Patologi Faring
Novalia Gheda Bili
Faring
• Faring adalah struktur konduktif yang terletak di garis tengah leher.
• Berbentuk corong dengan ujung atasnya lebih lebar dan terletak tepat di bawah permukaan bawah tengkorak,
dan ujung bawahnya lebih sempit dan terletak di tingkat vertebra serviks keenam (C6) di mana permulaan
antero-inferior
• Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas
faring superior,
tidak bersilia
Otot faring
• Ada dua kelompok utama otot faring;
• Serabut sensorik (aferen) mensuplai membran mukosa dari tiga bagian faring dan mengirimkan sensasi umum (nyeri, suhu,
tekanan, dan sentuhan)
• Nasofaring dipersarafi divisi kedua dari saraf kranial kelima (divisi maksila dari saraf trigeminal atau CN V2).
• Orofaring dipersarafi oleh saraf kranial kesembilan (saraf glossopharyngeal atau CN IX),
• Hipofaring dipersarafi saraf laring internal yang merupakan cabang dari saraf laring superior dari saraf kranial kesepuluh vagus
atau CNX )
Perdarahan faring
• Suplai arteri ke faring adalah melalui cabang-cabang arteri karotis eksterna:
• Drainase vena dicapai oleh pleksus vena faring, yang mengalir ke vena jugularis interna.
Aliran limfa
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni
• Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah bening servikal dalam
atas.
• Saluran limfa rnedia mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas,
sedangkan
• Saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah
Fisiologi Faring
Fungsi utama faring ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara dan untuk artikulasi.
Proses menelan
Proses bicara
INFEKSI
Faringitis Akut (merupakan
peadangan akut dinding faring)
FARINGITIS SPESIFIK
FARINGITIS AKUT
Faringitis viral
Etiologi: Pemeriksaan fisik
2. Rinovirus
1. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan
3. Virus influenza eksudat.
4. Coxsachievirus
2. Coxachievirus dapat Menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulil
5. Hsv
berupa maculoppular rash.
6. Campak
7. EBV 3. Epstein Earr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
8. CMV eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di
Antivirus
• metisoprinol
Dewasa: infeksi herpes simpleks dosis 60-100 mg/kgBB
dalam 4-6x/hari
Anak-anak: <5 th 50 mg/kgBB dalam 4-6x/hari
Faringitis akut
Faringitis Bakteri
lnfeksi grup A Streptokokus Beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
Gejala klinik
• Sakit tenggorok
• Sulit menelan
• Demam
Streptokokus
Tanda
• Limfadenopati servikal
Diagnosis
• Antibiotik
Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB IM dosis tunggal
Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis terbagi 3x/hari selama 10 hari /dewasa 3x500
mg selama 5-10 hari
Eritromisin 4x500 mg/hari
• Kortikosteroid
Deksametason 8-16 mg, IM, 1x. Anak: 0.08-0,3 mg/kgBB, IM, 1x
• Analgetik
• Kumur dengan air hangat/antiseptic
Komplikasi
Neisseria gonorrhoeae
i Pyogenic Diplococcus).
• Tonsil hipertrofi
Tand dan
a adenopati servikal.
Infeksi o.k jamur atau parasit umumnya tidakmenimbulkan gejala kecuali pasien
dengan imunosupresi atau kondisi lemah kronis.
Flora normal di mulut tetapi jika Sistem imun terganggu dapat menginvasi mukosa
sakit / disfagi
Pemeriksaan fisik:
• Tampak plak putih diorofaring
• Mukosa faring hiperemis
Candida
(Oral Thrush)
Identifikasi jamur: pengecatan gram stain atau acid-schiff stain berkala, kultur
dengan agar Sabouraud
Pemeriksaan fisik
• Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring
• Lateral band hiperplasi
• Mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranula
Gejala
• Tenggorokan kering gatal
• Batuk berdahak
Terapi
• Kaustik faring dengan memakai zat kimia laurutan nitras
argenti
• Pengobatan simtomatis: obat kumur/tablet hisap
• Obat antitusiff/ekspektoran
Faringitis kronik atrofi
Sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi
Pemeriksaan fisik
• Tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental
• Bila diangkat mukosa tampak kering
Terapi
• Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya
• Untuk faringitis kronik atrofi dengan obat kumur
• Menjaga kebersihan mulut
Faringitis spesifik
FARINGITIS LEUTIKA
Stadium
• Lidah, palatum mole,
tonsil, dinding post sekunder • Berkembang dlm
beberapa tahun
faring sejak infeksi
• Bercak keputihan (pelan &
awal
• Jarang ditemukan • Guma :
progresif)
ulkus faring (= • Eritema dinding
genitalia) tidak nyeri tonsil, palatum
predileksi
faring menjalar ke sembuh: sikatrik
• Pembesaran KGB laring disfagi permanen
mandibular • Sangat menular • Jarang dinding
tidak nyeri tekan bila tidak diobati post faring
• Umumnya • 1/3 sembuh meluas ke
sembuh sempurna, 1/3 v. servikal: pecah
spontan dlm 3-6 carrier, 1/3 ke kematian
mgg st. tersier
Stadium Stadium
primer tersier
Faringitis Luetika
Tes serologik
• Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer.
• Cara infeksi
eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.
endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris.
Gejala:
Keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia.
Pasien mengeluh nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar
limfa servikal.
Pemeriksaan Fisik:
Hematogen: tonsil terkena kedua sisi
Lesi pd dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole & durum
Kelenjar regional membengkak
Diagnosis:
Pemeriksaan sputum basil tahan asam
Foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
Biopsi jaringan yang terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman
basil tahan asam di jaringan.
TONSILITIS
KRONIK
Tonsilitis Akut (Tonsilitis Viral)
• Merupakan peradangan akit pada tonsila palatina
• Gejala : menyerupai common cold yang disertai nyeri tenggorok
• Penyebab tersering : Virus Epstein Barr
• Hemofilus Influenzae : penyebab tonsilitis akut supuratif
• Infeksi virus Coxschakie : pemeriksaan rongga mulut → luka-
luka kecil di palatum dan tonsil, sangat nyeri
TONSILITIS
TONSILITIS TONSILITIS
MEMBRANOSA
LAKUNARI
FOLIKULARIS Bercak detritus
S
Bentuk faringitis melebar
Bercak detritus membentuk
akut dengan
menyatu pseudomembran
detritus yang jelas
membentuk menutupi tonsil
alur
TONSILITIS
BAKTERIAL
Gejala / tanda Terapi
Komplikasi
• Masa inkubasi 2-4 hr • Umum: istirahat dan minum yang cukup
• Tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang semakin lama meluas
dan membentuk pseudomembran
• Pseudomembran dapat menyebar ke palatum mole, uvula, nasofaring,
Gejala Lokal laring, trakea dan bronkus →menyumbat saluran nafas
• Melekat erat → diangkat mudah berdarah
• Infeksi berjalan terus → kelenjar limfa leher membengkak → menyerupai
leher sapi (bull neck) / Burgemeester’s hals
Terapi
• Anti-Difteri Serum (ADS) diberi segera : 20.000-100.000 Unit
• Antibiotik penisilin/eritomisin 25-50 mg/kgBB, 3 x 1, 14 hari
• Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari
• Antipiretik : simptomatis
• Isolasi
• Istirahat di tempat tidur 2-3 minggu
Komplikasi
• Laringitis bakteri
• Miokarditis → mengakibatkan payah jantung/ dekompensatio cordis
• Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata, otot faring, otot laring → kesulitan menelan, suara parau dan
kelumpuhan otot pernafasan
• Albuminuria
Tonsilitis Membranosa (Angina Plaut Vincent/Stomatitis ulsero
membranosa)
Epitel
Proses Proses Perlekata Pembesar
penyembuha Kripte radang n dengan an KGB
mukosa & n Jar. limfoid
melebar, berulang, jaringan submandi
jar. limfoid diganti jar.
