Anda di halaman 1dari 73

INFEKSI KELAINAN KONGENITAL

DAN NEOPLASMA PADA


TENGGOROKAN

dr. Nanang Suhana, Sp.THTKL, M.Kes

BAGIAN/SMF TELINGA,HIDUNG,TENGGOROKAN, BEDAH


KEPALA DAN LEHER RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
Tenggorokan merupakan
bagian dari leher depan
hingga kolumna vertebra
yang terdiri dari faring dan
laring.
FARIN
G
 Bagian atas saluran pencernaan & pernafasan
 Dari basis kranii sampai kartilago krikoid laring
(setinggi C6)
 Dibagi 3 bagian
 Nasofaring / Epifaring
 Orofaring / Mesofaring
 Laringofaring / Hipofaring
 Batas nasofaring :
 Anterior : koana (nares posterior)
 Superior : basis kranii
 Posterior : vertebra cervicalis yg dipisahkan oleh
fascia prevertebralis, m.capitis longus & m.cervicis
 Lateral : dinding medial leher
 Inferior : palatum molle
 Batas orofaring
 Superior : nasofaring
 Anterior : cavum oris dengan arcus faring & uvula
 Posterior : vertebra cervicalis 2-3
 Lateral : dinding medial leher
 Inferior : tepi bawah epiglotis
Struktur yang terdapat dirongga
orofaring adalah
1. dinding posterior faring
2. fosa tonsil
3. Tonsil faringeal (adenoid), palatina,
lingualis
4. uvula
 Batas laringofaring
Superior : orofaring
 Anterior : tepi belakang epiglotis
 Posterior : vertebra cervicalis 3-6
 Lateral : dinding medial leher
Inferior : porta esofagus & tepi bawah cartilago cricoid
 Adenoid (tonsila faringea)
 Amandel (tonsila palatina)
 Tonsila lingualis
 Tonsila tuba
 Rangkaian jaringan limfoid dari
tonsil tuba sampai plika
glosofaringeus
 Rangkaian jaringan limfoid di
dinding belakang faring yg
menghubungkan adenoid dan
tonsila palatina
 Disebut juga tonsila faringea atau
tonsila Luskha
 Massa limfoid yg terletak di
posterosuperior nasofaring
 Dilapisi epitel pseudokolumner
bersilia
 Ukurannya pada anak2 sangat
bervariasi
 Fungsi puncak saat usia 2-3 thn
 Membesar secara fisiologi sampai
usia 10 thn
 Diantara plika anterior & plika posterior di dinding lateral
orofaring
 Terletak di fossa tonsilaris dgn m.konstriktor faring sebagai
dasarnya
 Epitel berlapis pipih dengan celah (kripta)
 Detritus dibuang ke permukaan melalui kripta
 Di antara kripta terdapat folikel tonsil dengan sentrum
germinativum
 Memproduksi limfosit & sel plasma
 Dibungkus oleh kapsul jaringan ikat
 Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kripta
 Fungsi puncak pd usia 3-4 thn
 Terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel
germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan
interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid)
 Organ pembentukan suara, jalan
napas bagian atas
 Antara pangkal lidah & trakea
 Vertebra cervicalis 4-6
 Dibagi menjadi supraglotis,
glotis dan subglotis
 Rima glotis adalah celah yg
dibentuk oleh kedua plika vokalis di
bagian depan & kartilago aritenoid
di belakang
Laring

Cartilago laring ada 6


 3 kartilago utama (thyroid,

cricoid, arythenoid)
 3 kartilago tambahan

(epiglotis, corniculata,
kuneiformis)
Vaskularisasi
 a. Laringeus
superior
 a. Laringeus
inferior

