Anda di halaman 1dari 50

Abses Peritonsil dan

Retrofaring
M Vico Rizkita Wisnu Laksana
Abses Peritonsil
Definisi
• Akumulasi pus pada ruang peritonsiler yang terletak antara capsula
tonsil dan m. konstriktor superior
• Tempat yang bisa berpotensi terjadinya abses adalah di daerah pillar
tonsil anteroposterior, fossa piriform inferior, dan palatum superior.
• Terbentuk karena penyebaran bakteri ke salah satu ruangan areolar
yang longgar disekitar faring, dimana infeksi telah menembus kapsul
tonsil tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring.
Anatomi dan Fisiologi
• Faring merupakan jalan masuk udara dari hidung ke laring dan
makanan dari mulut ke esofagus. Faring dibagi menjadi 3 bagian
yaitu:
• Nasofaring
• Orofaring
• Laringofaring
• Pada faring, terdapat jaringan imfoid yang terdiri dari:
• Tonsila palatina
• Tonsila faringealis (adenoid)
• Tonsila lingualis
• Lateral band di kanan dan kiri dinding faring
• Nodul – nodul limfoid
Keseluruhan inilah yang disebut cincin waldeyer
Tonsila Palatina
• Terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi
oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot
palatofaringeus)
• Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil
Etiologi
Komplikasi tonsilitis akut
Kuman penyebab :
Aerob :Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik
streptoccus), Staphylococcus aureus, dan Haemophilus
influenzae
 Anaerob :Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas,
Fusobacterium, dan Peptostreptococcus spp
Virus : eipsten-barr, adenovirus, influenza A dan B,
herpes simplex, dan parainfluenza.
Patofisiologi
Daerah sup & lat fossa tonsilaris (ruang potensial peritonsil) adalah
jar ikat longgar  infiltrasi pus
Pada stad awal (stad infiltrat)  oedem , hiperemis  bila proses
berlanjut (terbentuk pus) fluktuasi (+) tonsil terdorong ke medial,
depan, bawah
• Uvula bengkak & terdorong ke sisi kontra lateral
Bila proses berlangsung terus  iritasi m. pterigoid interna 
trismus
Abses bisa pecah spontan  aspirasi
Biasanya unilateral, banyak pada orang dewasa
Gejala Klinis
• Nyeri menelan (odinofagi)
• Nyeri telinga (otalgia)
• Muntah, foeter ex ore
• Ptyalismus
• Suara sengau (hot potatoes
voice) atau Rhinolalia
• Kadang2 trismus
• Pembesaran kelenjar
submandibula & nyeri tekan
• Nyeri dan kaku di leher (ok
limfadenopathy)
• Palatum mole bombans, uvula
terdorong ke sisi sehat
• Minum keluar lewat hidung
Diagnosis
• Anamnesis: riwayat nyeri kerongkongan, faringitis akut
disertai tonsilitis dan rasa kurang nyaman pada pharingeal
unilateral.
• Pemeriksaan fisik: palatum molle tampak membengkak dan
menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi. Uvula bengkak
dan terdorong ke sisi kontralateral. Tonsil bengkak,
hiperemis, terdapat detritus dan terdorong ke arah tengah,
depan dan bawah.
• Prosedur diagnosis dilakukan dengan aspirasi jarum. Aspirasi material
yang bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat
dikirim untuk dibiakkan.
tonsillitis akut (sebelah kiri) dan abses peritonsil
(sebelah kanan).
Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap, pengukuran kadar elektrolit, dan kultur darah.
2. Tes Monospot (antibodi heterophile).
3. Swab dan Kultur tenggorok.
4. Foto polos.
5. CT scan.
6. “Peripheral Rim Enhancement” Ultrasound.
Diagnosis Banding
• Infiltrat peritonsil  pungsi tidak didapatkan pus.
• Karsinoma tonsil  permukaan tonsil tidak rata/permukaan bunga
kubis dan ada jaringan nekrotik/ulkus.
• Abses retrofaring dan abses parafaring.
• Infeksi ruang submaksila  biasanya terjadi akibat karies atau infeksi
pada gigi molar.
Penatalaksanaan
Stadium infiltrasi : AB dosis tinggi, simptomatik, kumur dgn cairan
hangat, kompres dingin pada leher.
Bila abses (+) : pungsi  teknik aspirasi jarum atau teknik insisi dan
drainase.
Tonsilektomi :
• a chaud : segera (bersama drainase abses)
• a tiede : 3 – 4 hr setelah drainase abses
• a froid : 4 – 6 minggu sesudah drainase abses
• Antibiotik empiris :
• Amoxicillin-clavulanate 45 mg/kgBB/x q 12 h PO (max 875 mg) pada anak2, 875 mg q 12 h
pada dewasa
• Clindamycin 10 mg/kgBB/x q 8h PO (max 600 mg) pada anak, 300-450 mg q 6 h pada dewasa
Tonslektomi
Komplikasi
1. Abses pecah: perdarahan, aspirasi paru, piemia
2. Abses parafaring
3. Mediastinitis
4. Penjalaran intrakranial: trombosis sinus kavernosus, meningitis,
abses otak
Pencegahan
• Abses peritonsil cenderung untuk berulang, maka dua/tiga
minggu setelah serangan pertama dilakukan tonsilektomi.
• Jika abses berada di belakang tonsil plika anterior, dapat
dilakukan tonsilektomi segera diikuti dengan pemberian
antibiotika (mencegah septicemia). Tindakan ini juga
dilakukan bilamana keadaan abses pecah ke dalam ruang
parafaring.
Prognosis
• Abses peritonsiler hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan
tonsilektomi. Di Amerika Serikat angka kekambuhan 10%.
• Abses peritonsiler yang tidak berkomplikasi dan mendapat perawatan
yang baik akan sembuh 94%.
Abses Retrofaring
Anatomi dan Fisiologi
Retropharyngeal space
• Merupakan ruangan diantara fascia buccopharyngealis dan fascia
prevertebralis
• Terbentang dari basis cranii hingga bifurcatio trachea
• Terbagi menjadi 2 kompartemen lateral (spaces of Gillete) oleh raphe
fibrosa, yang berisi limfonodi retrofaring yang biasanya menghilang
pada usia 3-4 tahun
• Infeksi dari retropharyngeal space dapat menyebar di posterior
oesophagus menuju mediastinum
• Prevertebral space
• Terletak diantara corpus vertebrae di posterior dan fascia fascia
prevertebralis di anterior
• Terbentang dari basis cranii hingga coccyx
• Abscess pada prevertebral space akan menunjukkan gambaran
benjolan di tengah, berbeda dengan abscess retrofaring yang
benjolannya terletak unilateral
KLASIFIKASI

AKUT KRONIS
Anak-anak
Dewasa
<5 tahun

Infeksi
ISPA
TBC
Abses Retrofaring Akut
Etiologi
• Sering pada anak usia dibawah 3 tahun  supurasi limfonodi
retrofaringeal akibat sekunder infeksi dari daerah adenoid,
nasofaring, sinus paranasalis posterior, maupun cavum nasi
• Pada dewasa  trauma penetrans dari dinding faring posterior
ataupun oesophagus cervicalis, lebih jarang  akibat mastoiditis
akut
ISPA

Tuberculosis
ETIOLOGI vertebra
servikalis

Trauma dinding
belakang faring
Gejala Klinis
• Disfagia
• Stridor
• Torticollis atau kekakuan leher
• Benjolan pada dinding posterior faring pada satu sisi
PATOMEKANISME

ISPA/trauma

Supurasi kelenjar limfe retrofaringeal

Abses retrofaringeal
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis
3. Laboratorium :
a. darah rutin : lekositosis
b. kultur spesimen ( hasil aspirasi )
4. Radiologis :
a. Foto jaringan lunak leher lateral
b. CT Scan
c. MRI
GEJALA KLINIS
ANAK DEWASA

• demam • demam
• Sukar menelan, nyeri • sukar dan nyeri
• suara sengau menelan
• dinding posterior faring • rasa sakit di leher
bengkak & hiperemis • keterbatasan gerak
• Limfadenopati leher
unilateral • dispnea
• kekakuan otot leher
• air liur menetes
• obstruksi saluran nafas
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada pemeriksaan faring bisa menunjukkan pembengkakan asimmetri
pada dinding orofaring posterolateral
• dinding posterior faring membengkak ( bulging ) dan hiperemis pada
satu sisi.
• pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan
• pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya unilateral ).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium :
a. darah rutin : lekositosis
b. kultur spesimen ( hasil aspirasi )
• Radiologis :
a. Foto jaringan lunak leher lateral
Ditemukan penebalan jaringan lunak retrofaring ( prevertebra ) :
- setinggi C2 : > 7 mm ( normal 1 - 7 mm ) pada anak-anak dan dewasa
- setinggi C6 : > 14 mm ( anak-anak , N : 5 – 14 mm ) dan > 22 mm
( dewasa, N : 9 – 22 mm )
Pembuatan foto dilakukan dengan posisi kepala hiperekstensi dan
selama inspirasi.
b. CT Scan
c. MRI
Foto jaringan lunak leher

Penebalan pada jaringan lunak retrofaring


CT SCAN
DIAGNOSIS BANDING

• Adenoiditis
• Abses peritonsil
• Abses parafaring
• Epiglottitis
• Croup
• Aneurisma arteri
• Tonjolan korpus vertebra

Abses parafaring
PENATALAKSANAAN

AIRWAY DRUGS OPERATION

- Sniffing -Antibiotik -Aspirasi Pus


position -Simptomatik -insisi &
- O2 -keseimbangan drainase
- intubasi elektrolit
endotrakea
-Anti TBC
- trakeostomi /
krikotirotomi
• Antibiotik empiris : Broad spectrum
• Ampicillin sulbactam 50 mg/kgBB IV q 6h
• Clindamycin 15 mg/kgBB IV q 8h
INSISI ABSES
• Intraoral approach
• Extraoral approach 
tracheostomy + anterior
cervical approach
KOMPLIKASI
1. Massa itu sendiri : obstruksi jalan nafas
2. Ruptur abses : asfiksia, aspirasi pneumoni, abses paru
3. Penyebaran infeksi ke daerah sekitarnya :
a. inferior : edema laring , mediastinitis, pleuritis,
empiema, abses mediastinum
b. lateral : trombosis vena jugularis, ruptur arteri /
karotis, abses parafaring
c. posterior : osteomielitis dan erosi kollumna spinalis
4. Infeksi itu sendiri : necrotizing fasciitis, sepsis dan
kematian
PROGNOSIS

• Prognosis baik apabila didiagnosis secara dini dengan penanganan


yang tepat dan komplikasi tidak terjadi.
• Pada fase awal dimana abses masih kecil maka tindakan insisi dan
pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat menghasilkan
penyembuhan yang sempurna.
• angka mortalitas :
Mediastinitis  40 - 50%
Ruptur arteri karotis  20 – 40%
Trombosis vena jugularis  60%.
Danke schön (^_^)

Anda mungkin juga menyukai