Anda di halaman 1dari 47

TRAUMA SCORE

Disampaikan
Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disampaikan Merina Widyastuti pada
kuliah keperawatan gawat darurat 11 Sept 1
2017
OVERVIEW
• Trauma adalah penyebab ketiga terbesar kematian dan
kecacatan di seluruh dunia, terutama usia dekade
keempat di negara berkembang
• Lebih dari 5 juta orang meninggal akibat trauma
pada tahun 2002, lebih dari 90% terjadi di negara
berkembang.
• Dari tahun 2000-2020, kematian akibat kecelakaan
lalu lintas diperkirakan meningkat 83% di negara
berkembang. (Clarkson, 2012)
• Akibat trauma dapat berupa kecacatan fisik,
psikologis, dan keuangan.(Kingston,2000)
PENILAIAN TRAUMA
• Sistem penilaian trauma mencoba menerjemahkan
keparahan cedera menjadi angka, membantu menilai
secara kuantitatif berat ringannya cedera,
memperkirakan hasil akhir trauma
• Pemantauan pasien trauma dengan penilaian berulang
dan sistematis dapat sebagai identifikasi awal
perbaikan atau perburukan.
• Beberapa sistem penilaian bertujuan untuk
memperkirakan probabilitas keberlangsungan hidup.
• Terdapat tiga tipe sistem penilaian trauma, yaitu
berdasarkan anatomi, fisiologi,kombinasi
PENILAIAN TRAUMA
• Penilaian cedera sebagai proses kuantifikasi
dampak trauma dimulai tahun 1969 oleh
American Associationfor Automotive Safety,
yaitu Abbreviated Injury Score (AIS)
• Pengukuran tingkat keparahan cedera
merupakan prasyarat penting terhadap
penanganan trauma yang efektif
(Champion,2002)
TIPE SISTEM PENILAIAN TRAUMA
(Kingston 2000, Champion 2002)

• Berdasarkan anatomi  tergantung deskripsi


cedera.
• Berdasarkan fisiologi  didapat dari
observasi dan pengukuran tanda-tanda vital
untuk menentukan tingkat penurunan
fisiologis akibat cedera.
• Kombinasi gabungan sistem penilaian
anatomis dan fisiologis.
PENILAIAN BERDASAR ANATOMI
• AIS : Abbreviated Injury Score
• ISS : Injury Severity Score
• AP : Anatomic Profile
• NISS : New Injury Severity Score
• PATI : Penetrating Abdominal Trauma index
• ICISS : ICD based injury serverity score
PENILAIAN BERDASAR FISIOLOGIS
• GCS : Glasgow Coma Scale
• TRAUMA SCORE
• RTS : Revised Trauma Score
• CRAMS : circulation respiration, abdominal injury
motor and speech responses.
• APACHE : Acute Physiologu and Cronic Health Evaluation
• SOFA : Sequential Organ Failure Assesment Score
• SIRS : Systemic Inflamatory Response Syndrom Score
• ETS : Emergency Trauma Score
PENILAIAN KOMBINASI
• TRISS : TRAUMA SCORE-INJURY SEVERITY SCORE
• PTS : PEDIATRIC TRAUMA SCORE
• ASCOT : A Severitty Characterization of Trauma
• ICISS : International Classification Of Diseases Injury
Severity
Abbreviated Injury Scale
• AIS dikembangkan untuk mengukur trauma
kecelakaan kendaraan bermotor dan telah
mengalami beberapa perubahan.(Songer, 2015)
• AIS adalah sistem pengkodean menyeluruh untuk
cedera semua tipe di setiap bagian tubuh, dengan
deskripsi karakteristik setiap tingkat keparahan
dari 0 (tidak ada cedera) sampai 6 (cedera yang
tidak dapat diselamatkan) (Delbridge,2002)
Abbreviated Injury Scale
Penilaian AIS bersifat Skor Deskripsi
subjektif karena 0 Tidak ada cedera
cedera sedang oleh 1 Cedera minor
satu pemeriksa dapat 2 Cedera sedang
3 Cedera serius, tidak
dianggap cedera serius
mengancam nyawa
oleh pemeriksa lain 4 Cedera berat, survival expected
Skor % Mortalitas 5 Cedera kritis, survival doubtful
0-8 5% 6 Cedera fatal
9-15 8%
16-24 17%
25-40 64%
41-66 88%
75 100%
Injury Severity Score
• Sistem penilaian anatomis yang sering
digunakan adalah Injury Severity Score (ISS)
yang diturunkan dari AIS (Abbreviated Injury
Scale).
• ISS diperkenalkan oleh Susan Baker, dkk.
pada tahun 1984.
• ISS merangkum tingkat keparahan kondisi
pasien yang mempunyai beberapa cedera.
Injury Severity Score
• Tubuh dibagi menjadi enam area: kepala dan
leher, toraks, abdomen (termasuk organ pelvis),
alat gerak (termasuk tulang pelvis), dan
permukaan tubuh.
• AIS setiap cedera dicatat, dan cedera yang
mempunyai nilai tertinggi di setiap area
diutamakan. ISS adalah penjumlahan kuadrat tiga
nilai AIS tertinggi di setiap tiga area tubuh yang
mendapat cedera paling berat.
• Nilai AIS 6 setara dengan nilai ISS 75
Injury Severity Score
• Trauma mayor adalah jika ISS ≥15, di-
hubungkan dengan mortalitas lebih dari
10%.
• ISS mudah digunakan dan dapat menjadi
prediktor kelangsungan hidup yang baik,
terutama pada pasien-pasien yang
mempunyai cedera multipel (Ozoilo,2012)
KETERBATASAN ISS
• Pengumpulan nilai terbatas dan hanya
mengambil cedera paling serius di setiap
bagian tubuh (Pohlman,2015)
• Perkiraan ISS yang akurat membutuhkan
pengumpulan informasi cedera yang detail
yang hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat penunjang, seperti MRI
atau angiografi
KETERBATASAN ISS
• Analisis data dari 18.961 pasien dari Register
Trauma Pusat (State Trauma Registry) di
Florida menunjukkan bahwa data ISS lengkap
pada kurang dari 25% kasus.
• Oleh karena itu, ISS tidak menghasilkan
gambaran keparahan cedera yang nyata. ISS
kurang baik digunakan jika ada banyak cedera
di satu sisi tubuh, misalnya luka tembak di
abdomen
New Injury Severity Score (NISS)
• NISS diperkenalkan oleh Osler pada tahun
1974 untuk mengurangi kelemahan ISS,
terutama kegagalan menilai cedera multipel
di satu regio.
• Meskipun lebih baik daripada ISS, NISS gagal
menggantikan ISS atau kurang populer di
antara para tenaga medis
Anatomic Profile
• AP diperkenalkan oleh Copes, dkk. pada tahun
1990.
• AP tidak luas digunakan, mungkin karena
perhitungan yang rumit.
Mangled Extremity Severity Score
(MESS)
• adalah instrumen penilaian yang didesain
untuk memprediksi kemampuan hidup/
bertahan dari anggota gerak yang cedera.
• Angka diberikan pada keparahan cedera,
iskemi anggota gerak, syok, dan usia.
• Nilai ≥7 memprediksi dibutuhkan amputasi.
Glasgow Coma Score (GCS)
• Jika nilai anatomis menilai komponen cedera
yang statis, nilai fisiologis menilai komponen
dinamis yang akut.
• Contoh sistem penilaian fisiologis yang sering
digunakan dan sederhana adalah Glasgow Coma
Score (GCS)
• Sistem ini merupakan sistem penilaian fisiologis
pertama dan diperkenalkan pada tahun 1974
oleh Teasdale dan Jennett. Nilai membuka mata,
respons verbal, dan motorik dijumlah; nilai
berkisar antara 3 dan 15
Glasgow Coma Score (GCS)
• Perhitungan GCS cepat dan sederhana, dan
pengulangan perhitungan dapat
menginformasikan perkembangan atau
perburukan pasien. Akan tetapi penilaian ini
bersifat subjektif pada beberapa kasus.
• Respons verbal pasien yang terintubasi dan
trakeostomi atau respons membuka mata pada
pasien dengan pembengkakan wajah berat
tidak dapat dinilai, sehingga membatasi
penggunaan GCS.
Glasgow Coma Score (GCS)
• GCS adalah metode yang diakui untuk cedera
kepala. (Ozoilo,2012)
• Cedera kepala diklasifikasikan ringan (GCS 13-
15), sedang (GCS 9-12), atau berat (GCS 3-8).
Nilai rendah menggambarkan cedera yang
lebih berat dan memiliki risiko mortalitas
yang lebih tinggi.
• Namun, sulit menilai GCS pada pasien
terintubasi atau paralisis
Trauma Score ( TS)
• Trauma Score ( TS) pertama kali diperkenal-
kan oleh Champion, et al, pada tahun 1981.
• Rentang nilai TS berkisar dari 1 (prognosis
buruk) hingga 16 (prognosis baik).
• TS direvisi menjadi RTS (Revised Trauma
Score) dengan menghilangkan penilaian
ekspansi respirasi dan waktu isi kapiler
karena sulit dinilai, terutama malam hari.
RTS (Revised Trauma Score)
• Diperkenalkan oleh Champion, et al,
(1983), sistem ini paling banyak digunakan
sebagai sistem penilaian fisiologis.
• Sistem ini menggabungkan nilai GCS,
frekuensi pernapasan dan tekanan darah
sistolik
• RTS lebih sensitif daripada TS (Jin JF,2006)
• RTS bisa digunakan untuk triase dan penelitian
• RTS triase digunakan sebagai instrumen untuk
membantu memutuskan apakah pasien
trauma harus dibawa ke fasilitas pelayanan
primer atau ke pusat trauma.
• Skor bernilai dari 0-4 RTS berkisar dari 0-12
dan dengan mudah dihitung
• RTS kurang dari 11 menunjukkan
perlu dirujuk ke trauma center
• RTS penelitian berbeda dari triase dalam hal
penggunaan faktor pemberat dan didesain
untuk pengumpulan data retrospektif
dibandingkan penilaian prospektif.
• RTSc = 0.9368 GCSc + 0.7326 SBPc + 0.2908
RRc
• Koefisien diperoleh dari regresi logistik data
MTOS (Major Trauma Outcome Study), dan
jika dijumlahkan memberikan nilai berkisar
dari 0 hingga 7,8408, nilai rendah
menunjukkan cedera lebih berat.
CRAMS
• Skala CRAMS mengukur lima komponen,
antara lain sirkulasi (circulation), respirasi
(respiration), cedera abdomen (abdominal
injury), serta respons motorik dan verbal
(motor and speech responses).
• Nilai ≥9 di- anggap trauma minor dan nilai ≤8
dianggap trauma mayor.
• Skala CRAMS mempunyai sensitivitas 92% dan
spesifisitas 98%.
PEDIATRIC TRAUMA SCORE
• Pediatric Trauma Score (PTS) telah di-
kembangkan menjadi enam komponen.
Mortalitas meningkat hingga 30% untuk
pasien dengan PTS ≤8.
• Panduan triase PTS menyarankan anak
dengan PTS ≤8 harus dikirim ke pusat
trauma. PTS merupakan sistem penilaian
yang baik tetapi tidak lebih baik dari RTS.
Trauma Score Injury Severity Score
TRISS
• Sistem penilaian kombinasi digunakan untuk mengatasi kelemahan
sistem anatomis dan fisiologis.
• Nilai trauma dan nilai keparahan cedera digabung dalam
metodologi TRISS (Trauma Score-Injury Severity Score) yang
dikembangkan pada tahun 1987 oleh Champion, dkk.
• Sistem ini menggabungkan usia, ISS, mekanisme cedera, dan
komponen RTS penelitian untuk menghitung kemungkinan hidup
(Ps/Probability of survival). Ps hanya gambaran statistik dan bukan
prediksi dampak yang akurat, namun dapat memberikan dasar
perhitungan probabilitas hidup.
• TRISS memiliki sensitivitas 95%, spesifisitas 96%, dan akurasi
95%.
• Studi Okasha yang membandingkan sistem penilaian RTS, ISS, dan
TRISS menunjukkan bahwa TRISS memiliki sensitivitas, spesifisitas,
dan akurasi paling tinggi (95, 96, 95%), sementara ISS paling rendah
(68, 70, 68%) dan RTS mempunyai spesifisitas 94% dan akurasi 92%.
Trauma Score Injury Severity Score
TRISS
• TRISS dapat memperkirakan probabilitas
kelangsungan hidup dan telah digunakan lebih
luas daripada sistem penilaian lain dan dinilai
cukup efektif karena memasukkan penilaian
anatomis, fisiologis, usia, dan mekanisme cedera
• TRISS sudah digunakan sebagai prediksi
dampak trauma selama 20 tahun terakhir dan
hampir di seluruh dunia, serta konsisten pada
orang dewasa dan anak-anak.
KETERBATASAN TRISS
• Memiliki banyak komponen perhitungan,
• tidak ada informasi yang berkaitan dengan
penyakit penyerta (misalnya penyakit
jantung, penyakit paru, dan sebagainya)
Severity Characterization of Trauma
• Adalah sistem penilaian kombinasi yang
menggunakan GCS, AIS, usia, tekanan darah sistolik,
dan laju respirasi untuk memperkirakan probabilitas
hidup.
• ASCOT diperkenalkan oleh Champion, dkk. pada
tahun 1996 untuk mengurangi kelemahan TRISS.
• ASCOT menggunakan AP menggantikan ISS dan
menggolongkan usia ke dalam bilangan desimal.
ASCOT tampaknya dapat memberikan prediksi
kematian yang lebih baik daripada TRISS, tetapi
memiliki kompleksitas perhitungan lebih besar.1,7-
10,18 (Kingston,2000; Camp,2001; Champion,2002;
Pohlman,2015)
Severity Characterization of Trauma
• ASCOT memakai AP karena dapat mengukur
keparahan anatomis lebih luas dengan
menggabungkan semua cedera yang berat dan
faktor pemberat yang sesuai; tidak hanya nilai
anatomis, tetapi juga nilai RTS tergantung
etiologi cedera (tumpul atau tajam), membuat
karakterisasi keparahan lebih detail.
• Hosmer-Lemeshow menyimpulkan bahwa ASCOT
merupakan prediktor dampak yang lebih nyata
daripada TRISS.
Kampala Trauma Score (KTS)
• KTS dikembangkan di Uganda pada tahun 1996
untuk digunakan di negara berkembang.
• KTS merupakan penyederhanaan RTS dan ISS,
dan mirip TRISS.
• KTS dapat digunakan pada dewasa dan anak-
anak
• Rentang nilai berkisar dari 5 sampai 16. Nilai
lebih rendah menunjukkan cedera lebih berat.
Cedera berat bila KTS <11, cedera sedang 11-13,
dan cedera ringan 14-16
Kampala Trauma Score (KTS)
• Sebuah studi menunjukkan bahwa nilai KTS
≤14 meningkatkan risiko kematian tiga kali
lipat.
• KTS dan RTS dapat memperkirakan kematian
dengan baik. (Macleod ,2007;Clarkson ,2012)
MGAP
• Sistem penilaian trauma lain yang sederhana
adalah yang dilaporkan oleh Sartorius, dkk. di
Perancis (2002).
• Mereka memperkenalkan sistem penilaian
mekanisme cedera, GCS, usia (age), dan tekanan
arteri (arterial pressure)
• MGAP membagi tiga kelompok risiko, yaitu
rendah (23-29 poin), sedang (18-22 poin), dan
tinggi (<18 poin). Angka mortalitas berturut-turut
adalah 2,8%, 15%, dan 48%.
GAP
• Kondo, dkk. memperkenalkan sistem peni- laian
trauma terbaru yang merupakan modifikasi
MGAP.
• Mereka memodifikasi MGAP menjadi GCS, usia
(age), dan tekanan darah sistolik (systolic
blood pressure) (GAP). Sistem penilaian trauma
ini dapat memprediksikan mortalitas di dalam
rumah sakit lebih akurat.
• GAP membagi kelompok tiga risiko, yaitu rendah
(19-24 poin), sedang (11-18 poin), dan tinggi (3-
10 poin
• Angka mortalitas <5% untuk risiko rendah dan
>50% untuk risiko tinggi.
KESIMPULAN
• Studi di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
pada tahun 2013 yang membandingkan
penggunaan T-RTS, MGAP, dan GAP
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan di antara ketiganya dalam
memperkirakan angka mortalitas.
• T-RTS merupakan sistem penilaian trauma yang
paling dapat digunakan di IGD Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo karena tidak membedakan usia
dan mekanisme trauma.(Tirtayasa ,2013)

Anda mungkin juga menyukai