Skenario
Luka Bakar
Seorang laki-laki 20 tahun dengan berat badan 50 kg, diantar oleh
keluarganya ke puskesmas karena luka bakar. Menurut keluarganya pasien
dikeluarkan dari ruangan berasap di rumahnya yang terbakar, sebelum dibawa ke
puskesmas pasien batuk dengan mengeluarkan ludah bercampur debu arang dan
terasa nyeri pada luka bakarnya. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran somnolen,
nadi teraba cepat lemah, pernapasan cepat, tekanan darah 90/70 mmHg, ditemukan
warna kemerahan, pembengkakan dan bula pada lengan kiri dan paha kiri serta
permukaannya. Kemudian dokter merujuk pasien tersebut ke rumah sakit dengan
pelayanan lengkap terkait penyakitnya.
Step 1
1. Resusitasi cairan : pemberian cairan yang adekuat dalam waktu yang relatif
cepat pada pasien kegewatan akibat kekurangan cairan.
2. Bulla : vesikel yang berukuran lebih dari 0,5 cm
3. Somnolen : penurunan kesadaran, respon psikomotor lambat, mudah tertidur,
tetapi mudah bangun bila diberikan rangsangan. GCS 10-11.
Step 2
1. Apa saja etiologi dan faktor resiko penyakit?
2. Mengapa pasien batuk dan mengeluarkan ludah bercampur arang?
3. Mengapa pasien mengeluhkan gejala seperti dikasus?
4. Berapa luas luka bakar yang dialami pasien?
5. Berapa derajat luka bakar yang dialami pasien?
6. Bagaimana penatalaksanaan awal dan lanjutan pada pasien luka bakar?
7. Apasaja indikasi rujukan pada pasien luka bakar?
8. Bagaimana prognosis pasien pada kasus?
9. Masuk ke dalam kategori kegawatan yang mana pasien tersebut (Triage)?
2
Step 3
1. Etiologi
- Api
- Radiasi
- Sinar UV
- Bahan kimia
- Listrik : petir dan statis
Faktor resiko
- Pekerjaan
- Bahan
- Konsistensi
- Volume
- Besar kecilnya api
- Voltase
- Lama pajanan
2. Batuk : refleks dari bronkus akibat benda asing
Luka pada kerongkongan : dicurigai adanya trauma inhalasi
Ludah bercampur arang :
Akibat asap yang masuk ke traktus respiratorius -> arang menempel pada
mukosa -> merangsang refleks batuk -> ludah keluar bercampur arang
3.
Sampai
lapisan Merangsang
Hiperventilasi Kompensasi
dermis saraf
4. 18 %
5. Derajat II A
6. Penatalaksanaan
- Menghilangkan penyebab
- Pastikan CAB lancar
- Rendam luka
- Resusitasi cairan
- Berikan O2
- Analgetik
- Antibiotik
- Ditutup kasa steril
7. Indikasi rujukan
- Tekanan darah <90/<60
- Dehidrasi (CRT >2 detik)
- Luka bakar masif derajat III, IV
- Penurunan kesadaran (koma)
- Prognosis buruk
8. Prognosis baik bila segera ditangani
9. Triage merah karena : ada trauma inhalasi, tekanan darah menurun, kesadaran
menurun
4
Step 4
Luas daerah permukaan
Mind map
Luka Bakar
Faktor Resiko
Step 5
1. Penilaian pasien luka bakar (grade dan persentase) serta indikator bahaya
2. Penatalaksanaan awal dan lanjutan pada pasien luka bakar
3. Kriteria merujuk pasien dengan luka bakar
Step 6
Belajar Mandiri
Step 7
1. Penilaian pasien luka bakar (grade dan persentase) serta indikator bahaya.
6
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C
tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk
tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan
struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh
darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh
darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi 12 protein plasma dan
elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang
hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan
kondisi hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul
ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan,
kondisiinidikenaldengansyok. (Moenajat, 2009)
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang
organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ
multi sistem.
7
Gambar 1.1 Persentase Luka Bakar pada Orang Dewasa Menurut Lund-Browder
8
(Moenadjat Y. 2009)
Area 0-1 thn 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15 thn Dewasa
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Anterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
Posterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
Bokong 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
kanan
Bokong 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
kiri
Genitalia 1 1 1 1 1 1
Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kanan
Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kiri
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah
kanan
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah kiri
Telapak 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
tangan
kanan
Telapak 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
tangan kiri
Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Kaki kanan 5 5 5,5 6 6,5 7
Kaki kiri 5 5 5,5 6 6,5 7
Telapak 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
kaki kanan
Telapak 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
kaki kiri
Total 100 100 100 100 100 100
Tabel 1.1 Tabel Perhitungan Luas Luka Bakar Menurut Lund dan Browder
(Moenadjat Y. 2009)
9
Gambar 1.2 Persentase Luka Bakar pada Orang Dewasa (Rule of Nine)
(Moenadjat Y. 2009)
Bagian depan dan belakang kepala dan leher setara dengan 9% dari luas
permukaan tubuh.
