Anda di halaman 1dari 90

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN

PENANGANAN PASIEN FRAKTUR DI INSTALASI GAWAT


DARURAT RSUD LAHAT
TAHUN 2021

Oleh:

HELEN
19.14201.92.14.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN
PENANGANAN PASIEN FRAKTUR DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD LAHAT
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh:

HELEN
19.14201.92.14.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2021

ii
ABSTRA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Skripsi, 04 Agustus 2021
Helen
Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga dengan Penanganan Pasien Frakturdi
IGD RSUD Lahat Tahun 2021.
(xv+ 54 Halaman + 4 Tabel + 2 Bagan + 8 Lampiran)

ABSTRAK
Kegawatdaruratan kondisi mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan
yang cepat dan tepat hal tersebut terjadi kapan saja dan dimana saja, Cedera akibat
kecelakaan umumnya pada system muskuluskletal, yaitu tendon, otot, ligament, kulit
dan tulang. Kecelakaan segera ditangani dengan cepat dan tepat. Cederanya pada
system muskuluskletal bisa kita temukan pasien mengalami fraktur sehingga
mengakibatkan kecemasan pada keluarga pasien. Diketahuinya Hubungan Tingkat
Kecemasan Keluarga dengan Penanganan Pasien fraktur di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Lahat Tahun 2021. penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan rancangan survey analitik dengan pendekatan cross sectional
diketahuinya hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek.
Penelitian dilakukan tanggal 01 sampai dengan 17 Juli 2021. Responden berjumlah
56 adalah keluarga pasien yang mengalami fraktur dilakukan tindakan di Instalasi
gawat darurat yang akan diambil sampel menggunakan teknik purposive sampling,
Analisis data penelitian ini menggunakan uji chi-square. didapatkan hasil bahwa
kecemasan keluarga dengan penanganan fraktur kategori ringan berjumlah 31
responden (91,2%),dengan nilai p-value 0,003. Hal ini menunjukkan nilai kurang dari
0,05 artinya ada hubungan antara kecemasan keluarga dengan penanganan fraktur di
IGD RSUD LahatTahun 2021. Peranan petugas meningkatkan kualitas pelayanan dan
mengurangi kecemasan keluarga sehingga penanganan fraktur dan keluarga pasien
mendapat kepuasan terhadap pelayanan dari RSUD lahat.

Kata Kunci : Kecemasan, Keluarga,


Fraktur Daftar Pustaka : 24 (2012-2021)

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
NURSING STUDY PROGRAM
Student Thesis, 04 August

2021 Helen

Relationship between Family Anxiety Levels and Handling Fracture Patients in


the Emergency Room at Lahat Hospital in 2021.
(xv + 54 pages + 4 Tables + 2 Charts + 8 Appendices)

ABSTRACT
Emergency conditions are life-threatening and require prompt and appropriate help,
they occur anytime and anywhere. Injuries due to accidents are generally in the
musculoskeletal system, namely tendons, muscles, ligaments, skin and bones.
Accidents are handled quickly and appropriately. Injury to the musculoskeletal
systemwe can find the patient has a fracture, causing anxiety in the patient's family.
Knowing the Relationship between Family Anxiety Levels and Handling Fracture
Patients at the Lahat Hospital Emergency Installation in 2021. This study is a
quantitative study using an analytical survey design with a cross sectional approach
to know the relationship between two variables in a situation or group of subjects.
The study was conducted from 01 to 17 July 2021. The 56 respondents were families
of patients whose fractures were treated in the emergency department where samples
were taken using purposive sampling technique. The data analysis of this study used
the chi- square test. The results showed that family anxiety with the treatment of
mild fractures was 31 respondents (91.2%), with a p-value of 0.003. This shows a
value of less than 0.05 meaning that there is a relationship between family anxiety
and fracture treatment in the Lahat Hospital Emergency Room in 2021. The role of
officers is to improve service quality and reduce family anxiety so that fracture
management and patient families get satisfaction with services from Lahat Hospital.

Keywords : Anxiety, Family,


Fracture Bibliography : 24 (2012-2021)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN


PENANGANAN PASIEN FRAKTUR DI IGD RSUD LAHAT
TAHUN 2021

OLEH

HELEN
19.14201.92.14.P

Program Studi Keperawatan

Telah Disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan tim penguji Skripsi


Program Studi Keperawatan STIK Bina Husada Palembang.

Palembang, 04 Agustus
2021 Pembimbing

Ns. Husin, S.Kep., M.Kes

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes

v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG

Palembang, 04 Agustus 2021

Ketua

Ns. Husin, S.Kep., M.Kes

Anggota 1

Ns. Yofa Anggriani Utama, S.Kep, M.Kes., M.Kep

Anggota II

Ns. Mujahidin, S.Kep., M.Kes

vi
RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI :
Nama : Helen
Tempat/Tanggal Lahir : Pagaralam, 23 Maret 1980

- Jenis Kelamin : Perempuan


- Agama : Islam
- Status : Menikah
- Alamat : Jl. RA. Latief No.36 RT.009/003
Talang Kapuk Lahat SumSel

- Email : kiarabilalhelen@gmail.com
- No. Telp : 083173057675
- Nama Orang Tua
- Ayah : KMS Zainal Arifin
- Ibu : Holpiah

II. RIWAYAT PENDIDIKAN :


- Formal :
1. SD Negeri 53 Lahat : Tamat Tahun 1992
2. SMP Negeri 2 Lahat : Tamat Tahun 1995
3. SPK PEMDA TK II LAHAT : Tamat Tahun 1998
4. AKPER Progsus PEMDA LAHAT : Tamat Tahun 2011
5. STIK Bina Husada Palembang : Tamat Tahun 2021
.

vii
PERSEMBAHAN DAN

PERSEMBAHAN

 Untuk Kedua Orang Tua Ku Tercinta (Bapak dan Ibok), Terima Kasih atas

semuanya, yang selalu memberikan Doa’nya Untukku

 Untuk Suamiku Tercinta (M. Suyuto), dan Kedua anakku (Kiara Meila

Syifa dan M. Bilal Arsyil) yang selalu memberikan motivasi dan semangat

kepadaku

 Adik-Adik dan Keponakanku tersayang terima kasih support dan dukungan

yang tiada henti


 Untuk Almarhumah Nyai Hj. Marmah

 Teman-Teman seperjuangan

MOTTO

“Tenangkan Hati, Jernihkan Pikiran dalam Menghadapi Suatu Urusan

ataupun Masalah”

viii
UCAPAN TERIMA

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan

Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien dengan Penanganan Pasien Fraktur di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021”. Penulisan ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan

di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. Dalam penyusunan skripsi ini

mungkin masih terdapat kekurangan, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Untuk itu pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes. selaku Plt. Ketua STIK Bina Husada Palembang..

2. Dr. Erlinda, M.Kes, selaku Direktur RSUD Lahat

3. Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Ilmu Keperawatan STIK

Bina Husada Pelembang.