terisi menemb sekitar bular
terkikis parut yang
detritus us kapsul fosa
mengerut
tonsil tonsilaris
pada
anak
Tanda dan
Terapi Komplikasi
gejala
• Lokal: hygiene mulut: kumur,
• Tonsil membesar, permukaan obat hisap • PERKONTINUITATUM:
tidak rata, kripte melebar, rinitis kronik,sinusitis, otitis
beberapa terisi detritus Tonsilektomi dilakukan: terjadi media
infeksi beru;ang atau kronik,
• Rasa mengganjal ditenggorok gejala sumbatan atau tanda • Hematogen/Limfogen:
neoplasma
• Nafas berbau endocarditis, artritis, myositis,
nefritis, uveitis, iridosiklitis,
dermatitis, pruritus, urtikaria,
furunkulosis
HIPERTROFI
ADENOID
Adenoid
(tonsila faringealis)
• Massa berbentuk triangular yang berasal
dari jaringan limfoid dan terletak pada
dinding posterior nasofaring
Faringitis &
bronchitis
OMK
Fasies adenoid
Sinusitis kronik OMSK
Gejala
Trias gejala
Obstruksi hidung
kronik (snoring, Suara sengau
Rhinorrhea
bernafas via (hyponasal voice)
mulut)
Diagnosis
Pemeriksaa
n radiologik
Pemeriksaan (foto
Digital lateral
Rinoskopi (meraba kepala)
posterior adanya
Rinoskopi Nasoendoskopi adenoid)
anterior:
Tanda & gejala fenomena
klinik palatum mole
(tertahannya
(-)
velum
palatum
moleh saat
fonasi)
Terapi
• Pada hipertrofi adenoid dilakukan terapi bedah adenoidektomi dengan cara kuretase memakai adenotom.
• Indikasi Adenoidektomi:
1. Sumbatan
Sumbatan hidung yang menyebabkan bernapas melalui mulut
Sleep apnea
Gangguan menelan
Gangguan berbicara
Kelainan bentuk wajah muka dan gigi (adenoid face)
2. Infeksi
Adenoiditis berulang / kronik
Otitis media efusi berulang / kronik
Otitis media akut berulang
Etiologi
• Terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus weber di kutub
atas tonsil.
• Kuman penyebab biasanya sama dengan penyebab tonsilitis, dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob.
Abses Peritonsilar (Quinsy)
Pemeriksaan fisik
Gejala umum:
Demam • Biasnya sulit dilakukan akibat trismus
Nyeri kepala
Malaise • Palatum mole edema dan menonjol ke depan
Mual / muntah
• Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan
terdorong ke tengah, depan, bawah
• Komplikasi:
• Abses pecah spontan perdarahan aspirasi paru (asfiksia) atau terjadi piemia
• Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring abses parafaring
• Penjalaran ke daerah intracranial thrombus sinus kavernosus, meningitis, abses otak
Abses Parafaring
• Definisi:
Gambaran nerupakan
Klinis: penumpukan pus pada ruang
parafaring
• Trismus
• Indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus
mandibula
• Etiologi
• Demam tinggi
• Infeksi langsung akibat tusukan jarum pada saat
• Pembengkakkan dindingProses
melakukan tonsilektomi. lateral faring
infeksisehingga dinding
akibat ujung
menonjol ke arah
jarum suntik yang medial
telah terkontaminasi kuman
menembus lapisan otot tipis m. konstriktor faring
• Tatalaksana
superior yang memisahkan ruang parafaring dari
• Antibiotik dosis tinggi secara parenteral terhadap kuman
fossa tonsilaris
aerob dan anaerob
• Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam,
• Evakuasi abses (bila tidak ada perbaikan dengan
gigi, tonsil, faring, hidung, sinun paranasalis,
antibiotic dalam
mastoid, dan 24-48 servikal.
vertebra jam)
• Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofiring,
atau submandibular.
