Tinjauan Teoritis
A. Definisi
Otitis media adalah infeksi Saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga
luar (otitis eksternal), sluran telinga tengah (otitis media). Otitis media, suatu
inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah, yang merupakan
penumpukan cairan di telinga tengah. (Rahajoe, 2007)
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan
tersumbatnya saluran. (Mansjoer, 2001, 76)
B. Etiologi
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas (ISPA) olwh
bakteri atau virus yang menyebabkan peradangan di mukosa, gangguan drainase
telinga tengah dan menyebabkan penumpukan cairan steril. Bakteri atau virus masuk
ke telinga tengah melalui estachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah. Kuman
penyebab utama otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti streptococcus
hemolitikus, stapilococcus aerus, diplococcus pneumokukus. Selain itu kadang
ditemukan juga hemofilus ifluens sering ditemukan pada anak 5 tahun, eschericia coli,
streptococcus anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenos. (Efiaty,
2007)
C. Manisfestasi klinis
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan
dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau
negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ),
dapat mengalami perforasi.
a. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
b. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
c. Demam
d. Anoreksia
e. Limfadenopati servikal anterior
Stadium Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium
yaitu:
1) Stadium oklusi tuba eustakhius
Adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan negative di dalam tekanan
tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
2) Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau
seluruh membrane timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3) Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Pada
keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah
hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
ischemia akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya trombophlebitis pada vena
kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur.
4) Stadium perforasi
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi,
maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini anak yang tadinya gelisah menjadi
tenang, suhu badan turun dan anak tidur nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis
Media Akut Stadium Perforasi.
5) Stadium resolusi
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah
perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm
tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa
pengobatan.
D. Klasifikasi
Menurut Djafar ZA, Helmi dan Restuti RD dalam Noverta (2013) Tanda dan gejala
pada OMA bergantung pada stadium penyakit pasien, dimana pada umumnya OMA
memiliki lima stadium, antara lain :
1. Stadium oklusi tuba Eustachius
Stadium ini ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani akibat
adanya tekanan negatif didalam telinga tengah yang terjadi karena absorpsi udara.
Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna keruh pucat.
4. Stadium perforasi
Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah yang berada di
dalam kavum timpani mengalir ke liang telinga luar. Pasien tampak lebih tenang dari
sebelumnya dan terjadi penurunan suhu.
5. Stadium resolusi
Pada stadium ini membran timpani yang perforasi dapat kembali normal secara
perlahan-lahan tanpa pengobatan jika daya tahan tubuh pasien baik atau virulensi
kuman rendah.
E. Pathways
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Otoscope untuk melihat keadaan telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian daan kekakuan membran timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas, dilakukan bila dilakukan timpanosensitesis
(aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani)
G. Penatalaksanaan
a. Medis (Farmakologi)
1. Pengobatan Lokal
Diberikan antibiotik tetes telinga. Pemberian antibiotik tetes telinga tidak ada
gunanya bila masih ada otore yang produktif. Oleh karena itu pemberian
antibiotik local dianjurkan setelah dilakukan toilet local. Harus diterangkan
terlebih dahulu cara pemakaian H2O2 3% ke dalam telinga yang sakit
kemudian bersihkan dengan kapas lidi baru, setelah itu masukkan antibiotik
tetes telinga dengan cara kepala dimiringkan dan tragus ditekan tekan supaya
obat tetes masuk ke dalam
2. Antibiotika yang adekuat oral atau parenteral. Ini diberikan apabila ada
eksaserbasi akut yang didahului oleh infeksi hidung atau faring
b. Keperawatan
1. OMK Benigna :
a. Konservatif
Pembersihan secret di liang telinga (toilet local, “drainage”) merupakan hal yang
penting untuk pengobatan ottitis media kronik.
Ada beberapa cara untuk membersihkan secret :
a) Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan ini dianjurkan sesering-
seringnya dila ada otore. Dapat diajarkan kepada penderita atau orang tua
penderita.
b) Displacement methode” dapat dengan menggunakan larutan hydrogen
peroksida (H2O2) 3%, karena adanya gas O2 yang ditimbulkan
c) Bila mungkin secret dihisap secara hati-hati dengan menggunakan jarum
kecil plastik, misalnya jarum BWG no. 16 dan 18 yang ujungnya diberi
kateter nelaton yang kecil atau karet pentil.
b. Operatif :
2. OMK Maligna :
H. Pengkajian keperawatan
a. Keluhan utama
Biasanya mengeluh nyeri kepala, sinus, tenggorokan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan sebelumnya
- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
- Pernah menderita sakit gigi geraham
d. Riwayat keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
e. Riwayat psikososialspiritual
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih)
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
f. Pemfis persistem
a. Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi
(mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif :
1) Observasi nafas :
a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b. Riwayat pembedahan hidung atau trauma
c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinya,
lamanya.
2) Sekret hidung :
a. Warna, jumlah, konsistensi secret
b. Epistaksis
c. Ada tidaknya krusta atau nyeri hidung.
3) Riwayat Sinusitis :
a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
b. Hubungan sinusitis dengan musim atau cuaca.
4) Gangguan umum lainnya : Kelemahan
Data Obyektif
1) Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen
2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan
Pucat, Odema keluar dari hidung atau sinus yang mengalami radang
mukosa
3) Kemerahan dan Odema membran mukosa
I. Analisa data
Ketidakamanan
transportasi
Disfungsi autoimun
Kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh
Resiko cidera
Do : - kehilangan bagian
tubuh Gangguan citra tubuh
- Fungsi/struktur
tubuh
berubah/hilang
Ketidak adekuatan
pertahanan sekunder
( renpon supresi inflamasi
)
Reiko infeksi
6 Gejala dan tanda mayor Gangguan fungsi Defisit pengetahuan
Ds : - menanyakan kognitif
masalah yang dihadapi
Do : - menunjukan
perilaku tidak sesuai Kurang terpapar
anjuran informasi
- Menujukna
persepsi yang
keliru terhadap Defisit pengetahuan
masalah
- Menunjukan
persepsi yang
keliru terhadap
masalah
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi ( pembengkakan ) d.d
Gejala dan tanda mayor
Ds : - mengeluh nyeri
Do : - tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuisi nadi meningkat
Kolaborasi
- agar pelaksanaan keperawatan
berjalan sesuai prosedure
2 Resiko cidera b.d Tupan : Observasi Observasi
disfungsi auto imun d.d Setelah dilakukan - identifikasi area lingkungan yang - untuk mengidentifikasi area
Ds : - tindakan keperawatan berpotensi menyebabkan cedera lingkungan yang berpotensi
Do :- selama 3x24 jam - identifikasi obata yang berpotensi menyebabkan cedera
diharapkan masalah resiko meyebabkan cedera - untuk mengidentifikasi obata yang
cedera tidak terjadi berpotensi meyebabkan cedera
Terapetik
Tupen : - sediakan pencahayaan yang Terapetik
Setelah dilakukan memadai - agar disediakan pencahayaan yang
tindakan keperawatan - sosialisasikan pasien dan keluarga memadai bagi pasien
selama 1x24 jam dengan lingkungan ruang rawat - agar pasien dan keluarga dapat
diharapkan disfungsi (mis.penggunaan telepon, tempat mengetahui dengan lingkungan
autoimun teratasi tidur, penerangan ruangan dan ruang rawat (mis.penggunaan
dengan kriteria hasil : lokasi kamar mandi) telepon, tempat tidur, penerangan
- tidak ada tanda tanda - pertahankan posisi tempat tidur ruangan dan lokasi kamar mandi)
infeksi diposisi terendah saat digunakan - untuk mempertahankan posisi
-diskusikan mengenai latihan fisik tempat tidur diposisi terendah saat
dan terapi fisik yang diperlukan digunakan agar paien nyaman
- diskusikan Bersama anggota - agar keluarga dan pasien
keluarga yang dapat mendampingi mengetahui mengenai latihan fisik
pasien dan terapi fisik yang diperlukan
- tingkatkan frekuaensi observasi -agar anggota keluarga yang dapat
dan pengawasan pasien, sesuai mendampingi pasien siap siaga
kebutuhan mendampingi
- untuk meningkatkan frekuaensi
Edukasi observasi dan pengawasan pasien,
- anjurkan berganti posisi secara sesuai kebutuhan
perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri Edukasi
- agar pasien berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri
supaya tidak terjadi kelelahan
3 Resiko infeksi b.d Tupan : Observasi Observasi
respon inflamasi d.d Setelah dilakukan - monitor tanda dan gejala infeksi - untuk memonitor tanda dan gejala
Ds : - tindakan keperawatan local dan sistemik infeksi local dan sistemik pada
Do : - selama 3x24 jam pasien
diharapkan masalah resiko Terapeutik
infeksi tidak terjadi - batasi jumlah pengunjung Terapeutik