4. Ns. Husin, S.Kep., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini

5. Ns. Yofa Anggriani Utama, S.Kep, M.Kes, M.Kep Selaku Penguji I yang telah

memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini

6. Ns. Mujahidin, S.Kep, M.Kes, Selaku Penguji II yang telah banyak juga

memberikan arahan dan masukan juga demi kesempurnaan skripsi ini

ix
7. Seluruh Dosen dan Staf STIK Bina Husada Palembang

Lahat, Agustus 2021

Peneliti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI...................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI..................................................................vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS..............................................................................vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO.........................................................................viii
UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...................................................................................................xiv
DAFTAR SKEMA.................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Pertanyaan Peneliti.........................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.4.1 Tujuan Umum......................................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus.....................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................4
1.5.1 Bagi Rumah Sakit RSUD Lahat............................................................4
1.5.2 Bagi STIK Bina Husada........................................................................5
1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................................5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Fraktur................................................................................................7
2.1.1 Pengertian...............................................................................................7
2.1.2 Jenis Fraktur...........................................................................................7
2.1.3 Tanda dan Gejala Fraktur.......................................................................9
2.1.4 Komplikasi Fraktur.................................................................................10
2.1.5 Penatalaksanaan Fraktur.........................................................................11
2.2 Konsep Kecemasan.........................................................................................12
2.2.1 Pengertian Kecemasan............................................................................12
2.2.2 Keluhan Kecemasan...............................................................................13
2.2.3 Proses Terjadinya Kecemasan................................................................17
2.2.4 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)..................19
2.2.5 Penatalaksanaan Kecemasan..................................................................22
xi
2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan....................................24
2.3 Konsep Keluarga.............................................................................................25
2.3.1 Pengertian Keluarga...............................................................................25
2.3.2 Fungsi Keluarga.....................................................................................26
2.3.3 Tipe Keluarga.........................................................................................27
2.4 Penelitian Terkait.............................................................................................28
2.5 Kerangka Teori................................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian.............................................................................................31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................31
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................................31
3.3.1 Populasi Penelitian.................................................................................31
3.3.2 Sampel Penelitian...................................................................................31
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel...................................................................32
3.4 Kerangka Konsep............................................................................................33
3.4.1 Kerangka Konsep...................................................................................33
3.5 Definisi Operasional........................................................................................34
3.6 Hipotesis..........................................................................................................35
3.7 Pengumpulan Data...........................................................................................35
3.7.1 Data Primer.............................................................................................36
3.7.2 Data Sekunder........................................................................................36
3.8 Instrumen Penelitian........................................................................................36
3.9 Pengolahan Data..............................................................................................37
3.10 Analisis Data..................................................................................................37
3.10.1 Analisis Univariat...............................................................................38
3.10.2 Analisis Bivariat.................................................................................38
3.11 Etika Penelitian..............................................................................................38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum RSUD Lahat.......................................................................40
4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Lahat............................................................40
4.1.2 Motto Visi dan Misi RSUD Lahat.........................................................41
4.1.3 Tipe Rumah Sakit...................................................................................43
4.1.5 Fasilitas Pelayanan.................................................................................44
4.2 Analisa Hasil....................................................................................................45
4.2.1 Analisa Univariat....................................................................................45
4.3 Analisa Bivariat..............................................................................................47
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian...........................................................................48
4.4.1 Analisa Univariat....................................................................................48
4.4.2 Analisa Bivariat......................................................................................50
4.5 Keterbatasan Penelitian...................................................................................52

xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................................53
5.2 Saran................................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR

Tabel 3.9 Definisi Operasional...........................................................................38


Tabel 4.2.1 Analisis Univariat Tingkat Kecemasan............................................51
Tabel 4.2.2. Analisis Univariat Penanganan Fraktur...........................................52
Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Penanganan Fraktur.............53

xiv
DAFTAR

Gambar 2.5 Kerangka Teori.................................................................................33


Gambar 3.1 Kerangka Konsep.............................................................................37

xv
1

DAFTAR

1. Kuesioner Penelitian
2. Output SPSS
3. Surat Izin Penelitian
4. Dokumentasi Penelitian

xvi
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Kecelakaaan merupakan suatu hal yang bisa mengakibat cedera pada tubuh

manusia dan cedera pada kecelakaan banyak terjadi pada anak-anak sekolah

umumnya dan cedera dapat terjadi pada system muskuluskletal, yaitu tendon, otot,

ligament, kulit dan tulang. Kecelakaan pada system ini harus segera ditangani dengan

cepat dan tepat. Adapun salah satu penyebab cederanya pada system muskuluskletal

yang bisa kita temukan seperti kejadian atau pasien mengalami fraktur. Fraktur

adalah merupakan terputusnya kontinuitas tulang akibat dari adanya benturan atau

trauma tumpul dari suatu objek tertentu. Trauma benda tumpul menyebabkan patah

tulang yang dapat ditangani yaitu luka yang berifat surfisial atau dipermukaan saja,

sehingga akan mudah menekan darah yang mengalami perdarahan (Najihah, 2019)

Fraktur merupakan juga penyebab kematian terbesar ketiga dibawah penyakit

jsntung koroner dan tuberculosis. Menurut data yang dihimpun di. Indonesia

merupakan Negara terbesar di Asia Tenggara yang mengalami kejadian fraktur

terbanyak sebesar 1,3 juta setiap tahunnya. Fraktur yang terjadi di Bali mencapai

prevalensi hingga 7,5%. (Riskesdas, 2018)

Dampak dari terjadinya fraktur mengakibatkan kelainan bentuk tulang atau

kecacatan bahkan kematian. Untuk mencegah terjadinya cedera pada pasien

muskuluskletal dibutuhkan pertolongn balut bidai di tingkat

pembelajaran
1
2

kegawadaruratan. (YAGD, 118, 2015)

Kegawatdaruratan terhadap kesehatan manusia adalah hal yang sering terjadi di

mana saja dan kapan saja, bahkan sering kali terjadi secara tiba-tiba akibat berbagai

musibah. Ketika keadaan tersebut terjadi, banyak orang disekitar penderita merasa

panik dan bingung bagaimana cara menolong penderita (Mubarak, 2009).

Akibat panik dan bingung bagaimana cara menolong penderita Tentunya

mengakibat kan kecemasan pada keluarga pasien. Kecemasan merupakan keadaan

perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang

memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak

menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan

itusendiri selalu dirasakan (Lestari, 2015).

kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian

id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,

sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan kendalikan oleh norma-

norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya (

Lestari 2015).

Analisis bivariat di peroleh p-value 0,032 <α (0,05) menunjukkan adanya

hubungan antara intensitas nyeri dengan kecemasan sedangkan dukungan keluarga

dengan intensitas nyeri di peroleh p-value 0,045 <α (0,05) menunjukkan adanya

hubungan antara inensitas nyeri dengan dukungan keluarga.

Berdasarkan data yang di dapat peneliti dari Data kunjungan pasien di instalasi
3

gawat darurat RSUD Lahat, jumlah kejadian fraktur adalah sebagai berikut : jumlah

pasien fraktur pada tahun 2019 sebanyak 115 orang. Pada tahun 2020 jumlah pasien

fraktur mengalami penurunan sebanyak 89 orang. Pada tahun 2021 jumlah pasien

fraktur periode Januari dan Februari sebanyak 56 orang. Dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat.

Dari Tiga keluarga pasien mengatakan bahwa sangat cemas dengan keadaan

keluarganya dan bingung apa yang harus dilakukan, keluarga mengatakan takut

terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Adapun secara observasi yang dilakukan

peneliti didapatkan Keluarga pasien terlihat tidak tenang, gelisah.

Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil observasi peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang Hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan penanganan pasien

fraktur di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas kejadian tidak bisa dianggap hal yang

biasa memperburuk keadaan pasien dan meyebabkan kecemasan pada keluarga

pasien maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah belum diketahuinya

Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga dengan Penanganan pasien fraktur di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021.


4

1.3 Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, Maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah adakah Hubungan Tingkat Kecemasan keluarga dengan

penaganan pasien fraktur di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga dengan Penanganan

Pasien fraktur di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi penanganan pasien fraktur Instalasi Gawat

Darurat RSUD Lahat Tahun 2021.

2. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga yang menghadapi

pasien fraktur di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021.

3. Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan penanganan pasien

fraktur di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Rumah Sakit RSUD Lahat

Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi rumah sakit dalam

meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan dalam penanganan pasien

fraktur di Instalasi gawat darurat sehingga pasien maupun keluarga pasien mendapat
5

kepuasan terhadap pelayanan dari RSUD Lahat.

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam metode pengembangan

pembelajaran dan juga sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan bagi Mahasiswa/Mahasiswi STIK Bina Husada Palembang khususnya

Program Studi Ilmu Keperawatan yang berhubungan dengan Mata kuliah Kegawat

daruratan.

