Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

Oleh :

NAVA SYAFAAT ARAFAT USMAN

14420231070

CI Lahan CI Institusi

(………….………..) (……………………)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Definisi Harga Diri Rendah
Menurut Abidin Harga diri merupakan konstruk yang penting
dalam kehidupan sehari-hari dan berperan dalam menentukan tingkah laku
seseorang meliputi penilaian, perasaan atau pandangan individu terhadap
dirinya atau hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan
pada dimensi positif yaitu menghargai kelebihan diri serta menerima
kekurangan yang ada dan dimensi negatif yaitu tidak puas dengan kondisi
diri, tidak menghargai kelebihan diri serta melihat diri sebagai sesuatu
yang selalu kurang. (Dwi ahyu cahya utami, 2019)
Menurut Yosep Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri, perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. (Meryana, 2017)
2. Penyebab Harga Diri Rendah
1. Pola asuh keluarga
2. Tekanan/trauma
3. Keadaan fisik
4. Ketidakberfungsian secara social
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
1. Afek datar
2. Tidak memiliki kemauan
3. Merasa tidak nyaman
4. Manarik diri masyarakat
5. Ketidakmampuan merawat diri sendiri
6. Tidak mampu mengekspresikan perasaan
7. Hilangnya spontanitas dan rasa ingin tahu
8. Menurunnya motivasi
9. Hilangnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
(Widianti, Keliat, & Wardhani, 2017)
4. Proses terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri

rendah meliputi penolakan dan kurangnya penghargaan diri dari orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak benar,

membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau

ketidakpastian, kegagalan yang berulangkali, kurang mempunyai tanggung

jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak

realistis, gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain, misalnya

karena orang tua tidak percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur

sosial yang berubah.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma

seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian

yang mengancam kehidupan seperti kehilangan bagian tubuh, perubahan

aturan, bentuk dan penampilan fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan

dengan tumbuh kembang normal, adanya kegagalan yang mengakibatkan

produktifitas menurun. Selain itu faktor presipitasi lain yaitu ketegangan

peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana

individu mengalami frustrasi. Pada mulanya klien merasa dirinya tidak

berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan

orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh

permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin


mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif

dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak

dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan

rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan

sehingga rasa aman tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia

mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada mencari

penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin

klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam

mengembangkan hubungan dengan orang lain.

5. Patofisiologi
6.
kegagaln perpisahan/kehilangan
Risiko gangguan persepsi sensori

Harga diri rendah

menarik diri, isolasi sosial

7. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Aktualisasi konsep diri harga diri kercaunan depresionalisasi
Diri positif rendah identitas

Keterangan :

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif

dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang

negatif dair dirinya.

3. Harga diri rendah adalah individu cendrung untuk menilai dirinya negatif

dan merasa lebih rendah dari orang lain.

4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek

identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial

kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

5. Depresionalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap

diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak

dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik).
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi olah raga
kontes popularitas).
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
(penyalahgunaan obat-obatan).

Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi
dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi
atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. (Oliver, 2019)

9. Penatalaksanaan
Menurut Eko, terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
1. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,
Zotatine, dan Ariprprazole.
2. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika
pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau
dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang
tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
listrik 5-5 joule/ detik.
4. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
5. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi
kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah bisa
secara individu, terapi keluarga, kelompok dan penanganan
dikomunikasi baik generalis keperawatanlanjutan. Terapi untuk pasien
dengan harga diri rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa
percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan
lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien
dengan harga diri rendah. (Oliver, 2019)

B. PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian

1. Identitas klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status

perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan,

tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2. Keluhan utama : Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan

klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan

keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.


3. Faktor predisposisi : Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi,
Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental : Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
7. Mekanisme koping Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain
dan asyik dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
8. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
9. Pengetahuan Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
10. Aspek medik Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
II.Diagnosa Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
2. Data Yang Perlu Dikaji
1) Data Subyektif :

⮚ Mengkritik diri sendiri atau orang lain

⮚ Perasaan tidak mampu

⮚ Pandangan hidup yang pesimis

⮚ Perasaan lemah dan takut

⮚ Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

⮚ Pengurangan diri / mengejek diri sendiri

⮚ Hidup yang berpolarisasi

⮚ Ketidakmampuan menentukan tujuan

⮚ Mengungkapkan kegagalan pribadi

⮚ Merasionalisasikan penolakan

2) Data Obyektif :

⮚ Produktifitas menurun

⮚ Perilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain


⮚ Penyalahgunaan zat

⮚ Menarik diri dari hubungan sosial

⮚ Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

⮚ Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

⮚ Tampak mudah tersinggung / mudah marah

Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh


III.Intervensi
Promosi Sosialisasi (I.13498)

Observasi
1. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain

Terapeutik
3. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
4. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
5. Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
6. Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (mis: jalan-jalan, ke toko
buku)
7. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
orang lain
8. Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
9. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
10. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan

Edukasi
11. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
12. Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
13. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
14. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang
lain
15. Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata dan alat bantu
dengar)
16. Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan
khusus
17. Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
18. Latih mengekspresikan marah dengan tepat

Terapi Aktivitas (I.01026)


Observasi
19. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
20. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
21. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
22. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
23. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis: bekerja) dan waktu luang
24. Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas

Terapeutik
25. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
26. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
27. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
28. Koordinasikan pemilhan aktivitas sesuai usia
29. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
30. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
31. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
32. Fasilitasi aktivitas rutin (mis: ambulasi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
33. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
34. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
35. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
36. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
37. Fasilitasi aktivitas aktivitas dengan komponen memori implisit dan
emosional (mis: kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien
demensia, jika sesuai
38. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
39. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan (mis: vocal group, bola voli, tenis
meja, jogging, berenang, tugas sederhana, permainan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan
kartu)
40. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
41. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
42. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
43. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
44. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi
45. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
46. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
47. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan Kesehatan
48. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
49. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas

Kolaborasi
50. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
51. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
IV. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.Dengan memperhatikan mengutamakan masalah utama
yang aktual dan mengancam integritas klien dan lingkungan.
V. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai hasil
dari tindakan keperawatan pada klien dan dilakukan terus menerus pada
respon klien menjadi lebih baik atau tidak menggunakan pendekatan SOAP
(Muhith, 2015). klien mampu memperkenalkan diri, klien mengatakan
kegiatan positif yang dilakukan dirumah sakit adalah menata tempat tidur,
mencuci piring, menyapu halaman, obejktif klien mampu mengetahui
kegiatan positif dirumah sakit, assesment tujuan teratasi sebagian, planning
membuat daftar kegiatan positif yang dimiliki dan mampu dilakukan,
rencana tindak lanjut melatih kemampuan pertama menata tempat tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi ahyu cahya utami. (2019). UPAYA AKTIVITAS MERIAS DIRI UNTUK
MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH.
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Meryana. (2017). Upaya Meningkatkan Harga Diri Dengan Kegiatan Positif Pada
Pasien Harga Diri Rendah. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2–14.

Oliver, J. (2019). harga diri rendah. Hilos Tensados, 1, 1–476.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Widianti, E., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2017). Aplikasi Terapi Spesialis
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Dengan Harga Diri Rendah
Kronis Di Rsmm Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia,
3(1), 83. https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7489

Anda mungkin juga menyukai