KATA PENGANTAR
Ditetapkan di : Depok
Pada Tanggal : 26 Februari 2016
RUMAH SAKIT MEILIA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga dituntut agar dapat
memberikan pelayanan yang profesional, bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan
Tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pasien sebagai
penerima pelayanan kesehatan, pengunjung dan masyarakat di rumah
sakit dihadapkan pada risiko terjadinya Infeksi Rumah Sakit (IRS/HAIs)
yaitu infeksi yang didapat di rumah sakit.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit perlu
diterapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Kegiatan PPI
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan, monitoring
dan evaluasi. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS)
sangat penting karena merupakan gambaran mutu pelayanan rumah sakit.
Dengan munculnya berbagai penyakit infeksi akhir-akhir ini yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti Methycillin Staphylococcus Aureus
(MRSA), Vancomycin Resistance Enterococci (VRE) dan Multi Resistance
Bacteremia (MRB) serta munculnya penyakit infeksi baru (new emerging,
emerging deseases dan re-emerging deseases).
Kegiatan surveilan infeksi di rumah sakit Meilia merupakan suatu
preoses yang dinamis, komprehensif dalam mengumpulkan data,
mengidentifikasi, menganalisa data kejadian yang terjadi dalam suatu
populasi yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Hasil kegiatan surveilan infeksi digunakan sebagai data
dasar laju infeksi untuk menentukan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB),
Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit & membantu pengembangan dan
perencanaan rumah sakit
TUJUAN
Digunakannya Pedoman surveilans Infeksi Rumah Sakit Meilia sebagai
petunjuk pelaksanaan, agar petugas dapat melaksanakan surveilans infeksi
dengan benar.
SASARAN
Komite PPI & Tim PPI RS Meilia.
KEBIJAKAN
Direktur rumah sakit tentang pedoman surveilans infeksi RS Meilia.
DASAR HUKUM
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4431)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5064)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1045/MenKes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Kementerian Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1333/MenKes/SK/
XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MenKes/SK/III/2007 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
129/MenKes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
BAB II
DEFINISI DAN TUJUAN SURVEILANS IRS
Definisi
Surveilans IRS adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-
menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari
data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang
didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan
untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Tujuan Surveilans
Tujuan surveilans infeksi rumah sakit adalah :
Mendapatkan data dasar Infeksi Rumah Sakit.
Menurunkan Laju Infeksi RS.
Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah Sakit.
Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang
memerlukan penanggulangan.
Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di RS.
Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan.
Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS.
BAB III
METODE SURVEILANS IRS
Berdasarkan cakupannya
Surveilans komprehensif (hospital-wide/traditional surveillance)
adalah surveilans yang dilakukan di semua area perawatan untuk
mengidentifikasi pasien yang mengalami infeksi selama di rumah sakit.
Data dikumpulkan dari catatan medis, catatan keperawatan, laboratorium,
dan perawat ruangan. Metode surveilans ini merupakan metode pertama
yang dilakukan oleh CDC pada tahun 1970, namun memerlukan banyak
waktu, tenaga, dan biaya.
Surveilans target (targetted/sentinel surveillance)
adalah surveilans yang terfokus pada ruangan, kelompok pasien, atau
tindakan dengan risiko infeksi spesifik. Contoh-contohnya meliputi
surveilans di ruang perawatan intensif (ICU), surveilans pada pasien dengan
kateter vena sentral, atau surveilans infeksi luka operasi. Surveilans target
akan memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya
yang lebih sedikit.
BAB IV
DEFINISI KASUS SURVEILANS
Kategori Operasi
Operasi Bersih
operasi dilakukan pada daerah/ kulit yang pada kondisi pra bedah dalam
keadaan utuh, tidak terdapat peradangan
operasi tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastrointestinal,
orofaring, traktus urinarius atau traktus bilier.
Operasi terencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa
pemakaian drain tertutup
Operasi Bersih Tercemar
operasi membuka traktus digestivus, traktus bilier, traktus urinarius,
traktus respiratorius sampai dengan orofaring, atau traktus reproduksi
kecuali ovarium
operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), contohnya operasi pada
traktus bilier, apendiks, vagina atau orofaring.
Operasi Tercemar
operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu
emas (golden periode)
Operasi Kotor
perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus respiratorius
yang terinfeksi
melewati daerah purulen (inflamasi bakterial)
luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian, terdapat jaringan luas atau
kotor
dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor/
terinfeksi
Durasi operasi
Sesuai dengan waktu yang ditentukan :0
Lebih dari waktu yang ditentukan :1
Langkah-langkah Surveilans
Menetapkan populasi berisiko terjadinya SSI
Mengumpulkan data
Menghitung angka kejadian
Pelaporan
Faktor risiko:
karakteristik penderita: usia lanjut, gizi buruk, obesitas, DM, imunitas
rendah, infeksi bersamaan pada tempat lain
karakteristik operasi
Definisi :
SSI Superfisial
SSI Dalam
SSI Organ
Kriteria surveilans :
Infeksi area operasi dalam waktu s/d 30 hari setelah operasi atau s/d 1
tahun pada pemasangan implan
Stratifikasi SSI
Klasifikasi jenis operasi/ luka
Kelas 1 : bersih
Kelas 2 : bersih tercemar
Kelas 3 : tercemar
Kelas 4 : kotor/ terinfeksi
Definisi:
infeksi saluran kemih yang sebelumnya tidak ada dan tidak ada penyebab
selain akibat pemasangan kateter urin menetap.
Faktor risiko:
pemasangan kateter urin menetap (indwelling) > 48 jam
Kriteria surveilans:
pasien mengeluh sakit atau asimptomatik
urin tampak keruh
urinalisis dari sample port ditemukan sedimen leukosit > 10/ LPB atau LE
(leukosit esterase) +, nitrit +
disertai atau tanpa protein +, eritrosit +
Kriteria diagnostik:
biakan urin ditemukan maksimal 2 jenis kuman
Definitif : jumlah kuman > 105 / ml
Presumptif : jumlah kuman 104 – 105/ ml
Numerator:
jumlah kasus ISK akibat pemasangan kateter urin
Denominator:
jumlah total hari pemasangan kateter urin
Lokasi surveilans:
ruangan tertentu, lantai tertentu, departemen tertentu
Waktu:
1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun
Jumlah total hari pemasangan kateter urin dalam periode yang sama di
ruangan yang sama
KRITERIA ISK
ISK Simptomatis
Harus memenuhi paling sedikit 1 kriteria:
demam (temp > 38 C)
dysuria
polakisuria
nyeri supra pubik
nikuria (anyang-anyangan)
Pada pasien ≤ 1 th: didapat paling sedikit 1 gejala berikut, tanpa ada
penyebab lainnya:
demam (>38 C)
hipotermia (<37 C)
bradikardi < 100x/ menit
letargia
vomiting
ISK Asimptomatis
Harus memenuhi paling sedikit 1 kriteria:
riwayat menggunakan urine kateter
terdapat maksimal 2 spesies jenis kuman dalam biakan urine
tidak terdapat gejala-gejala
Angka Infeksi:
Faktor risiko :
tirah baring lama, kesadaran menurun, kelumpuhan saraf menelan,
kegagalan refleks batuk, paralisis otot pernafasan, refluks gaster
Definisi :
infeksi saluran napas bawah (pneumonia) yang sebelumnya tidak ada,
setelah dirawat di RS > 48 jam tanpa intubasi atau pemakaian alat bantu
napas
Kriteria surveilans:
batuk produktif, sputum purulen
disertai atau tanpa gejala sistemik (demam > 38 C, takipneu, leukositosis
atau leukopeni)
gambaran infiltrat pada foto thoraks yang sebelumnya tidak ada
Kriteria Diagnostik:
Definitif : biakan sputum dari bronchial brushing atau bronchoalveolar
lavage saat bronkoskopi.
Presumptif : biakan sputum dengan induksi batuk (inhalasi uap NaCL 5%)
Catatan: selain cara diatas, kualitas sputum tidak mewakili infeksi saluran
napas bawah
Ditemukan leukosit > 25/ LPK sediaan apus langsung
Kuman bukan flora normal saluran napas atas (s. Viridans, S.epidermidis)
Numerator:
jumlah kasus pneumonia selama perawatan di RS
Denominator :
jumlah total hari perawatan pasien berisiko
Lokasi surveilans:
ruangan tertentu, lantai tertentu, departemen tertentu
Waktu:
1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun.
X 1000 = ….‰
Jumlah total hari rawat pasien berisiko dalam periode
yang sama di ruangan yang sama
Definisi
infeksi saluran napas bawah (pneumonia) yang sebelumnya tidak ada,
setelah tindakan itubasi atau pemakaian ventilator mekanik > 48 jam
Kriteria surveilan
batuk produktif, sputum purulen
disertai atau tanpa gejala sistemik (demam > 38 C, takipneu, leukositosis
atau leukopeni)
gambaran infiltrat pada foto thoraks yang sebelumnya tidak ada.
Kriteria diagnosis
Definitif : biakan sputum dariaspirasi trakeal paling dalam secara aseptik
Catatan : selain cara diatas, kualitas sputum tidak mewakili infeksi saluran
napas bawah.
Presumptif: ditemukan leukosit > 25 /LPK sediaan apus langsung
Kuman bukan flora normal saluran napas atas ( S.viridans, S. Epidermidis)
Kuman dipastikan bukan flora lingkungan dengan biakan ulang
(S.epidermidis, Pseudomonas, Acinetobacter)
Kriteria VAP
Klinis
demam
temperatur > 38 C atau < 35 C
sputum purulen
batuk, dyspneu atau tachypneu
suara napas: rales/ bronchial
X-ray
infiltrat baru persisten atau progresif
Laboratorium
leukosit > 12.000/mm3 atau < 4000/ mm3
kultur aspirasi trakeal 105 ppm/ml
perubahan hasil analisa gas darah
Klasisikasi VAP
Early onset
dalam 48 – 72 jam setelah intubasi trakeal
komplikasi proses intubasi
Late onset
setelah 72 jam
Organisme Penyebab
Early onset
Hemophilus influenza
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus aureus (methicilin sensitive)
Escherichia coli
Klebsiella
Late onset
Pseudomonas aeruginosa
Acinetobacter
Staphylococcus aureus (methicillin resistant)
Numerator
jumlah kasus pneumonia akibat pemakaian ventilator mekanik
Denominator
Jumlah total hari pemakaian alat ventilator mekanik
Lokasi surveilans
ruangan tertentu, lantai tertentu, departemen tertentu
Waktu:
1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun
Kriteria surveilans
Infeksi aliran darah akibat pemasangan kateter vaskuler 48 jam sebelum
onset infeksi
Apabila onset infeksi timbul setelah pemakaian kateter intravaskuler > 48
jam harus dipastikan penyebab BUKAN akibat infeksi lain (penyakit utama/
dasar)
Kriteria diagnosis
Pada pemakai kateter vaskuler sentral ditemukan minimal:
gejala klinis: demam, menggigil, dengan/ tanpa hipotensi
1 biakan darah (+) dari vena perifer
Tidak ada sumber infeksi lain selain kateter intravaskuler DAN
Ditemukan salah satu dibawah ini:
Biakan darah vena sentral (+)
15 cfu/ segmen kateter (semikuantitatif) atau > 1000 cfu/ segmen kateter
(kuantitatif)
DAN organisme sama dengan biakan darah perifer
Jumlah organisme biakan kuantitatif darah vena sentral : perifer pada saat
bersamaan > 5 : !
Organisme biakan darah vena sentral sama dengan vena perifer pada
pengambilan bahan selang > 2 jam
Kriteria diagnosis
Kriteria 1
Ditemukan organisme patogen dari 1 atau > biakan darah dan BUKAN oleh
sebab sumber infeksi lain
Kriteria 2
Minimal disertai 1 gejala klinis demam > 38 C, hipotermi M< 37 C, apneu,
bradikardi DAN minimal 1 dari:
Kuman flora normal kulit yang sama dari 2 atau > kultur darah
Kuman flora normal kulit DAN dokter memberikan pengobatan antibiotik
Numerator
jumlah kasus BSI selama periode tertentu
Denominator
jumlah total hari pemakaian kateter intravaskuler pada periode sama
Lokasi surveilans
ruangan tertentu, lantai tertentu, departemen tertentu
Waktu
1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun.
Definisi IADP
Kriteria Infeksi
terdapat kuman patogen yang diketahui hasil satu kali atau lebih dari
biakan darah
dengan salah satu gejala klinis :
demam 38 C
menggigil
hipotensi
pada pasien berumur ≤ 1 tahun paling sedikit satu dari tanda-tanda:
demam 38 C
hipotermia ≤ 37 C
apneu
bradikardi
dokter yang merawat menyatakan infeksi
Populasi IADP
semua pasien yang menggunakan alat intravaskuler dengan kurun waktu 2
x 24 jam
Identifikasi Kasus
Apabila ditemukan kasus IRS, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan
disini:
Apakah kasus IRS didapatkan secara pasif atau aktif ?
Apakah kasus IRS didapatkan berdasarkan pasien atau temuan
laboratorium ?
Apakah kasus IRS didapatkan secara prospektif atau retrospektif ?
Kasus IRS yang didapatkan secara pasif atau aktif
Pada surveilans secara pasif, orang yang tidak duduk dalam Komite/Tim
PPI dipercaya untuk mencatat dan melaporkan bila menemukan infeksi
selama perawatan. Misalkan tersedia formulir yang diisi oleh dokter atau
perawat yang merawat bila menemukan IRS pada pasiennya.
Ada tiga macam laju yang dipakai dalam surveilans IRS, yaitu incidence,
prevalence dan incidence density.
Incidence
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu
kelompok populasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.
Prevalence
Adalah jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok
populasi dalam satu kurun waktu tertentu (period prevalence) atau dalam
satu waktu tertentu (point prevalence). Point prevalence nosocomial rates
adalah jumlah kasus IRS yang dapat dibagi dengan jumlah pasien dalam
survei.
BAB VI
PENUTUP
Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga
dibutuhkan data dasar infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk
itu perlunya melakukan surveilan dengan metoda yang aktif, terus menerus
dan tepat sasaran.