Persarafan
 n. Laringeus
superior
 n. Laringeus
inferior
FUNGSI
 Pertahanan lokal dengan fagositosis oleh leukosit
& makrofag
 Pertahanan humoral dengan memproduksi Ig A di
permukaan mukosa
 Limfosit & sel plasma menghasilkan antibodi
Fungsi menelan
Terdapat 3 fase dalam proses
menelan yaitu:
 Fase oral : bolus makanan dari mulut
menuju ke faring. Gerakan disini
disengaja (voluntary)
 Fase faringeal : pada waktu transport
bolus makanan melalui faring.
Gerakan disini tidak
sengaja(involuntary)
 Fase esofagal : waktu bolus
makanan bergerak secara peristaltik
di esofagus menuju lambung
Fungsi fonasi / sumber suara ,
otot laring membuka, menutup
& menegangkan plika vokalis
Proses menelan
Proteksi
mencegah
makanan, dan
benda asing masuk
trakea
Kelainan Kongenital

• Laringomalasi
• Stenosis Subglotik
• Selaput Di Laring
• Kista Kongenital
• Hemangioma
• Fistel Laringotrakea Esofagus.

Pada bayi dengan kelainan kongenital laring dapat


menyebabkan gejala sumbatan jalan nafas, suara tangis
melemah sampai tidak ada sama sekali, serta kadang-kadang
terdapat juga disfagia.
Laringomalasi

• Kelainan ini paling sering ditemukan.

• Pada stadium awal ditemukan epiglotis lemah,


sehingga pada waktu inspirasi epiglotis tertarik ke
bawah dan menutup rima glotis. Dengan demikian
bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi (stridor)
Stenosis Subglotik

Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara sering


terdapat penyempitan (stenosis).
Kelainannya ialah:
1. penebalan jaringan sub mukosa dengan hiperplasia
kelenjar mukus dan fibrosis
2. kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen
yang lebih kecil
3. bentuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran
lebih kecil
4. pergeseran cincin trakea pertama ke arah atas
belakang ke dalam lumen krikoid.
Gejala stenosis subglotik

stridor, dispnea, retraksi di suprasternal,


epigastrium, interkostal serta subklavikula.

Pada stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosis


dan apnea, sebagai akibat sumbatan jalan nafas sehingga
mungkin juga terjadi gagal pernafasan (respiratory
distress)
FARINGITIS, LARINGITIS DAN
LARINGOFARINGEAL REFLUX
suatu kondisi dimana terjadi
peradangan dinding faring
yang dapat disebabkan oleh
virus (40- 60%), bakteri (5-
40%), alergi, trauma, toksin
dan lain-lain.
VIRUS

BAKTERI

P
ARASIT

FUNG
I

FARINGIT
IS
1.infeksi persisten sekitar
faring

2. bernapas melalui mulut

3. iritan kronik

4. Polusi lingkungan

5. Faulty voice production


Stadium awal
Terjadi terdapat
Jaringan pembendungan hiperemis,
limfoid radang dengan kemudian
Invasi lapisan infiltrasi leukosit
Bakteri/virus epitel superfisial edema dan
polimorfonukle ar
bereaksi sekresi yang
meningkat
klasifikasi
Faringitis
 Dinding
Viral
posterior faring
hiperemis dan bengkak
 Rinovirus menimbulkan
gejala rhinitis dan beberapa hari
kemudian akan menimbulkan
faringitis.
 Gejala : Demam disertai
rinorea, mual, nyeri
tenggorokan dan sulit menelan
 Terapi: istirahat dan minum
yang cukup. Kumur dengan air
hangat. Simptomatik : analgetik
Gejala:
Nyeri kepala yang hebat, muntah,
kadang- kadang disertai demam dengan
suhu yang tinggi dan jarang disertai
dengan batuk.

Pemeriksaan fisik:
Tampak tonsil membesar, faring dan
tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat di permukaannya.

Terapi:
Antibiotik, kortikosteroid, analgetika,
kumur dengan air hangat, vitamin jika
diperlukan
Etiologi : Candida

Gejala dan tanda : nyeri


tenggorok dan nyeri
menelan.

tampak plak putih di orofaring


dan
mukosa faring lainnya
hiperemis.

