Leher Dalam
Pembimbing :
dr. Niken Ageng Rizki, Sp.THT-KL
Disusun oleh:
Helenia Putri (01073200145)
Jessica Clarensia (01073200144)
BAB I
Pendahuluan
Anatomi leher:
● Lapisan fasia
○ Fasia superfisial
○ Fasia servikal profunda:
■ Lapisan selubung
■ Lapisan visera
■ Lapisan prevertebral
Tinjauan Pustaka
● Hiperglikemia -> ganggu sel imun -> sel imun tidak mengenali
patogen, mensupresi produksi sitokin, mengurangi pengerahan
leukosit, disfungsi neutrofil, disfungsi makrofag, disfungsi sel natural
killer, mengurangi antibodi dan komplemennya, mengurangi
fagositosis, membuat disfungsi pada sel imun, serta membuat
kegagalan untuk membunuh patogen
● Lebih berpotensi untuk terinfeksi polimikrobial
● 2,7x-7,2x lebih berisiko terkena Staphylococcus Aureus
Abses
Bakteri masuk Sel imun Abses
Bakteri akan masuk ke Sel darah putih datang Terbentuk rongga, diisi oleh
dalam jaringan leher dan melawan bakteri -> nanah <- Sel yang sudah mati,
dalam <- rongga mulut inflamasi dan banyak sel darah putih, bakteri
(gigi) melalui limfatik jaringan yang mati
Menyebar lewat bidang fasia
-> memperluas ruang
potensial
Faktor = trauma, pembedahan di area kepala dan leher, penyakit pada gigi,
perawatan pada gigi, pasien dengan daya tahan tubuh rendah
(immunocompromised), serta penyalahgunaan obat-obatan intravena
Pola Bakteri
● Staphylococcus Aureus (28%) = Paling banyak & potensial jadi invasif ->
koagulase (+) = menggumpalkan fibrin & terakumulasi di sekitar bakteri ->
pelindung + beberapa punya kapsul -> sulit dimusnahkan -> nyeri hebat,
terlokalisir, cepat menyebar
● Staphylococcus Epidermidis (28%) = koagulase (-), flora normal saluran
napas atas -> biasanya pada kasus trauma dan immunocompromised ->
komplikasi = supurasi pada vena -> trombosis
Streptococcus Sp.
● Paling banyak
● Lanjutan dari infeksi tonsil / kelenjar mukus
Weber (kelenjar ludah minor dan terletak
superior tonsil)
● Etiologi = Virus dan Streptococcus Sp.
Gejala
● Demam
● Nyeri tenggorok,
● Mulut berbau
● Odinofagia
● Hipersalivasi
● Otalgia
● Trismus -> Iritasi M. Pterigoid Interna
● Regurgitasi
● Suara bergumam
Pemeriksaan Fisik
● Demam
● Nyeri tenggorok -> memburuk saat menggerakkan leher
● Odinofagia
● Disfagia
● Trismus -> Proximal (peritonsil, parafaring, parotid,
submandibular)
Pemeriksaan Fisik
● Antibiotik
● Obat simtomatik
● Pembedahan eksplorasi jika tidak ada perbaikan setelah diberikan
antibiotik selama 24-48 jam
Abses Retrofaring
● 90% terjadi pada anak usia <5 tahun -> ruang retrofaring masih
berisi kelenjar limfa (Rouviere) -> 2-5 buah/sisi -> menampung
aliran limfa dari hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba
eustachius, dan telinga tengah -> atrofi di usia 3-4 tahun
● Ada ISPA
● Pada dewasa akibat limfadenitis retrofaring, TB vertebra servikalis,
trauma dinding belakang faring oleh benda asing/prosedur medis
● Bakteri = Streptococcus sp., MRSA, dan Staphylococcus Aureus
Gejala
● Demam
● Nyeri tenggorok
● Odinofagia
● Disfagia
● Kaku pada leher
● Perubahan suara
● Sesak napas -> sumbatan hipofaring
Pemeriksaan Fisik
● Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan submaksila yang dipisahkan
oleh muskulus milohioid
● Ruang submaksila terbagi lagi menjadi ruang submental dan ruang submaksila
lateral oleh muskulus digastrikus anterior.
