Anda di halaman 1dari 7

REFERAT BLOK CEREBROPANCA II

Pemeriksaan THT

OLEH:

Salma Ardhya Maharani


201810330311121
Skill 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2021
PEMERIKSAAN TELINGA

A. Pendahuluan
Pemeriksaan fisik telinga, hidung dan tenggorok adalah adalah suatu pemeriksaan
yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan pada telinga, mulai dari
telinga bagian luar, telinga tengah sampai telinga dalam yang dapat memberikan gangguan
fungsi pendengaran dan keseimbangan ; kelainan-kelainan pada hidung dan tenggorok
yang dapat memberikan gangguan penghidu dan pengecapan. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes-tes untuk melihat sifat
dan jenis gangguan pendengaran dan keseimbangan serta gangguan penghidu dan
pengecapan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada telinga, hidung dan tenggorok
yang memberikan gangguan pendengaran, keseimbangan, penghidu dan pengecapan
2. Untuk mengetahui pemeriksaan fisis telinga, hidung dan tenggorokan serta mampu
melakukan tes fungsi pendengaran,keseimbangan, penghidu dan pengecapan secara
baik dan benar

C. Prosedur
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi :
a. Identitas pasien :
- Nama
- Jenis kelamin
- Umur
- Alamat
- Pekerjaan.
b. Keluhan utama : Keluhan yang sering berhubungan dengan penyakit telinga
diantaranya, sakit telinga (otalgia), gangguan pendengaran, adanya cairan pda
telinga, telinga berdenging (tinnitus). Perlu ditanyakan keluhan mana yang paling
menonjol yang menjadi alasan pasien datang berobat yang menjadi keluhan
utamanya
c. Data yang harus digali dari keluhan utama : Didahului oleh apa (trauma,
kemasukan benda asing, pilek), Apakah disertai gejala-gejala yang lain, Apakah
menderita penyakit lain seperti DM, hipertensi, hiperkolesterolemi
2. Inspeksi Telinga
Untuk melihat kelainan pada telinga luar,meliputi :
- Kulit daun telinga : Normal/abnormal
- Muara/lubang telinga : Ada atau tidak
- Keberadaan telinga : - Terbentuk/ tidak terbentuk
- Besarnya : kecil/ sedang/ besar atau normal/ abnormal.
- Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga (cauliflower ear).
- Liang telinga : - Mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang
telinga
- Adakah tanda-tanda radang
- Apakah keluar cairan/tidak
- Adakah kelainan di belakang/depan telinga
- Gendang telinga : Dinilai warnanya, besar kecilnya, ada tidaknya reflek
cahaya (cone of light), perforasi, sikatrik, retraksi, penonjolan prosesus brevis.

3. Palpasi Telinga
Sekitar telinga :
- Belakang daun telinga
- Depan daun telinga
- Adakah rasa sakit/ tidak (retroauricular pain/ tragus pain)
4. Tes Pendengaran
a. Tes Bisik (whispered voice test)  Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya
gangguan pendengaran dan membedakan tuli hantaran dengan tuli sensorineural.
b. Tes Penala/Garputala  Bertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan
pendengaran (tuli/ hearing loss) dan membedakan tuli hantaran (conductive
hearing loss) dan tuli sensorineural (sensorineural hearing loss)

PEMERIKSAAN HIDUNG

1. Anamnesis
Anamnesis didahului dengan membuat hubungan emosional yang baik antara dokter
dengan pasien. Hal yang ditanyakan pada anamnesis meliputi; identitas pasien secara
lengkap, keluhan utama yang menyebabkan pasien datang berobat, keluhan penyakit
sekarang, riwayat pengobatan & alergi obat, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat sosial ekonomi ( pekerjaan, kebiasaan dll).
Keluhan yang sering berhubungan dengan penyakit respirasi diantaranya, sumbatan
hidung, cairan keluar dari hidung dan tenggorok, bersin bersin berulang, rasa nyeri di
daerah muka dan kepala, prdarahan dari hidung dan gangguan penghidu. Pasien tidak
jarang datang dengan keluhan yang beragam misalnya ; adanya sumbatan hidung disertai
keluarnya cairan hidung dan sebagainya.
Perlu ditanyakan keluhan mana yang paling menonjol yang menjadi alasan pasien
datang berobat yang menjadi keluhan utamanya. Keluhan utama yang sudah di
sampaikan oleh pasien harus dipertegas dengan beberapa pertanyaan yang dapat
mempertajam analisis dan dilengkapi dengan pertanyaan tentang riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pekerjaan sosial ekonomi.
2. Pemeriksaan Rinoskopi Anterior
a. Lakukan tamponade ± selama 5 menit dengan kapas yang dibasahi larutan lidokain 2%
& efedrin.
b. Angkat tampon hidung.
c. Lakukan inspeksi, mulai dari :
- Cuping hidung (vestibulum nasi)
- Bangunan di rongga hidung
- Meatus nasi inferior : normal/tidak
- Konka inferior : normal/tidak
- Meatus nasi medius : normal/tidak
- Konka medius : normal/tidak
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar
- ada pertumbuhan abnormal: polip, tumor; ada benda asing/ tidak : berbau/
tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana deskripsi
discharge (banyak/ sedikit, jernih, mucous, purulen, warna discharge, apakah
berbau)
d. Fenomena Palatum Molle
e. Pemeriksaan Rinoskopi Posterior
a. Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain spray 2%.
b. Tunggu beberapa menit.
c. Ambil kaca laring ukuran kecil.
d. Masukkan/pasang kaca laring pada daerah ismus fausium arah kaca ke kranial.
e. Evaluasi bayangan-bayangan di rongga hidung posterior (nasofaring).
f. Lihat bayangan di nasofaring :
- Fossa Rossenmuler
- Torus tubarius
- Muara tuba auditiva Eustachii
- Adenoid
- Konka superior
- Septum nasi posterior
- Choana

SUMBER
Tim Penyusun. 2017. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Pemeriksaan THT.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tim Penyusun. 2016. Penuntun Keterampilan Klinis Pemeriksaan Hidung dan


Pemasangan Tampon. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang.

Anda mungkin juga menyukai