Terapi :
Nystatin 100.000 – 400.000 2x/hari
Analgetika

Faringitis
Pada pasien
dengan
kontak orogenital.

Terapi:
Sefalosporin
generasi ke-3 
Seftriakson 250
mg IM

Faringitis
•Perubahan mukosa dinding posterior
faring
•Tampak kelenjar limfa di bawah
mukosa
faring dan lateral band hiperplasi.
•gejala awal : tenggorokan kering dan
akhirnya batuk berdahak

Pada pemeriksaan tampak mukosa


dinding posterior tidak rata dan
berglanular.

Tera
pi
Lokal kaustik dg zat Simptomatik: Penyakit di hidung
kimia (AgNO3, obat kumur/ dan sinus paranasal
albothyl) atau listrik tablet isap, harus diobati.
(elektrokauter) antitusif/ekspekto
• Sering timbul bersamaan dengan rhinitis
Keluhan • atrofi.
Keluhan: tenggorokan kering dan tebal serta
mulut
berbau.

• tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang


Pemeriksaan kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

• pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan


Terap untuk faringitis kronik atrofi ditambahkan obat kumur
dan menjaga kebersihan mulut.
 Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring
yang dapat
terjadi baik akut maupun kronik.
 Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung
dalam
kurun waktu kurang lebih 3 minggu.
 Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis
kronis
Sebagai proteksi, Batuk,
Fisiologi Laring Respirasi, Menelan, Emosi
serta Fonasi

Laringitis didahului o/ faringitis


dan infeksi sal napas lainnya Terjadinya Inflamasi
dan infeksi :
nyeri+
Menimbulkan rangsangan Peningkatan suhu tubuh
produksi mukus>>

“SUMBAT
AN”
Merangsang terjadinya batuk
hebat
o/k Iritasi Laring
Laringitis akut ini dapat
Laringitis Akut terjadi dari kelanjutan
infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold.

Etiolo
Infeksi
gi
virus influenza (tipe A dan B),
Non
Infeksi
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus Pemakaian suara Traum
dan adenovirus, Haemofilus berlebih
Alerg Merokok/ a
influenzae, Streptococcus B
hemoliticus i meminum
alkohol
Pneumococcus
Manifesta
si
Klinis

Gejala Gejala
umum lokal

Nyeri Mukosa
dema malais Sera
tenggoroka laring
m e k n embengkak

Pada pemeriksaan fisik :


tampak mukasa laring yang hiperemis, membengkak terutama
dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan
tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru .
 Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari.
 Menghindari iritasi pada faring dan laring
misalnya merokok, makanan pedas, atau minum es.
 Bila terdapat sumbatan laring obstruksi jalan napas
dapat
dilakukan pemasangan pipa endoktrakea atau
trakeostomi
 Pemberian obat simptomatik
Merupakan radang kronis laring yang dapat disebabkan
oleh sinusitis kronis, deviasi septum berat, polip hidung,
atau bronkitis kronis. Mungkin juga disebabkan vocal
abuse seperti berteriak- teriak atau biasa berbicara keras.
Gejala: suara parau yang menetap, dan rasa tersangkut
ditenggorokan,
nyeri tenggorokan, batuk kering dan gatal
Pada pemeriksaan laringoskop indirek : mukosa menebal
permukaan tidak rata, tampak hiperemis difus dan sekret pada
plika vokalis sehingga pasien selalu berdehem
Non-
•medikamentosa
Vocal rest
• Hindari
merokok
medikamento
sa
• Antibiotik
• kortikosteroid
Laringofaringeal Refluks
(LPR)
Definisi
• Refluks asam lambung ke ruang
laringofaring

