Anda di halaman 1dari 9

A.

ANATOMI TELINGA
1. Anatomi Daun Telinga

Gambar 2.1 Anatomi skematis daun telinga

Pinna atau daun telinga merupakan corong terbentuk dari tulang rawan yang simetris
bilateral yang membantu memfokuskan suara serta menentukan arah datangnnya
suara. Pinna terdiri atas mangkuk konka, tragus di bagian anterior, antiheliks di
bagian superior dan posterior, serta antitragus di bagian inferior. Heliks memanjang
dibagian superior dan posterior membentuk helical crus pada lobulus, mengelilingi
antiheliks, konka, dan antitragus. Diantara heliks dan anti heliks terdapat scaphoid
fossa. Fossa triangular terletak diantara crura superior dan inferior dari antiheliks.
Pinna tertambat pada tulang kranial oleh kulit, tulang rawan, otot-otot auricular, serta
ligamen-ligamen ekstrinsik (Lalwani, 2007).
2. Anatomi Liang Telinga

Gambar 2.2 Anatomi liang telinga

Liang telinga memiliki panjang sekitar 2,5 cm dan diameter sekitar 0,6 cm. Liang telinga
sedikit berbentuk huruf S (Moller, 2006). Sepertiga lateral liang telinga merupakan
tulang rawan sedangkan duapertiga medialnya merupakan tulang keras (Maqbool,
2000). Bagian tulang rawan dari liang telinga ini berbentuk relatif bulat pada
individu yang masih muda dan sejalan dengan pertambahan usia akan berubah menjadi
lebih oval (Moller, 2006). Bagian tulang rawan ini memiliki celah-celah kecil yang
disebut fissura santorini yang dapat berperan sebagai jalan penyebaran infeksi dari
liang telinga ke kelenjar parotis dan mastoid. (Shrivastav, 2014). Struktur tulang keras
liang telinga dibentuk oleh bagian timpanik dan squamous dari tulang temporal.
Liang telinga di selimuti oleh kulit yang menghasilkan serumen (ear wax) dan memiliki
rambut di permukaannya. Tidak ada kelenjar keringat di liang telinga. Karena
letaknya yang terlindung, kulit liang telinga tidak bersentuhan atau bergesekan secara
alami sebagaimana kulit yang ada di permukaan tubuh. Sehingga untuk
membersihkannya di butuhkan mekanisme pembersihan sendiri untuk menyingkirkan
sel-sel mati dan serumen. Ada dua jenis sel yang berperan dalam sekresi serumen, yaitu
sel sebacea yang letaknya berdekatan dengan follikel rambut dan sel seruminous
penghasil serumen (Moller, 2006).
Kulit di liang telinga memiliki persarafan yang tidak biasa. Reseptor sensorisnya
dipersarafi oleh empat saraf kranial (CN) yang berbeda, yaitu bagian mandibular dari
nervus Trigeminus (CN V), nervus facial (CN VII), nervus glossofaringeal (CN
IX), dan cabang auricular dari nervus vagus (CN X), yang mempersarafi dinding
posterior dari liang telinga dan membran timpani. Cabang saraf ini merupakan bagian
dari Arnold’s nerve, yang juga menerima kontribusi persarafan dari nervus
glossofaringeus sehingga beberapa individu akan mengalami refleks batuk saat kulit
dari bagian dalam liang telinga tersentuh. Persarafan oleh nervus glossofaringeus dan
nervus vagus juga mengakibatkan timbulnya efek pada jantung dan sirkulasi darah saat
ada stimulasi mekanis pada liang telinga, sehingga pada individu-individu yang sensitif
dapat pingsan saat telinganya dibersihkan dari serumen (ear wax) (Moller, 2006).

Telinga luar membantu transimisi suara menjadi lebih efisien mencapai membran
timpani dengan berperan sebagai resonator fungsional. Kontribusi akustik dari
telinga luar adalah meningkatkan transmisi serta frekuensi suara. Kedalaman serta
bentuk liang telinga yang berkelok-kelok melindungi membran timpani serta struktur di
telinga tengah dan telinga dalam. Rambut di lateral liang telinga luar mencegah
masuknya benda asing berukuran kecil serta debris-debris dari luar (Lalwani, 2007).

3. Anatomi Membran Timpani


Membran timpani adalah sebuah membran tipis yang sedikit oval yang mengakhiri liang
telinga. Berbentuk kerucut dengan tinggi 2 mm serta apeks yang mengarah kedalam.
Terlihat dari liang telinga luar, membran ini sedikit cekung dan digantung oleh cincin
tulang. Secara normal membran ini berada pada tegangan tertentu. Luas permukaan
nya kira-kira 85 mm2. Bagian utama dari membran timpani adalah pars tensa dengan
area kira-kira seluas 55 mm2, yang tersusun atas serat-serat sirkuler yang saling
tumpang tindih. Serat-serat ini tersusun atas kolagen dan membentuk membran kaku
yang ringan sehingga ideal untuk mengubah gelombang suara menjadi getaran pada
tulang malleus. Bagian lebih kecil dari membran timpani adalah pars flaccida, terletak
diatas manubrium malleus, lebih tebal dari pada pars tensa dan serat-seratnya tidak
tersusun baik seperti serat-serat kolagen pada pars tensa. Membran timpani di lapisi oleh
selapis sel epidermis, yang merupakan lanjutan dari liang telinga. Bagian luar membran
timpani ini bermigrasi dari tengah ke bagian luar dan memindahkan luka kecil dan parut
serta mentransport benda asing kecil keluar ke liang telinga. Lubang kecil pada membran
timpani biasanya akan sembuh spontan (Moller, 2006).

B. PENGERTIAN IRIGASI TELINGA


1. Definisi
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untukmembersihkan liang
telinga luar dari nanah, serumen, dan benda – benda asing. Irigasi telinga adalah suatu
usaha untuk memasukkan cairan (air hangat kuku) ke dalam telinga. Tujuan: Untuk
membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

2.  Prinsip Kerja
Irigasi telinga dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-cc (suntik 20-
30-cc untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk melampirkan lubang yang
besar IV (intravena) kateter (dengan jarum dihapus) untuk jarum suntik untuk arah lebih
mudah fluida. Dengan menggunakan metode ini, cairan yang disedot ke dalam jarum
suntik dan disemprotkan ke dalam liang telinga. Metode lain menggunakan larutan IV
dan tubing, dengan konektor irigasi telinga pakai yang pas dan ke atas telinga luar. Bila
menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan arus fluida oleh gravitasi ke telinga untuk
menciptakan irigasi. Bila menggunakan metode IV, tas harus sekitar 6 inci (15 cm) atau
kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan tekanan fluida yang tepat.
Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak harus diadakan
kembali, dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi). Ujung jarum suntik atau
kateter irigasi harus ditempatkan di pintu masuk ke telinga Jaringan telinga tidak boleh
disentuh. Saluran telinga tidak boleh tersumbat, atau solusi tidak akan dapat berlari
kembali keluar dari telinga Dengan lembut mengarahkan aliran larutan irigasi terhadap
aspek atas dari saluran telinga eksternal, perawat harus jarum suntik atau menjalankan
dalam cairan IV pada tingkat lambat, stabil, yang memungkinkan cairan untuk melarikan
diri keluar dari saluran telinga dan ke baskom. Jika menggunakan alat PIK gigi,
pengaturan terendah harus digunakan.. Mengerahkan terlalu banyak tekanan dapat
memaksa benda asing atau oklusi lilin lebih ke dalam liang telinga. Cairan kembali
kemudian harus diperiksa sebelum jarum suntik diisi ulang-atau setelah 100cc cairan
untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi seorang anak. Perawat harus menyelidiki apakah
objek lilin atau asing telah mengguyur dari telinga. Bila oklusi telah dihapus, 500cc
cairan irigasi harus digunakan untuk-dewasa 100cc untuk anak, atau seperti yang
diperintahkan oleh dokter. Prosedur ini harus terputus jika pasien mengeluh sakit atau
pusing.
3. Indikasi :
a. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory
eksternal.
b. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.
c. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksternal.

4. Kontra Indikasi :
a. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder, pembedahan,
miringitomi).
b. Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
c. Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan muntah.
d. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang), jangan
diirigasi karena bahan2 tsb mengmbang dan sulit dikeluarkan.

5. Kemungkinan Komplikasi :
a. Ruptur (pecah) pada membran tympani.Kehilangan pendengaran.
b. Trauma/injury kanal teling dalam.
c. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi, kemudian
ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperatur yang cocok untuk mencegah
berulangnya gejala.

6. Bahaya :
1. Infeksi Pecahnya gendang telinga.
2. Ruptur membran timpani.
3. Kehilangan pendengaran.
4. Trauma/injury kanal telinga dalam.

 1. Obat Irigasi Telinga :


1. Diuretic
2. Obat kemoterapi
3. Antimalaria
4. Obat anti – imflamasi
5. Bahan kimia
6. Antibiotika Aminoglikosida
7. Antibiotika lain

 2. Alat dan Bahan :


Baki berisi alat – alat yang steril 
1. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37o c.
2. Semprot telinga.
3. Pinset telinga.
4. Corong telinga.
5. Pemilin telinga.
6. Pengail telinga.

 Baki berisi alat – alat yang tidak steril :


1. Bengkok 1 buah.
2. Perlak dan alasnya.
3. Lampu spiritus.
4. Lampu kepala.
5. Kapas dalam tempatnya.
6. Ember kotoran

3.   Prosedur Kerja
1) Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien.
2) Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di pangku
sambil dipegang kepalanya.
3) Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan dibersihkan
4) Pasang lampu kepala.
5) Perawat cuci tangan.
6) Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah di
flamber terlebih dahulu.
7) Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang bengkok
dengan posisi di bawah telinga.
8) Hisaplah cairan dengan menggunakan semprit dan keluarkan udara dari semprit.
9) Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengan tangan yang
lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga. (Penyemprotan
cairan harus perlahan – lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas liang telinga.)
10) Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin dan di
flamber.
11) Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau belum dengan
menggunakan corong telinga
12) Perawat cuci tangan.
13) Bersihkan alat – alat.
14) Tulis hasil dalam catatan keperawatan.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untukmembersihkan
liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda – benda asing. Irigasi telinga
adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan (air hangat kuku) ke dalam telinga.
Tujuan: Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gale, Danielle.RN,MS.,& Jane Charette, RN., 1996, Rencana Asuhan Keperawatan


Onkologi, EGC, Jakarta.
Price, Sylvia.A.,& Lorraine M.Wilson., 1995, Patofisiologi edisi 4 buku 2, EGC, Jakarta.
Robbins & Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi II edisi 4, EGC, Ja

Anda mungkin juga menyukai