- berikan perawatan kulit pada area - untuk membatasi jumlah
Tupen : edema pengunjung supaya mengurangi
Setelah dilakukan - cuci tangan sebelum dan sesudah kebisingan
tindakan keperawatan kontak dengan pasien dan - untuk memberikan perawatan
selama 1x24 jam lingkungan pasien kulit pada area edema
diharapkan respon - pertahankan Teknik aseptic pada - agar mencuci tangan sebelum dan
inflamasi teratasi pasien beresiko tinggi sesudah kontak dengan pasien dan
dengan kriteria hasil : lingkungan pasien supaya
- tidak ada tanda tanda Edukasi menghindari penularan bakteri
infeksi - jelaskan tanda dan gejala infeksi - untuk mempertahankan Teknik
- ajarkan cara mencuci tangan aseptic pada pasien beresiko tinggi
dengan benar
- ajarkan etika batuk Edukasi
- anjurkan meningkatkan asupan - agar pasien dapat mengetahui
nutrisi tanda dan gejala infeksi
- anjurkan meningkatkan asupan - agar pasien dapat mengetahui
cairan cara mencuci tangan dengan benar
- agar pasien dapat mengetahui
Kolaborasi etika batuk
- kolaborasi pemberian imunisasi - agar pasien dapat meningkatkan
asupan nutrisi
- agar pasien dapat meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- untuk berkolaborasi dalam
pemberian imunisasi
4 Gannguan citra tubuh Tupan : Observasi Observasi
b.d perubahan fungsi Setelah dilakukan - identifikasi harapan citra tubuh - untuk mengidentifikasi harapan
tubuh d.d tindakan keperawatan berdasarkan tahapan perkembangan citra tubuh berdasarkan tahapan
Gangguan dan tanda selama 3x24 jam - identifiksi budaya, agama, jenis perkembangan
mayor diharapkan masalah kelamin, dan umur terkait citra - untuk mengidentifiksi budaya,
Ds : - mengukapkan gangguan citra tubuh tubuh agama, jenis kelamin, dan umur
kecactan/kehilangan teratasi - identifikasi perubahan citra tubuh terkait citra tubuh
bagian tubuh yang mengakibatkan isolasi social - untuk mengidentifikasi perubahan
Tupen : - monitor frekuensi pernyataan citra tubuh yang mengakibatkan
Do : - kehilangan Setelah dilakukan kritik terhadap diri sendiri isolasi social
bagian tubuh tindakan keperawatan - Monitor apakah pasien bisa - untuk memonitor frekuensi
- Fungsi/struktur selama 1x24 jam melihat bagian tubuh yang berubah pernyataan kritik terhadap diri
tubuh berubah/hilang diharapkan perubahan sendiri
fungsi tubuh teratasi Terapetik - untuk memonitor apakah pasien
Gangguan dan tanda dengan kriteria hasil : - diskusikan perubahan tubuh dan bisa melihat bagian tubuh yang
minor - tidak lagi mengukapkan perubahan fungsinya berubah
Ds : - tidak mau kecacatan/kehilangan - diskusikan perbedaan penampilan
mengukapkan bagian tubuh fisik terhadap harga diri Terapetik
kecacatan /kehilangan - tidak kehilangan bagian - diskusikan kondisi stress yang - agar pasien dapat mengetahui
bagian tubuh tubuh mempengaruhi citra tubuh perubahan tubuh dan perubahan
- Mengukapkan - Fungsi/struktur (mis.luka, penyakit dan fungsinya
perasaan negatif tubuh tidak pembedahan) - agar pasien dapat mengetahui
tentang perubahan berubah/hilang - diskusikan cara mengembangkan perbedaan penampilan fisik
tubuh - menjadi mau harapan citra tubuh secara realistis terhadap harga diri
- Mengukapkan mengukapkan - diskusikan persepsi pasien dan - agar pasien dapat mengetahui
kekhawatiran pada kecacatan /kehilangan keluarga tentang perubahan citra kondisi stress yang mempengaruhi
penolakan/reaksi orang bagian tubuh tubuh citra tubuh (mis.luka, penyakit dan
- Mengukapkan - tidak lagi pembedahan)
perubahan gaya hidup Mengukapkan perasaan Edukasi - agar pasien dapat mengetahui cara
Do : - negatif tentang perubahan - jelaskan kepada keluarga tentang mengembangkan harapan citra
menyembunyikan tubuh perawatan perubahan citra tubuh tubuh secara realistis