Etiologi
•Adanya refluks secara retrograd dari asam
lambung atau isinya seperti pepsin ke saluran
esofagus atas dan menimbulkan cedera mukosa
karena trauma langsung  kerusakan silia
yang menimbulkan tertumpuknya mukus,
aktivitas mendehem dan batuk kronis akibatnya
akan sebabkan iritasi dan inflamasi.
Skor RSI adalah 0-5 Skor dimulai dari nol (tidak ada kelainan)
dengan skor ≥ 13 curiga dengan nilai maksimal 26 dan jika nilai
LPR RFS
≥7 dengan tingkat keyakinan 95% dapat di
diagnosis sebagai LPR
Hipertrofi Granuloma dan Udem subglotik
komissura nodul pita suara (Pseudosulkus
Posterior dapat terjadi pada vokalis) ditemui pada
90% kasus, adalah
kasus-kasus yang udem subglotik
tidak diobati dimulai dari
komissura anterior
meluas sampai laring
posterior
Penampakan laringoskopi pada
pasien
LPR
Tatalaksana
Modifikasi diet dan gaya hidup
•Makan terakhir 2-4 jam sebelum berbaring
•Pengurangan porsi makan
•Hindari makanan yang menurunkan tonus otot sfingter esofagus seperti
makanan berlemak, gorengan, kopi, soda, alkohol, mint, coklat buahan dan jus
yang asam, cuka
•Hindari olahraga seperti angkat berat, berenang, jogging dan yoga setelah
makan.
•Hindari merokok

Medikamentosa
•PPI 2 kali sehari (Omeprazole, Lansoprazole dan Pantoprazole) selama 3-6 bulan.
PPI dapat menurunkan refluks asam lambung sampai lebih dari 80%. 2 kali dosis
GERD
•Zat proteksi mukosa, sukralfat misalnya dapat digunakan untuk melindungi
mukosa dari cedera akibat asam dan pepsin
Karsinoma Nasofaring merupakan
tumor ganas yang timbul pada
epithelial pelapis ruangan
dibelakang hidung (nasofaring)
Genetik

Virus
Etiologi
Ebstein Barr

Lingkungan
• Hidung • Nasofaring
Klini

• Epistaksis • rinoskopi posterior (tidak


• Sumbatan Hidung langsung) dan nasofaringoskop
s

• Telinga (langsung).
• Kataralis/ oklusi tuba Eustachii • Radiologi

• Otitis Media Serosa sampai • CT scan dan MRI

Pemeriksaan
perforasi dan gangguan • Serologi

penunjang
pendengaran • Pathologi
• Gejala lanjut
• Limfadenopati servikal
• Gajala mata dan syaraf
Klasifikasi

• Tipe WHO 1
• - Karsinoma sel skuamosa (KSS)
• - Deferensiasi baik sampai sedang.
• - Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
• ii. Tipe WHO 2
• - Karsinoma non keratinisasi (KNK).
• - Paling banyak variasinya.
• - Menyerupai karsinoma transisional
• iii. Tipe WHO 3
• - Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
• -Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell
Carsinoma”, varian sel spindel.
• - Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
Staging
T menggambarkan keadaan tumor
N menggambarkan keadaaan
primer, besar dan perluasannya
kelenjar limfe regional

• T1 :Tumor terbatas pada M menggambarkan metastase jauh


• nasofaring
T2 :Tumor meluas ke orofaring dan N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
atau
fossa nasal
N1 : Terdapat pembesaran kelenjar
• T2a :Tanpa perluasan ke parafaring
ipsilateral < 6 cm M0 : Tidak ada metastase jauh
• T2b :Dengan perluasan ke parafaring
• T3 :Invasi ke struktur tulang dan atau N2 : Terdapat pembesaran kelenjar M1 : Terdapat metastase jauh
sinus paranasal
bilateral < 6 cm Stadium 0 : Tis dengan N0 dan M0
• T4 :Tumor meluas ke intrakranial dan
atau mengenai syaraf otak, fossa N3 : Terdapat pembesaran kelenjar
infratemporal,
• hipofaring atau orbita > 6 cm atau ekstensi ke
supraklavikula
TUMOR LARING
PENDAHULUAN

