Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

CORPAL PENSIL TELINGA/


BENDA ASING PADA TELINGA

A. Definisi
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing.
Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja
terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke
dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihkan kanalis eksternus atau
mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke
dalam telinganya sendiri. Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap orang
(Mansjoer, 2011).
Benda asing di liang telinga (Corpus Allenium) adalah benda asing yang di
temukan di liang telinga bervariasi sekali. Bisa berupa benda mati ataupun benda
hidup, binatang, komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral. Pada anak kecil sering
ditemukan kacang hijau, manik-manik, dan lain-lain. Pada orang dewasa yang relatif
sering adalah kapas cotton buds yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil,
kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut dan nyamuk (Rukmini,
2013).
Usaha mengeluarkan benda asing sering kali akan lebih mendorongnya lebih
ke dalam liang telinga. Mengeluarkan benda asing harus lebih hati-hati. Bila kurang
hati-hati atau bila klien tidak kooperatif dapat berisiko trauma yang merusak
membran timpani atau struktur telinga tengah. Anak harus dipegang sedemikian rupa
sehingga tubuh dan kepala tidak dapat bergerak bebas. Bila benda asing yang masih
hidup seperti binatang serangga, binatang di liang telinga harus dimatikan dengan
memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan (misalnya larutan
revanol atau obat anestesi lokal) lebih kurang di tunggu selama 10 menit, setelah
binatang telah pasti mati, Dikeluarkan secara hati-hati dengan pinset atau di irigasi
dengan air bersih yang hangat. Pastikan juga tidak di dapatkan serpihan badan
binatang yang tertinggal pada proses pengeluaran benda asing tersebut karena dapat
dikawatirkan terjadinya resiko infeksi pada liang telinga luar ataupun tengah. Bila
terjadi infeksi biasanya ditandai dengan tanda-tanda inflamasi atau peradangan berupa
demam sehingga suhu tubuh klien bertambah panas. Benda asing yang besar dapat
ditarik dengan pengait serumen (Mansjoer, 2011).
B. Anatomi Fisiologi

Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga (pinna/ aurikulla) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama
dari arkus brankialis pertama dan kedua. Daun telinga disarafi oleh cabang
aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan
oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis. Liang telinga berasal
dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili membran penurup
celah tersebut. Selama satu stadium perkembanganya, liang telinga akhirnya tertutup
sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali,
namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor penyebab dari
beberapa kasus atresia atau stenosis pada liang telinga ini (Mansjoer, 2011).
Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang di liputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus di
usahakan untuk mempertahankan bagunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di
bawahnya oleh hematom atau pus, dan eawan yang nekrosis dapat menimbulkan
deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di
sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan
rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap
liang teling sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis
meninggalkan foramen stilomasteodeus dan berjalan ke lateral menuju prosesus
stilodeus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang teling
untuk memasuki kelnjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan
pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis; patokan lainnya adalah
sutura timpanomasteodeus. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat
pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai
kelenjar serumen.
Membran timpani adalah perbatasan telinga tengah, berbentuk bundar dan
cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian
bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian
luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di
tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo, dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah bawah yaitu pada pukul
7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Refelek
cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani.
Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah
yang mneyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu.
Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbro,
sehingga didapatkan bagian anterior-superior, posterior-superior, anterior-inferior,
dan posterior-inferior untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Pada pars
flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid (Mansjoer,
2011).
C. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2011 ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing
bisa berada diliang telinga yaitu :
1. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
2. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat
alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal
di dalam telinga
3. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk ke dalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
D. Manifestasi Klinis
1. Merasa tidak enak di telinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya,
padahal membersihkan akan mendorong benda asing yang masuk ke dalam
menjadi masuk lagi.
2. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
3. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
4. Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga
akibat benda asing (Rukmini, 2013).
E. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain pada anak – anak yaitu faktor kesengajaan dari anak tersebut , faktor
kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa
seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja
seperti kemasukan air, serangga lalat , nyamuk dll. Masukknya benda asing ke dalam
telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan
tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda asing
tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing
tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane
timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/ otalgia dan kemungkinan
adanya risiko terjadinya infeks.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan Otoskopik Caranya:
 Bersihkan serumen Lihat kanalis dan membran timpani
 Interpretasi : Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan
adanya infeksi
 Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang
 Kemungkinan gendang mengalami robekan.
2. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
a. Lepaskan semua alat bantu dengar Uji satu telinga secara bergiliran dengan
cara tutup salah satu telinga
b. Berdirilah dengan jarak 30 cm
c. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
d. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
3. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
a. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
b. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
d. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1) Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah
kepala).
2) Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi:
otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
3) Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.
4. Uji Rine
a. Membandingkan konduksi udara dan tulang
b. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak
terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
d. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
e. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui
konduksi tulang (Rinne negatif)
G. Penatalaksanaan
1. Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator
(khususnya gabah).
Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis
umum, agar tidak terjadi komplikasi pada membrane timapani.
2. Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan dulu
dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau alcohol kemudian dijepit
dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit
dengan pinset dan ditarik keluar. Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak
gendang telinga atau struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan
anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan. Jika benda asing serangga yang
masih hidup, harus dimatikan terlebih dahulu dengan meneteskan larutan
pantokain, alcohol, rivanol atau minyak. Kemudian benda asing dikait dengan
pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang telinga
dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang telinga diberikan
antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu.
Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik
keluar.
Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian
pada anak yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai
lampu kepala yang sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati
karena dapat menyebabkan trauma pada membran timpani. Pengambilan benda
asing dari kanalis audiotorius eksternus merupakan tantangan bagi petugas
perawatan kesehatan. Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-
manik, penghapus) dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi
lubang membrana timpani. Benda asing dapat terdorong secara lengkap ke bagian
tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit dan melubangi membrana timpani
pada anak kecil atau pada kasus ekstraksi yang sulit pada orang dewasa.
Pengambilan benda asing harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar operasi.
H. Fokus Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat masuknya benda asing pada telinga
Tanyakan kepada klien mengenai proses terjadinya peristiwa benda asing
masuk ke telinga, apa jenis benda asing yang masuk apakah itu serangga,
manik-manik, kerikil dll, tindakan yang sudah dilakukan di rumah.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
saat MRS Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai
menurun, nyeri, rasa tidak enak ditelinga.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan degan gangguan
pendengaran karena benda asing adalah kebiasaan dan kecerobohan
membersihkan telinga yang tidak benar .
3. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia,
otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan
intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan sebelumnya.
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: daun telinga
Caranya:
 Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
 Anak: Kebelakang
 Bayi: kebawah
Diperhatikan:
 Posisi
 Warna
 Ukuran
 Bentuk
 Kesimetrisan
 Seluruh permukaan dan lateral
Palpasi:
 Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-
nodul.
 Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
 Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
I. Fokus Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Intervensi
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut b.d. agen cedera Tujuan : 1. Observasi keluhan nyeri,
biologis, fisik , kimia Setelah diberikan perhatikan lokasi atau
tindakan karakter dan intensitas skala
keperawatan rasa nyeri (0-10 )
nyeri pasien dapat 2. Ajarkan tehnik relaksasi
berkurang progresif, nafas dalam guided
Kriteria Hasil: imagery.
1. Melaporkan 3. Kolaborasi: Berikan obat
nyeri analgetik sesuai indikasi
berkurang/ 4. Membantu klien untuk
terkontrol mengurangi persepsi nyeri
2. Menunjukkan atau mangalihkan perhatian
ekspresi klien dari nyeri.
wajah/ postur 5. Membantu mengurangi nyeri
tubuh rileks.

2 Gangguan sensori persepsi Tujuan: 1. Observasi ketajaman


(auditori) b.d. perubahan sensori Setelah diberikan pendengaran, catat apakah
persepsi tindakan kedua telinga terlibat
keperawatan 2. Berikan lingkungan yang
diharapkan tenang dan tidak kacau , jika
ketajaman diperlukan seperti musik
pendengaran lembut
pasien meningkat 3. Anjurkan pasien dan
Kriteria Hasil : keluarganya untuk mematuhi
1. Pasien dapat program terapi yang diberikan
mendengar
dengan baik
tanpa alat
bantu
2. Pasien tidak
meminta
mengulang
setiap
pertanyaan
yang diajukan
kepadanya
3 Risiko infeksi b.d. laserasi kulit Tujuan : 1. Observasi adanya tanda-
dan trauma membran timpani Setelah diberikan tanda terjadinya infeksi (
asuhan kalor, dolor, rubor, tumor
keperawatan, dan fungsiolesa)
risiko infeksi 2. Observasi tanda-tanda
tidak terjadi vital.
Kriteria Hasil: 3. Pertahankan tehnik aseptik
1. Tidak terdapat dalam melakukan tindakan
tanda-tanda 4. Kolaborasi:
infeksi (kalor, Berikan antibiotika sesuai
dolor, rubor, indikasi
tumor,
fungsiolesa
2. Tanda- tanda
vital dalam
batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Boies, Lawrence R. 2009. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC

Capernito, Lynda Juall 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arief. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Pracy, R. 2012. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, dan Tenggorok. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Rukmini, Sri. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk
Perawat. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai