Anda di halaman 1dari 76

LARINGO-

FARINGOLOGI
Afif; Della; Roby
Anatomi Faring
Bagian-bagian Faring
Nasofaring (Epifaring)
Batas :
Depan : Koana
Atas : Basis kranii
Belakang : Vertebra servikal
Lateral : Dinding medial
leher
Bawah : palatum mole

Bangunan :
1. Ostium tuba
2. Adenoid
3. Fosa Rosenmulleri
4. Ismus nasofaring
5. Torus tubarius
Orofaring (Mesofaring)
Batas :
Depan : Kavum Oris
Atas : Palatum Mole
Belakang : Vertebra servikal 2,3
Lateral : Dinding med. leher
Bawah : Epiglotis

Bangunan :
1. Tonsila palatina
2. Fosa supra tonsil
3. Tonsila lingualis
Laringofaring (Hipofaring)
Batas :
Depan : Epiglotis
Atas : Orofaring
(Tepi atas epiglotis)
Belakang : Vertebra servikal 3,4,5,6
Lateral : Dinding med. leher
Bawah : Bag. Depan : Os. Krikoid
Bag. Blk. : Porta esofagus
Bangunan :
1. Laring (Depan)
2. Fosa (sinus) piriformis
3. Valekula
Jaringan Limfe

1. Adenoid :
- Tonsila Lushka
- Tonsila nasofaringea

2. Tonsila palatina
- Fausial tonsil
- Amandel

3. Tonsila lingualis.
Fungsi faring

1. Saluran nafas
2. Saluran cerna
3. Pertahanan tubuh
4. Resonator
Anatomi Faring
Terdapat dua ruang yang berhubungan dengan Ruang Faring
faring, yaitu ruang parafaring dan retrofaring.
Ruang parafaring terletak pada dasar
tengkorak dekat foramen jugularis dan
puncaknya pada kornu mayus os hioid. Ruang
retrofaring merupakan ruang yang berasal dari
dasar tengkorak di bagian atas sampai batas
paling bawah dari fasia servikalis
Abses Leher Dalam
Abses Peritonsil
terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar Abses Retrofaring
kapsul tonsil dekat kutub atas tonsil
kumpulan nanah yang terbentuk di ruang retrofaring,
Akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang biasa pada anak-anak
bersumber dari klenjar mukus Weber di kutub atas
tonsil -> kuman anaerob maupun aerob ISPA -> limfaadenitis retrofaring
trauma dinding belakang faring oleh benda asing atau
tindakan medis
Nyeri menelan (odinofagia) hebat, demam, batuk dan
pilek, otalgia, muntah, mulut berbau, hipersalivasi, Nyeri dan sukar menelan. demam, leher kaku dan nyeri,
suara seperti bergumam (hot potato voice), trismus, sesak napas karena sumbatan jalan napas (hipofaring),
pembengkakan & nyeri tekan kelenjar submandibula stridor (jika sampai laring), perubahan suara

tampak palatum molle membengkak dan menonjol ke tampak benjolan unilateral pada dinding belakang
depan, arkus faring tidak simetris, uvula & tonsil faring, mukosa terlihat bengkak dan hiperemis
membengkak dan terdorong ke sisi kontralateral,
trismus
Abses Leher Dalam
Abses Parafaring
kumpulan nanah pada ruang parafaring Abses Submandibula
Langsung akibat tusukan jarum yang terkontaminasi; abses yang terbentuk di daerah submandibula
proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi,
dan struktur lain; infeksi dari ruang peritonsil,
retrofaring, atau submandibula Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring,
kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula ->
campuran aerob dan anaerob
Trismus, pembengkakan di sekitar angulus mandibula,
demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring
sehingga menonjol ke arah medial Demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di
bawah mandibula dan atau di bawah lidah, trismus