● Pada kebanyakan kasus, abses ini timbul akibat penjalaran infeksi dari gigi, dasar
mulut, faring, obstruksi duktus Wharton (saluran sekresi dari kelenjar
submandibularis), kelenjar liur, atau kelenjar limfe submandibula.
Gejala
● Nyeri pada rongga mulut
● Trismus
● Hipersalivasi.
Pemeriksaan Fisik
● Lidah terangkat ke atas dan terdorong ke belakang
● Namun angulus mandibula dapat diraba
Imaging
● Baku emas dengan tomografi komputer
○ Foto rontgen pada bagian leher AP dan lateral, serta toraks.
● Pada leher terlihat:
○ Pembengkakan jaringan lunak
○ Cairan di dalam jaringan
○ Udara di subkutis
○ Pendorongan trakea.
● Untuk melihat perluasan, ultrasonografi merupakan alat yang murah dan cepat.
Selain itu, dapat menggunakan foto panoramik untuk menilai posisi & abses
pada gigi.
Komplikasi
lidah ● Disfonia
● Demam ● Disfagia
● Onset cepat
Pemeriksaan Fisik
● Mengganjal di tenggorokan
● Terkadang ada disfagia
● Pada PF : tonjolan di dinding faring posterior, pembesaran KGB leher
Imaging
● Drainase abses
● Obat anti tuberkulosis
Abses Bezold
● Antibiotik
● Drainase abses
● Komplikasi = N. fasialis tertekan/infeksi -> paresis fasialis -> bisa
meluas ke ruang parafaring
Abses Parotis
● Antibiotik
● Analgesik
● Operasi mastoidektomi apabila dari mastoid
● Drainase
Pemeriksaan
Penunjang
Rontgen Servikal Lateral & Antero-Posterior
● Menggunakan kontras merupakan pemeriksaan baku emas pada kasus abses leher
dalam.
● Meningkatkan estimasi sebesar 70% terhadap luasnya abses
● Gambarannya:
○ Lesi hipodens di mana lebih “putih” dibandingkan dengan air, namun lebih
“hitam” dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dengan batas (kapsul) yang
terlihat jelas apabila menggunakan kontras
○ Terkadang ada air fluid levels.
Tomografi Komputer
01 02
Nyeri di leher dengan bentuk leher tidak
Nyeri di leher disertai demam
simetris
Meningitis, pneumonia atipikal,
atau pendarahan pada Fraktur atau dislokasi pada tulang
subarachnoid belakang bagian servikal,
hematoma, atau adanya massa.
03
Disfagia atau odinofagia
yang signifikan
Epiglotitis akut, trakeitis,
benda asing, esofagitis akut
Tatalaksana
Antibiotik
Penatalaksanaan
● Terapi antibiotik:
○ Sebagian besar diakibatkan oleh Streptococcus sp.
■ Penicillin G Procaine atau Procaine Benzylpenicillin (golongan beta laktam)
● Jalur pemberiannya melalui intravena atau intramuskular
● Dosis 2,4-4,8 gram sehari yang terbagi menjadi 4 dosis untuk
dewasa.
Penatalaksanaan
● Untuk bayi prematur dan neonatal di bawah 1 minggu:
○ Dosis 50 mg/kg bb/hari dalam 2 dosis.
● Untuk bayi 1-4 minggu
○ Dosis 75 mg/kg bb/hari dalam 3 dosis.
● Untuk anak umur 1 bulan - 12 tahun
○ Dosisnya 100 mg/kg bb/hari dalam 4 dosis.
● Obat ini diberikan selama 10 hari di mana jika dilakukan pembedahan, termasuk 2
hari setelah operasi.
Penatalaksanaan
● Efek samping: ○ Suara serak
○ Bengkak atau gatal di daerah ○ Nyeri tenggorokan
yang disuntik ○ Diare
○ Demam ○ Takikardi
○ Mual dan muntah ○ Kebas pada lengan dan kaki.
○ Kesulitan bernapas dan
menelan
○ Lemas ● Kontraindikasinya adalah pasien
○ Menggigil dengan riwayat asma dan penyakit
ginjal
● Disebabkan oleh mikroba dengan gram negatif seperti Pseudomonas,
○ Gentamicin
■ Jalur pemberiannya melalui intramuskular atau infus dengan dosis
2-5 mg/kg bb/hari dibagi menjadi 4 dosis.
○ Untuk bayi di bawah 2 minggu
■ Dosis 3 mg/kg bb/hari diberikan dua kali
○ Untuk anak umur 2 minggu sampai 12 tahun
■ Dosis 2 mg/kg bb/ hari diberikan tiga kali sehari
○ Obat ini tidak diperbolehkan untuk diminum lebih dari 7 hari.
○ Efek sampingnya adalah gangguan vestibuler dan pendengaran serta
nefrotoksisitas. Hindari pemberian pada pasien dengan gangguan ginjal
berat dan bayi.
● Antibiotik dengan spektrum luas
○ Sefepim
■ diberikan melalui intramuskular atau intravena dengan dosis 1-6 gram/hari
setiap 12 jam untuk orang dewasa.
■ Untuk anak-anak dosisnya adalah 100-150 mg/kgBB/hari setiap 12 jam.
■ Obat ini diberikan selama 7-10 hari.
■ Efek samping: penurunan kesadaran, diare, sakit kepala, demam, gatal,
nyeri perut, adanya bercak putih di dalam mulut atau bibir.
■ Kontraindikasinya: penyakit ginjal, hati, dan gangguan pencernaan.
● Meropenem
○ Intramuskular atau intravena dengan dosis 500 mg - 1 g setiap 8 jam
untuk orang dewasa.
○ Untuk anak-anak diberikan 10-20 mg/kg bb setiap 8 jam.
○ Efek samping: mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala, dan nyeri
di area suntikan.
○ Kontraindikasi: Gangguan fungsi hati dan ginjal, pernah trauma pada
bagian kepala, dan adanya komorbid
● Antibiotik spektrum luas untuk pasien dengan DM
○ Kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol (kotrimoksazol).
○ Jalur pemberiannya melalui intravena atau oral dengan dosis 0,96-1,44 g setiap
12 jam.
○ Untuk bayi 6 minggu - 5 bulan dosisnya 120 mg/hari.
○ Untuk anak usia 6 bulan - 5 tahun dosisnya 240 mg/hari. Untuk usia 6 - 12
tahun dosisnya 480 mg/hari
○ Obat ini diberikan selama 10 - 14 hari.
○ Efek samping: muntah, diare, sakit perut, pembengkakan lidah, gatal, sakit
kepala, demam, sakit tenggorokan, sianosis, mudah memar, ikterik, nyeri sendi,
kalium menjadi tinggi, dan tidak nafsu makan.
○ Kontraindikasi: pasien anemia megaloblastik akibat defisiensi asam folat,
gangguan pada ginjal, dan defisiensi glukosa-6-fosfat.
● Bakteri gram positif dan MRSA serta bakteri anaerob
○ Klindamisin dari golongan makrolida.
■ Jalur pemberiannya melalui oral dengan dosis 150-300 mg setiap 6 jam.
■ Pada anak di bawah 12 tahun diberikan 8-16 mg/kg bb/hari yang dibagi
dalam 3-4 dosis
■ Diberikan selama 7-10 hari.
■ Efek samping: gangguan pencernaan, muncul rasa seperti logam di mulut,
nyeri saat menelan, nyeri sendi, ruam, sulit menelan, suara parau,
berkurangnya jumlah urin, ikterik, pembengkakan, dan sesak napas.
■ Kontraindikasi: pasien dengan gangguan pencernaan dan yang sedang
terapi dengan obat-obatan penghambat neruomuskular (pelemas otot).
● Metronidazol ditambahkan apabila diduga infeksi diakibatkan oleh bakteri anaerob
fakultatif.
○ Jalur pemberiannya melalui oral dan intravena dengan dosis awal 800 mg, lalu
dilanjutkan dengan 400 mg setiap 8 jam untuk orang dewasa.
○ Untuk anak-anak dapat diberikan 7,5 mg/kg bb setiap 6-8 jam.
○ Diberikan selama 7 hari.
○ Efek samping: sensasi panas, perih, atau menyengat, rasa kebas atau
kesemutan, batuk, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, sakit kepala, mual,
kulit kering, gatal, dan terasa logam pada lidah.
○ Kontraindikasi:obat antikoagulan, gangguan fungsi hati dan ginjal, dan kulit
yang sensitif dengan matahari.
Terapi
Medikamentosa
Analgesik & Antipiretik
● Non-opioid (ketorolac, paracetamol, dan ibuprofen)
○ Ketorolac (Analgesik kuat, antipiretik lemah)
■ Diberikan pasca operasi.
■ Oral, intravena, atau intramuskular.
■ Dosis ketorolac
● Orang dewasa:
○ Oral adalah 20 mg lalu dilanjutkan 10 mg/hari setiap 4-6
jam.
○ IV diberikan 30 mg dosis tunggal atau 30 mg setiap 6 jam.
○ IM diberikan 60 mg dosis tunggal atau 30 mg setiap 6 jam.
○ Diberikan maksimal selama 5 hari.
■ Efek sampingnya adalah mengantuk, pusing, sakit kepala,
perubahan sensorik, berkeringat, mulut kering, haus, kejang, atau
nyeri dada.
■ Kontraindikasinya adalah gangguan jantung, ginjal, pembuluh
darah, pernapasan, atau DM
○ Parasetamol:
■ Oral, intravena, maupun rektal.
■ Dosis untuk orang dewasa adalah 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1000 mg setiap
6-8 jam.
■ Dosis untuk bayi neonatal hingga 10 hari adalah 20 mg/kg bb dilanjutkan dengan
10 mg/kg bb setiap 6 jam.
■ Dosis untuk balita dan anak-anak adalah 7,5-15 mg/ kg bb setiap 6 jam.
■ Efek samping: mual, muntah, urin berwarna gelap, ikterik, nyeri di bagian perut,
kelelahan, berkeringat, atau pucat.
■ Kontraindikasinya adalah anak-anak, gangguan hati, defisiensi G6PD, malnutrisi,
atau dehidrasi
○ Ibuprofen
■ Oral
■ Dosis 200-800 mg diulang setiap 3-4 kali sehari untuk orang dewasa.
■ Dosis untuk anak-anak di atas 6 bulan adalah 4-10 mg/kg bb setiap 6-8
jam.
■ Efek samping: perut kembung, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit
maag, demam, sakit kepala, penurunan fungsi ginjal, atau gangguan
irama jantung
■ Kontraindikasi: adalah riwayat perdarahan pada saluran cerna, gagal
jantung, pasien dengan riwayat bypass jantung, gangguan ginjal, hati,
atau kehamilan trimester ketiga.
● Opioid
○ Fentanyl.
■ Intramuskular atau intravena maupun patch
■ Dosis 1-2 mcg/kg bb sebelum operasi dan 50-100 mcg melalui
intramuskular, diulang setiap 1- 2 jam bila perlu.
■ Patch atau transdermal, ada 4 dosis, yaitu: 25, 50, 75, dan 100 yang
artinya sebanyak dosis tersebut setiap jamnya akan dilepaskan untuk 72
jam.
■ Efek samping: Depresi napas, otot menjadi kaku, tekanan darah
menurun, detak jantung menurun, mual, muntah, dan berhalusinasi.
■ Kontraindikasi: pasien dengan riwayat depresi pernapasan, cedera
kepala, dan asma akut
Terapi
Pembedahan
Insisi
● Sebelum operasi: anamnesis kembali, pemeriksaan fisik, sudah ada
hasil dari semua pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan ->
menjelaskan dan menandatangani informed consent:
○ Pilihan pengobatan
○ Tujuan operasi
○ Manfaat
○ Indikasi
○ Teknik operasi secara umum
○ Komplikasi
Insisi
tertutup yang aktif. Alat ini menarik pasif. Paling sering digunakan karena
cairan berlebih dengan penghisap hanya terdiri dari tabung karet yang sangat
bertekanan negatif yang konstan. elastis. Namun, alat ini paling sering
menimbulkan reaksi alergi.
Terapi luka dengan tekanan negatif: Jenis Tabung T: Jenis drainase sistem tertutup yang
drainase sistem tertutup yang aktif. Alat pasif. Menggunakan tabung “Kehr’s” yang
ini membuat luka sembuh dengan cepat dipasangkan di saluran empedu umum atau
terutama yang lukanya luas, luka bakar, di ureter dan di ujungnya terdapat kantong
empiema. tiroidektomi.
Tabung endotrakeal: Digunakan untuk
Pigtail : Drainase ini biasa dipasangkan di
mempertahankan jalan napas. Indikasinya
dalam paru, ginjal, atau empedu oleh
adalah pasien tidak dapat bernapas sendiri dan
seorang radiologis.
butuh ventilator. Bahannya terbuat dari plastik
yang semi kaku dan di ujung distal terdapat
balon untuk menjaga agar tidak terjadi aspirasi
ke dalam paru juga menjaga agar tabung tidak
bergerak. Di ujung distal terhubung dengan
Ambu-bag atau ventilator.
Davol: Jenis drainase sistem tertutup yang aktif. Terbuat dari silikon yang lembut dan kenyal
serta radiopak pada rontgen. Didesain untuk mengurangi trauma pada jaringan dan
penyumbatan.
Terdiri dari 3 lapisan, bagian dalam untuk mengeluarkan cairan, bagian tengah untuk memfilter
udara dan mengurangi risiko infeksi, bagian luar bisa digunakan untuk irigasi dan memasukkan
obat-obatan.
Nasogastric Tube (NGT)
● Tabung ini masuk melalui hidung dan berakhir di lambung atau duodenum.
● Indikasi:
○ Untuk mengambil sampel dari dalam lambung
○ Makan
○ Bilas lambung
○ Memasukkan obat-obatan.
● Komplikasinya:
○ Epistaksis
○ Erosi pada bagian ruang hidung dan nasofaring
○ Penetrasi ke esofagus
○ Masuk ke dalam intracranial
○ Aspirasi.
Levin tube yang paling sering digunakan. Sump/Salem terdiri dari dua lapisan yang radiopak.
Hanya terdiri dari satu lapisan dan berfungsi Lapisan pertama untuk menghisap isi lambung dan
untuk mencegah akumulasi cairan dan gas di lapisan kedua yang berwarna biru, berbentuk seperti
ekor babi untuk membuka ruangan agar
dalam usus selama operasi, mencegah mual,
mempertahankan aliran udara atmosfer ke dalam
muntah, dan distensi dengan cara
perut. Biasa digunakan untuk mencegah luka pada
memperlambat gerakan peristaltik.
dinding lambung.
Moss tube: Tabung ini terdiri dari tiga lapisan. Sengstaken-Blakemore: Tabung ini terdiri dari
Lapisan pertama merupakan balon untuk tiga lapisan. Lapisan pertama merupakan
menjaga NGT tetap di dalam lambung. balon yang menjaga di esophagogastric
Lapisan kedua untuk memasukkan junction. Lapisan kedua juga balon untuk
makanan dan lapisan ketiga untuk aspirasi menekan varises dan lapisan ketiga untuk
serta bilas lambung. aspirasi serta bilas lambung.
Nutriflex tube: Berbentuk seperti NGT Minnesota tube : Mirip dengan Sengstaken-
Levin namun dilapisi dengan kawat yang
berbentuk spiral sehingga lebih fleksibel Blakemore hanya perbedaannya terdapat di
dan tahan. Berfungsi untuk memberi lapisan yang ada empat.
asupan makanan, radiopak, sudah dilapisi
dengan lubrikan, diaktifkan oleh sekresi
lambung, dan tidak melukai dinding
lambung.
Terapi Lainnya
Rawat Inap & Jalan
● Indikasi rawat inap:
○ Muntah berlebihan
○ Tidak dapat makan atau minum
○ Tanda dan gejala dehidrasi berat
○ Terlihat sangat lemas
○ Tanda-tanda vital tidak normal dan membahayakan
○ Sesak napas
○ Demam di atas 40 C
○ Ingin melakukan tindakan pembedahan keesokan harinya
○ Pemberian obat-obatan yang mengharuskan melalui intravena
○ Adanya tanda-tanda komplikasi dari abses leher dalam
● Jika tidak ada indikasi seperti di atas maka pasien dapat rawat jalan
Rawat Inap & Jalan