NASOFARING
- Letak paling tertinggi diantara bagian lain dari faring
- Tepatnya di sebelah dorsal kavum nasi dan dihubungkan
dengan kavum nasi oleh koane
- Batas batas :
atas : basis kranii
bawah : palatum mole
belakang : vertebra servikalis
depan : koane
lateral : ostium tuba
Eustachius , torus tubarius,
fossa Rosenmuler (resesus
faringeus)
- Pada atap dan dinding belakang nasofaring terdapat
adenoid atau tonsil faringal
ANATOMI
OROFARING
- Terdapat disebelah dorsal dari kavum oris yang
dihubungkan
dengan kavum oris oleh ismus fausium
- Batas – batas :
Atas : palatum mole
Bawah : tepi atas epiglotis
Belakang : vertebra servikal
Depan : ismus fausium
Lateral : m.konstriktor faring superior
ANATOMI
HIPOFARING
Bagian paling kaudal dari faring
Letak sangat berdekatan dengan laring
Batas – batas :
atas : tepi atas
epiglottis
bawah : introitus
esofagus
belakang :vertebra
servikalis
depan :laring
NEUROVASKULARISASI
Faring menerima supply darah melalui
• Pernapasan Mekanisme dari faring untuk mencegah makanan atau cairan masuk kedalam
trachea
LARING
OTOT-OTOT LARING
Otot-otot ekstrinsik terletak :
Diatas tulang hioid (suprahioid)
m. digastrikus
m.geniohioid
m.stilohioid dan
m.milohioid
Di bawah tulang hioid (infrahioid):
m.sternohioid
m.omohioid dan
m.tirohioid
• OTOT-OTOT
INTRINSIK :
BAGIAN LATERAL
LARING
M.KRIKOARITENOID
LATERAL
M.TIROEPIGLOTIKA
M.VOKALIS
M.TIROARITENOID
M.ARIEPIGLOTIKA DAN
M.KRIKOTIROID
BAGIAN POSTERIOR
M.ARITENOID
TRANSVERSUM
M.ARITENOID OBLIK DAN
M.KRIKOARITENOID
POSTERIOR.
NEUROVASKULARISASI
FISIOLOGI LARING
• Phonasi : gerakan otot halus laring mengubah pola aliran udara memungkinkan pita suara
berfungsi seperti buluh dalam alat musik.
• Aspirasi : elevasi laring
TERIMA KASIH
KELAINAN PADA FARING
DAN LARING
Pembimbing : Dr. dr. Fatah Satya Wibawa, Sp. THT-KL
Akut Viral
Fungal
Hiperplasia
Faringitis
Kronik
Atrofi
Leutika
Spesifik
Tuberkulosi
s
FARINGITIS AKUT • Viral
• Gejala Klinis : Rinorea, Mual, Nyeri tenggorokan, sulit
menelan
• Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hipermis.
• Terdapat eksudat untuk jenis virus ; EBV dan HIV-1
• Tatalaksana
• Istirahat
• Minum yang cukup
• Kumur dengan air hangat
• Anitivirus : metisprinol (isoprenosine) pada infeksi herpes
simpleks : 60-100mg/kgBB 4-6x/hari
FARINGITIS AKUT • Bakterial
• Grub A Streptokokus Beta Hemolitikus (15% pada dewasa dan 30%
pada anak )
• Gejala Klinis : Nyeri kepala hebat, muntah, demam (jarang), batuk
(jarang)
• Pada pemeriksaan :
• Tonsil membesar
• Faring dan tonsil hiperemis
• Terdapat eksudat
• Ptechiae setelah beberapa hari ( palatum dan faring )
• Kelenjar limfe ant membesar, kenyal dan NT(+)
• Tatalaksana
• Bila diduga grup A streptokokus beta hemolitikus : penicillin G banzatin
50.000 U/kgBB, IM
• Amoksisilin 50 mg/kgBB 3x1 selama 10 hari
• Kortikosteroid
• Analgetik
• Kumur air hangat atau antiseeptik
FARINGITIS
FUNGAL
• Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan
faring
• Gejala Klinis
• Nyeri tenggorokan
• Nyeri menelan
• Faktor lain :
• Pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat
KRONIK
HIPERPLASTIK • Terjadi perubahan hiperplastik pada mukosa dinding
posterior faring
• Tampak kelnjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral
band hiperplasi
• Pada pemeriksaan mukosa dindingn posterior tidak rata
dan bergranular
• Pasien biasa mengeluhkan tenggorokan kering, gatal
dan batuk berdahak
• Terapi dengan melakukan kaustik faring ; zat kimia
nitras argenti atau electro cauter
• Simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap.
• Penyakit sinus paranasal dan hidng harus diobati
KRONIK ATROFI • Sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi
• Udara pernapasan tidak diatur suhu serte kelembapannya
rangsangan dan infeksi pada faring
• Gejala :
• Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa kering, tebal dan
mulut berbau
• Gejala :
• KU/ Buruk
• Anoreksi
• Odinofagia
• Nyeri hebat di tenggorok
• Otalgia
• Pembesaran kelenjar limfa servikal
• Diagnosis :
• Sputum BTA
• Foto Thoraks
FARINGITIS • Biopsi menyingkirkan keganasan dan mencari BTA dalam
TUBERKULOSIS jaringan
Difteri
Tonsilitis
Membranosa Septik
Angina Plau
Kronik
Vincet
• Menyerupai common cold disertai rasa nyeri
tenggorokan
• Gejala
• Nyeri tenggorokan
• Nyeri menelan
• Demam
• Otalgia (N.IX)
• Pada pemeriksaan :
• Tonsil membembesar
• Hiperemis
• Detritus
• Kelenjar mandibula membengkak dan nyeri tekan
• Tatalaksana
• Frekuensi sudah menurun akibat keberhasilan imunasasi pada bayi dan anak
• Tidak semua yang terinfeksi bergejala
• Tergantung pada anti toksin
• 0.03 satuan darah per cc cukup memberikan imunitas
• Sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi terringgi pada usia 2-5 tahun
• Gembaran klinik : Gejala umum, Lokal dan eksotoksin
GEJALA TONSILTIS DIFTERI
VINCENT • Demam
• Nyeri kepala, bdan lemah dan gangguan GI
• Rasa nyeri di mulut
• Hipersalivasi
• Gigi dan gusi mudah nerdarah
• Pemeriksaan
• Hiperemis ( mukosa mulut dan faring )
• Membran putih diatas tonsil
• Foeter ex ore
• Kelenjar sub mandibula membesar
• Tatalaksana
• Antibiotik broad spectrum 1 minggu
• Memperbaiki hygiene mulut
• Vitamin C dan B kompleks
• Faktor predesposisi
• Rokok
• Hygiene mulut yang butuk
TONSILITIS • Kelelahan fisik
• Gejala
• Tonsil membesar tidak rata
• Kriptus melebar
• Rasa mengganjal di tenggorokan
• Terasa kering dan napas berbau
• Patologi
• Radang berulang
• Jaringan limfoid menjadi jaringan parut
• Kriptus melebar
• Terapi
• Terapi local pada hyiegene mulut dengan berkumur atau
obat hisap
TONSILITIS • Komplikasi
KRONIK • Rhinitis kronik
• Sinusitis
• OMA
• Tonsilektomi sesuai indikasi : infeksi berluang gejala
sumbatan serta kecurigaan neoplasma.