pembengkakan di daerah parafaring, pendorongan


pembengkakan di daerah submandibula, fluktuatif, lidah
dinding lateral faring dan tonsil ke arah medial,
terangkat keatas dan terdorong ke belakang
pembengkakan di sekitar angulus mandibula, gangguan
saraf kranial N IX, X dan XII, karies dentis dan trismus
Abses Leher Dalam
Angina Ludovici
infeksi ruang submandibula berupa peradangan atau Abses Parotis
selulitis, tidak membentuk abses sehingga keras pada
pengumpulan pus dalam ruang parotis karena proses
perabaan
radang sebagai respon terhadap infeksi
Sumber infeksi sering berasal dari gigi atau dasar mulut
oleh kuman aerob maupun anaerob
Proses lanjutan akibat parotitis supuratif akut.
Nyeri dan pembengkakan di daerah parotis, trismus.
Nyeri tenggorok dan leher, pembengkakan di daerah
Nyeri dapat menyebar ke telinga dan daerah temporalis
submandibula, hiperemis dan keras pada perabaan.
Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke
atas belakang sehingga menimbulkan sesak napas pembengkakan, indurasi dan hiperemi di daerah parotis.
Terkadang didapatkan fluktuasi di daerah tersebut dan
pada aspirasi didapatkan adanya pus. Sekret purulen
ruang submandibula tampak membengkak, keras pada
dapat ditemukan di orifisium duktus Stensen
perabaan dan hiperemi. Dasar mulut membengkak serta
lidah terdorong keatas dan belakang
Abses Leher Dalam
Pemeriksaan Penunjang
•Rontgen servikal lateral Tatalaksana
•Rontgen panoramiks •Observasi adanya sumbatan jalan nafas
•Rontgen toraks •Pemberian antibiotik parenteral
•CT-Scan kepala leher •Tindakan operatif: insisi drainase atau
•Pemeriksaan bakteriologi aspirasi dengan jarum besar
•Pemeriksaan laboratorium
Anatomi Laring
Bagian-bagian Laring Laring merupakan struktur kompleks yang
telah berevolusi yang menyatukan trakea dan
bronkus dengan faring sebagai jalur
aerodigestif.
Laring memiliki kegunaan penting yaitu
sebagai ventilasi paru, melindungi paru selama
proses deglutisi melalui mekanisme
sfingternya, pembersihan sekresi melalui
batuk yang kuat, dan produksi suara.
Secara umum, laring dibagi menjadi tiga
bagian yaitu supraglotis, glotis dan subglotis.
Anatomi Laring
SUARA
Syarat terjadinya suara:
1. Aliran udara yang cukup
2. Generator atau sumber suara
3. Resonator
4. Fungsi koordinasi & kontrol

Ad. 1 Aliran udara


• Suara terjadi adanya “perbedaan tekanan udara” di atas dan di bawah
glotis.
• Tinggi-rendah,
panjang-pendek suara ditentukan oleh volume dan aliran
udara (dalam rongga dada)
….Suara
Ad. 2 Generator
Generator atau sumber suara terjadi di laring yaitu pada PLIKA VOKALIS

Plika vokalis terjadi proses :


• Tension
• Aproksimasi dan
• Fibrasi, yaitu :
• gerakan sendi krikotiroid (merentang dan memendekkan ligamentum vokalis)
• gerakan kartilago aritenoid (dg otot intrinsik)
• membran yg menutupi otot intrinsik plika vokalis

Ke 3 proses harus sinkron  suara yg baik


….Suara

Ad.3 Resonator ada di :

1. Rongga faring suara


2. Rongga hidung nada suara
3. Rongga mulut warna suara
pembentukan

Ad. 4 Fungsi koordinasi & kontrol


Terjadi di otak dan saraf perifer
Kelainan kongenital :
Laringomalasia
Stenosis subglotik
Laringeal web
Hemangioma
Fistel laringotrakeaesofagus
Laringomalasia
 Laringomalasia  jaringan supraglotis dari laring
kolaps ke dalam jalan napas  ketika inspirasi
 laring terlalu lunak dan kendur  menempel
 Stridor

 Kelainan kongenital kartilago laring

 Penyebab terbanyak stridor pada bayi


ETIOLOGI

Tidak diketahui
Faktor penyebab:
Kartilago laring yang immature
Anatomi abnormal
Neuromuskular immature
Inflamasi
KLASIFIKASI

 Tipe 1  prolaps mukosa supraglotis dan


menutupi kartilago aritenoid
… Klasifikasi

Tipe 2  pendeknya lipatan ariepiglotis


… Klasifikasi

Tipe 3  kolapsnya epiglotis


GEJALA KLINIS

Bising inspirasi (stridor inspiratoir)


Stridor saat inspirasi terdengar seperti suara
hidung tersumbat.
Tidak dijumpai sekret hidung
Stridor cukup kuat  meletakkan tangan di dada
penderita  dapat merasakan getaran
Stridor berkurang saat penderita tidur telungkup
(prone)
DIAGNOSIS

