Rasio jalan napas dan palatum molle, seperti yang dideskripsikan oleh Cohen dan
Konak, merupakan perbandingan antara lebar kolom udara (AC) antara palatum
dan titik kelengkungan tertinggi adenoid dan ketebalan palatum molle (SfP; 10
menggunakan cavum x-ray. Adenoid disebut sebagai kecil, ketika kolom udara
lebih sempit daripada ketebalan palatum; medium, ketika kolom udara sempit
namun lebih lebar dari setengah tebal palatum; dan besar, ketika kolom udara lebih
sempit dari setengah tebal palatum. Skema ditunjukkan oleh gambar 5 dan
Persentase oklusi jalan napas yang diukur dengan lateral neck soft tissue
radiographs (LNXR), yang dinilai sebagai rasio tebal adenoid yang didefinisikan
oleh Johanneson dengan jarak dari tuberkel faring di basis cranii ke permukaan
superior dari palatum molle. Skema ini ditunjukkan oleh gambar 7D. Adapun
klasifikasi menurut persentase oklusi jalan napas, yang juga ditunjukkan oleh
gambar 8, adalah:10,14
Grade I: Besar adenoid kurang dari 25% dari jalan napas nasofaring Grade II:
Adenoid sebesar 25% hingga 50% dari jalan napas nasofaring Grade III: Adenoid
sebesar 50% hingga 75% dari jalan napas nasofaring Grade IV: Besar adenoid lebih
dari 75% jalan napas nasofaring.
1. Faring Superior
Faring superior, yang didefinisikan oleh McNamara (gambar 9), adalah jarak
terpendek (mm) antara satu titik pada batas superior palatum molle dan satu titik
pada tepi tonsil faring (adenoid). McNamara pun mengkategorikannya ke dalam
dua kategori jalan napas, yakni:21
Apparently obstructi e : SP ≤ 5 mm
Foto cavum x-ray sering digunakan oleh ahli telinga, hidung, dan
Perubahan posisi pasien, seperti halnya tipe pernapasan pada saat pengambilan
foto, memiliki efek yang signifikan pada penampang jaringan lunak nasofaring,
seperti ditunjukkan oleh gambar 10. Oleh karena itu, foto dua dimensi dapat
menjadi sangat tidak akurat untuk mendeteksi pembesaran adenoid dan dapat
menyebabkan perbedaan pendapat antar pemeriksa.
Gambar 10. Foto polos leher lateral yang dilakukan pada anak yang sama dengan
gambar 7, namun dengan mulut terbuka. Tampak perbedaan penampang adenoid.
Gambar 11. MRI dan CT scan nasofaring. A. potongan axial MRI T1 pada nasofaring
B. potongan sagittal CT scan yang menunjukkan soft tissue shadow pada nasofaring
a. Endoskopi
Endoskopi cukup membantu dalam mendiagnosis hipertrofi adenoid, infeksi adenoid, dan
insufisiensi velopharyngeal (VPi), serta untuk menyingkirkan penyebab lain dari menurut
klasifikasi obstruksi nasal. Adapun ukuran adenoid Clemens et al, yang mana
adenoid grade diklasifikasikan I adalah ketika jaringan adenoid mengisi sepertiga dari
apertura nasal posterior bagian vertikal (choanae), grade II ketika mengisi sepertiga hingga
dua per tiga dari koana, grade III ketika mengisi dua per tiga hingga obstruksi koana yang
hampir lengkap dan grade IV adalah obstruksi koana sempurna.