Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN YANG MENGALAMI

GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG KUTILANG DI


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG

Disusun oleh:

Nama:Aminah Wati Dewi


Nim:145012018066

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2020
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Pengertian

Harga Diri Rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena

tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep & Sutini, 2014).

Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk

kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga , tidak berguna, tidak berdaya,psimis,

tidak ada harapan dan putus asa (Nurarif & kusuma, 2015).

Harga Diri Rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan Rendah Diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan

diri (Anna, 2015).

2. Proses Terjadinya Harga Diri


Rendah

Diri Rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang .

Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.

Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini

menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.

Dalam tinjauan life span history Klien, penyebab terjadinya Harga Diri

Rendah adalah pada masa kecil pujian atas keberhasilannya. Saat individu

mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan

dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan,
atau pergaulan. Harga Diri Rendah muncul saat lingkungan cenderung

mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep & Sutini, 2016).

3. Psikopatologi

Tabel 2.1
Tabel Psikopatologi (Nur,2016)

Faktor predisposisi

Faktor yang Faktor yang Faktor yang mempunyai

Mempengaruhi harga mempengaruhi peran identitas personal

Diri penampilan ketidak percayaan

Faktor presipitasi orang tua

Trauma ketegangan peran sosial.

Penilaian stressor

Sumber kopi

Integritas ego

Mekanisme koping

Jangka pendek Jangka panjang Orientasi

Rentang Respons

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi diri konsep diri harga diri kekacauan depersonalisasi

Rendah harga diri


Keterangan :

a. Respon adaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun

(konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan

ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

b. Respon maladaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat

merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan

ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

c. Aktualisasi diri :

Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan

kemampuan yang dimilikinya.

d. Konsep diri positif :

Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya

secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu

berpikirsecara positif dan realistis.

e. Harga diri rendah :

Transisi antara konsep diri adaptif dan maladaptif

f. Kekacauan identitas :

Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai

identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial

dewasa yang harmonis.

g. Depersonalisasi :

Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari

lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan

kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam


membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa

tidak nyata dan asing baginya.

( Nur, 2016)

4. Tanda dan Gejala

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri individu mempunyai

perasaan kurang percaya diri.

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal

dalam meraih sesuatu.

c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya

berada dibawah orang lain.

d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih

suka menyendiri, dan tidak ingin bertemu orang lain.

e. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan

kemampuan yang dimiliki.

f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu –

ragu dalam memilih sesuatu.

g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah

disertai harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk

mengakhiri kehidupan.

h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.

i. Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.

j. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,

selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih

banyak menunduk, dan berbicara dengan nada lemah. ( Keliat,

2015).
5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien Harga Diri

Rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara krisis,

mislnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus,

kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial,

keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,

seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan

mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti

penyalahgunaan obat-obatann.

kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi

dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes

popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara,

seperti penyalahgunaan obat-obatan.

Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang

diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka

panjang. Antara lain adalah menutup identitas, dimana pasien terlalu

cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berani

tanpa mengindahkan hasrat. Aspirasi atau potensi diri sendiri, identitas

negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan

masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering

digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi,

mengahlikan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. (Prabowo,

2014)
6. Konsep Dasar Keperawatan

1. Konsep model

Model keperawatan stress adaptasi yang dikembangkan oleh

Stuart memandang manusia sebagai makhluk yang holistic. Artinya

pemberian asuhan keperawatan sebaiknya mengintegrasikan aspek

biologis, psikologis, dan sosiokultural. Menurut Stuart (2003)

psikodinamika masalah keperawatan dimulai dengan menganalisis

factor predisposisi, presipitasi, respon terhadap stressor,

kemampuan mengatasi masalah dan mekanisme koping yang

digunakan oleh klien sehingga menghasilkan respon baik yang

bersifat konstruktif maupun destruktif dalam rentang adaptif sampai

maladaptive. (Wuryaningsih, dkk, 2018)

2. Pengkajian

Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi

pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah pasien.

Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistic, meliputi

aspek biologis, psikologis, social dan spiritual. (Stuart & Sundeen,

2002 dalam Yusuf, dkk, 2015) Pengkajian keperawatan merupakan

dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap dan sistematis

sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat

penting untuk merumuskan suatu diagnose keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu

(Minnanisa, 2020).
3. Pohon Masalah

Tabel 2.2
Pohon Masalah (Nur,2016)

Perubahan persepsi sensori


Efect halusinasi

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Core problem

Isolasi : menarik diri


Cause

4. Diagnosa keperawatan

1) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

2) Isolasi Sosial : Menarik Diri

3) Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

5. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Tabel 2.3
Tabel Rencana tindakan , Diagnosa 1 (Anggarmadi,2014)
Diagnosa
Tujua Intervensi
keperawatan
n

1 2 3

Gangguan TUM: BHSP


Konsep diri: Klien tidak terjadi 1. Bina hubungan saling percaya
Harga diri rendah gangguan konsep diri 2. Sapa klien dengan ramah, baik
: harga diri rendah verbal maupun non verbal
atau klien akan 3. Perkenalkan diri dengan sopan
meningkatkan harga 4. Tanyakan nama lengkap klien
dirinya setelah dan nama panggilan yang
dilakukan 6 kali disukai klien
pertemuan. 5. Jelaskan tujuan pertemuan
TUK 1: 6. Tunjukkan sikap empati dan
1. Klien dapat menerima klien apa adanya
membina 7. berikan perhatian kepada klien
hubungan saling
percaya