Anamnesis

Allo Anamnesis
♦ Adanya suara bising saat bayi bernapas 
terutama saat bayi menarik napas
♦  Menetap selama 2 bulan dan dimulai pada
4-6 minggu pertama kelahiran
♦  Seperti suara hidung tersumbat dan tidak
ditemukan adanya cairan di hidung
… Diagnosis

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
 Radiologi
 Fluoroskopi
 Endoskopi
Pemeriksaan laboratorium
 Saturasi oksigen normal
DIAGNOSIS BANDING

 Kista laring
 Selaput laring kongenital
 Stenosis subglotis kongenital
 Paralisis pita suara kongenital
 Hemangioma laring kongenital
PENATALAKSANAAN

> 99% kasus tidak memerlukan pengobatan apapun  self limiting


disease . Stridor menghilang saat
umur 2 thn
Stridor berat dan tidak nyaman saat tidur 
dianjurkan untuk tidur posisi telungkup (prone)
Apabila saturasi O2 < 90%  pemberian O2 sangat dianjurkan
Tidak ada diet khusus
Tidak ada pembatasan aktifitas thd penderita
… Penatalaksanaan

Indikasi bedah dianjurkan pada kasus yang parah


yaitu :
Stridor yang berat diikuti oleh gangguan
pertumbuhan (failure to thrive)
Obstructive sleep apnea
Cor pulmonal
Deformitas toraks
Stenosis Subglotik
• Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara  sering terjadi stenosis
• Kelainan penyebab:
• Penebalan jaringan submukosa
• Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen kecil
• Bentuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran lebih kecil
• Pergeseran cincin trakea pertama
• Gejala :
• Stridor
• Dipsnea
• Retraksi suprasternal, episgastrium, interkostal, serta subklavikula
• Stadium berat sumbatan jalan nafas sianosis dan apnea
• Terapitergantung penyebabnya:
• Kelainan sub mukosa, maka dilakukan dilatasi atau laser CO2
• Kelainan bentuk tulang rawan krikoidrekonstruksi
Larygeal Web
• Suatu selaput transparandapat tumbuh di daerah glotik(75%), subglotik(13%),
subglotik(12%)

• Gejala:
• Sama dengan gejala sumbatan laring

• Terapi:
• Bedah mikro laring
Kista kongenital
• Kista sering tumbuh di pangkal lidah atau di plika ventrikularis
• Terapi : bedah mikro laring
Hemangioma
• Biasanya timbul di daerah subglotik
• Sering disertai hemangioma di tempat lain, mis: leher
• Gejala :
• Hemoptisis
• Sumbatan laring

• Terapi:
• Bedah laser
• Kortiko steroid
• Obat-obat skleroting
Fistel Laringotrakeo-esofagal
• Terjadi karena kegagalan penutupan dinding posterior kartilago krikoid
• Aspirasi cairan esofagusgejala pneumonia
• Dapat terjadi sumbatan laring
• Terapi: pembedahan
VOCAL NODULE
- massa kecil dari jaringan peradangan pada bagian tengah vocal cord.
- lesi jinak pd laring
- disebut juga “ singers nodule”
- Etiologi : vocal abuse, pemakaian suara berlebihan : guru penyanyi dll
- Gejala : - suara serak, terkadang disertai batuk
- suara putus (hilang) pada nada tinggi dan tidak dapat mempertahan
kan nadanya.
- pd pemeriksaan : nodul terdapat pd pinggiran tengah vocal cord
yg bervibrasi atau 1/3 anterior, sebesar kacang
hijau, warna keputihan
biasanya bilateral tetapi tidak selamanya simetris.
Nodul yg akut berwarna merah dan udem.
Nodul yg lama biasanya pucat, kecil, simetris
- Diagnosa : Laringoskopi direk, indirek

- Therapy :- Laryngeal microsurgery  PA


- vocal rest
- Hindari rokok dan alkohol  ptg
- Steroid inhalasi  mengurangi inflamasi & udem, mencegah
terbentuknya nodul.
- Vocal nodul pd anak anak ( “screamer’s nodule)  tidak di
operasi o.k : - Hampir pasti berulang kembali
- Laring kecil  sulit operasi  resiko injury
- Hampir semua lesi ini hilang pada pubertas.
- Surgical laryngoscopy  absolut istirahat suara 10-14 hari
setelah operasi atau sampai vocal cord sembuh.
KERATOSIS LARING
- Terjadinya suatu pertumbuhan yang abnormal pada epitelium .
- Paling sering pd pita suara dan fossa interaritenoid
- Lebih sering pada laki laki
- Berhubungan dengan terjadinya Carsinoma laring.
-Etiologi : -merokok, vocal abuse, laringitis yg berulang, defisiensi vitamin.
- penyebab pasti ? ?
-Gambaran klinis: Suara serak tanpa sesak nafas / stridor

