Disusun Oleh :
1.Dewi Indrayani
2.Fitria
3.Alfresto
4. Pasu Veronica
TANGERANG SELATAN
2022
1.Pengertian
Otitis Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi menjadi dua antara lain otitis media
supuratif dan non supuratif, dari masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat
juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika
Otitis Media Akut merupakan peradangan tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang
dari 3 minggu yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik (Munilson dkk). Otitis media akut (OMA)
merupakan inflamasi telinga bagian tengah dan salah satu penyakit dengan prevalensi paling tinggi pada masa
anak-anak, dengan puncak insidensi terjadi pada usia antara 6 bulan sampai 2 tahun.
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau telinga tengah, tuba eustachii, antrum
mastoid, dan sel - sel mastoid. Biasanya terjadi karena peradangan saluran napas atas dan sering mengenai bayi
dan anakanak. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan s teril. Bila
terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat mekani sme bakterimemasuki telinga
tengah oleh enzim pelindung dan bulu- bulu halus dimiliki oleh tuba eustachii. OMA terjadi akibat tidak
berfungsinya sistem pelindung tadi. Sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama
terjadinya otitis media (Husni T.R, 2011).
2.Anatomi
a) Telinga Luar
Auricle : Untuk menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam Meatus Auditorius
externa.
Meatus Auditorius Externa : Mengarahkan bunyi untuk masuk ke telinga tengah
b) Telinga Tengah
Membran timpani membentang terdiri darijaringan fibrosa elastic berbentuk bundar dan cekung
berfungsi untuk mengubah bunyi menjadi getaran
Tulang pendengaran ( Osikel : malleus, incus, stapes ) :untuk menghantarkan getaran yang diterima
dari membrane tympani ke jendela oval
Tuba eustachii : Untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar tubuh dengan di dalam telinga
tengah.
c) Telinga Dalam
Koklea : Sebagai system pendengaran karena mengandung reseptor untuk mengubahsuara yang
masuk menjadi impuls saraf sehingga dapat didengar.
Aparatus Vestibularis : Sebagai sistem kesimbangan yang terdiri dari tiga buah canalis
semisirkularis, sacculus, dan utriculus.
3.Etiologi
Menurut Adams (1997: 96) penyebab otitis media akut antara lain :
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba dinasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat
mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim
penghasil mukus (misalnya muramidase) dan antibodi.
Merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut, karena fungsi tuba eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah
dan terjadi peradangan. Pada bayi terjadinya otitis media akut dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,
lebar, dan agak horisontal letaknya.
Terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin sering terserang infeksi saluran pernafasan atas makin besar
kemungkinan terjadinya otitis media akut.
4. Bakteri piogeik
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma penyebab adalah streptococcus pneumoniae, hemophylus
influenzae, streptococcus betahemolitikus dan moraxella catarrhalis
4.Manifestasi Klinis
c. demam
d. kehilangan pendengaran
e. tinitus
a.Nyeri
b. demam
c. malaise
d. nyeri kepala
e.membran timpani tampak merah dan menonjol
g. pada bayi sering kali mudah marah, bangun di tengah malam sambil
Faktor risiko dari otitis media pada populasi anak-anak (pediatric) tergantung pada banyak faktor seperti
faktor lingkungan. Faktor risiko ini adalah usia,kolonisasi bakteri, menyusui, dan merokok pasif .
a. Usia
Puncak insiden dari otitis media akut adalah pada dua tahun pertama kehidupan, khususnya pada usia 6-12
bulan. Peningkatan kerentanan terhadap otitis media akut dapat dikaitkan dengan keadaan anatomi, dimana
tuba Eusthacius lebih pendek dan lebih horizontal dibandingkan dengan dewasa dan juga karena faktor
imunitas (Shaikh & Hoberman, 2010).
b. Kolonisasi bakteri
Kolonisasi pada nasofaring oleh otopathogen memprediksi onset awal dan frekuensi dari otitis media pada
semua anak-anak. Penelitian pada kelompok pribumi menunjukan bahwa kolonisasi otopathogen ini lebih
sering pada usia muda dan dengan jumlah bakteri yang terkandung lebih tinggi (Bardy dkk., 2014).
c. Kondisi lingkungan
Risiko terkena otitis media meningkat dengan adanya kontak dengan anak lain,kumuh, dan interaksi
dengan individual dengan otitis media akut. Beberapa studi meneliti antara kondisi lingkungan yang tidak
baik dengan risiko otitis media pada komunitas pribumi. Lingkungan yang padat sudah dipastikan sebagai
masalah utama pada komunitas pribumi (Bardydkk.,2014).
d. ASI
Literatur internasional menyatakan bahwa kekurangan ASI ekslusif pada enam bulan pertama kehidupan
meningkatkan risiko otitis media akut pada bayi di bawah satu tahun, tetapi pada penilitan 280 anak - anak
pribumi menunjukan bahwa kurangnya ASI ekslusif tidak meningkatkan risiko otitis media pada enam
bulan awal kehidupan (Bardy dkk, 2014).
e. Merokok
Perokok pasif merupakan resiko yang penting terjadinya otitis media pada anak-anak (Bardy dkk, 2014)
a. Kehilangan pendengaran
Selama fase otitis media akut bila ada efusi, terdapat kehilangan pendengaran kondusif yang biasanya
sembuh sempurna pada penderita yang diobati dengan memadai. Namun, proses radang dapat
merangsang fibrosis,hialinisasi, dan endapan kalsium pada membran timpani (MT) dan pada struktur
telinga tengah. Plak timpanosklerosis ini tampak sebagai bercak bahan putih ireguler. Timpanosklerosis
dapat menghalangi mobilitas membran timpani (MT) dan kadang-kadang dapat memfiksasi rantai
osikula.