Abses Retrofaring
• Definisi: merupakan penumpukan pus pada ruang retrofiring
• Biasa ditemukan pada anak < 5 tahun
• Pada usia <5 tahun ruang retrofiring masih berisi kelenjar limfa dan masing masing 2-5 buah pada sisi kanan
dan kiri.
• Kelenjar ini menampung aliran limfe dari hidung, sinus paranasal, nasifaring, faring, tuba eustachius, dan telinga
tengah.
• Pada usia >6 tahun kelenjar limfe mengalami atrofi
• Etiologi:
• Infeksi saluran napas atas yang menyebabkan
limfadenitis retrofiring
• Truma pada dinding belakang faring oleh benda asing
atau Tindakan medis seperti adenoidektomi, intubasi
endotrakea, dan endoskopi
• Gambaran Klinis
• Demam, leeher kaku dan terasa nyeri
• Nyeri dan sukar menelan, pada anak biasanya rewel
dan tidak mau makan dan minum
• Sesak napas – akibat sumbatan jalan napas
• Stridor bila mengenai laring
• Perubahan suara
Abses Retrofaring
• Pemeriksaan Fisik
• Dinding belakang faring tampak benjolan biasanya unilateral
• Mukosa terlihat bengkak dan hiperemis
• Pemeriksaan penunjang: X-ray Servical posisi lateral
• Tatalaksana:
• Antibiotik untuk kuman aerob dan anaerob parenteral
• Pungsi da insisi abses melalui laringoskopi langsung dalam posisi Trendelenburg (posisi kepala lebih di bawah).
• Pus yang keluar segera di hisal enggunakan suction agar tidak terjadi asipirasi
• Trakeostomi jika abses besar dan menyebabkan sumbatan jalan napas
Angina Ludovisi
Anamnesis
• Definisi Riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi
Infeksi ruang submandibular berupa selulitis dengan
tanda khas berupa pembenngkaakan seluruh ruang Gambaran klinis:
submandibular. Tidak membentuk abses sehingga keras • Nyeri tenggorokan dan leher disertai
pada perabaan submandibular pembengkakan di daerah submandibular yang
tampak hiperemis dan keras pada perabaan.
• Etiologi • Dasar mulut membengkak dapat mendorong
lidah ke atas belakang sehingga menimbulkan
• Sumber infeksi berasal dari gigi atau dasar mulut sesak napas karena sumbatan jalan napas
infeksi disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob
Angina Ludovici
Tatalaksana:
Komplikasi
• Sepsis
Abses Submandibula
• Ruang submandibula terdiri dari ruang Etiologi
sublingual dan ruang submaksila. • Infeksi bersumber dari gigi, dasar mulut, faring,
kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibular
• Ruang sublingual dipisahkan dari ruang
submaksila oleh otot milohioid • Kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain
anterior • Demam
• Evakuasi abses dengan anestesi local untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau ekplorasi bila letak
abses dalam dan luas
• Insisi dibuat pada tempat paling bergluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak dan luas abses.
• Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda
TRAUMA
Trauma Alkali/ kerosif pada faring
Etiologi
• Secara tidak sengaja menelan cairan panaskerusakan mukosa bibir, rongga mulut, dan
Tatalaksana
ororfaring
• Trauma korosifmengkonsumsi cairan bersifat kausatif(biasanya rencana bunuh diri) • Terapi awal: bilas rongga mulut
dengan air dingin
Gejala Kliniks
• Jika zat korosif mengenai
• Dominan nyeri hebat terutama saat menelan
• Hipersaliva bibirointment mengandung
kortikostroid
• Benda asing sering ditemukan: tulang ikan dan pecahan tulang, penjepit kertas (riwayat makan nasi bungkus)
1. Pinset/cunam: digunakan pada benda asing dengan letak pada dasar lidah dan tonsil
Epidimiologi
• 1 dari 8.500 hingga 1 dari 14.000 bayi baru lahir per tahun
Etiologi
• Isolated PRS (mutations on chromosomes 2, 4, 11, or 17)
• Syndromic PRS (60% dari PRS)
• 34 sindrom yang terkait dengan sindrom PRS paling umum adalah sindrom Stickler
Patologi
• Secara klinis, mandibula kecil yang tidak berkembang menyebabkan pangkal lidah jatuh kembali ke
tenggorokan menyebabkan gangguan saluran napas bagian atas.