/menunjukan bagian - tidak lagi - ajarkan mengungkapkan - agar pasien dapat mengetahui
tubuh secara Mengukapkan gambaran diri terhadap citra tubuh persepsi pasien dan keluarga
berlebihan kekhawatiran pada - latih fungsi tubuh yang dimiliki tentang perubahan citra tubuh
- Menghidari penolakan/reaksi orang
melihat dan menyetuh - tidak lagi Edukasi
bagian tubuh Mengukapkan perubahan - agar keluarga pasien dapat
- Fokus gaya hidup mengetahui tentang perawatan
berlebihan pada - tidak lagi perubahan citra tubuh
perubahan tubuh menyembunyikan - agar pasien dapat mengungkapkan
- Respon non /menunjukan bagian tubuh gambaran diri terhadap citra tubuh
verbal pada perubahan secara berlebihan - agar pasien dapat melatih fungsi
dan persepsi tubuh - tidak lagi tubuh yang dimiliki
- Fokus pada Menghidari melihat dan
penampilan dan menyetuh bagian tubuh
kekuatan masa lalu - tidak lagi Fokus
- Hubungan berlebihan pada
soaial berubah perubahan tubuh
- tidak lagi terjadi
Respon non verbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
- tidak lagi Fokus
pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
- Hubungan sosial
tidak berubah
Seorang laki- laki berusia 28 tahun datang keklinik karena mengeluh telinga kanan keluar cairan
berwarna kuning kental dan berbau busuk dan mengeluh telinganya berdenging sehingga
pendengaran terganggu disertai kepala pusing. Pasien sering mengalami batuk pilek disertai
hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika terpapar debu. Riwayat keluar cairan
dari telinga sebelumnya disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dan TTV dalam batas normal. Pada
pemeriksan telinga dengan otoskopi didapatkan telinga kanan liang telinga lapang, tampak secret
mukopurulendan granuloma, dan tampak perforasi membrane timpani sentral. Pada pemeriksaan
rhinoskopi anterior didapatkan secret seromukous, konka inferior oedema, hyperemis, septum
nasal deviasi (+), pada pemeriksaan pharing didapatkan tonsil mukosa hiperemi, kripta melebar,
detritus (+). Pada pemeriksaan kelenjar getah bening leher tidak didapatkan lymphadenopathy.
Pemeriksaan penunjang dengan rontgen kepala lateral fokus adenoid, tampak gambaran soft
tissue mass di regio nasofaring, dicurigai hipertrofi adenoid, dengan A/N ratio 0.8.
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Indentitas Pasien
a. Nama : Tn.
b. Usia : 28 tahun
c. Suku : -
d. Pekerjaan : -
e. Alamat : -
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama telinga kanan keluar cairan berwarna kuning kental dan berbau
busuk.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh telinga kanan keluar cairan berwarna kuning kental dan berbau
busuk dan mengeluh telinganya berdenging sehingga pendengaran terganggu
disertai kepala pusing. Pasien sering mengalami batuk pilek disertai hidung
tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika terpapar oleh debu.
c. Riwayat kesehatan dahulu
-
d. Riwayat kesehatan keluarga
-
e. Riwayat psikososialspiritual
-
f. Pemfis persistem
- Status kesehatan umum
kesadaran compos mentis dan TTV dalam batas normal.
- Pemeriksaan fisik data focus telinga
Pada pemeriksan telinga dengan otoskopi didapatkan telinga kanan liang
telinga lapang, tampak secret mukopurulendan granuloma, dan tampak
perforasi membrane timpani sentral.
g. Pemeriksaan penunjang
- Hasil pemeriksaan rhinoskopi anterior
didapatkan secret seromukous, konka inferior oedema, hyperemis, septum
nasal deviasi (+), pada pemeriksaan pharing didapatkan tonsil mukosa
hiperemi, kripta melebar, detritus (+). Pada pemeriksaan kelenjar getah bening
leher tidak didapatkan lymphadenopathy.