Membran Timpani (MT) dapat mengalami perforasi akibat nekrosis jaringan selama infeksi. Perforasi ini
biasanya kecil, terjadi pada bagian sentral pars tensa, dan menyembuh secara spontan bila infeksi
sembuh. Perforasi yang lebih besar mungkin tidak dapat menutup. Otitis media tuberkulosis biasanya
menyebabkan banyak perforasi kecil. Rantai osikula juga terkena oleh nekrosis. Paling lazim prosesus
longus inkus nekrosis, mengakibatkan osikula tidak konsisten. Perforasi membran timpani (MT)menetap
dan nekrosis osikula, Keduanya menyebabkan kehilangan pendengaran kondusif yang memerlukan
koreksi bedah dengan timpanoplasti.
8.Patofisiologi
Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan
tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga
tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bakteri
dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba
Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat
obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah.
Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi.
Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi
akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari
infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan
menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi
bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus bertambah
banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang
pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya
dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi (Kerschner, 2007).
Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Faktor intraluminal
adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta
akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media dihubungkan dengan
riwayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor
ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid (Kerschner, 2007).Dipercayai bahwa anak lebih mudah
terserang OMA dibanding dengan orang dewasa. Ini karena pada anak dan bayi, tuba lebih pendek, lebih
lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa, sehingga infeksi saluran pernapasan atas
lebih mudah menyebar ke telinga tengah. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah umur
9 bulan adalah 17,5 mm (Djaafar, 2007).
Sistem pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga mudah terkena ISPA lalu terinfeksi di telinga
tengah. Adenoid merupakan salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan
tubuh. Pada anak, adenoid relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid yang berdekatan dengan
muara tuba Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya tuba Eustachius. Selain
itu, adenoid dapat terinfeksi akibat ISPA kemudian menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius
(Kerschner, 2007).
Invasi Bakteri
Kesulitan / sakit Proses Peradangan Peningkatan produksi Tekanan Udara Pengobatan tdk
menelan dan cairan serosa pada Telinga Tuntas dan
mengunyah tengah (-) Berulang
Pening /
Gangguan Persepsi vertigo,Kese
Gangguan Citra imbangan
Tubuh Pendengaran
Tubuh
menurun Tindakan
Operasi dgn
Mastoidekto
mi
Resiko Cedera
Pengkajian
1.Identitas
2.Riwayat Kesehatan
3.Pemeriksaan Fisik
Diagnosa keperawatan
Subjektif
Objektif
• Distorsi sensori
subjektif
• Menyatakan kesal
Objektif
• Menyendiri
• Melamun
• Konsentrasi buruk
• Curiga
• Mondar mandir
• Bicara sendiri
2. Nyeri akut
Subjektif
• Mengeluh nyeri
Objektif
• Tampak meringis
• Gelisah
Subjektif –
Objektif
• Menarik diri
• Diaforesis
3 . Hipertermia
Subjektif –
Objektif
Subjektif –
Objektif
• Kulit merah
• Kejang
• Takhikardi
• Takipnea
4. Defisit nutrisi
Subjektif –
Objektif
Subjektif
• Berat badan
• Cepat kenyang setelah makan
• Kram/nyeri abdomen
• Nausea
• muntah
Objektif
Subjektif
Objektif
Subjektif
Objektif
6. Resiko infeksi
Subjektif –
Objektif
• Suhu tubuh diatas nilai normal
Subjektif –
Objektif
• Kulit merah
• Takikardi
7. Ansietas
Subjektif
• Merasa bingung
• Sulit berkonsentrasi
Objektif
• Tampak gelisah
• Tampak tegang
• Sulit tidur
Subjektif
• Mengeluh pusing
• Anoreksia
• Palpitasi
Objektif
• Diaporesis
• Tremor
Intervensi keperawatan
2. Nyeri akut
12) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
3. Hipertermi
6.Resiko infeksi
2) Siapkan materi, media tentang faktor-faktor penyebab, cara identifikasi dan pencegahan resiko infeksi
dirumah sakit maupun dirumah
3) Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan pasien dan
keluarga
6.Ansietas :
a. Pengobatan
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.Pada stadium oklusi tuba, pengobatan
bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang dan
sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotic.
b. Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA seperti miringotomi dengan insersi
tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi.
Miringotomi.
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase sekret dari
telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya anak harus tenang sehingga membran timpani dapat
dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan
sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (Djaafar,
2007). Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA
seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi
merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik
pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap
anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk mengidentifikasi
mikroorganisme melalui kultur (Kerschner, 2007).
Timpanosintesis
Menurut Bluestone (1996) timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan
analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah
terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien
yang sistem imun tubuh rendah. Pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia,
efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan.
Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA rekuren,
pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih
tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi
tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis
rekuren (Kerschner, 2007).