Bagian depan dan belakang masing-masing lengan dan tangan setara
dengan 9% dari luas permukaan tubuh.
Dada setara dengan 9% dan perut setara dengan 9% dari luas permukaan
tubuh.
Punggung atas setara dengan 9% luas permukaan tubuh dan punggung
bawah setara dengan 9% dari luas permukaan tubuh.
Bagian depan dan belakang masing-masing kaki dan kaki yang setara
dengan 18% dari luas permukaan tubuh.
Daerah selangkangan setara dengan 1% dari luas permukaan tubuh.
(Moenadjat Y. 2009)
10
(Moenadjat Y. 2009)
Bagian depan dan belakang kepala dan leher setara dengan 21% dari luas
permukaan tubuh.
Bagian depan dan belakang masing-masing lengan dan tangan setara
dengan 10% dari luas permukaan tubuh.
Dada dan perut setara dengan 13% dari luas permukaan tubuh.
Punggung adalah setara dengan 13% dari luas permukaan tubuh.
Pantat setara dengan 5% dari luas permukaan tubuh.
Bagian depan dan belakang masing-masing tungkai kaki dan kaki setara
dengan 13,5% dari luas permukaan tubuh.
11
d) Edukasi
Pendidikan tentang perawatan luka, pengobatan,
komplikasi, pencegahan komplikasi, diet, berbagai fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat yang dapat di kunjungi jika
memmerlukan bantuan dan informasi lain yang relevan perlu
dilakukan agar klien dapat menolong dirinya sendiri.
(Rahayuningsih, 2012)
B. Luka Bakar Berat
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi
pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi
cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine;
pemasangan nasogastric tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan
laboratorium; management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan
data; dan perawatan luka. (Rahayuningsih, 2012)
a) Reevaluasi nafas
Kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin
terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan,
dan sirkulasi unutk lebih memastikan ada tidaknya kegawatan dan
untuk memastikan penanganan secara dini. Selain itu melakukan
pengkajian ada tidaknya trauma lain yang menyertai cedera luka
bakar seperti patah tulang, adanya perdarahan dan lain-lain perlu
dilakukan agar dapat dengan segera diketahui dan ditangani.
(Rahayuningsih, 2012)
b) Resusitasi cairan
16
dan kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri (analisa gas darah),
COHb juga harus diperiksa, khususnya jika terdapat injuri inhalasi.
Tes-tes laboratorium lainnya adalah pemeriksaan x-ray untuk
mengetahui adanya fraktur atau trauma lainnya mungkin perlu
dilakukan jika dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus
haruslah dilakukan pada semua klien dengan LB berat, khususnya
jika disebabkan oleh karena listrik dengan voltase tinggi, atau pada
klien yang mempunyai riwayat iskemia jantung atau dysrhythmia.
(Rahayuningsih, 2012)
f) Management nyeri
Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat
narcotik intravena, seperti morphine. Pemberian melalui
intramuskuler atau subcutan tidak dianjurkan karena absorbsi dari
jaringan lunak tidak cukup baik selama periode ini bila
hipovolemia dan perpindahan cairan yang banyak masih terjadi.
Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral
tidak dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial.
(Rahayuningsih, 2012)
g) Perawatan luka
Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat
mengganggu sirkulasi dan respirasi, oleh karena itu harus
mendapat perhatian. Komplikasi ini lebih mudah terjadi selama
resusitasi, bila cairan berpindah ke dalam jaringan interstitial
berada pada puncaknya. Pada LB yang mengenai sekeliling
ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas jantung
akan membantu menurunkan edema dependen; walaupun demikian
gangguan sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena pengkajian
yang sering terhadap perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah
penting untuk dilakukan. (Rahayuningsih, 2012)
18
1) Airway
a. Riwayat luka bakar karena api atau luka bakar di ruangan tertutup.
b. Luka bakar yang luas dan dalam di area wajah, leher, atau upper torso.
c. Bulu hidung yang terbakar.
d. Adanya sputum berkarbon atau partikel karbon di orofaring.
(Tanto, 2014)
2) Breathing
19
a. Luka bakar yang mengelilingi dada, atau sangat luas dan dalam di area
dada, dapat membatasi pergerakan dada dan membuat ventilasi inadekuat.