TUK 2 : SP1P
1. Klien dapat 1. Diskusikan kemampuan dan
mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
kemampuan dan Klien
aspek positif 2. Bantu Klien menilai
yang dimiliki kemampuan yang masih dapat
2. Klien dapat digunakan
menilai 3. Bantu Klien
kemampuan yang memilih/menetapkan
3. dapat digunakan. 4. kemampuan yang akan dilatih
4. Klien dapat 5. Latih kemampuan yang sudah
menetapkan atau dipilih dan menyusun jadwal
merencanakan pelaksanaan kemampuan yang
kegiatan sesuai telah dilatih dalam rencana
dengan harian
kemampuan yang
dimiliki

TUK 3 : SP11P
1. Klien dapat 1. Latih Klien melakukan
melakukan kegiatan lain yang sesuai
kegiatan sesuai dengan kemampuan klien
kondisi dan
kemampuan
2. Klien dapat
memanfaatkan SP1K
sistem 1. Diskusikan masalah yang
pendukung yang dihadapi keluarga dalam merawat
ada. klien di rumah
2. Jelaskan tentang pengertian,
TUK 4 : tanda, dan gejala harga diri
1. Keluarga mampu rendah
menjelaskan tanda 3. Jelaskan cara merawat klien
dan gejala dengan harga diri rendah
2. mendemonstrasik 4. Demonstrasikan cara merawat
an cara merawat Klien dengan harga diri rendah
dan beri kesempatan kepada
klien Harga Diri
keluarga untuk mempraktikkan
Rendah
cara merawat.
2. Isolasi Sosial: Menarik Diri

Tabel 2.4
Rencana Tindakan, Diagnosa 3 (Halifah, 2016)
Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
1 2 3
Isolasi sosial: TUM :
menarik diri Klien dapat 1. Sapa klien dengan nama baik
berinteraksi dengan verbal maupun non verbal.
orang lain 2. Perkenalkan diri bengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap dan
TUK: nama panggilan yang disukai
1. Bina hubungan klien
saling percaya 4. Jelaskan tujuan pertemuan
dengan 5. Jujur dan menepati janji
menggunakan
prinsip
komunikasi 1. Kaji pengetahuan klien
teurapetik. 2. Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan

TUK :
2. Klien dapat
menyebutkan

penyebab menarik 3. yang menyebabkan klien tidak


diri mau bergaul.

TUK : 4. Berikan pujian terhadap


1. Klien dapat kemampuan klien
menyebutkan mengungkapkan perasaannya.
keuntungan 5. Kaji pengetahuan klien tentang
beinteraksi keuntungan memiliki teman
dengan orang 6. Beri kesempatan kepada klien
lain dan untuk berinteraksi dengan orang
kerugian tidak lain
berinteraksi 7. Diskusikan dengan klien tentang
dengan orang keuntungan berhubungan dengan
lain. orang lain
8. Beri penguatan positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
9. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain
TUK :
Klien dapat 1. Beri kesempatan kepada klien
melaksanakan untuk mengungkapkan perasaan
interaksi sosial tentang kerugian bila tidak
secara bertahap berinteraksi dengan orang lain
2. Kaji kemampuan klien membina
hubungan dengan orang lain
3. Bermain peran tentang cara
P berhubungan/berinteraksi dengan
orang lain
e 4. Beri penguatan positif terhadap
r keberhasilan yang dicapai
u 5.. Bantu klien mengevaluasi
b keuntungan menjalin hubungan
sosial
a 6. Diskusikan jadwal harian yang
h dapat dilakukan bersama klien
a dalammengisi waktu, yaitu
n berinteraksi dengan orang lain
7. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
s
8. . Beri penguatan positif atas
e kegiatan klien dalam kegiatan
n ruangan
s

3. Perubahan sensori persepsi: Halusinasi


Tabel 2.5
Rencana Tindakan, Diagnosa 4 (Halifah, 2016)
Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
1 2 3
Perubahan Klien dapat
sensori mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
persepsi: halusinasinya dengan mengungkapkan prinsip
Halusinasi TUK: komunikasi terapeutik
1. Klien dapat 2. Sapa klien dengan ramah
1 membina 3. Tanya nama klien siapa
hubungan 4. Jujur dan tepati janji
saling percaya 5. Beri kesempatan pada klien untuk
2. Klien dapat mengatakan kerugian
mengenal berhubungan atau berinteraksi
halusinasi dengan orang lain
3. Klien dapat 6. Beri kesempatan klien atau bantu
memanfaatkan klien menentukan topik
obat dengan pembicaraan
baik 7. Latih berhubungan sosial secara
bertahap dengan perawat
8. Masukan dalam jadwal kegiatan
klien
6. Terapi keperawatan

a. Terapi individu : terapi perilaku

b. Terapi kelompok : psikoedukasi

kelompok

c. Terapi keluarga : triage terapi

d. Terapi komunitas : assertive community therapy

(SAK, FIK-UI, 2014 dalam Satrio, 2015)

7. Implementasi keperawatan

Implementasi atau tahap pelaksanaan merupakan tindakan

yang sudah direncanakan dalam asuhan keperawatan.

Tindakan keperawatan mencakup tindakan independen

(secara mandiri) dan juga kolaborasi antar tim medis.

(Melliany,2019) Tindakan keperawatan merupakan standar

dari standar asuhan yang berhubungan dengan aktivitas

keperawatan professional yang dilakukan oleh perawat,

dimana implementasi dilakukan pada pasien , keluarga dan

komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat.

(Damaiyanti & Iskandar,2012)

8. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan kepada klien. (Maha, 2019) Evaluasi

dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien

dan tenaga kesehatan lainnya. Secara umum evaluasi bertujuan

untuk : Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai


tujuan, Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

tercapai (Asmadi, 2008 dalam Minannisa, 2020)

Anda mungkin juga menyukai