Anda di halaman 1dari 7

Multiple Choices Questions & Menjodohkan

1. Local anesthesia

Mana yang terblok lebih dahulu? Otonom > sensorik > motorik

Marcaine (Bupivacaine) ingin diubah jadi hiperbarik (densitas obat >


densitas CSF), maka ditambahkan: glukosa

ONSET local anesthesia tergantung pada: ?

Lipid solubility & pKa (pH di mana bentuk unionized & ionized sama
jumlahnya)

Local anesthesia systemic toxicity (LAST) dapat menyebabkan eksitasi CNS,


tanda terawal?

Gejala: Circumoral numbness (sekitar mulut), parestesia lidah, tinnitus,


pandangan kabur, dizziness, feeling of impending doom / apprehension.

Tanda: Restless, cemas, gugup, rambling

2. Intravenous agent
Dissociative anesthesia: Ketamine
3. Inhalational agent
Yang dapat menyebabkan hepatitis: Halothane
Yang menyebabkan cardiac steal syndrome (vasodilatasi pada
pembuluh koroner normal ‘mencuri’ darah dari pembuluh koroner
yang telah stenosis / zona iskemik): Isoflurane
Second gas effect: Administrasi N2O bersamaan dengan gas volatil
(c: Halothane)  Rapid uptake dari N2O meningkatkan konsentrasi
dan partial pressure dari gas volatil  Induksi lebih cepat.
Compounds A-E: produk pemecahan yang bersifat nefrotoksik  hasil
interaksi Sevoflurane dengan sodalime.
Pungent inhalational agents: Desflurane > Isoflurane.

4. Muscle relaxant: Depolarizing vs non-depolarizing


& Anti-cholinesterase

 Eliminasi di plasma (ekstrahepatik) secara non-enzimatik:


Atracurium (eliminasi Hoffman).

Side Notes (SN): Atracurium, merupakan golongan Benzylisoquinoline,


dapat memicu pengeluaran histamin  bronkospasme, sehingga baiknya
dihindari pada penderita asma.

 Agen PALING menyebabkan hipertermia maligna: Succinylcholine,


yang merupakan depolarizing NMBA.  menyebabkan influx
berlebih, sehingga meningkatkan metabolisme  Oxidative sstress 
anaerob
 Pelepasan Acetylcholine menuju synaptic cleft terjadi karena influx:
Ca2+
SN: Ach kemudian melekat pada reseptor nicotinic di motor endplate,
dan nantinya akan didegradasi oleh acetylcholinesterase.
 Obat yang meningkatkan sekresi: Neostigmine  me reverse non
depol, efek ke cholinergic  counter pake atropine
Kemungkinan lain: Ketamine

Maka ditangani dengan: Pemberian Atropine IV

5. Airway Management

Cricoid Pressure: Sellick Maneuver (esophagus

Tanda Endotracheal Tube sudah masuk: suara napas vesikuler simetris


dengan auskultasi (di apex, basal, dan epigastrium), terdeteksi ETCO2

Laryngeal mask airway:


Tanda Bag-Mask Ventilation baik: Dada mengembang, ETCO2 terdeteksi,
uap pada mask.

Os. Cuneiform ada di kaki, BUKAN airway -dr. Erwin

Persarafan airway:

Vagus nerve (CNX)  sensasi pada airway di bawah epiglottis

 Superior laryngeal nerve


Kerusakan bilateral: Serak, suara mudah lelah
 External laryngeal n. (Motorik)
 Internal laryngeal n. (Sensorik)  antara epiglottis dan vocal
cord
 Recurrent laryngeal
Kerusakan Unilateral: serak
Kerusakan BILATERAL AKUT: stridor, distres pernapasan
Kerusakan Bilateral Kronis: Afonia
Mempersarafi Larynx di bawah vocal cord & Trakea
Semua otot laring, c: otot cricoarytenoid posterior (Abduksi),
lateral (Adduksi). Kecuali otot cricothyroid (yang diinervasi oleh
external laryngeal n.)

6. Opioid (& Pain Management)

Fentanil  opioid

Reversal opioid: Naloxone

COX-2 inhibitor: Celecoxib


7. Regional anesthesia: Spinal & Epidural

Landmark spinal anesthesia: Tuffier's Line (setinggi L4 atau L4-L5, di


antara iliac crests)

Test-dose pada Epidural: 1,5% lidocaine + 1:200.000 epinefrin;


Menghindari toksisitas jika amit-amit terjadi injeksi intravaskular atau
intrathecal.

Kontraindikasi absolut dan relatif spinal anesthesia

 Absolut: Infeksi pada lokasi injeksi, penolakan pasien, hipovolemia,


koagulopati, peningkatan ICP
 Relatif: Sepsis, deformitas vertebrae (parah), defisit neurologis

Total vertebrae: 33 tulang, total spinal nerves: 31 pasang

Urutan masuk: Supraspinous ligament  Interspinous ligament 


Ligamentum Flavum  Ruang Epidural  Dura  Arachnoid  Ruang
Subarachnoid.

Paramedian langsung ke ligamentum flavum

Setelah spinal, pada intraoperatif terjadi mual-muntah akibat mekanisme:


sentral (stimulasi chemoreceptor trigger zone akibat kurangnya cerebral
blood flow)

5 menit setelah spinal terjadi hipotensi, maka terlebih dahulu diberikan:


Cairan.

Spinal vs Epidural Anesthesia:

 Epidural anesthesia bisa single shot, atau catheter (intermittent bolus


/ continuous infusion).
 Epidural onset lebih lambat (10-20 menit), dan tidak se-dense spinal
anesthesia.
 Epidural anesthesia, aplikasi lebih luas: Bisa analgesia tanpa
menyebabkan blok motorik (c: Pada partus, atau analgesia pasca
operasi); Bisa segmental block (hanya di dekat level injeksi).

8. Pre-operative evaluation & medication

Midazolam (Benzodiapine): efek anterograde amnesia

Reversal benzodiazepine: Flumazenil

9. Anesthesia staging (menurut Guedel)


I. Analgesia
Sejak dimulai hingga loss of consciousness
Refleks & respirasi normal

II. Delirium & Excitement: Tidak ditemukan pada anestesi modern


Sejak penkes hingga dimulai respirasi reguler.
Refleks menurun: eyelash reflex
Pupil berdilatasi, hipertensi, takikardia karena stimulasi simpatis
Dapat terjadi: Gerakan tidak terkontrol, muntah, laringospasme,
breath-holding.

III. Surgical Anesthesia


Sejak awitan respirasi reguler hingga ketiadaan pernapasan
spontan. Planes:
1) Hingga gerakan bola mata menghilang. Refleks menelan
menghilang
2) Hilangnya refleks kornea, laring, dan kulit
3) Pupil berdilasi, hilangnya refleks cahaya; Paralisis interkostal,
4) Respirasi abdomen dangkal > hingga paralisis diafragma

IV. Paralisis respiratorik / medulla (Akibat overdosis)


Ketiadaan pernapasan  gagal sirkulasi  meninggal.
BP yang sangat rendah; pupil fixed & dilated; Otot rangka flaccid.

10. Anesthesia machine


 Symbols: Hijau (Oxygen), Hitam-Putih (Medical air)
 Biru (N2O / Desflurane); Kuning (Sevoflurane); Ungu (Isoflurane)
 Sodalime (CO2 Absorbent)
 Laryngoscope (Curved blade: Macintosh; Straight Blade: Miller)
 Lebar cuff sphygmomanometer: 20 to 50% > diameter ekstremitas.

11. Diameter besar bermyelin, ada di otot dan sendi, fungsi motorik
proprioseptif. Nerve fiber? Aα nerve fibers.
 Aβ-fibers: Allodynia (nyeri diakibatkan stimuli non-nosiseptif).
Normalnya serabut saraf ini menghantarkan stimulus touch &
pressure.
 B-fibers: preganglion simpatik
 Nyeri: Aδ (cepat, pinprick) & C fibers (lambat, dull)

12. ASA Physical Status:


ASA I: Normal healthy  Tidak merokok; Alkohol minimal
ASA II: Mild systemic disease  DM / HTN terkontrol, penyakit paru
ringan, obesitas (BMI >30), hamil, perokok, social drinker.
ASA III: Moderate  DM / HTN tidak terkontrol, obesitas morbid,
ketergantungan alkohol, ESRD menjalani dialisis, riwayat (>3 bulan)
serangan jantung, stroke / TIA, pasang stent.
ASA IV: Severe / ancaman konstan terhadap nyawa  Riwayat terkini
(< 3 bulan) stroke / TIA, serangan jantung, stent; Disfungsi katup
atau penurunan fraksi ejeksi (EF) yang parah; Sepsis / DIC; ESRD
yang tidak menjalani dialisis.
ASA V: Moribund / tidak diharapkan menyintas tanpa operasi
ASA VI: Braindead.
*Pasien setelah fraktur, setelah diurut jadi tidak terasa sakit, maka konsep:

Gate control theory (by Melzack & Wall)  Stimulus non-nosiseptif


menutup “gerbang” bagi stimulus nyeri. Karena terdapat stimulasi nerve
fiber Aβ

**Local anesthetics:

POTENCY, dipengaruhi oleh: lipid solubility. More lipid soluble, more


potent.

“Potency seems to be inversely related to the speed of onset.”

DURATION of action:

 Protein binding (semakin binding, semakin lama)


 Lipid Solubility (Semakin lipid soluble, juga semakin lama; Karena
lambat berdifusi menuju blood stream)

Anda mungkin juga menyukai