Epidemiologi
Abses retrofaring jarang ditemukan dan lebih sering terjadi pada anak
dibawah usia 5 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring
masihberisi kelenjar limfe. Penelitian selama 35 tahun
diterapi di Childrens Hospital, Los Angeles dijumpai sebanyak 50% kasus berusia
kurang dari3 tahun dan 71% kasus berusia kurang dari 6 tahun. Sedangkan di
Sydney, Australiadidapati sebanyak 55% kasus berusia kurang dari 1 tahun dimana
10% diantaranya dijumpai pada periode neonatus.
Pada banyak kasus Pada banyak kasus sering ditemukan adanya kuman
aerobdan anaerob secara bersamaan. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan
absesretrofaring adalah:
1. Bakteri aerob:
Streptococcus beta hemolyticus group A(paling sering),Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus non hemolyticus, Staphylococcusaureus, Haemophillus sp;
2. Bakteri anaerob:
Bacteroides sp, Veilonella, Peptostreptococcus, Fusobacteria.Secara umum abses
retrofaring terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.Akut
Sering terjadi pada anak-anak berumur di bawah 4 5 tahun. Keadaan ini
terjadiakibat infeksi pada saluran napas atas seperti pada adenoid, nasofaring,
ronggahidung,
sinus
paranasal,
dan
tonsil
yang
meluas
ke
kelenjar
limfe
instrument
(intubasi
endotrakea,
endoskopi,
sewaktu
akibat
infeksi
TB
pada
vertebra
servikalis
dimana
pus
secara
Patofisiologi
Ruang retrofaring berada di anterior fasia prevertebra yang berjalan
inferiordari basis kranii sepanjang faring. Ruang ini merupakan lanjutan ruang
parafaringdan fossa infratemporal. Ruang retrofaring dan parafaring dipisahkan oleh
fasia alar,yang merupakan barier yang kurang efektif terhadap penyebaran infeksi.
Ruangretrofaring
berhubungan
dengan
mediastinum
superior
dan
posterior,
retrofaring
terdiri
dari
jaringan
areolar
longgar
dan
cincin
dan
pterigoid).Danger
space
berada
diantara
ruang
retrofaring dan ruang prevertebra yangdipisahkan oleh dua komponen yaitu fasia
alar dan fasia prevertebra. Hal ini dapatmenyebabkan penyebarab infeksi diantara
basis kranii dan mediatinum posteriorsampai pada level diafragma.
Patofisiologi abses retrofaring
Ruang retrofaring dapat mengalami infeksi yang berkembang menjadi
absesmelalui dua cara, yaitu penyebaran infeksi melalui aliran limfe (sebagian
besar)secara lokal dari sumber infeksi atau inokulasi langsung bakteri melalui
traumatembus atau benda asing. Pada anak, abses retrofaring akut paling banyak
disebabkan infeksi saluranpernapasan atas seperti tonsilitis dan faringitis, sinusitis
paranasalis,
otitis
media,dan
infeksi
gigi
yang
kemudian
menyebar
dan
menyebabkan limfadenopati
otitis
media,dan
infeksi
gigi
yang
kemudian
menyebar
dan
retrofaring
kronis
pada
anak
dapat
terjadi
akibat
infeksi
tuberkulosispada
vertebra
servikalis
Potts
disease)
dimana
pus
Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan
pasien
dengan
abses
retrofaring
akut
bervariasi
bergantung
kepadakelompok umur.Gejala abses retrofaring berbeda untuk orang dewasa, anakanak, danbayi yang dijelaskan dalam tabel berikut:
2.
Pemeriksaan fisik
Pasien
dengan
abses
retrofaring
akut
dapat
menunjukkan
tanda-tanda
obstruksi jalan napas tetapi hal ini jarang terjadi. Meskipun demikian, pasien yang
awalnya tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan napas dapat berkembang
menjadi obstruksi jalan napas. Pada pasien dewasa dan anak pemeriksaan fisik
dapat menunjukkan temuanyang berbeda.
Anamnesis
yang
baik
sangat
penting
karena
kondisi
serius
lain
anak
manifestasi
klinis
dapat
tidak
jelas
dan
bergantung
pada
tingkatpenyakit tetapi gejala khas termasuk demam tinggi, nyeri leher (terutama
pada saatdigerakkan) atau tortikolis, disfagia, iritabilitas, malaise, dan odinofagia.
Odinofagiamenyebabkan drooling, intake oral yang buruk, dan anoreksia. Gejala
minor lainmisalnya trismus, disfonia, stridor, dan sleep apnea. Anak dapat terlihat
menarik-narik telinga atau tenggorokan yang menunjukkan adanya nyeri.Pada
orang dewasa manifestasi klinis lebih spesifik dengan drooling dan disfagiatetapi
dengan
onset
perlahan.
Penting
untuk
menanyakan
komorbiditas
seperti
retrofaring
kronik
yang
disebabkan
oleh
infeksi
tuberkulosis
biasanyatimbul dengan gejala kaku pada leher dan nyeri pada belakang leher.
Diagnosisditunjang dengan riwayat menderita tuberkulosis paru dan spondilitis
tuberkulosis(khusus
untuk
tipe
sentral).
Pada
pemeriksaan
fisik
ditemukan
pembengkakan padagaris tengah (tipe sentral) dan lateral korpus vertebra (tipe
lateral) yang berfluktuasidengan tanda inflamasi yang minimal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang awal yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosisabses retrofaring dijelaskan dalam tabel berikut:
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan antara lain foto polos dada
yang
diindikasikan
apabila
terdapat
kecurigaan
timbulnya
komplikasi
polos
servikal
lateral
menunjukkan
destruksi
korpus
vertebra
Penatalaksanaan
1. Tindakan pra-hospital
Pemberian
oksigen
dan
tindakan
untuk
memastikan
patensi
jalan
emergensi
abses
retrofaring
termasuk
patensi
jalan
napas,
edema
krikotirotomi (surgical atau needle) dapat dibutuhkan pada pasien
denganobstruksi
jalan
napas
atas
yang
tidak
dapat
diintubasi.
3. Tindakan definitif
1) Medikamentosa
Pemberian
antibiotik
secara
parenteral
diberikan
secepatnya
tanpa
sepertiTicarcillin/Clavulanate,
Ampicillin/Sulbactamdikombinasikan
Piperacillin/Tazobactam,
dengan
sefalosporin
generasi
dan
ketiga
dan
subkutis
dielevasi
untuk
memperluas
sternokleidomastoideus.
Dilakukan
m.sternokleidomastoideus.
Dengan
insisi
pandangan
pada
menggunakan
klem
sampaiterlihat
batas
arteri
m.
anterior
bengkok,
m.sternokleidomastoideus
dan
selubung
karotis
disisihkan
ke
arah
lateral.
Setelahabses terpapar dengan cunam tumpul, abses dibuka dan pus dikeluarkan.
Biladiperlukan insisi dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain (Penrosedrain).
Pendekatan posterior dibuat dengan melakukan insisi pada batas posteriorm.
sternokleidomastoideus.
abses.Selanjutnya
fasia
Kepala
diputar
dibelakang
ke
arah
yang
berlawanan
m.sternokleidomastoideus
diatas
dari
abses