Tumor laring merupakan suatu neoplasma yang ditandai


dengan sebuah tumor yang berasal dari epitel struktur laring
dan merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan
jaringan normal meskipun rangsangan yang memicu perubahan
tersebut telah berhenti.
ETIOLOG
I
TUMOR
LARING

ASAP ROKOK HUMAN


DAN KARSINOGEN PAPILOMA
ALKOHOL VIRUS (HPV)
LINGKUNGAN
Klasifikasi Tumor

TUMOR LARING

MENURUT
SIFATNYA

TUMOR JINAK TUMOR GANAS

PAPILOMA LARING MIOBLASTOMA SEL BERDEFERENSIASI BERDEFERENSIASI BERDEFERENSIASI


ADENOMA KONDROMA HEMANGIOMA LIPOMA NEUROFIBROMA
JUVENIL GRANULER BAIK SEDANG BURUK
Papilloma Laring (TERBANYAK FREKUENSINYA)

• Paling sering ditemui, semua usia dan sering pada anak-anak, bersifat multiple
• Penyebab Human Papilloma Virus (HPV) dari transmisi jalan lahir (1:80 – 1:500)
• Biasanya mengenai vocal cord, daerah supraglotik, subglotik, trachea, bronchus
• Secara makroskopik betuknya sperti buah murbei, berwarna putih kelabu dan kadang-kadang
kemerahan
TUMOR GANAS LARING
Klasifikasi

MENURUT

LETAKNY
A

TUMOR TUMOR GLOTIK TUMOR TUMOR GANAS


SUPRAGLOTIK + SUPRACORD SUBGLOTIK TRANSGLOTIK
Klasifikasi Letak Tumor
Tumor supraglotik
Tepi atas epiglotis-batas atas glotis, termasuk pita
suara palsu & ventrikel laring.

Tumor glotik
Mengenai pita suara asli

Tumor subglotik
Tumbuh >10mm di bawah tepi bebas pita suara
asli sampai batas inferior krikoid

Tumor transglotik
Tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita
suara asli dan pita suara palsu atau meluas ke subglotik
lebih dari 10mm
Staging
Kategori T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1, T2 N1
IV A T4a N0 M0
T 1-3 N2 M0
IV B T4b N apapun M0
T apapun N3 M0
IV C T apapun N apapun M1
Manifestasi Klinis

DISPNEA
DAN DISFAGIA
STRIDOR

SUARA BERGUMAM BATUK DAN


(HOT POTATO VOICE) HEMOPTISIS

SUARA MANIFESTASI NYERI TENGGOROK


KLINIS
SERAK
Diagnosis
• Anamnesis:
~ Serak, kadang-kadang bisa afoni.
~ Dispnea dan stridor
~ Nyeri tenggorok
~ Disfagia
~ Batuk dan hemoptisis
~ Gejala lain: nyeri alih telinga ipsilateral, penurunan BB, pembesaran KGB

• Pemeriksaan fisik:
~ Pemeriksaan laring  direk atau indirek. Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
Diagnosis
• Pemeriksaan penunjang:
~ Lab darah
~ Pemeriksaan radiologik  melihat keadaan paru, metastase ke paru.
 CT-Scan laring untuk melihat keadaan tumor dan laring (penjalaran tumor).
~ Biopsi laring dan biopsi jarum halus pada pembesaran KGB leher  hasil PA
• terbanyak karsinoma sel skuamosa.
Pemeriksaan Penunjang
TATALAKSANA

BEDAH • LARINGEKTOMI PARSIAL


LARINGEKTOMI SUPRAGLOTIS ATAU HORIZONTAL


• HEMILARINGEKTOMI ATAU VERTIKAL

• LARINGEKTOMI TOTAL

RADIOTERAPI
KEMOTERAPI
REHABILITASI
Prognosis

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara
umum dikatakan five years survival rate pada karsinoma laring

• stadium I 90–98%

• stadium II 75–85%

• stadium III 60–70%

• stadium IV 40–50%

Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan five year survival rate sebesar 50%.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai