DEFINISI peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah retrofaring. Ruang retrofaring Ruang retrofaring terdapat pd bag posterior faring terbagi menjadi 2 daerah yang terpisah di bagian lateral oleh midline raphe Disebut juga : -ruang retroviscera, -retroesofagus -ruang viscera posterior Jarang terjadi Terjadi terutama pada bayi atau anak < 2 tahun Terbentuk akibat limfadenitis supuratif dari kel retrofaringeal Henle, yg terletak di kedua sisi retrofaring Kel ini enerima limfatik dari rongga hidung, faring, tuba Eustachius dan telinga tengah Kel ini akan mengalami atrofi antara usia 3-5 tahun, sehingga jarang tjd pd >5th PENYEBAB ISPA => langsung atau sec limfogen menyebabkan inf kel limfe retrofaring bila tjd supurai => akan mengisi ruang retrofaring Trauma benda asing : - tulang ikan - tind medis spt intubasi, tind endoskopi Trauma tusuk atau tumpul dari luar Fraktur tulang servikal 2 JENIS 1. AKUT Sering anak-anak dibawah 4 – 5 tahun Infeksi pd sal nafas atas => meluas ke kel retrofaring 2. KRONIK Pada orang dewasa atau anak-anak lebih besar Akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis => pus secara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. KUMAN PENYEBAB Kuman aerob : Streptococcus beta –hemolyticus group A ( paling sering ), Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non –hemolyticus, Staphylococcus aureus , Haemophilus sp 2. Kuman anaerob : Bacteroides sp, Veillonella, Peptostreptococcus, Fusobacteria KEKERAPAN Jarang ditemukan sering terjadi pada anak < 5 tahun Penelitian 35 tahun terhadap anak-anak yang diterapi di Children’s Hospital, Los Angeles 50% kasus berusia < 3 tahun dan 71% kasus berusia <6 tahun. Sydney, Australia 55% kasus berusia < 1 tahun, 10% diantaranya dijumpai pada periode neonatus. GEJALA DAN TANDA KLINIS Gejala awal biasanya bayi rewel, menolak makan Hipersalivasi Odinofagia Disfagia Suara berubah seperti mengulum makanan (muffled voice) Posisi kepala hiperelstensi dan miring ke arah yg sehat, leher agak kakuy GEJALA DAN TANDA KLINIS biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas Demam dinding posterior faring membengkak ( bulging ) dan hiperemis pada satu sisi pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya unilateral ). Pada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bisa dijumpai adanya : kekakuan otot leher ( neck stiffness ) disertai nyeri pada pergerakan air liur menetes ( drooling ) obstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dispnea Gejala pada orang dewasa pada umumnya tidak begitu berat bila dibandingkan pada anak Dari anamnesis biasanya didahului - riwayat tertusuk benda asing pada dinding posterior faring, - pasca tindakan endoskopi atau - adanya riwayat batuk kronis. DIAGNOSIS BANDING 1. Adenoiditis 2. Abses peritonsil 3. Abses parafaring 4. Epiglottitis 5. Croup 6. Aneurisma arteri 7. Tonjolan korpus vertebra DIAGNOSIS 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan klinis 3. Laboratorium : a. darah rutin : lekositosis b. kultur spesimen ( hasil aspirasi ) 4. Radiologis : a. Foto jaringan lunak leher lateral Dijumpai penebalan jaringan lunak retrofaring ( prevertebra ) : - setinggi C2 : > 7 mm ( normal 1 - 7 mm ) pada anak-anak dan dewasa - setinggi C6 : > 14 mm ( anak-anak , N : 5 – 14mm ) dan > 22 mm ( dewasa, N : 9 – 22 mm ) b. CT Scan c. MRI PENATALAKSANAAN I . Mempertahankan jalan nafas yang adekuat : - posisi pasien supine dengan leher ekstensi - pemberian O2 - intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung /
intubasi fiber optik
- trakeostomi / krikotirotomi II. Medikamentosa 1. Antibiotik ( parenteral ) - aerob – anaerob - clindamycin dapat tersendiri atau dikombinasikan dengan sefalosporin generasi kedua ( seperti cefuroxime ) - diberikan 10 hari 2. Simtomatis 3. Bila terdapat dehidrasi, diberikan cairan untuk memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit. 4. Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika. Operatif : a. Aspirasi pus ( needle aspiration ) b. Insisi dan drainase KOMPLIKASI 1. Massa itu sendiri : obstruksi jalan nafas 2. Ruptur abses : asfiksia, aspirasi pneumoni, abses paru 3. Penyebaran infeksi ke daerah sekitarnya : a. inferior : edema laring , mediastinitis, pleuritis, empiema, abses mediastinum b. lateral : trombosis vena jugularis, ruptur arteri karotis, abses parafaring c. posterior : osteomielitis dan erosi kollumna spinalis 4. Infeksi itu sendiri : necrotizing fasciitis, sepsis dan kematian. PROGNOSIS Baik bila didiagnosis secara dini dengan penanganan yang tepat dan komplikasi tidak terjadi