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi media untuk mengaplikasikan teori-teori yang berhubungan

dengan fraktur serta dapat digunakan untuk proses pembelajaran dan menambah

pengetahuan dan sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam area keperawatan gawat darurat, penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan survey analitik dengan

pendekatan cross sectional diketahuinya hubungan antara dua variabel pada suatu

situasi atau kelompok subjek. Penelitian ini difokuskan diketahuinya hubungan

tingkat kecemasan keluarga dengan penanganan pasien fraktur di Instalasi Gawat

Darurat RSUD Lahat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 sampai dengan 17 Juli

2021. Responden dalam penelitian ini berjumlah 56 orang yang merupakan keluarga

pasien yang mengalami fraktur yang dilakukan tindakan di Instalasi gawat darurat
6

yang akan diambil sampel menggunakan teknik purposive sampling, Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Fraktur

2.1.1 Pengertian

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya frakturyang bterjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada

yang didapat. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya menemukan,

gerak punter mendadak dan bahan kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah,

jaringan disekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan elemen jaringan lunak,

perdarahan pada otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan syaraf dan

kerusakan pembuluh darah. (Taqiyyah, 2013)

2.1.2 Jenis Fraktur

a. Fraktur Komplit

Merupakan patah seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran (bergeser dari garis normal). Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi

pada sebagian dari garis tengah tulang (Brunner & Suddarth, 2013)

b. Fraktur tertutup

Merupakan dimana kulit tidak tembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi

frakturtidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia

luar

7
8

c. Fraktur terbuka

Fraktur yang mempunyai dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak.

Adapun fraktur terbuka merupakan fraktur pada kulit sampai patah tulang. Fraktur

digradasi terbuka menjadi : Grade 1 dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya,

Grade II luka lebih luas sampai kerusakan jaringan lunak yang ekstensif dan Grade

III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif,

merupakan yang paling berat. Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari

cedera benturan keras, seperti kecelakaan, olah raga, atau karena jatuh. Patah tulang

terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang

(Sartono,2016)

d. Fraktur dengan komplikasi

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi

e. Fraktur Transversal

Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada

fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi

kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil

f. Fraktur Kuminutif

Merupakan serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat

lebih dari dua fragmen tulang

g. Fraktur Oblik (serong)

Merupakan fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.


9

Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki

h. Fraktur Segmental

Merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan

terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani.

Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan sulit sembuh dan

mungkin memerlukan pengobatan secara bedah

i. Fraktur Spiral

Hal ini merupakan timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur-fraktur ini khas

pada cedera terputar sampai tulang patah. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur

rendah energy ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan

cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

2.1.3 Tanda dan Gejala Fraktur

Menurut, Purwadianto, 2013 sebagai berikut :

1. Riwayat trauma

2. Nyeri local dan makin bertambah bersama gerakan

3. Hilangnya fungsi anggota gerak dan persendian yang terdekat

4. terdapatnya perubahan bentuk

5. Nyeri tekan, krepitasi tidak perlu selalu dibuktikan

6. Gerakan abnormal

7. Pemeriksaan keadaan neurovaskuler dibagian distal dari garis fraktur


1

2.1.4 Komplikasi Fraktur

Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan komplikasi

akhir :

2.1.4.1 Komplikasi Awal

2.1.4.1.1 Syok

Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatkan pemecahan

kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenisasi. Hal ini biasanya terjadi

pada fraktur femur karena sakit yang hebat pada pasien (Brunner &Suddarth, 2013)

2.1.4.1.2 Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh tidak adanya nadi, sianosis

bagian distal serta dingin pada ektremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi

pembidaian, serta perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan

pembedahan (Brunner & Suddarth, 2013)

2.1.4.1.3 Sindrom Kompartemen

Suatu kondisi dimana terjadi terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah

dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang

menekan otot, saraf dan pembuluh darah. Kondisi sindrom kompartemen akibat

komplikasi fraktur yang terjadi dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada

bagian tengah tulang.

2.1.4.1.4 Infeksi

Sistem pertahanan tubuh rusak apabila ada trauma pada jaringan


1

2.1.4.1.5 Nekrosis

Terjadinya aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan

nekrosis tulang

2.1.4.1.6 Sindrom emboli lemak

Komplikasi serius terjadi pada kasus fraktur tulang panjang, terjadi karena sel-sel

lemak yang dihasilkan sumsum tulang masuk ke aliran darah dan meyebabkan

tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,

takikardia, hipertensi, takipnea dan demam

2.1.4.2 Komplikasi Akhir

2.1.4.2.1 Delayed Union merupakan kegagalan fraktur terkonsolidasi sesuai dengan

waktu yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau tersambung dengan

baik,hal ini disebabkan Karena penurunan suplai darah ke tulang

2.1.4.2.2 Non-Union

Fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan dan tidak terjadi

konsolidasi sehingga terdapat sendi palsu.

2.1.4.2.3 Mal-Union

Keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas

yang berbentuk angulasi, pemendekan atau menyilang misalnya pada

fraktur radius-ulna

2.1.5 Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur meliputi, imobilisasi dan pengembalian fungsiserta

kekuatan normal dengan rehabilitasi


1

a. Reduksi Fraktur

Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi

bisa dilakukan secara tertutup, terbuka dan traksi tergantung pada sifat fraktur namun

prinsip yang mendasarinya tetap sama

b. Mobilisasi fraktur

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi, atau dipertahankan

dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi

dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau eksterna dapat menggunakan pembalutan,

gips, bidai, traksi kontinu pin dan teknik gips.Fiksator interna dengan implant logam.

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Menurut Lestari, (2015) Pengertian kecemasan adalah sebagai berikut :

Ansietas merupakan respon emosional dan penilaian individu yang subjektif

yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara khusus faktor

penyebabnya. Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek

yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-

olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala

otonomik yang berlangsung beberapa waktu.

Kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang

disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan
1

datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk

dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.

2.2.2 Keluhan Kecemasan

Menurut Lestari, (2015) Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang

yang mengalami ansietas antara lain :

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran

berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, dan gangguan pencernaan.

Tingkat kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain: Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi ringan sedang berat panik


1

1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel,

lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi

meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan mempunyai

karakteristik :

a. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari

b. Kewaspadaan meningkat

c. Persepsi terhadap lingkungan meningkat

d. Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.

e. Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat

sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar.

f. Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada

masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan

tindakan.

g. Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan,

dan suara kadang-kadang meninggi.


1

2. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah

yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami

perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi

yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat ketegangan otot meningkat,

bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar

namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan

terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak

sabar, mudah lupa, marah dan menangis. Kecemasan sedang mempunyai karakteristik:

a. Respon biologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah

meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/ konstipasi, sakit kepala, sering

berkemih, dan letih.

b. Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari

luar tidak mampu diterima.

c. Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara

banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

3. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan

kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan
1

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi

yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, diare,

palpitasi, lahan persepsi meyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada

dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak

berdaya,bingung, disorientasi. Kecemasan berat mempunyai karakteristik:

a. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang

lain.

b. Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan

sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang.

c. Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntunan, serta lapangan persepsi menyempit.

d. Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan komunikasi

menjadi terganggu(verbalisasi cepat).

4. Panik (sangat berat)

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami

kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah

susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,

tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,

mengalami halusinasi dan delusi. Panik (kecemasan sangat berat) mempunyai

karakteristik :
1

a. Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,

hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

b. Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap

lingkungan mengalami distorsi, dan ketidak mampuan memahami situasi.

c. Respons perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,

berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak

menentu), perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan

diri sendiri dan atau orang lain.

2.2.3 Proses Terjadinya Kecemasan

Menurut Lestari, (2015) proses terjadinya kecemasan adalah sebagai berikut:

1. Faktor predisposisi kecemasan

Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu:

a. Teori Psikoanalitik

Elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan

impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang

dan kendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi

tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah

mengingatkan ego bahwa adabahaya.

b. Teori Tingkah Laku(pribadi)

Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil frustasi,
1

dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan dapat menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi

yang aktual mungkin adalah jumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-

faktortersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan

kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk belajar

berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

c. Teori keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui

dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam

keluarga.

d. Teori biologis

Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam

aminobutirik gamma neroregulator (GABA) Juga mungkin memain kan peran utama

dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya

dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum sesorang

mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan

mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas

seseorang untuk mengatasi stresor.