- Hasil pemeriksaan rongent
Dari Hasil rontgen kepala lateral fokus adenoid, tampak gambaran soft tissue
mass di regio nasofaring, dicurigai hipertrofi adenoid, dengan A/N ratio 0.8
B. Analisa Data
Gangguan telinga
Alergi
Peradangan
Risiko Cedera
4 DS: Terpapar debu Risiko Infeksi
DO:
Alergi
Risiko Infeksi
C. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan telinga d.d DS: - Klien mengeluh pendengaran
terganggu dan berdenging
DO:
- Tampak secret mukopurulenden granuloma
- Tampak perforasi membrane timpani sentral
2. Gangguan citra tubuh b.d Perubahan fungsi tubuh (telinga) d.d DS: - Klien mengeluh
pendengaran terganggu dan berdenging
DO:
- Tampak secret mukopurulenden granuloma
- Tampak perforasi membrane timpani sentral
3. Risiko cedera b.d terpapar patogen
4. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
D. Perencanaan Keperawatan
- untuk berkolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus pada pasien
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Terapetik Terapetik Terapetik
selama 1x24 jam - sediakan pencahayaan - agar disediakan - Menyediakan
diharapkan masalah yang memadai pencahayaan yang pencahayaan yang
terpapar patogen dapat memadai bagi pasien memadai
- sosialisasikan pasien
teratasi
dan keluarga dengan - agar pasien dan - Mensosialisasikan
lingkungan ruang rawat keluarga dapat pasien dan keluarga
(mis.penggunaan mengetahui dengan dengan lingkungan ruang
telepon, tempat tidur, lingkungan ruang rawat rawat (mis.penggunaan
penerangan ruangan (mis.penggunaan telepon, tempat tidur,
dan lokasi kamar telepon, tempat tidur, penerangan ruangan dan
mandi) penerangan ruangan dan lokasi kamar mandi)
lokasi kamar mandi)
- pertahankan posisi - Mempertahankan posisi
tempat tidur diposisi - untuk mempertahankan tempat tidur diposisi
terendah saat digunakan posisi tempat tidur terendah saat digunakan
diposisi terendah saat
-diskusikan mengenai -Mendiskusikan
digunakan agar paien
latihan fisik dan terapi mengenai latihan fisik
nyaman
fisik yang diperlukan dan terapi fisik yang
- agar keluarga dan diperlukan
- diskusikan Bersama
pasien mengetahui
anggota keluarga yang - Mendiskusikan Bersama
mengenai latihan fisik
dapat mendampingi anggota keluarga yang
dan terapi fisik yang
pasien dapat mendampingi
diperlukan
- tingkatkan frekuaensi -agar anggota keluarga pasien
observasi dan yang dapat mendampingi
- Meningkatkan
pengawasan pasien, pasien siap siaga
frekuaensi observasi dan
sesuai kebutuhan mendampingi
pengawasan pasien,
- untuk meningkatkan sesuai kebutuhan
frekuaensi observasi dan
Edukasi
pengawasan pasien,
- anjurkan berganti sesuai kebutuhan Edukasi
posisi secara perlahan
- Menganjurkan berganti
dan duduk selama
posisi secara perlahan dan
beberapa menit sebelum Edukasi
duduk selama beberapa
berdiri
- agar pasien berganti menit sebelum berdiri
posisi secara perlahan
dan duduk selama
beberapa menit sebelum
berdiri supaya tidak
terjadi kelelahan
4 Risiko infeksi b.d Tupan Observasi Observasi Observasi S:-
peningkatan paparan
Setelah dilakukan - monitor tanda dan - untuk memonitor tanda - Memonitor tanda dan O:-
organisme patogen
tindakan keperawatan gejala infeksi local dan dan gejala infeksi local gejala infeksi local dan
lingkungan A: risiko infeksi
selama 3x24 jam sistemik dan sistemik pada pasien sistemik
dapat teratasi
diharapkan Risiko
infeksi dapat teratasi P: Intervensi
Terapeutik Terapeutik Terapeutik dihentikan
Tupen
- batasi jumlah - untuk membatasi - Membatasi jumlah
Setelah dilakukan
pengunjung jumlah pengunjung pengunjung
tindakan keperawatan
supaya mengurangi
selama 1x24 jam - berikan perawatan - Memberikan perawatan
kebisingan
diharapkan masalah kulit pada area edema kulit pada area edema
Kolaborasi
- untuk berkolaborasi
dalam pemberian
imunisasi