INDIKASI TONSLEKTOMI
• The American Acedemy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indocators Compendium
tahun 1995 :
• Serangan tonsillitis lebih dari 3x/ tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat
• Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan partumbuhan orofasial
• Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil ( sleep apnoe, ganguan menelan, gangguan berbciara
dan cor pulmonale )
• Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan
pengobatan
• Tonsilits berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus beta hemolitikus
• Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
• Otitis media efusa/ otitis media supuratif
• Massa dari jaringan limfoid yang teletak pada dinding posterior
faring
• Membesar : Usia 3 tahun
• Mengecil : Usia 14 tahun
HIPERTROFI • Sumbatan koana dan tuba eusthachius
ADENOID
• Gejala :
• Hidung kecil, gigi insisivus ke depan, arukus faring tinggi
• Faringitis dan bronchitis
• Gangguan drainase sinus paranasal, ventilasi
• OMA berulang, OMK, OMSK
• Diagnosis
• Berdasarkan tanda dan gejala klinik
• Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tertahannya gerkan velum
palatum mole pada saat fonasi
• Pemeriksaan radiologic membuat foto lateral kepala ( pada anak)
• Terapi
• Adenoidektomi dengan cara kuretase memakai adenotom
• Indikasi Adenoidektomi
• Kecurigaan neolaspa jinak/ganas
• Sumbatan
• Sumbatan hidung yang menyebabkan nafas dari mulut
• Sleep apnea
• Komplikasi
• Bila pengerokan kurang bersih Perdarahan
• Terlalu dalam Kerusakan dinding posterior faring
• Terlalu lateral kerusakan torus tubarius oklusi tuba eustachius toli
konduktif
ABSES LEHER DALAM
• Gejala : • Etiologi
• Streptokokus
• Nyeri tenggorokan dan Demam
• Staphylokokus
• Terbatasnya gerakan membuka mulut dan
• Kuman anaerob bakteriodes
leher
• Kuman campuran
• Nyeri dan pembengkakan diruang leher
• Bentuk :
dalam yang terlibat
• Abses peritonsil
• Didalam ruang potensial fasia leher akirbat • Abses retrofiring
penjalaran infeksi • Abses submandibular
• Angina Ludovici ( Ludwig’s angina )
• Komplikasi tonsillitis akut atau kelenjar weber diatas kutub
tonsil
• Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan
ABSES PERITONSIL ikat longgar. Infiltasi supurasi ke ruang potensial peritonsil
(QUINSY) sering menempati daerah ini sehingga palatum mole tampka
membengkak
• Stadium permulaan ( stadium Infiltrat) : pemengkakan
tampak hiperemis
• Bila berlanjut terjadi supurasi kedaerah lebih lunak
• Pembengkakan peritonsil mendorong tonsil dan uvula kearah
kontralateral
• Peradangan jaringan sekitarnya akan menyebabkan iritasi
pada m.pterygoid interna menimbulkan trismua
• Abses dapat pecah spontan sehingga menyebabkan aspirasi
paru
• Gejala
• Odinofagia
• Otalgia
• Muntah
ABSES PERITONSIL • Foetor ex ore
• Suara gumam
• Trismus
• Pemebengkakan kelenjar submandibular dan nyeri tekan
• Pemeriksaan
• Susah karena ada trismus
• Palatum mole membengkak dan menonjol ke depan
• Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral
• Tonsil membengkak
• Terapi
• Bila terbentuk abses dilakukan punksi
• Insisi untuk megeluarkan nanah ( tempat yang paling
menonjol dan lunak / pertengahan garus uvula dan
ABSES PERITONSIL geraham atas akhir pada sisi yang sakit )
• Dianjurkan tonsilektomi
• A’chaud
• A’tiede
• A’froid
• Umunya dilakukan 2-3 minggu setelah drainase
• Komplikasi
• Abses pecah spontan
• Penjalran infeksi ke parafarinng
• Penjalaran ke intracranial
• Biasanya pada anak <5 tahun
• Ruang retrofiring masih berisi kelenjar limfa masing-
masing 2-5 buah kanan dan kiri
ABSES • Diatas 4 tahun kelenjar limfa akan mengalami atrofi
RETROFARING • Etiologi : ISPA, Trauma dinding posterior faring,TB
vertebra servikalis
• Gejala :
• Nyeri dan susah menelan
• Pada anak rewel tidak mau makan dan minum
• Demam leher kaku dan nyeri
• Sesak nafas apabila ada sumbatan ( hipofaring)
• Stridor
• Perubahan suara
• Dinidng belakang faring tampak benjolan, unilateral.
• Mukosa bengkak dan hiperemis
ABSES
RETROFARING
• Diagnosis
ABSES • Riwayat ISPA atau trauma
RETROFARING • Rontgen jaringan lunak leher lateral ( pelebaran ruang retrofaring
lebih dari 7 mm pada anak dan dewasa serta pelebaran retrotrakeal
lebih dari 14 mm pada anak dan 22 mm pada dewasab)
• Berkurangnya lordosis servikal
• Komplikasi
• Penjalaran ke ruang parafaring, ruang visera vaskuler
• Mediastinitis
• Obturuksi jalan nafas sampai asfiksia
• Pecah spontan, pneumonia aspirasi dan abses paru
• Infeksi secara langsung atau tidak langsung
• Langsung : tusukan jarum pada saat tonsilektomi
• Tidak langsung : Proses supurasi kelenjar limfe bagian dalam
ABSES • Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil atau submandibular
PARAFARING • Gejala dan tanda
• Trismus
• Pembengkakan angulus mandibula
• Demam
• Pembengkakan dinding lateral faring, menonjol kearah medial
• Diagnosis
• Riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik
• Rontgen jarungan lunak AP
• CT-Scan
• Komplikasi
• Penjalaran intracranial, selubung karotis dan mediastinum
• Kerusakan dinding pembuluh darah, nekrosis
ABSES • Ruptur, perdarah hebat
PARAFARING • Tromboflebitis dan septikemia
• Terapi
• Antibiotik dosis tinggi
• Evakuasi abses bila tidak ada perbaikan dalam 24-48 jam
setelah antibiotic
• Insisi dari luar dan intra oral
• Insisi dari luar dilakukan 2 ½ jari dibawah dan sejajar
mandibula
• Insisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring
• Etiologi
• Infeksi yang bersumber dari gigi,dasar mulut dan faring
• Kuman penyebab campuran aerob dan anaerob
ABSES • Gejala
SUBMANDIBULA • Demam
• Nyeri leher disertai pembengkakan dibawah mandibula atau
bawah lidah, berfluktuasi
• trismus
• Terapi
• Antibiotik dosis tinggi
• Evakuasi abses
• Insisi pada tempat paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid
• Pasien dirawat indap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi
reda
• Infeksi ruang submandibular berupa selulitis
• Tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang
submandibular (tidak abses) sehingga keras pada perabaan
sub mandibula
ANGINA LUDOVICI
• Etiologi : gigi atau dasar mulut (aerob atau anaerob)
• Gejala
• Nyeri tenggorok dan leher disertai pembengkakan
submandibular
• Dasar mulut membengkak mendorong lidah keatas belakang
• Sesak napas
• Diagnosis
• Riwayat sakit gigi atau cabut gigi
• Pseudo angina Ludovici terdapat fluktuase
• Terapi
• Diberikan antibiotic dosis tinggi ( aerob dan anaerob )
• Mengurangi dekompresi dan evakuasi pus
• Inisisi dilakukan digaris tengah secara horizontal setinggi
ANGINA LUDOVICI os hyoid
• Pengobatan terhadap sumber infeksi
• Rawat inap sampai infeksi reda
• Komplikasi
• Sumbatan jalan nafas
• Penjalaran abses ke ruang leher dan mediastinum
• sepsis
DISFONIA
• Nyeri hebat saat menelan • Bilas rongga mulut dengan air dingin
Kelumpuhan pita
Peradangan Lesi Jinak Kongenital
suara
FISTEL
LARINGOMAL STENOSIS LARYNGEAL KISTA
HEMANGIOMA LARINGOTRAK
ASI SUBGLOTIK WEB KONGENITAL
EA
KELAINAN LARING
STENOSIS
LARINGOMALASI SUBGLOTIK SELAPUT DI LARING
• Paling sering ditemukan • Pada daerah subglotik (2-3cm dari • Laryngeal web
pita suara ) terdapat penyempitan
• Stadium awal : epiglottis lemah • Suatu selaput transparan di daerah
• Etiologi : penebalan mukosa glottis
• Stridor
dengan hyperplasia, kelainan
• Gejala berupa sumbatan laring
• Sumbatan jalan napas (retraksi bentuk tulang, tulang krikoid
suprasternal ) normal namun lebih kecil, • Dilakukan bedah mikro laring
pergeseran cincin trakea untuk membuang selaput tersebut
• Jika sumbatan makin hebat
• Stridor, retraksi suprasternal, memakai laringoskopi suspensi
dilakukan intubasi
sianosis dan apnea
• Sering disertai trakeomalasi
• Tatalaksana tergantung kelainan
penyeyebab
• Biasanya kelainan submucosa
dengan laser CO2
• Steanosis subglotik ; pembedahan
dengan rekonstruksi
KELAINAN LARING
STENOSIS
LARINGOMALASI SUBGLOTIK SELAPUT DI LARING
KELAINAN LARING FISTEL
LARINGOTRAKEA-
KISTA KONGENITAL HEMANGIOMA ESOFAGAL
• Sering tumbuh dipangkal lidah • Sering di daerah subglotik • Kegagalan dinding posterior
atau plika ventrikularis kartilago krikoid
• Bisa juga di daerah lain seperti
• Bedah mikro : untuk mengakat leher • Penumonia
kista
• Hemoptosis • Sumbatan laring
Peradangan Stadium
Kronis
laring infiltrasi
Laringitis
Tuberkulosis
Kronis Spesifik Stadium Ulserasi
Laringitis
Tuberkulosis
Stadium
Perikondritis
Fibrotuberkulosi
s
PERADANGAN LARING
LARINGITIS AKUT LARINGITIS KRONIK
• Kelanjutan dari Rhinofaringitis • Paling sering disebabkan sinusitis kronik,
• Etiologi : bakteri radang local dan virus radang deviasi septum, polip hidung dan bronchitis
sistemik kronik atau vocal abuse
• Gejala : radang umum, malaise,suara parau sampai
• Suara parau, rasa tersangsut di tenggorokan,
afoni, nyeri menelan atau berbicara, batuk kering
sering mendehem tanpa secret karena mukosa
disertai dahak kental
menebal
• Tampak mukosa laring hiperemis, membengkak
terutama diatas dan dibawah pita suara • Pada pemeriksaan mukosa mebeal,
• Terapi istirahat berbicara 2-3 hari, menghirup udara permukaan tidak rata dan hiperemis
lembab, menghindari iritasi faring dan laring • Terapi mengobati pperadangan di hidung,
( merokok,makanan pedas dan minum es)
faring seta bronkus sesuai etiologi. Vocal rest.
• Antibiotik apabila radang dari paru.
PERADANGAN LARING
LARINGITIS AKUT LARINGITIS KRONIK
LARINGITIS TUBERKULOSIS
• Akibat tuberculosis paru setelah pengobatan
• TB paru sembuh namun laryngitis TB menetap
• Struktur mukosa laring sangat lekat dengan kartilafo serta vaskularisasi yang tidak
sebaik paru
• Bila mengenai kartilago pengobatan lebih lama
• Memiliki 4 gambaran klinis
• Stadium infiltrasi
• Stadium ulserasi
• Stadium perikondritis
• Stadium pembentukan tumor
LARINGITIS TB
STADIUM
STADIUM INFILTRASI STADIUM ULSERASI PERIKONDRITIS
• Pembengkakan mukosa laring • Ulkus dangkal • Ulkus dalam mengenai
posterior dan mengalami kartilago laring (arytenoid dan
• Dasarnya terdapat perkijuan
hiperemis epiglottis)
• Sangat nyeri
• Mukosa laring berwarna pucat • Kerusakan tulang rawan
• Submukosa terbentuk tuberkel • Membentuk nanah yang bau
sehingga permukaan tidak dan sekuester
rata, bintik-binik kebiruan
• KU buruk dan dapat
• Tuberkel yang semakin meninggal
membesar berdekatan
• Jika bertahan masuk ke
sehingga mukosa meregang
stadium fibrotuberkulosis
• Jika pecah teradpat ulkus
STADIUM FIBROTUBERKULOSIS
• Gejala • Diagnosis banding
• Rasa kering, panas dan tertekan daerah laring • Laringitis leutika
• Suara parau/afoni • Karsinoma laring
• Hemoptisis • Akrinomikosis laring
• Nyeri menelan yang hebat (khas) • Lupus vulgaris laring
• KU buruk
• Pada rontgen paru terdapat gambaran aktif
TB
STADIUM FIBROTUBERKULOSIS
• Diagnosis berdasarkan : • Terapi
• Anamnesis • Obat OAT
• Gejala dan pemeriksaan • Istirahat suara
• Laboratorium • Prognosis
• Foto rongtgen thorx • Bila stadium dini maka prognosisnya bonam
• Laringoskopi langsung/tidak langsung
• Pemeriksaan PA
LARINGITIS LEUTIKA
• Radang menahun yang jarang ditemukan • Komplikasi
• Stadium tertier : pembentukan guma yang • Penyembuhan spontan steanosis laring karena
menyerupai keganasan laring jaringan parut
• Letak tumor
• Tumor supraglotik : tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring
• Tumor glotik : pita suara asli
• Tumor subglotik : tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai inferior krikoid
• Tumor Transglotik : menyebrangi ventrikel mengenai pita suara asli atau palsu, meluas ke subglotik >10mm
TUMOR GANAS LARING
GEJALA DIAGNOSIS
• Serak Gejala utama dan paling dini • Pemeriksaan laringoskopi
• Dispneu dan stridor • Lab darah
• Nyeri tenggorok • Pemeriksaan radiologic
• Disfagia • Foto toraks metastasis paru
• Batuk • CT-Scan
• Hemoptisis • Biopsi jarum
KLASIFIKASI TUMOR PRIMER (T)
• T2 :T Tumor menjalar ke 1 dan 2 sisi • T2 : tumor merluas ke supra atau • T2 : tumor sudah meluas ke pita suara (
supraglotis dan glottis (masih bisa subglotis ( pita suara masih bergerak) pita suara masih bisa dapat bergerak)
bergerak)
• T3 : tumor meliputi laring dan pita • Tumor sudah mengenai laring dan pita
• T3 : Tumor terbatas pada laring meluas suara suara sudah terfiksasi
ke dearah krikoid belakang
• T4 : tumor sangat luas dan kerusakan • T4 : tumor luas dengan destruksi
• T4 : tumor meluas keluar laring ke oro tulang rawan tiroid atau sudah keluar tulang rawan atau perluasan ke laring
faring / merusak tulang tiroid laring atau keduanya
KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING
• Untuk tumor ganas stadium 3 • Dapat dikombinasikan dengan • Jadwal pemberian tidak sampai selesai
pembedahan kara KU memburuk
• Stadium 4 operasi dengan konstruksi
• Obat mahal
• Laringektomi parsial sulit menentukan
batas tumor
• Dapat berupa trauma tumpul, tajam, tusuk • Pasien sebaiknya dirawat dan diobservasi 24
atau tembak jam pertama
• Penyebab trauma laring menurut ballanger : • Gejala
• Trauma mekanik eksternal dan internal • Stridor
• Trauma luka bakar • Disfoni atau afoni
• Trauma radiasi • Emfisema subkutis
• Trauma otogen • Hemoptisis
• Disfagia atau odinofagia
TRAUMA LARING
• Trauma mekanis :
• Patofisiologi - Trauma tumpul, trauma tajam, komplikasi trakeostomi
- Trauma laring edema dan hematoma di plika ariepiglotik dan atau krikotirotomi
plika ventrikularis daerah ini mudah membengkak
- Dan mekanik internal (akibat tindakan edoskopi ,
- Emfisema subkutis di daerah leher akibat mukosa faring dan intubasi, dan pemasangan pipa naso gaster )
laring mudah robek
• Trauma luka bakar :
- Infeksi sekunder selulitis, abses atau fistel
- Oleh panas ( gas atau cairan yang panas )
- Robekan yang tidak dijahit infeksi sekunder terbentuknya
- Kimia ( cairan alcohol, amoniak, natrium hipoklorit dan
granulasi,
lisol ) terhirup
- Fibrosis dan akhirnya stenosis
• Trauma radiasi :
- Akibat radiasi pada pemberian radioterapi tumor ganas
leher
• Trauma otogen :
- Akibat pemakaian suara yang berlebihan (vocal abuse)
misalnya akibatberteruak, menjerit keras, atau bernyanyi
dengan suara keras.
TRAUMA LARING
Luka Terbuka Luka Tertutup
Trauma tajam pada leher, pisau, ceurit, peluru Gejala luka terututp tergantung berat ringannya trauma
Luka terbuka diketahui dengan adanya gelembung udara Luka tertutup pada laring lebih sulit untuk di
pada daerah luka oleh karena udara keluar trakea diagnosa, Ini penting untuk menentukan
eksplorasi
Tatalaksana ditujukan perbaikan saluran nafas mencegah Eksplorasi harus dilakukan paling lama 1
aspirasi darah ke paru minggu, setelah trauma
Tindakan : trakeostomi dengan kanul trakea yang Eksplorasi/ konservatif tergantung pada hasil
memakai balon sehingga tidak terjadi aspirasi laringoskopi langsung/ tdk langsung , foto
darah jaringan lunak leher, foto toraks dan CT scan
Setelah trakeostomi dilakukan eksplorasi mencari Pengobatan kosnervatif dengan istirahat suara,
dan mengikat pembuluh darah humidifikasi, pemberian kortikosteroid diberikan pada
keadaan mukosa edema, hematoma atai laserasi
ringan (-) sumbatan
Untuk mencegah tetanus diberikan antibiotik dan AntiTetanus
TRAUMA LARING