2. Faktor presipitasi kecemasan

Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada dua

kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan
1

terhadap sistem diri:

a. Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan

datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologis seperti jantung, sistem

imun, regulasi temperatur, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan

penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, luka

trauma. Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang

mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.

b. Ancaman terhadap sistem imun

Ancaman pada kategori ini daapat membahayakan identitas, harga diri dan

fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan melakukan hubungan

interpersonal dirumah, di tempat kerja dan di masyarakat, sumber eksternal dapat

berupa kehilangan pasangan, orang tua, teman, perubahan status, pekerjaan, dilema

etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau

budaya. Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan dilakukan

sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan.

2.2.4 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Menurut (Lestari,2015) Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan

yang disebut HARS (Hamilton Axiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu

yang
2

mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0

sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:

1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

2. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan

takut pada binatang besar

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih,

perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil

dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan

pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskular : takikardi, nyeri didada, denyut nadi mengeras dan detak

jantung hilang sekejap.

10. Gejala pernapasan : rasa tertekan didada, perasaan tercekik, sering menarik napas

panjang dan merasa napas pendek.


2

11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual

dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, maminore,

ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau

kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :0 =

Tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan/Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/Separuh dari gejala yang ada

3 = Berat/lebih dari setengah gejala yang ada4 = Sangat berat/semua gejala yang

ada

15. Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14

dengan hasil:

2) Skor<14= tidak ada kecemasan

3) Skor 14-20= kecemasan ringan

4) Skor 21-27= kecemasan sedang


2

5) Skor 28-41= kecemasan berat

6) Skor 42-56= panik/keccemasan sangat berat

2.2.5 Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut Lestari, (2015) penatalaksanaan kecemasan adalah sebagai beikut :

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu

metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik),

psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada

uaraian berikut:

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:

a. Makan makanan yang bergizi seimbang

b. Tidur yang cukup

c. Cukup olahraga

d. Tidak merokok

e. Tidak meminum minuman keras

2. terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai

obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal

penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka

yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolitic), yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.


2

3. Terapi Somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau

akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan

somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar

pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta

percaya diri.

b. Psikoterapi re-eduktif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila di nilai

bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-

kondtruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognnitif, untuk memuliahkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu

menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor

keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
2

sebagai faktor pendukung.

5. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan

kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang

merupkan stressor psikososial.

2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Lestari, (2015) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah

sebagai berikut :

1. Umur

Bahwa umur yang lebih mudah lebih mudah menderita stress dari pada umur tua

2. keadaan fisik

Penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang

yang sedang menderita penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan

dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita penyakit.

3. sosial budaya

Cara hidup orang dimasyarakat juga sngat memungkinkan timbulnya stress,

individu yang mempunyai cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang

jelas sehingga umumnya lebih sukar mengalami stress. Demikian juga dengan

seseorang yang keyakinan agamanya rendah.

4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap


2

sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang akan mempunyai

pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka

yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidkan. Kecemasan

adalah respon yang tidak dipelajari. Dengan demikian pendidikan yang rendah

menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.

5. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress.

Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat

mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemsan. Stress dan kecemasan dapat

terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena

kurangnya informasi yang diperoleh.

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Menurut Friedman, 2014 Keluarga sering disebut sebagai institusi terkecil yang

ada dalam masyarakat. Di dalamnya kita dapat menelusuri banyak hal. Mulai dari

hubungan antar individu, hubungan otoritas, pola pengasuhan, pembentukan karakter,

masuknya nilai-nilai masyarakat yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing dan merupakan peran

lingkungan sosial yang sangat dekat hubungan dengan seseorang. Di keluarga itu,

seseorang dibesarkan, bertempaat tinggal, berinteraksi atau dengan yang lain, di

bentuk nya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya, dan berfungsi sebagai saksi
2

segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.

2.3.2 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga Menurut Friedmen (2014) adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif (affective function)

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan

dari seluruh anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and social placement

functional)

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan

kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi (reproductive function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber

daya manusia.

4. Fungsi ekonomi (economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat

mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan

memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap


2

memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan

perawatan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga.

2.3.3 Tipe Keluarga

Menurut Friedman, 2014 pembagian tipe ini bergantung kepada konteks

keilmuan dan orang yang mengelompokkan :

a. Secara Tradisional

Secara tradisional kelurga menjadi dua yaitu :

1) Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak diperoleh dari

keturunan atau adopsi atau keduanya.

2) Keluarga Besar (Extended Family)

Adalah kelurga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

b. Secara Modern

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism, maka

pengelompokkan tipe keluarga selain yang tersebut di atas adalah :

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh

sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu satau keduanya dapat bekerja

di luar rumah.
2

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/ istri,

tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik bawaan dari

perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/ keduanya dapat bekerja di

luar rumah.

2.4 Penelitian Terkait

1. Menurut hasil penelitian Zulian. E, 2019 menunjukkan ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan yang secara spesifik didapatkan

hasil pValue 0,001 untuk dukungan emosional, pValue 0,035 untuk dukungan

penghargaan, pValue 0,025 untuk dukungan informatif dan pValue 0,003 untuk

dukungan instrumental dimana kesemuanya menunjukkan hipotesis diterima

(pValue 0,05). Disarankan untuk pihak keluarga agar lebih memberikan

dukungan yang baik, ungkapan empati, pujian yang positif, perhatian dan

kepedulian serta informasi dan nasehat sehingga dapat membuat pasien fraktur

ekstremitas yang akan menjalani operasi merasa tenang dan dapat mempersiapkan

operasi sebaik-baiknya.

2. .Menurut Arvian, 2020 didapatkan hasil penelitian ini di uji dengan uji

pearsondan menunjukan nilai rata-rata dukungan keluarga sebesar 36,15 dan nilai

kecemasan rata-rata sebesar 17,78. Dukungan keluarga berhubungan negatif

dengan kategori kuat sebesar -0,882 dengan nilai signifikan yaitu p=0,000

(p<0,005) yang berarti terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pasien post


2

operasi TKR di RS. Ortopedi Prof. DR. R Soeharso. Surakarta.

3. Menurut Fenalia, 2020 didapatkan hasil Ppnelitian (1) dari 30 sampel 18 orang

pada perilaku caring rendah terdapat 7 orang (38,9%) yang tingkat kecemasannya

termasuk berat, 9 orang (50,0%) yang tingkat kecemasannya termasuk sedang dan

2 orang (11,1%) yang tingkat kecemasannya termasuk ringan, sedangkan dari 12

orang dengan perilaku caring tinggi terdapat 8 orang (66,7%) yang tingkat

kecemasannya termasuk ringan dan 4 orang (33,3%) tidak mengalami kecemasan;

(2) Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi fraktur dengan kategori hubungan erat di

ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

4. Menurut Savira, 2020 dipenelitiannya menyatakan dari hasil analisis bivariat di

peroleh p-value 0,032 <α (0,05) menunjukkan adanya hubungan antara intensitas

nyeri dengan kecemasan sedangkan dukungan keluarga dengan intensitas nyeri di

peroleh p-value 0,045 <α (0,05) menunjukkan adanya hubungan antara inensitas

nyeri dengan dukungan keluarga.

5. Menurut Riya Afrita, 2020 didapatkan hasil : untuk analisa univariat didapatkan

hasil Distribusi frekuensi pemberian informasi sebanyak 45 orang (69,2% ),

Distribusi frekuensi kecemasan pre operasi sebanyak 50 orang (76,9% ),

Distribusi frekuensi penundaan operasi sebanyak 49 orang (75,4% ) dan untuk

analisa bivariat Ada hubungan antara pemberian informasi dengan kecemasan pre

operasi dengan Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,008 (p value ≤ 0,05)
3

dan Tidak ada hubungan antara pemberian informasi dengan penundaan operasi

dengan Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,189 (p value ≤ 0,05). K

2.5 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


kecemasan :

Umur
Keadaan Fisik
Sosial Budaya
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan

Tingkat kecemasan
Penanganan Pasien Fraktur
Reduksi Fraktur
Mobilisasi Fraktur

Sumber : Lestari, 2015, Brunner & Suddart 2013


3

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode Kuantitatif dengan menggunakan survey

analitik, dengan rancangan cross sectional yaitu yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(Notoatmodjo,2012). Penelitian ini diketahuinya hubungan antara tingkat kecemasan

keluarga dengan penanganan pasien fraktur di Instalasi Gawat Darurat RSUD lahat

Tahun 2021.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021.

