai kompleksnya cara
kerja alat dan mesin
 Perlu professionalisme: membutuhkan tenaga
dgn sertifikasi dan registrasi  Modul pelatihan
25
PENGEMBANGAN.......

CSSD membutuhkan :
 Lokasi strategis
 Ruangan tersendiri
 Pendingin / AC
 Penerangan yang cukup
 Sarana yang memadai
 Team Work dgn Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
 Kompetensi petugas.

26
PROGRAM CSSD

 Advokasi pada pembuat kebijakan, tentang


pentingnya prinsip PPI, yaitu kewaspadaan
universal dan kewaspadaan penularan /
transmisi
 Terlibat aktif dalam pembentukan Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
RS
 Mengembangkan pedoman tentang
Pelayanan CSSD
 Melaksanakan pelatihan CSSD  pelatihan
dpt dilakukan oleh Depkes, Dinkes, in house
27
training RS
Patient Safety

….Aman bukanlah pilihan. Itu


adalah hak setiap pasien yang
mempercayakan perawatan
mereka untuk sistim perawatan
kesehatan kita……
Sir Liam Donaldson,
Chair, WHO World Alliance for Patient Safety
Forward Programme, 2006-2007
KESIMPULAN

 CSSD, sebagai pusat sterilisasi merupakan pemutus


mata rantai infeksi.
 Keberhasilan patient safety salah satunya
dipengaruhi oleh peran CSSD dan kegiatan PPI lain
terutama kewaspadaan universal.
 PPI dan Patient Safety merupakan salah satu
indikator Akreditasi RS yang harus dipenuhi RS
untuk meningkatkan mutu layanan.
 Komitmen direktur/ pimpinan RS merupakan faktor
berdaya ungkit tinggi dalam keberhasilan PPI di RS
(penyediaan SDM, Sarana Prasarana, Dana dan
Fasilitas lain).
29

Anda mungkin juga menyukai