- Therapy :- Bedah mikrolaring  biopsi


- Hindari penyebab
- Observasi perlu dilakukan  precancerous (15 % menjadi
maligna)  biopsi ulang (lebih dalam).
FARINGITIS
• Peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-
40%), alergi, trauma, toksin, dan lainnya.
• Penyebaran melalui sekret hidung dan ludah (droplet)

FARINGITIS

Faringitis Akut Faringitis Kronik Faringitis Spesifik

- Faringitis Viral - Faringitis Kronik


- Faringitis Bakterial Hiperplastik - Faringitis Luetika
- Faringitis Fungal - Faringitis Kronik - Faringitis
- Faringitis Gonorea Atrofi Tuberkulosis
Faringitis Akut : Faringitis Viral
• Dapat disebabkan oleh rinovirus, influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, EBV, HIV
• Gejala dan tanda : Demam, rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan
Pada pemeriksaan : faring dan tonsil hiperemis
• Influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus  tidak menimbulkan eksudat
• Coxsachievirus  menimbulkan lesi vaskuler di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash
• Adenovirus  dapat menimbulkan gejala konjungtivitis juga
• EBV  Faringitis yang disertai eksudat yang banyak, terdapat pembesaran kel. Limfa,
hepatosplenomegaly
• HIV-1  mual, nyeri tenggorok, demam, nyeri menelan, faring hiperemis,eksudat,
limfadenopati, pasien tampak lemah
• Terapi : Istirahat, minum air yang cukup, analgetik jika perlu, tablet isap
• Antvirus metisoprinol (Isoprenosine)  pada infeksi herpes simpleks
dengan dosis 60-100 mg/KgBB, 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa
dan pada anak <5 tahun 50 mg/KgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari
Faringitis Akut : Faringitis Bakterial
• Streptokokus B hemolitikus grup A  15% pada dewasa, 30% pada anak
• Gejala dan tanda : Nyeri kepala yang hebat, muntah, terkadang demam dengan suhu
tinggi, jarang batuk
• Pada pemeriksaan : tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis, eksudat, ptekie pada
palatum dan faring, pembesaran kelenjar limfe anterior disertai kenyal dan nyeri tekan
• Terapi :
- Antibiotik  Penicilin G Banzatin 50.000 U/KgBB IM dosis tunggal, atau amoksisilin
50mg/KgBB dibagi 3x sehari 10 hari atau pada dewasa 3x500mg 6-10 hari atau eritromisin
4x500mg/hari
- Kortikosteroid : Deksametason
- Analgetika
- Kumur air hangat dan antiseptik
Faringitis Akut : Faringitis Fungal
• Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
• Gejala dan tanda : Nyeri tenggorok dan nyeri menelan
Pada pemeriksaan : plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis
• Influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus  tidak menimbulkan eksudat
• Terapi : Nystatin 100.000 – 400.000 2x sehari , Analgetika
Faringitis Akut : Faringitis Gonorea
• Hanya pada pasien yang melakukan kontak orogenital
• Terapi : Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250mg, IV
Faringitis Kronik Hiperplastik
• Terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa
di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular
• Gejala : tenggorok kering, gatal, batuk berdahak
• Terapi : Terapi local dengan kaustik faring dengan memakai larutan nitras
argenti atau dengan listrik (elektro cauter)
Pengobatan simptomatis : obat kumur atau tablet isap. Antitusif atau
ekspektoran jika perlu. Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus
diobati.
Faringitis Kronik Atrofi
• Sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi  pada rhinitis atrofi udara
pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya  rangsangan serta
infeksi faring
• Gejala : tenggorok kering, dan tebal serta mulut berbau
Pemeriksaan : mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila
diangkat tampak mukosa kering
• Terapi :Ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi
ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut
Faringitis spesfik : Faringitis luetika
• Gejala klinik tergantung stadium
• Stadium primer : kelainan pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior
faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung, dapat timbul
ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yang tidak nyeri, terdapat
pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan
• Stadium sekunder : Eritema pada dinding faring yang menjalar ke arah laring
• Stadium tertier : Terdapat guma (predileksi pada tonsil dan palatum).
• Terapi : Penisilin dosis tinggi
Faringitis spesfik : Faringitis tuberkulosis
• Merupakan proses sekunder dari TB paru
• Gejala : Keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia.
Pasien mengeluh nyeri yang hebat di tenggorokan, nyeri di telinga, atau
otalgia serta pembesaran kelenjar limfe servikal
• Diagnosis : Pemeriksaan sputum BTA, biopsy jaringan terinfeksi
• Terapi : sesuai terapi TB
TONSILITIS
• Tonsilitis : Peradangan tonsil palatina
• Penyebaran : udara (droplet), tangan, dan berciuman