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 17 Juli 2021.

3.2.2 Waktu

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 17 Juli 2021.

31
3

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Definisi operasional untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel –

variabel diamati / diteliti, perlu sekali variabel – variabel tersebut diberikan batasan.

Definisi operasinal ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel – variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrumen ( alat ukur ) (Notoadmodjo, 2012). Adapun definisi operasional dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 56 orang terdiri dari keluarga

pasien yang anggota keluarga nya masuk Instalasi gawat darurat RSUD Lahat Tahun

2021 karena mengalami kejadian fraktur.

3.3.2 Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah sebagian objek yang akan

diteliti ada total populasi. Sampel akan diambil sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

keluarga pasien yang anggota keluarganya mengalami .fraktur. Adapun jumlah

responden dalam penelitian ini sebanyak 56 responden. Dengan menggunakan teknik

pengambilan sampel Purposive sampling. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Kriteria Inklusi :

a) Keluarga pasien yang mengalami fraktur

b) Bisa baca tulis dan kooperatif


3

c) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan

sebagai responden (Informed concent).

B. Kriteria Eksklusi :

a) Tidak bisa baca tulis

b) Klien tidak bersedia menjadi responden

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengumpulan sampel secara non random dengan menggunakan teknik

purposive sampling, dimana pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara Variabel yang satu

dengan yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Variabel independen merupakan

variabel resiko atau sebab dan variabel Dependen merupakan variabel akibat atau

efek(Notoatmodjo, 2012). Hubungan antara dua variabel yaitu variabel Independent

dan Variabel dependent.

3.4.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Penanganan Tingkat
Pasien Kecemasan
Fraktur Keluarga
3

3.5 Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Kecemasan merupakan wawancara Kuesioner Cemas Ringan jika Ordinal
pengalaman emosi Score 14-20 :
dan subjektif tanpa Cemas sedang jika
ada objek yang score 21-27
spesifik sehingga
orang merasakan
suatu perasaan (HARS (Hamilton
was-was (khawatir) Axiety Rating
seolah-olah adasesuatu Scale).
yang buruk akan
terjadi (Lestari, 2015).

Penanganan Penanganan pasien wawancara kuesionerPenanganan Ordinal


Pasien Fraktur fraktur berfokus pada dikatakan kurang
pemulihan fraktur dan baik jika score < 17
mengatasi penyebab
pada fraktur.
Penanganan
dikatakan baikjika
score > 17

( Skala Likert )
3

3.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

Ada hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan penanganan pasien fraktur di

Instalasi gawat darurat RSUD Lahat Tahun 2021.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Data Primer

Dalam melaksanakan proses pengambilan data primer dilakukan secara

langsung di ruang IGD RSUD Lahat. Langkah-langkah pengumpulan data primer

yaitu sebagai berikut:

1. Mengurus administrasi izin penelitian dari Ketua Program Studi Keperawatan

Bina Husada Palembang

2. Mengurus administrasi izin penelitian ke Direktur RSUD Lahat selanjutnya

diberikan kepada Kepala Diklat untuk Ruang Instalasi Gawat Darurat sebagai izin

melakukan penelitian.

3. Peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian setelah mendapatkan izin dari

kepala Diklat,

4. Menjaga protokol kesehatan dalam pencegahan Covid-19 berupa mencuci

tangan/memakai hand sanitizer, menggunakan masker, memakai azmat dan

menjaga jarak Alat Pelindung Diri yang lengkap.

5. Peneliti langsung menemui calon responden dan memperkenalkan diri, kemudian

melakukan penelitian dengan cara menjelaskan,tujuan penelitian, manfaat, dan


3

proses pengambilan data

6. Peneliti meminta kesediaan responden untuk berpasrtisipasi dalam penelitian

dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent)

7. Peneliti membagi kuesioner penelitian dan mendampingi responden mengisi

pernyataan yang ada pada kuesioner sampai responden selesai mengisi lembar

kuesioner, kemudian kuesioner selesai di isi, peneliti memeriksa kembali

kelengkapan jawaban responden.

8. Setiap selesai melakukan pengumpulan data penelitian, kemudian peneliti

memberikan salam dan mengucapkan terima kasih pada responden.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber – sumber yang ada, yaitu

data yang diambil dari daftar kunjungan pasien fraktur di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Lahat dua bulan terakhir.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan Kuesioner. Kemudian kuesioner di berikan pada responden yaitu

keluarga pasien mengalami fraktur yang dilakukan penanganan di Instalasi Gawat

Darurat RSUD Lahat. Sebagai panduan pengambilan data instrumen yang di gunakan

untuk pengumpulan data pada peneliti adalah daftar pertanyaan tentang identitas

responden. Berupa kuesioner, responden di berikan ceklist yang berisi berupa

pertanyaan yang harus di jawab.


3

3.9 Pengolahan Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini akan diolah melalui langkah sebagai

berikut :

1. Pengecekan (Editing) merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan

kuisioner, apakah jawaban yang ada dikuisioner sudah lengkap, jelas, revelan dan

konsisten.

2. Pemberian kode (Coding) dengan memberikan kode numerik pada data yang

terdiri dari beberapa kategori yang ada pada jawaban kuesionr..

3. Pemberian nilai (Scoring) dengan memberikan nilai pada pada setiap responden

dengan melakukan pemberian nilai terhadap jawaban kuesioner.

4. Proses (Proccesing) dilakukan kegiatan proses data terhadap semua kuisioner

yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Pengolahan data dengan bantuan

program komputer yang dimulai dengan entry data ke dalam program komputer

menggunakan rumus SPSS.

3.10 Analisis Data

Teknik pengolahan data mengguanakan metode kuantitatif dengan analisis

Univariat dan Bivariat.

3.10.1 Analisis Univariat

Pada analisis univariat data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran terdensi sentral atau grafik

(Saryono, 2013). Analisis univariat yaitu dilakukan terhadap variabel kecemasan


3

keluarga dengan variabel penanganan fraktur dari hasil penelitian yang diamati dan

dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui uji hubungan variabel

independen dan Dependen. Tingkat kecemasan keluarga sebagai variabel dependen

dan Variabel independen yakni penanganan pasien fraktur, untuk mengkaji tingkat

hubungan dilakukan uji statistic chi-square (X2) dengan sistem komputerisasi.

Dengan batas kemaknaan α= 0,05 dan keputusan uji chi-square :

1. Ha ditolak jika P≤ 0,05 berarti ada hubungan antara kedua variabel.

2. Ho diterima jika P> 0,005 berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel.

3.11 Etika Penelitian


Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas peneliti atau melakukan

penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta

berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian yang dilakukan

tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Secara garis besar,

dalam melaksanakan sebuah penelitian ada tempat prinsip yang harus dipegang teguh

(Notoadmodjo, 2012).

4 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan

informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian tersebut. Disamping itu,

peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan

informasi(berpartisipsi). Mempersiapkan formulis persetujuan (Inform concent).


3

5 Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy

and confidentislity)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan

individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan

apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti

seyogianya cukup menggunakan coding sebagai penggant identitasresponden.

6 Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justicean inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti perlu dikondisikan

sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur

penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis dan

sebagainya.

7 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefist)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Penelitian

hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh

sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi

rasa sakit, cidera, stres, maupun kematian subjek penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Lahat

Rumah Sakit Umum Daerah Lahat adalah salah satu SKPD dilingkungan

Pemerintah Kabupaten Lahat yang merupakan unsur penunjang penyelenggaraan

pemerintah daerah dibidang Pelayanan Kesehatan. Sebagai salah satu Satuan Kerja

Pemerintah Daerah di lingkungan PEMDA Lahat yang menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan BLUD ( PPK – BLUD ) dan dibentuk untuk memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat berupa penyediaan barang /jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan

pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Hal tersebut bertujuan meningkatkan kualitas

layanan masyarakat, dengan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dan sejalan

dengan praktek bisnis yang sehat.