Dibutuhkan tindakan eskarotomi. (Tanto, 2014)
b. Jejas yang mempenetrasi menyebabkan tension pneumotoraks, kontusio
paru, dan trauma alveolaryang dapat menyebabkan adult respiratory
distress syndrome. (Tanto, 2014)
c. Sekalipun telah dingin, hasil kombusio dapat masuk kedalam paru-paru
dan mengiritasi paru yang menyebabkan inflamasi, bronkospasme, dan
bronkorhoea. Silia pneumosit yang rusak dapat berlanjut menjadi
atelectasis atu pneumonia. Dapat diberikan nebiliser atau ventilasi
tekanan positif dengan positive end-expiratory pressure (PEEP). (Tanto,
2014)
d. Afinitas ikatan karbonmonoksida dengan deoksihemoglobin 40 kali lebih
kuat bila dibandingkan dengan afinitas oksigen. Karbonmonoksida juga
berikatan dengan protein intraseluler terutama melalui jalur sitokrom
oksidase. Kedua proses tersebut menyebabkan hipoksia ekstraseluler dan
intraseluler. Pulse oximetry tidak dapat membedakan keduanya sehingga
dapat menunjukan hasil yang normal. Analisis gas darah dapat
menunjukkan asidosis metabolic dan peningkatan karboksihemoglobi.
Berikan oksigen 100% untuk menggeser kedudukan karbon monoksida
dengat cepat. (Tanto, 2014)
3) Circulation → Buat jalur intravena yang besar segera di area tanpa luka.
(Tanto, 2014)
4) Stabilitas neurologi
Periksa tingkat kesadaran pasien dengan Glasgow Coma Scale.
Penurunan kesadaran dapat terjadi karena hipoksia atau hipovolemi. (Tanto,
2014)
5) Environment
Seluruh permukaan tubuh pasien harus diperiksa termasuk punggung,
untuk mendapatkan estimasi akurat dari area luka bakar dan jejas yang
20
7) Suportif
menyebabkan pasien tidak bernapas. Jangan berikan lebih dari 0.1 mg/KgBB
dalam periode 1-2 jam. Berlaku pada anak dan dewasa. (Tanto, 2014).
Secondary survey
A. Anamnesis
Pengambilan suatu anamnesis yang menyeluruh merupakan suatu tugas
yang paling penting dan sering kali sulit untuk dilakukan dalam merawat
pasien luka bakar. Petugas pertolongan darurat, pemadam kebakaran, dan
staf unit gawat darurat merupakan sumber informasi yang sangat baik
pada saat pasien datang ke rumah sakit. Dari anamnesis dapat diketahui :
- Bahan yang menyebabkan luka bakar (api, air panas, listrik atau
kimia)
- Bagaimana kontaknya dengan pasien
- Pertolongan pertama yang telah dilakukan dan tata laksana lanjutan
yang telah diberikan
- Adakah kejadian lain yang menyertai (seperti jatuh, tabrakan, atau
ledakan)
- Adakah resiko trauma inhalasi (terutama pada kejadian di dalam
ruangan tertutup)
- Kapan terjadi dan berapa lama pajanannya
- Sudahkah resusitasi cairan dimulai
Mekanisme perlukaan juga sangat menentukan keadaan pasien dan dapat
memprediksi jenis perlukaan yang terjadi. Jenis perlukaan terbagi menjadi
dua, yakni trauma tumpul dan trauma tajam. Pada kasus kecelakaan lalu
lintas, trauma tumpul sering kali terjadi. Keterangan lain yang dibutuhkan
pada kecelakaan lalu lintas ialah pemakaian sabuk pengaman, deformasi
22
4) Abdomen
a) Nilai apakah ada distensi, dan nyeri tekan. Dua sumber perdarahan
yang paling sering menyebabkan pasien kehilangan banyak darah
ialah hepar dan limpa.
b) Ekimosis pada daerah punggung mungkin berkaitan dengan
adanya perdarahan retroperitoneal.
5) Punggung
a) Pemeriksaan ini dilakukan dengan log-roll pasien dengan dibantu
oleh asisten sambil tetap menjaga servikal tetap stabil. Palpasi
daerah servikal untuk menentukan apakah ada nyeri tekan atau
tidak.
24
DaftarPustaka
Cinar, A.Y dkk. Guideline and Treatment Algorithm for Burn Injuries. Ulus Travma
Acil Cerrahi Derg, March 2015, Vol.21, No. 2 (Diakses pada tanggal 19 Juli
2017).
Tanto, C. dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.