1. Tuba Eustachius
B. Fisiologi :
Fisiologi tuba Eustachius ada 3 fungsi yaitu memelihara fungsi telinga tengah yaitu ventilasi,
fungsi drainase, dan fungsi proteksi (Bluestone, 1991). a.
1. Fungsi Ventilasi Fungsi ini adalah dimana tuba mempertahankan tekanan didalam cavum timpani
sama dengan tekanan udara luar atau sama dengan tekanan atmosfir. Dalam keadaan normal telinga
tengah merupakan suatu ruang tertutup dan penuh berisi udara. Mukosa telinga tengah secar
a perlahanlahan
akan mengabsorbsi udara dan nitrogen dari telinga tengah sehingga akhirnya tekanan dara d
alam telinga tengah akan menurun.
2. Fungsi Drainase Mukosa kavum timpani dan tuba memiliki sel-sel yang menghasilkan secr
et. Tuba mengalirkan secret ini dari kavum timpani kearah nasofaring dengan suatu trans
port mukosiliar. Fungsi drrainase secret oleh tuba dipengaruhioleh aktifitas sel-sel
bersilia, gravitasi, gradasi tekanan udara sepanjang tuba dan viskositas secret.
3. Fungsi Proteksi Pada keadaan normal tuba selalu dalam keadaan tertutup. Dengan demiki
an dapat menghalangi secret dan kuman dari nasofaring masuk kedalam kavum timpani.
Bluestone CD. 1991. Physiologi of the middle ear and eustachian tube. Piladelphia
Lippincot.
2. OMA
a. Def dan Etiologi
Otitis media akut (OMA) merupakan adalah peradangan pada telinga tengah dengan
gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Agen penyebab otitis media
adalah virus dan bakteri. Infeksi virus meliputi respiratory syncytial virus, rhinovirus,
adenovirus, parainfluenza dan coronavirus sedangkan bakteri tersering penyebab
OMA adalah Streptococcus pneumoniae, Moraxella catharalis, dan nontypable
Hemophilus influenza. Pada anak-anak, semakin sering terserang ISPA, makin besar
kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah
karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal. Anak lebih
mudah terserang otitis media dibandingkan orang dewasa karena beberapa hal :
1. Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan
2. Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek
sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
3. Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang
besar dapat mengganggu terburuknya saluran Eustachius. Selain itu adenoid
sendiri dapat terinfeksi karena infeksi menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius,
Bluestone CD, Stool SE: Pediatric Otolaryngology. Philadelphia, WB Saunders Co, 1983, h
16
C. Manifestasi Klinis
Gejala dapat diawali dengan infeksi saluran nafas yang kemudian disertai keluhan nyeri
telinga, demam, dan gangguan pendengaran. Pada bayi gejala ini dapat tidak khas, sehingga
gejala yang timbul seperti iritabel, diare, muntah, malas minum dan sering menangis. Pada
anak yang lebih besar keluhan biasanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada telinga.
e. Faktor Risiko
Faktor risiki OMA diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Ras
4. Status Imunologis
5. Kelainan celah langit-langit,
6. Faktor lingkungan (ISPA, dll)
Casselbrant ML, Mandel EM. Otitis Media in the Age of Microbial Resistance. In: Johnson
JT, Rosen CA, editors. Head and Neck SurgeryOtolaryngology. 5rd ed. Philadelphia:
LippincottWilliam and Wilkins; 2014. p1479-1506.
f. Komplikasi
Komplikasi Otitis Media Akut dibagi menjadi dua yaitu Intratemporal dan
Intrakranial, sebagai berikut.
1. Intratemporal :
a. Masroiditis akut (Paling sering pada <3th laki-laki)
b. Petrositosis
c. Labirinitis serosa dan supuratif
d. Paralisis fasialis, paresis fasialis jarang ditemukan pada anak OMA
e. Perforasi membran timpani, pada anak OMA ditandai dengan ottorhea, yang
dapat mengiritasi liang telinga dan menginfeksi telinga luar.
2. Intrakranial :
a. Meningitis
b. Encepalitis
c. Hidrosefalus otikus
d. Abses otak
e. Ekstradural abses
f. Subdural epiema
g. Trombosis sinus lateralis
Sebelum ada antibiotik OMA dapat menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi pada era
antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK'.
2. Rhinoskopi Posterior
a. Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain spray 2%.
b. Tunggu beberapa menit.
c. Ambil kaca laring ukuran kecil.
d. Masukkan/pasang kaca laring pada daerah ismus fausium arah kaca ke kranial.
e. Evaluasi bayangan-bayangan di rongga hidung posterior (nasofaring).
f. Lihat bayangan di nasofaring :
- Fossa Rossenmuler
- Torus tubarius
- Muara tuba auditiva Eustachii
- Adenoid
- Konka superior
- Septum nasi posterior
- Choana
Roland, P. S., Smith, T.L., Schwartz, S.R., Rosenfeld, R.M., Ballachanda, B, Earll, J.M.,
2008, Clinical Practice Guideline: Cerumen Impaction, Otolaryngology–Head and Neck
Surgery;139: S1- S21