Rumah Sakit Umum Daerah Lahat termasuk dalam katagori type C.

Keberadaan RSUD Lahat sebagai penyedia/pemberi pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, diperlukan penanganan yang serius mengingat begitu

kompleksnya fungsi pelayanan yang diemban, dan tidak sedikit memerlukan

orang-orang yang ahli di bidangnya serta begitu besarnya dalam investasi.

Dengan demikian Rumah Sakit harus mempunyai sumber daya manusia yang

40
4

berkualitas dan mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan

pelayanan yang terbaik, sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik

dan berkualitas, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan pelayanan

kesehatan tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana, IT yang

memadai, perencanaan, penyusunan program kerja serta pengendalian dan

pengawasan.

4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Lahat

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lahat didirikan pada tahun 1919 oleh

Belanda, berasal dari penyediaan Barak P3K untuk tenaga kerja yang membuat

terowongan kereta api antara Lahat dan Tebing Tinggi.

Bangunan berupa Barak tersebut kemudian berkembang setelah beberapa tenaga

kesehatan Belanda dan orang Indonesia turut membantu masalah kesehatan dan

kecelakaan kerja yang terjadi dalam masa pembuatan terowongan. Seluruh bangunan

barak tersebut saat ini telah musnah, hanya tersisa satu buah bangunan tua yang sudah

tidak dipakai lagi.

Sampai dengan tahun 1992, RSUD Lahat berstatus Rumah Sakit Kelas D dan

baru tahun 1993 ditingkatkan menjadi Kelas C. Pada tahun 2001 nama Rumah Sakit

Umum Lahat berubah menjadi Kantor Pelayanan Kesehatan RSD Lahat. Pada tahun

2008 nama Rumah Sakit Lahat berubah lagi menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kabupaten Lahat. Sesuai dengan rencana perubahan status rumah sakit dan

dari hasil studi kelayakan, melalui Surat Keputusan Keputusan Bupati Lahat No:
4

103/KEP/RSUD/2013 tanggal 8 maret 2013 telah dibentuk menjadi Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Secara Penuh setelah memenuhi persyaratan

administrasi dan persyaratan lainnya yang telah ditentukan.Maka resmi Rumah Sakit

Umum Daerah Lahat menjadi badan layanan umum daerah (BLUD).

4.1.2 Motto Visi dan Misi RSUD Lahat

4.1.2.1 Motto Rumah Sakit Umum Daerah Lahat

” Anda Sehat Kami Bangga ”

4.1.2.2 Visi Rumah Sakit Umum Daerah Lahat

“ Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Lahat yang berakhlak, mandiri,

berkeadilan, makmur dan sejahtera serta terselenggaranya pembangunan

yang berbasis pemerataan berkelanjutan”.

4.1.2.3 Misi Rumah Sakit Umum Daerah Lahat

4.1.2.3.1 Menciptakan pemerintahan yang bersih dan inovatif.

4.1.2.3.2 Meningkatkan pembangunan infrastruktur publik berbasis

pada pemerataan wilayah yang memadai dan efektif.

4.1.2.3.3 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak, sehat,

cerdas, terampil dan berkepribadian luhur.

4.1.2.3.4 Menumbuhkembangkan perekonomian rakyat, menuju kedaulatan

sumber daya alam yang tersedia.

4.1.2.3.5 Memperkokoh kerukunan kehidupan beragama dan budaya yang lestari.


4

4.1.3 Tipe Rumah Sakit

Nama : Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lahat

Kode 1604016

Tipe :C

Status : Milik Pemerintah Kabupaten Lahat

Kapasitas : 196 Tempat Tidur

Alamat : Jl. Letnan Jendral Harun Sohar No. 28

Kabupaten Lahat

Telephone : 0731-323808

Faximile : 0731-321785

Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Lahat di Jl. Letjend Harun Sohar no. 28

terletak di Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat.

mempunyai luas tanah : 19.000 M2 dengan luas bangunan sekarang : 7.069 M2.

4.1.5 Fasilitas Pelayanan

a. Instalasi Rawat Jalan

1. Poli Klinik Khusus Penyakit Dalam

2. Poli Klinik Khusus Anak

3. Poli Klinik Khusus Bedah Umum

4. Poli Klinik Khusus Mata

5. Poli Klinik Khusus Kebidanan dan Penyakit Kandungan


4

6. Poli Klinik Khusus THT

7. Poli Klinik Khusus Penyakit Kulit dan Kelamin

8. Poli Klinik Khusus Paru

9. Poli Klinik Khusus Syaraf

10. Poli Klinik Khusus Tumbuh Kembang

11. Poli Klinik Gigi dan Mulut

12. Poli Klinik Imunisasi

13. Poli Klinik Konsultasi Gizi

14. Poli Klinik VCT

15. Poli Klinik Geriatri

16. Hemodialisa

b. Fasilitas Rawat Inap

1. Ruang Rawat Inap VVIP

2. Ruang Rawat Inap VIP

3. Ruang Rawat Inap Utama

4. Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Laki

5. Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Wanita

6. Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Anak

7. Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan

8. Ruang Rawat Inap Bedah Mata

9. Ruang Rawat Inap Bedah Umum


4

10. ICU/ICCU/NICU/PICU

1. Fasilitas Penunjang Medis


Jenis penunjang medis pada Rumah Sakit ini antara lain Rontgen,

Laboratorium, Apotek, Kamar Bedah Sentral, Kamar Bersalin, USG, Treadmil,

Fisiotherafy, kamar jenazah, dapur dan gizi.IPSRS.

4.2 Analisa Hasil

4.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat ini mendeskripsikan tiap variabel penelitian yang telah

disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Pada penelitian ini analisa univariat

dilakukan untuk mendapatkan distribusi variabel kecemasan dan penanganan fraktur.

1. Kecemasan Keluarga

Hasil penelitian pada Variabel Kecemasan Keluarga dapat dilihat pada tabel

4.2.1 dibawah ini :

Tabel 4.2.1
Distribusi frekuensi Kecemasan Keluarga di IGD RSUD Lahat Tahun 2021

No Kecemasan Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)


1 Ringan 34 60,7 %
2 Sedang 16 28,6 %
3 Berat 6 10,7%
Jumlah 56 100 %

Sumber: Data Hasil Penelitian di RSUD Lahat Tahun 2021


4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi

Kecemasan berat berjumlah 6 (10,7% ) responden, kategorik sedang berjumlah 16

(28,6%) dankecemasan dengan kategorik ringan berjumlah 34 (60,7%) responden.

2. Penanganan Fraktur

Hasil penelitian pada variabel penanganan fraktur di IGD RSUD Lahat

Tahun 2021 dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini :

Tabel 4.2.2
Distribusi Frekuensi Penanganan Fraktur di IGD RSUD Lahat Tahun 2021

No Pertolongan Pertama Jumlah Persentase (%)


1 Baik 46 82,1 %
2 Kurang Baik 10 17,9 %

Total 56 100 %

Sumber: Data Hasil Penelitian di RSUD Lahat Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas distribusi frekuensi Penanganan Fraktur RSUD

Lahat 2021 Responden dengan kategori responden yang baik berjumlah 46 (82,1%)

responden, dan responden yang kurang baik berjumlah 10 (17,9 %) responden.


4

4.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat Hubungan Kecemasan Keluarga dengan Penanganan Fraktur

Tabel 4.3
Hubungan Kecemasan Keluarga dengan Penanganan Fraktur di IGD RSUD
Lahat Tahun 2021

Penanganan Fraktur Total P


Kecemasan value
Keluarga Baik Kurang Baik

n % n % n % 0,003

Ringan 31 91,2% 3 8,8% 34 100,0%

Sedang 13 81,2 % 3 18,8% 16 100%

Berat 2 33,3% 4 66,7% 6 100%


Jumlah 46 82,1% 10 17,9% 56 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian Di RSUD Lahat Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, didapatkan hasil bahwa kecemasan keluarga

dengan penanganan fraktur kategori ringan berjumlah 31 responden (91,2%), dengan

nilai p-value 0,003. Hal ini menunjukkan nilai kurang dari 0,05 artinya ada hubungan

antara kecemasan keluarga dengan penanganan fraktur di IGD RSUD Lahat Tahun

2021.
4

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Analisa Univariat

4.4.1.1 Kecemasan Keluarga

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian langsung kepada keluarga

pasien yang mengalami fraktur yang dilakukan penanganan di IGD RSUD Lahat

Tahun 2021 adapun sampel penelitian ini berjumlah 56 orang responden. Berdasarkan

hasil penelitian yang diperoleh di IGD RSUD Lahat menunjukkan responden yang

kecemasan keluarga ringan berjumlah 34 orang responden (60,7%) lebih banyak

dibandingkan reponden yang kecemasan keluarga sedang berjumlah 16 orang

responden (28,6%) serta pengetahuan keluarga pasien kecelakaan lalu lintas yang

rendah berjumlah 6 orang responden (10,7%).

Menurut Teori (Lestari, 2015) kecemasan merupakan pengalaman emosi dan

subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan

was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada

umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu.

Kecemasan merupakan salah satu penyebab dari nyeri pasca operasi, karena

pasien merasa takut dan khawatir akibat masalah kesehatan yang dimilikinya,

biasanya kecemasan ditandai dengan jantung berdebar dan sesak nafas (Ocalan, et al.,

2019)

Hal ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Winda (2014) yang

menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan sedang


4

(56,7%). Hal ini dikarenakan respon cemas seseorang tergantung pada kematangan

pribadi,pengalaman dalam mengadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping

yang digunakan

Dari hasil penelitian, teori, dan penelitian terkait maka peneliti berasumsi

bahwa merupakan suatu perasaan individu menghadapi tantangan atau bagaimana

masalah koping individu menghadapi suatu masalah terutama masalah kesehatan

yang terjadi sehingga individu tersebut mengalami kecemasan baik berat, sedang

maupun ringan.

4.4.1.2 Penanganan Fraktur

Dari hasil penelitian penanganan fraktur di IGD RSUD Lahat 2021

Responden dengan kategori responden yang penanganan baik berjumlah 46 (82,1%)

responden, dan responden yang penanganan kurang baik berjumlah 10 (17,9 %)

responden.

Hal ini menurut teori penanganan fraktur merupakan suatu tindakan yang

mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi bisa

dilakukan secara tertutup, terbuka dan traksi tergantung pada sifat fraktur namun

prinsip yang mendasarinya tetap sama (Brunner&Suddart, 2013)

Menurut penelitian, Irman, 2019 didapatkan bahwa sikap individu dalam

memberikan pertolongan pertama penanganan suatu masalah kesehatan baik berupa

penanganan fraktur. Pada usia remaja, sikapnya cenderung negatif, karena kurangnya
5

pengalaman, rendahnya tingkat kepedulian remaja dalam membantu orang lain, selain

itu juga pada usia remaja tingkat egoisme masih tinggi.

Menurut penelitaian yang dilakukan oleh, Sarah, 2020 didapatkan

masyarakat memegang peranan yang penting untuk melakukan tindakan penanganan

fraktur diharapkan dengan diberikannya penanganan tersebut dapat mengurangi

tingkat kecacatan bahkan kematian dapat diminimalisir.

Dari hasil penelitian, teori, Peneliti terkait maka peneliti berasumsi bahwa

pertolongan pertama yang baik merupakan tindakan seseorang yang mencegah suatu

keadaan menjadi lebih buruk atau meminimalisir kecacatan maupun peristiwa

kematian pada korban yang mengalami fraktur.

4.4.2 Analisa Bivariat

4.4.2.1 Hubungan Kecemasan Keluarga dengan Penanganan Fraktur di IGD

RSUD Lahat

Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada responden yaitu keluarga pasien

yang dilakukan penanganan fraktur didapatkan hasil bahwa kecemasan keluarga

dengan penanganan fraktur baik berjumlah 31 responden (91,2%), dengan nilai p-

value 0,003. Hal ini menunjukkan nilai kurang dari 0,05 artinya ada hubungan antara

kecemasan keluarga dengan penanganan fraktur di IGD RSUD Lahat Tahun 2021.

Penelitian ini sejalan dengan teori Diana, 2018 Cemas adalah rasa khawatir

yang tidak diketahui sumbernya dan semakin bertambah, sering dihubungkan dengan

perasaan tidak menentu dan ketidak berdayaan, serta tidak mempunyai tujuan atau
5

obyek yang jelas. Perasaan cemas ini bisa dirasakan oleh individu dan bisa

disampaikan pada orang lain. Cemas berbeda dengan rasa takut, yang bisa diartikan

sebagai penilaian seseorang terhadap adanya ancaman. Cemas merupakan respon

emosional terhadap penilaian tersebut.

Penelitian menurut Maisyaroh, 2015 Kecemasan yang terjadi pada pasien

post operasi fraktur dapat berdampak pada proses penyembuhan pasien. Ketika pasien

post operasi fraktur ekstremitas mengalami kecemasan dan tidak teratasi dengan baik,

maka akan berpengaruh terhadap lamanya 16 proses pengobatan. Semakin tinggi

kecemasan pasien maka intensitas nyeri yang akan dialami oleh pasien juga semakin

tinggi (Maisyaroh, 2015)

Penelitian menurut Yanuar (2015) mengatakan nyeri dapat menyebabkan

kecemasan, hal ini disebabkan karena nyeri pada fraktur sangat mengganggu

kenyamanan seseorang sehingga menimbulkan rasa cemas, rasa cemas tersebut

timbulakibat seseorang merasa terancam oleh dirinya atau adanya akibat lebih buruk

dari nyeri tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zulian, 2019 yang dilakukan di

IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang terhadap dukungan

informatif keluarga dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi fraktur ekstremitas

diperoleh p value 0,025 artinya nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara dukungan informatif terhadap tingkat kecemasan

pasien preoperasi fraktur ekstremitas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

diketahui bahwa dari 6responden yang mendapat dukungan informatif baik dari

anggota keluarga sebagian


5

besar berada pada tingkat kecemasan ringan dengan persentase sebesar 66,7% atau 4

orang, tingkat kecemasan sedang sebesar 33,3% atau 2 orang. Hal ini berarti

responden dengan dukungan informatif baik cenderung berada pada tingkat

kecemasan ringan.

Dengan hasil penelitian , teori da penelitian terkait maka peneliti berasumsi

bahwa pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas bisa dilakukan jika individu

mengetahui atau mendapatkan pengetahuan positif yang dia pelajari dan didukung

suatu perilaku yang baik sehingga terlaksanakan untuk menyelamatkan korban

dengan kejadian lalu lintas.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti menyadari kekurangan dan adanya

keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan penelitian ini yaitu keterbatasan dalam

penelitian yaitu untuk tenaga kesehatan dan pasien maupun keluarga sangat

cenderung tertular covid 19 sehingga hal untuk berkomunikasi pada tenaga kesehatan

yang ada diruangan poliklinik dalam penanangan dalam memberikan pelayanan

kesehatan pada pasien di IGD mematuhi protocol kesehatan yang ada di RSUD

Lahat.
5

BAB V

KESIMPULAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 56 responden pasien yang

berkunjung ke IGD di RSUD Lahat dalam penanganan fraktur, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Distribusi frekuensi kecemasan keluarga ringan berjumlah 34 orang responden

(60,7%) lebih banyak dibandingkan reponden yang kecemasan keluarga sedang

berjumlah 16 orang responden (28,6%) serta pengetahuan keluarga pasien

kecelakaan lalu lintas yang rendah berjumlah 6 orang responden (10,7%).

2. Distribusi frekuensi penanganan fraktur di IGD RSUD Lahat 2021 Responden

dengan kategori responden yang penanganan baik berjumlah 46 (82,1%)

responden, dan responden yang penanganan kurang baik berjumlah 10 (17,9 %)

responden.

3. Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada responden yaitu keluarga pasien

yang dilakukan penanganan fraktur didapatkan hasil bahwa kecemasan keluarga

dengan penanganan fraktur baik berjumlah 31 responden (91,2%), dengan nilai

p-value 0,003. Hal ini menunjukkan nilai kurang dari 0,05 artinya ada hubungan

antara kecemasan keluarga dengan penanganan fraktur di IGD RSUD Lahat

Tahun 2021.

53
54

5.2 Saran

1. Bagi STIK Bina Husada

Bagi STIK Bina Husada khususnya untuk mata kuliah keperawatan gawat

darurat peneliti berharap agar pada matakuliah tersebut ditambah lagi materi

khususnya bagaimana secara teori dan praktikum langsung atau mendapatkan studi

kasus langsung pembahasan penanganan fraktur secara besite teaching langsung

dikelas model simulasi.

2. Bagi Peneliti

Perlunya dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kecemasan

keluarga dengan penanganan fraktur desain dan rancangan yang berbeda, cakupan

sampel yang lebih banyak dan variabel yang diteliti lebih banyak pada kerangka

konsep.

3. Bagi Rumah Sakit

Meningkatkan system pelayanan di IGD dengan system pelayanan terpadu gawat

darurat dan prosuder tetap pelaksanaan pelayanan dan membuat system informasi

penyuluhan masyarakat tentang penanganan fraktur khususnya baik secara lisan

maupun secara visual di IGD RSUD lahat.


DAFTAR PUSTAKA

Arvian.V.S, 2020. Hubungan Dukungan Keluarga dengn Tingkat Kecemasan Pasien


Post Operasi TKR di Rawat Inap RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso.
Surakarta.

Brunner & Suddarth, 2013 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.3.
EGC, Jakarta

Diana. 2018. edukasi perioperatif dalam menurunkan kecemasan dan kepatuhan


manajemen nyeri pasien transurethral resection of the prostate (turp)

Effendi, F, 2012. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan Praktek dalam


Keperawatan, Salemba Medika : Jakarta

Fernalia, 2020. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi Fraktur di RSUD. DR. M. Yunus. Bengkulu.

Friedman. L. M, 2014. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik, EGC
Jakarta

Hamilton (1959) Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)


Dalam http://repository.umy.ac.id/ Di Akses 06 April 2021 .

Hidayat.R.D, 2012. Ilmu Perilaku Manusia, Pengantar Psikologi untuk Tenaga


Kesehatan, Jakarta

Lestari, 2015 Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan Nuha
Medika Yogyakarta

Meinarno. A.E, 2013 Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika Zaman. Rajawali
Pers; Jakarta

Mubarak,W.I, 2012. Sosiologi Untuk Keperawatan Pengantar dan Teori. Salemba


Medika. Jakarta

Najihah, 2019 Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Meningkatkan Pengetahuan Anggota PMR tentang penanganan Fraktur
Universitas Muslim Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2012) . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Purwadianto, 2013 Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Jakarta;
BINAPURA AKS
Prasetyawati. E.A, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Nuha Medika;
Yogyakarta

Riskesdas, K (2018) Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Journal of


Physical A. Mathematical and Theorical, 44(8), pp. 1-200.doc;10.1088/1751-
8113/44/8/085201

Riya. A. 2020. Hubungan Pemberian Informasi Pra Bedah Mayor Terhadap Tingkat
Kecemasan dan Penundaan Operasi di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.

RSUD Lahat, 2021. Rekam Medik data kunjungan pasien dengan pasien fraktur di
IGD RSUD Lahat.
Saryono, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
Kesehatan, Nuha. Medika; Yogyakarta

Savira.N.A, 2020 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan Dukungan Keluarga


dengan Intensitas Nyeri pada Pasien Post ORIF Fraktur Ekstremitas Bawah di
RS. Ortopedi Prof.Dr. R. Soeharso Surakarta.
STIK Bina Husada, 2021. Panduan Skripsi STIK Bina Husada Palembang

Taqiyyah, 2013 Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap menjadi Perawat Profesional.


Jakarta Prestasi Pustakarya

Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2015 Buku Panduan BT&CLS (Basic
Trauma Life Support and Basic Cardiac Life Support Tanggerang Ambulans
Gawat Darurat 118.

Zulian. E, 2019. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Preoperasi Raktur Ekstrimitas di IRNA Bedah RSUP. Dr. Muhammad Hoesin
Palembang
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama (inisial) :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Menyatakan bersedia untuk turut berpatisapasi menjadi responden penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa program studi ilmu keparawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada Palembang, yang bernama
Nama : Helen
NPM : 19.14201.92.14.P
Dengan judul penelitian :
“Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan Penanganan Fraktur Di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Lahat Tahun 2021”.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan bagi saya dan jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya sesuai
dengan apa yang saya ketahui tanpa ada paksaan dari pihak lain.
Demikian surat penyataan ini dibuat dengan sesunggunya dan dapat digunakan
sebagaimana
mestinya.
Lahat, Juli 2021

Peneliti Responden

( Helen ) ( )
KUESIONER

Kuesioner KecemasanPetunjuk pengisian :

1. Mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap.

2. Apapun jawaban yang saudara berikan akan dijaga kerahasiaanya.

3. Apapun jawaban yang saudara berikan tidak akan mempengaruhi

pelayanan yangdiberikan kepada pasien.

4. Jawablah dengan memberikan tanda check (√ ) pada jawaban yang anda

anggapbenar.
No Pertanyaan SS ST RG TS STS

1 Petugas medis tidak melakukan pemasangan


infus kepada pasien

2 Petugas medis melakukan pemeriksaan ttv


(tanda-tanda vital) secara rutin

3 Petugas medis memeriksa tekanan darah pasien


kecuali balita

4 Petugas medis memberikan obat ke pasienmelalui


intravena

5 Petugas medis melakukan pembidaian padapasien

6 Petugas IGD melakukan (Reposisi) penempatan


kembali posisi tulang seperti semula

7 Petugas medis menjelaskan kepada


pasien/keluarga terhadap tindakan yang akan
dilakukan
LAMPIRAN SURAT PENELITIAN
Lampiran FOTO PENELITIAN
LAMPIRAN OUTPUT ANALISIS SPSS
Frequency Table
Kecemasan
Frequency Percent Valid Percent
umulativePercent

Ringan 34 60.7 60.7 60.7


Sedang 16 28.6 28.6 89.3
Valid
Berat 6 10.7 10.7 100.0
Total 56 100.0 100.0

Penanganan fraktur
Frequency Percent Valid Percent
umulativePercent

Baik 46 82.1 82.1 82.1


Valid Kurang baik 10 17.9 17.9 100.0
Total 56 100.0 100.0

Cross
tabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Kecemasan * Penangananfraktur
56 100.0% 0 0.0% 56 100.0%
Kecemasan * Penanganan fraktur Crosstabulation
Penanganan fraktur Total
Baik Kurang baik
Count 31 3 34
% within Kecemasan 91.2% 8.8% 100.0%
Ringan
% within Penanganan fraktur 67.4% 30.0% 60.7%
% of Total 55.4% 5.4% 60.7%
Count 13 3 16
% within Kecemasan 81.2% 18.8% 100.0%
Kecemasan Sedang
% within Penanganan fraktur 28.3% 30.0% 28.6%
% of Total 23.2% 5.4% 28.6%
Count 2 4 6
% within Kecemasan 33.3% 66.7% 100.0%
Berat
% within Penanganan fraktur 4.3% 40.0% 10.7%
% of Total 3.6% 7.1% 10.7%
Count 46 10 56
% within Kecemasan 82.1% 17.9% 100.0%
Total
% within Penanganan fraktur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df
mp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 11.645a 2 .003


Likelihood Ratio 9.178 2 .010
Linear-by-Linear Association 9.271 1 .002
N of Valid Cases 56
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expectedcount is 1.07.

Nilai expected cound kurang dari 5 ada 50 % (>20%) sehingga nilai mean yang digunakan
Lieihood ratio

Anda mungkin juga menyukai