Tonsilitis

Tonsilitis Akut Tonsilitis Membranosa Tonsilitis Kronis

- Tonsilitis difteri
- Tonsilitis septik
- Tonsilitis viral
- Angina plaut Vincent
- Tonsilitis bakterial
(stomatitis ulsero
membranosa)
Tonsilitis Akut : Tonsilitis Viral
• Gejala lebih menyerupai commond cold, disertai rasa nyeri tenggorok
• Sering disebabkan oleh Eipstein Barr
• Haemofilus Influenza : penyebab tonsilitis akut supuratif
• Terapi : Istirahat, minum cukup, analgetika, antivirus
Tonsilitis Akut : Tonsilitis Bakterial
• Dapat disebabkan oleh streptokokus B hemolitikus grup A (strept throat),
pneumokokus, streptokokus viridian, streptokokus piogenes
• Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel  reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear  terbentuk detritus (mengisi kripptus tonsil dan tampak seperti
bercak kuning)
• Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas = tonsilitis folikularis
Tonsilitis akut dengan bercak detritus yang menyatu membentuk alur = Tonsilitis
lakunaris
• Gejala dan tanda : Masa inkubasi 2-4 hari. Nyeri tenggorokan, nyeri sewaktu
menelan, demam dengan suhu tubuh tinggi, lesu, nyeri sendi, tidak nafsu makan,
nyeri telinga (otalgia).
• Terapi : Penisilin, Eritromisin, antipiretik, dan obat kumur desinfektan
Tonsilitis Membranosa : Tonsilitis difteri
• Sering pada anak <10 tahun
• Gejala dan Tanda :
- Gejala umum  demam, nyeri kepala, tidak nafsu makan, lemah, nadi lambat, nyeri
menelan
- Gejala local  tonsil bengkak ditutupi bercak putih kotor yang semakin lama semakin
meluas dan Bersatu membentuk membrane semu yang bila diangkat mudah berdarah,
kelenjar limfe leher membengkak (bull neck atau Burgemeester’s hals)
- Gejala akibat eksotoksin  kerusakan jaringan tubuh
• Pemeriksaan penunjang  pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari
permukaan bawah membrane semu
• Terapi : Anti Difteri Serum (ADS), Antibiotik penisilin atau eritromisin (14 hari),
kortikosteroid, antipiretik
Tonsilitis Membranosa : Tonsilitis Septik
• Dapat disebabkan oleh Streptokokus B hemolitikus yang terdapat dalam susu
sapi
Tonsilitis Membranosa : Angina Plaut
Vincent
• Penyebab : bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita
dengan hygiene mulut yang kurang dan defisiensi vit. C
• Gejala : Demam hingga 39C, nyeri kepala, lemah, terkadang dengan gangguan
pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah
• Pemeriksaan : Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih
keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut
berbau (foeter ex ore), dan kelenjar submandibular membesar
• Terapi : Antibiotik spektrum luas selama 1 mnggu. Perbaiki hygiene mulut, vitamin C
dan B kompleks.
Penyakit Kelainan Darah
• Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina agranulositosis dan
infeksi mononucleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membrane
semu.
Tonsilitis Kronis
• Faktor predisposisi : rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan,
hygiene mulut buruk, cuaca, kelelahan fisik, pengobatan tonsilitis akut tidak adekuat
• Patologi :
Radang berulang  epitel mukosa, jaringan limfoid terkikis  jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut pada proses penyembuhan  jaringan parut mengerut 
kripte melebar  akan diisi detritus  menembus kapsul tonsil  perlengketan
dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris
• Gejala dan Tanda : Pembesaran tonsil dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar,
beberapa kripte terisi detritus, rasa mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa
kering, nafas berbau
• Terapi : obat kumur, antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur, terapi
simptomatis (analgetik, antipiretik, antiinflamasi) sesuai dengan keluhan yang
dialami oleh pasien, tonsilektomi
Indikasi Tonsilektomi
HIPERTROFI ADENOID
• Adenoid adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak pada
dinding posterior nasofaring, termasuk dalam rangkaian cincin Waldeyer
• Secara fisiologi adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan akan mengecil
dan hilang sama sekali pada usia 14 tahun
• Apabila sering terjadi infeksi saluran napas bagian atas maka dapat terjadi
adenoid yang menyebabkan sumbatan koana dan tuba Eustachius
• Akibat sumbatan koana, pasien akan bernafas melalui mulut sehingga terjadi :
1. Fasies adenoid yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen),
arkus faring tinggi yang menyebabkan kesan wajah pasien tampak seperti
orang bodoh
2. Faringitis dan bronchitis
3. Gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal  sinusitis kronis
• Akibat sumbatan tuba Eustachius menyebabkan:
1. Otitis media akut berulang
2. Otitis media kronik
3. Otitis media supuratif kronik