Sindrom Pierre Robin
• Mikrognatia
• Mandibula yang kurang berkembang
• Biasanya mencakup panjang tubuh mandibula
yang lebih pendek dan sudut mandibula yang
lebih besar.
• Glosoptosis
• Perpindahan pangkal lidah ke arah faring
• Obstruksi jalan napas
• Suara napas abnormal, peningkatan
penggunaan otot aksesori pernapasan,
desaturasi, kesulitan makan/menelan, refluks,
dan aspirasi.
• Tanda-tanda jangka panjang dari obstruksi jalan
napas mungkin termasuk penurunan berat
badan, kesulitan berbicara, defisit neurologis,
dan akhirnya hipertensi pulmonal dan kor
pulmonal.
Sindrom Pierre Robin
• Tatalaksana
• Penyakit ringan:
• Posisi tengkurap dan lateral untuk memungkinkan gravitasi menarik lidah ke anterior dan memperbaiki
obstruksi jalan napas, menyelesaikan sekitar 70% kasus PRS.
• Pemasangan stent nasofaring juga telah digunakan sebagai tindakan sementara untuk menjaga jalan
napas tetap terbuka, mesikupan komplikasi seperti aspirasi dan obstruksi tabung.
• Adhesi lidah-bibir: prosedur di mana lidah dijahit ke selaput lendir dan otot bibir bawah untuk
menahan lidah pada posisi anterior dalam upaya untuk mengurangi jumlah obstruksi jalan napas
• sumbatan hidung
• gangguan pendengaran
• halitosis periodic
Tatalaksana:
Etiologi:
1. Infeksi Epstein Barr Virus
2. Genetik Akibat mutasi, putusnya kromosom, dan kehilangan sel-sel
somatik
3. Lingkungan asap rokok, serbuk kayu industri
Manifestasi klinis
Epistaksis ringan atau
Gejala Nasofaring
sumbatan hidung
Definisi • Faktor ketidak-seimbangan hormonal juga banyak dikemukakan sebagai penyebab adanya kekurangan androgen
atau kelebihan estrogen
Etiologi • Faktor ketidak-seimbangan hormonal juga banyak dikemukakan sebagai penyebab adanya kekurangan androgen
atau kelebihan estrogen.
Klinis
• Rinore kronik dengan gangguan penciuman
• Ketulian
• Sakit kepa ahebat (tanda sudah metastasis ke intracranial)
Diagnosis
• Pemeriksaan fisik secara rinoskopi posterior terlihat massa tumor yang konsistensinya kenyal, warna
bervariasi dari abu-abu sampai merah muda. Mukosanya mengalami hipervaskularisasi dan tidak jarang
ditemukan adanya ulserasi.
• Karena tumor sangat mudah berdarah dilakukan pemeriksaan CT scan serta pemeriksaan arteriografi.
• foto kepala potongan antero-posterior, lateral dan posisi Waters tanda 'Holman Millef, pendorongan prosesus
pterigoideus ke belakang fisura pterigo-palatina melebar.
• CT scan dengan zat kontras akan tampak secara tepat perluasan massa tumor serta destruksi tulang ke
jaringan sekitarnya.
• MRl dilakukan untuk menentukan batas tumor terutama yang telah meluas ke intra kranial
Diagnosis
Tatalaksana
• Tindakan operasi merupakan pilihan utama selain terapi hormonal, radioterapi
• Operasi melalui transpalatal, rinotomi lateral, rinotomi sublabial (sublabial mid-facial degloving) atau kombinasi
dengan kraniotomi frcntotemporal bila sudah meluas ke intracranial
• Pengobatan hormonal diberikan pada pasien dengan stadium I dan ll dengan preparat testosteron reseptor
bloker (flutamid).