Anda di halaman 1dari 6

Miringitis Bullosa

1. Definisi

Miringitis akut adalah suatu inflamasi membrane timpani yang terjadi sendiri atau
dihubungkan dengan otitis eksterna maupun otitis media. Miringitis Bulosa (BM) merupakan
suatu keadaan nyeri akut pada telinga yang disebabkan oleh pembentukan bula pada
membrane timpani. Miringitis bulosa sebelumnya telah dijelaskan merupakan suatu keadaan
yang dihubungkan dengan otitis media akut (OMA). Refrensi lain menyatakan bahwa
miringitis bulosa adalah bentuk peradangan virus yang jarang pada telinga yang menyertai
selesma dan influenza.2

2. Insiden

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian miringitis bulosa adalah kurang


dari 10% dari kasus otitis media akut. Di Amerika Serikat, sekitar 8% terjadi pada anak
berusia 6 bulan sampai 12 tahun dengan otitis media telah mengalami miringitis bulosa akut.
Angka kejadian untuk laki-laki dan perempuan adalah sama.1

3. Etiologi

Sebelumnya, miringitis bulosa dianggap suatu infeksi gendang telinga yang


disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia, dan diperkirakan berhubungan dengan influenza.
Beberapa literature menyatakan bahwa miringitis bulosa sering menyertai kasus influenza,
sehingga miringitis bulosa ini sering juga disebut sebagai influenza otitis. Namun pada
beberapa penelitian terbaru, hasil kultur dari kasus miringtis bulosa telah terbukti
mengidentifikasi beberapa agen infeksi yang juga dapat menyebabkan miringitis bulosa,
beberapa agen infeksi tersebut adalah mycoplasma, virus, dan bakteri. Beberapa bakteri
seperti streptococcus pneumonia, haemophillus influenza yang merupakan agen penyebab
otitis media juga dilaporkan dapat menyebabkan miringitis bulosa.1

4. Patogenesis

Suatu inflamasi pada membrane timpani, yang disebut miringitis biasanya


disebabkan atau dihubungkan dengan otitis eksterna atau otitis media. Pada otitis media,
umumnya infeksi disebabkan oleh infeksi yang asending melalui tuba eustahcius menuju ke
telinga tengah. Otitis media umumnya mengenai bayi dan anak akan tetapi dapat terjadi pada
semua usia. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami episode otitis media selama tahun
pertama kehidupan. Hal ini disebabkan oleh bentuk dan posisi anatomi pada bayi berbeda
dengan anatomi dewasa. Pada anak dan bayi, tuba eustchius bentuknya lebih lebar dan
pendek serta posisinya lebih horizontal, keadaan anatomi ini memungkinkan penyebaran
agen infeksi dari daerah nasofaring menuju telinga tengah lebih mudah.4,5,6
Pada proses inflamasinya, terbentuk suatu bula diantara lapisan luar epitel (cutaneus)
dan lapisan fibrosa di bagian tengah membrane timpani. Diperkirakan kemampuan membrane
timpani untuk membentuk bula ini adalah dari hasil reaksi non-spesifik dari agen infeksius
penyebab miringitis. Miringitis bullosa sering disebut sebagai suatu otitis media akut dengan
bula yang terbentuk pada gendang telinga. Middle ear fluid (MEF) sering ditemukan pada
miringitis bulosa dan mungkin timbul sebagai akibat dari pecahnya bula ke telinga tengah
atau bula mungkin telah muncul secara sekunder setelah radang telinga tengah.1,3

5. Manifestasi Klinis

Miringtis bulosa dianggap sebagai penyakit self limiting disease, kadang-kadang


sering dikacaukan oleh infeksi sekunder yang purulen. Gambaran klinis dari miringitis bulosa
antara lain adalah nyeri telinga yang cukup berat (otalgia), biasanya bersifat berdenyut. Nyeri
disebabkan karena bula terbentuk pada daerah yang memiliki banyak persarafan yaitu pada
epitel terluar membrane timpani Nyeri biasanya terletak di dalam telinga namun dapat
menyebar ke ujung mastoid. Pada kebanyakan pasien nyeri mereda dalam satu atau dua hari,
namun beberapa keluhan biasanya dirasakan selama tiga atau empat hari. Rasa sakit tidak
sepenuhnya hilang setelah miringotomi atau bula pecah spontan. Membran timpani kembali
ke keadaan normalnya dalam dua atau tiga minggu. Myringitis bulosa sering terdeteksi hanya
unilateral sedangkan di beberapa penelitian proporsi infeksi bilateral tersebut telah 11-33%.
Peningkatan suhu tubuh biasanya terlihat dalam perjalanan awal myringitis tersebut1,2

6. Diagnosis
Penegakan diagnosis pada miringitis bulosa didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik : 1,2
1) Anamnesis
Secara umum, keluhan utama pasien yang mengalami miringitis adalah
nyeri pada daerah telinga yang onsetnya 2-3 hari. Nyeri disebabkan karena bula
terbentuk pada daerah yang memiliki banyak persarafan yaitu pada epitel terluar
membrane timpani. Gangguan pendengaran berupa tuli konduksi atau tuli
sensorineural dapat dikeluhkan pada beberapa pasien. Dari anamnesis juga sering
didapatkan adanya riwayat trauma pada telinga akibat membersihkan telinga
ataupun riwayat penetrasi benda asing ke dalam telinga. Adanya riwayat penyakit
saluran pernafasan dan gangguan telinga sebelumnya juga perlu ditanyakan.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosa miringitis bulosa adalah


otoskopi. Otoskopi menunjukkan suatu membrane timpani meradang dengan satu
atau lebih bula. Bula ini penuh dengan cairan bening agak kekuningan atau
perdarahan. Bula ini dapat pecah dan menimbulkan pedarahan pada membran
timpani. Selain itu didapatkan reflex cahaya yang memendek atau hilang sama
sekali. Pada beberapa kasus, dapat didapatkan nyeri ketika pinna di tarik.
pada pemeriksaan kelenjar, dapat ditemukan limfadenopati servikal
posterior. Pada pemeriksaan pendengaran dapat ditemukan adanya penurunan
pendengaran. Tympanometri dapat dilakukan untuk menemukan bukti adanya
cairan di belakang membran timpani, sehingga kita dapat mengetahui adanya
otitis media yang menyertai miringitis bulosa. Tympanoparasintesis :
pemeriksaaan ini dilakukan untuk kultur dan identifikasi agen penyebab miringitis
bulosa.

7. Diagnosis Banding :
Otitis eksterna
Otitis media presupurasi
Herpes zoster otikus (Sindroma Ramsay-Hunt)
Sindrom Ramsay-Hunt ini harus dibedakan dengan miringitis akut. Pada Sindrom
Ramsay-Hunt, ada paralisis saraf perifer pada wajah, yang disertai dengan ruam
vesikuler erimatosa di telinga (oticus zoster) atau di dalam mulut, dan lepuh terlihat
dalam banyak kasus di daerah antiheliks, fosa antiheliks dan atau lobules.Dalam
beberapa kasus lepuhan juga terlihat pada liang telinga. Penyebab dari sindrom ini
adalah virus varisela zoster.1

8. Penatalaksanaan
- Pembersihan kanalis auditorius eksterna
- Irigasi liang telinga untuk membuang debris (kontraindikasi bila status
membrane timpani tidak diketahui)
- Timpanosintesis, yaitu pungsi kecil yang dibuat di membrane timpani dengan
sebuah jarum untuk jalan masuk ke telinga tengah. Prosedur ini memungkinkan
untuk dilakukan kultur dan identifikasi penyebab inflamasi.
- Miringotomi atau insisi bula, dimana pada otitis media akut miringotomi dan
pembuangan cairan mencegah terjadinya pecahnya membrane timpani setelah
fase bulging. Tindakan ini menyembuhkan gejala lebih cepat, dan insisi
sembuh lebih cepat. 1,3
Namun beberapa mengatakan bahwa miringotomi dapat meningkatka risiko
infeksi sekunder pada telinga tengah.

9. Terapi medikamentosa

Prinsip pengobatan adalah meredakan nyeri dan mencegah terjadinya infeksi


sekunder. Terapi konservatif dapat diberikan analgetik untuk mengurangi nyeri,
memelihara kebersihan dan kekeringan telinga, dapat diberikan antibiotic untuk
pencegahan infeksi sekunder, dan obat anti inflamasi. Dalam hal komplikasi supuratif,
membrane timpani perforasi, atau adanya kecurigaan terhadap mastoiditis, dianjurkan
konsultasi pada dokter ahli.1,2

10. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh miringitis bulosa antara lain : 1


1) Adanya penurunan pendengaran (Bisa tuli konduksi atau tuli sensorineural)
2) Perforasi membrane timpani
3) Paralisis fasialis
4) Vertigo
5) Proses supuratif yang berkelanjutan pada struktur disekitarnya yang dapat
mengakibatkan coalescent mastoiditis, meningitis, abses, sigmoid sinus
thrombosis.

11. Prognosis

Dalam kebanyakan kasus, pasien dengan miringitis memiliki prognosis yang baik
apabila bulla di drainase segera oleh ahli THT.1

12. Resep

R/ Ibu Profen Tab 200 mg No. XV


S 4 DD I tab p.r.n
R/ Amoxicilin Tab 500 mg No.XV
S 3 DD I tab ( habiskan)
DAFTAR PUSTAKA

1. Schweinfurth J. 2009. Middle ear. Tympanic membrane, infection [online]. Available


from : http://emedicine.medscape.com/article/858558- (accesed : Jan 22th 2014)
2. Jung et al.. Diseases of external ear. In: Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery 9th ed. Northwestern university. Chicago. 2003.p.230-247
3. Djaafar, Zainul A., dkk.. Kelainan Telinga Tengah. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi keenam. Balai Penerbit FK UI.
Jakarta. 2007.hal.64-77
4. Soetirto, Indro, dkk.. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga.Dalam : Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi keenam. Balai
Penerbit FK UI. Jakarta. 2007.hal.10-22

Anda mungkin juga menyukai