• Hipertrofi Adenoid juga menyebabkan


1. Gangguan tidur
2. Tidur ngorok
3. Retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
1. Tanda dan gejala klinis
2. Pemeriksaan rinoskopi anterior (gerakan velum palatum mole pada waktu
fonasi)
3. Rinoskopi posterior
4. Pemeriksaan digital
5. Pemeriksaan radiologi
• Terapi dilakukan terapii bedah adenoidektomi dengan kuretase memakai
adenotom
• Indikasi adenoidektomi
1. Sumbatan
- Sumbatan hidung yang menyebabkan bernapas melalui mulut
- Sleep apnea
- Gangguan menelan
- Gangguan berbicara
- Adenoid facde
2. Infeksi
- Adenoiditis berulang
- Otitis media efusi berulang/kronik
- Otitis media akut berulang
• Komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan bila pengerokan adenoid kurang
bersih
• Apabila terlalu dalam dapat terjadi kerusakan dinding belakang faring
• Apabila terlalu ke lateral maka torus tubarius dapat rusak dan mengakibatkan
oklusi pada tuba Eustachius dan menyebabkan tuli konduktif
LARINGITIS
Definisi dan Etiologi
• Laringitis adalah peradangan pada membran mukosa laring, ditandai dengan
voice hoarseness.

• Laringitis dibagi menjadi 2:


1. Laringits akut  gejala <3 minggu, biasanya self limiting
2. Laringitis kronis  gejala >3 minggu
Laringitis Akut Laringitis Kronis
• Gejala <3 minggu • Gejala >3 minggu
• Self limiting disease • Bisa disebabkan karena alergi,
autoimmune, granulomatous, dan
• Disebabkan oleh bakteri, virus, jamur gastroesophageal reflux
atau trauma
Etiologi
• Penyebab paling sering adalah infeksi virus
• Akan tetapi dapat juga disebabkan oleh bakteri seperti dipphteria
• Laringitis akut biasanya terjadi setelah adanya penyakit lain seperti batuk, flu,
atau pneumonia
• Bisa juga disebabkan oleh iritan seperti alcohol, merokok, alergi, trauma/
overuse/missuse atau akibat Gastroesophageal Reflux Disease
Faktor Risiko
• Adanya infeksi pernapasan seperti batuk, flu, bronchitis atau sinusitis
• Adanya pajanan terhadao iritan seperti rokok, alcohol, ataupun asam lambung,
debu kimiawi
• Penggunaan suara yang berlebihan, seperti berbicara terlalu keras, berteriak,
menyanyi
Gejala dan Tanda
• Hoarseness
• Suara serak
• Tickling sensation atau rasa gatal pada tenggorokan
• Tenggorokan terasa kering dan nyeri
• Batuk kering
Diagnosis
• Lab darah lengkap, swab tenggorokan
• Laringoskopi
• Curiga ca laring :
- CT scan , MRI, biopsi
Tatalaksana
• Voice rest
• Menghindari iritan seperti merokok, alcohol
• Modifikasi diet pada pasien gastroesophageal reflux disease
• Pemberian antibiotik
• Mukolitik
TERIMA KASIH
salam

Anda mungkin juga menyukai