Anda di halaman 1dari 106

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN CUCI TANGAN PERAWAT


DI RSUD LAHAT
TAHUN 2021

OLEH

EVA SRI NETA


19.14201.93.27P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN CUCI TANGAN PERAWAT
DI RSUD LAHAT
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar


SARJANA KEPERAWATAN.

OLEH

EVA SRI NETA


19.14201.93.27P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021

ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Agustus 2021

Eva Sri Neta

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di


RSUD Lahat Tahun 2021
(xvi + 66 Halaman + 7 Table + 2 Gambar + 3 Skema +12 Lampiran)

Healthcare Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan


diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah
bila fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten dengan melaksanakan program PPI (
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) yang merupakan upaya untuk memastikan
perlindungan kepada pasien, petugas dan pengunjung terhadap kemungkinan tertular infeksi
pada saat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. Salah satu
program PPI adalah kebersihan tangan dimana dengan melakukan cuci tangan sesuai dengan
5 moment merupakan salah satu upaya yang efektif untuk mencegah terjadinya infeksi.
Perawat merupakan salah satu petugas yang sangat berperan dalam pemberian pelayanan
kesehatan maka dari itu dari fenomena yang ada bahwa kepatuhan cuci tangan di RSUD
Lahat 79,4% belum mencapai target yang ditetapkan rumah sakit yaitu 80%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan cuci tangan perawat sehingga menjadi landasan bagi rumah sakit dalam
meningkatkan kepatuhan cuci tangan sesuai dengan target yang sudah ditetapkan rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif diskriptif analitik dengan total sampel
sebanyak 51 orang perawat di RSUD Lahat.
Terdapat hubungan bermakna antara fasilitas dan kepatuhan, dengan nilai
significancy pada hasil menunjukan (p = 0,016 < 0,05). Terdapat hubungan bermakna antara
reward and punishment terhadap kepatuhan, dengan nilai significancy pada hasil menunjukan
(p = 0,019 < 0,05).
Kesimpulan dari penelitian bahwa dengan memberikan rewards and punishment
dapat memotivasi petugas kesehatan terutama perawat dalam meningkatkan kepatuhan cuci
tangan sehingga ke depan dapat diberlakukan di rumah sakit untuk memacu meningkatkan
kepatuhan dengan demikian dapat meningkatkan mutu pelayanan.

Kata Kunci : Kepatuhan cuci tangan, Hand hygiene 5 moment, Kepatuhan


Cuci Tangan Perawat
Daftar pustaka : 25 (2006 – 2016)

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, August 2021

Eva Sri Neta

Factors Affecting Nurse‟s Handwashing Compliance At Lahat Hospital In 2021


(xvi + 66 pages + 7 table + 2 image + 3 scheme + 12 attachment)
Healthcare Associated Infection (HAIs) is one of the health problems in
various countries in the world, including Indonesia. HaIs events can actually be
prevented if health care facilities consistently by implementing ppi program
(Infection Prevention and Control) which is an effort to ensure protection to patients,
officers and visitors against the possibility of contracting infection while receiving
health services at various health facilities. One of the Infection Control Programs is
hand hygiene whereby by doing hand washing in accordance with 5 moments is one
of the effective efforts to prevent infection. Nurses are one of the officers who play a
role in the provision of health services, therefore from the existing phenomenon that
handwashing compliance in Lahat Hospital 79.4% has not reached the target set by
the hospital is 80%.
This study aims to identify factors that influence the compliance of nurse
handwashing so that it becomes a basis for hospitals in improving handwashing
compliance in accordance with the targets set by hospitals.
This study used quantitative design of analytical discrete with a total sample
of 51 nurses in Lahat Hospital.
There is a meaningful relationship between facilities and compliance, with
significancy values in the results shown (p = 0.016 < 0.05).There is a meaningful
relationship between reward and punishment towards compliance, with significancy
values in the results showing (p = 0.019 < 0.05). There is a meaningful relationship
between reward and punishment towards compliance, with significancy values in the
results showing (p = 0.019 < 0.05).
The conclusion of the study that by providing rewards and punishment can
motivate health workers, especially nurses in improving handwashing compliance so
that the future can be enforced in hospitals to spur improved compliance thereby
improving the quality of service.

Keyword : Compliance of nurses, 5 moment hand hygiene


Library : 25 ( 2006 – 2016 )

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CUCI TANGAN PERAWAT


DI RSUD LAHAT TAHUN 2021

Oleh :
EVA SRI NETA
NPM : 19.14201.93.27P
Program Studi Ilmu Keperawatan

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan tim penguji Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan

Palembang, Agustus 2021


Pembimbing

Dian Emiliasari, S.Kep., Ners., M.Kes, M.Kep

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes

v
PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG

Palembang, 5 Agustus 2021

Ketua

Dian Emiliasari, S.Kep, Ners.,M.Kes. M.Kep

Penguji I

Ns. Rusmarita,S.Kep.M.Kes.M.Kep

Penguji II

Husin,S.Kep, Ners.,M.Kes

vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

IDENTITAS DIRI
Nama : Eva Sri Neta
Tempat tanggal lahir : Lubuk Layang, 15 maret 1982
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Orang Tua
Ayah : Romli Yakub
Ibu : Mariam
Nama Suami : Abdian Bethara Aike
Nama Anak : Raditya Adilla Aike
: Revandra Akbar Aike
: Rayna Anindhira Aike
Alamat : Prumnas Bunga Mas Blok B No.11 Desa Indikat Ilir
Kec.Gumai Talang Kab.Lahat

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1993 : SD Negeri 19 Lahat
Tahun 1996 : SMP Negeri 5 Lahat
Tahun 2000 : SPK Pemda Lahat
Tahun 2011 : Akper Pemda Lahat
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Tugas akhir skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, bimbingan dan saran
serta masukan dari berbagai pihak sampai selesai laporan ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang Tua yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan studi ini
2. Suami dan anak – anakku yang selalu mendukung dan memberikan motivasi
3. My Lovely Sister “Bunda Muti Alfath” yang telah banyak membantu
menyelesaikan skripsi ini
4. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan dukungan
dalam menyelesaikan studi ini
5. Teman – teman seperjuangan STIK Bina Husada Palembang

Motto :

“ Inna ma‟al „usri yusroo.” “sesungguhnya bersama kesulitan itu


ada kemudahan.” ( QS al- insyirah : 6 )

Dan Allah Bersama Orang-orang Sabar


(QS Al Anfal:66)
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Di RSUD

Lahat Tahun 2021”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan sarjana (S1) program studi ilmu keperawatan STIK Bina Husada

Palembang. Dalam menyelesaikan penelitian, penulis banyak mendapatkan bantuan,

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Ersita, S.Kep., M.Kes selaku Ketua STIK Bina Husada Palembang

2. dr. Hj. Erlinda, M.Kes selaku direktur RSUD Lahat

3. Ns. Kardewi, S.Kep.,M.Kes selaku ketua program studi ilmu Keperawatan

Stikes Bina Husada Palembang

4. Ns.Hili Aulia, S.Kep.,M.Kes selaku sekretaris program studi ilmu

Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

5. Dian Emiliasari,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing yang telah memberi

bimbingan penulis dan telah meluangkan waktunya dalam menyelesaikan

skripsi ini
6. Ns. Rusmarita,S.Kep.,M.Kes Selaku Penguji I yang telah memberikan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

7. Husin S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Seluruh dosen dan staf tata usaha program studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Husada Palembang atas bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis miliki. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.

Palembang, Agustus 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ............................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ............................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO...................................................................... viii
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
1.6 Ruang Lingkup .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8


2.1 Konsep Dasar Penyakit Infeksi ........................................................... 8
2.2 Kewaspadaan Isolasi dan Kewaspadaan Standard ............................. 11
2.2.1 Kewaspadaan Isolasi ................................................................. 11
2.2.2 Kewaspadaan Standard ............................................................. 13
2.3 Cuci Tangan ..................................................................................... 14
2.3.1 Prosedur Cuci Tangan ............................................................. 15
2.4 Fasilitas Cuci Tangan .......................................................................... 19
2.5 Rewards dan Punishment ................................................................... 19
2.5.1. Rewards .................................................................................... 21
2.5.2. Punishment ............................................................................... 22
2.6 Teori Perilaku ...................................................................................... 23
2.7 Kepatuhan .......................................................................................... 26
2.7.1. Kemampuan ............................................................................ 27
2.7.2. Motivasi ................................................................................... 27
2.7.3. Sikap ........................................................................................ 28
2.7.4. Pengetahuan ............................................................................ 30
2.7.5. Pendidikan ............................................................................... 32
2.8 Kerangka Teori.................................................................................... 33
2.9 Penelitian Terkait ................................................................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 35


3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 36
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 36
3.4 Kerangka Konsep ................................................................................ 37
3.5 Definsi Operasional ............................................................................ 38
3.6 Hipotesis ............................................................................................. 39
3.7 Pengumpulan Data ............................................................................. 39
3.8 Pengelolaan Data ................................................................................. 41
3.8.1. Penyuntingan (editing) ............................................................. 41
3.8.2. Pengkodean (coding) ................................................................ 41
3.9 Analisa Data ....................................................................................... 42
4.0 Etika Penelitian .................................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 48


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 48
4.1.1. Geografi ...................................................................................... 48
4.1.2. Visi Misi .................................................................................... 51
4.1.3. Motto ......................................................................................... 55
4.2. Hasil Penelitian ................................................................................. 55
4.2.1. Distribusi Karakteristik Responden ........................................... 55
4.2.2. Analisis Univariat ....................................................................... 57
4.2.3. Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan ............................................ 58
4.2.4. Hubungan Reward and Punishment dan Kepatuhan .................. 59
4.3. Pembahasan ....................................................................................... 60
4.3.1. Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan ........................................... 60
4.3.2. Hubungan Reward and Punishment dan Kepatuhan .................. 60
4.4. Keterbatasan Penelitian…………………………………………….. 61

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 63


5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 63
5.2. Saran ................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional ......................................................................... 38


Tabel 2. Karakteristik Responden ................................................................... 55
Tabel 3. Fasilitas ............................................................................................. 57
Tabel 4. Reward and Punishment ................................................................... 57
Tabel 5. Kepatuhan ......................................................................................... 58
Tabel 6. Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan .................................................. 59
Tabel 7. Hubungan Reward and Punishment dan Kepatuhan ......................... 59
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cuci tangan dengan air mengalir .................................................... 16


Gambar 2. Cuci tangan dengan HandRub ...................................................... 17
Gambar 3. Peta Geografis Kab. Lahat ............................................................ 48
DAFTAR SKEMA

Skema 1 Teori Lawren Green .............................................................................. 25


Skema 2 Kerangka Teori ...................................................................................... 33
Skema 3 Kerangka Konsep .................................................................................. 37

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar kuisoner

Lampiran 2 Karateriktik responden

Lampiran 3 Uji univariat

Lampiran 4 Uji bivariat

Lampiran 5 Lembar peresetujuan responden

Lampiran 6 Kriteria penelitian

Lampiran 7 Penjelasan persetujuan responden

Lampiran 8 Abstrak

Lampiran 9 Izin tempat penelitian

Lampiran 10 Izin penelitian

Lampiran 11 Izin pengambilan data awal

Lampiran 12 Foto-foto kegiatan penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated

Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia,

termasuk Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau

Global health Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan

telah menjadi agenda yang dibahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang

ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara. Secara

prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan kesehatan

secara konsisten dengan melaksanakan program PPI ( Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi) yang merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada pasien,

petugas dan pengunjung terhadap kemungkinan tertular infeksi pada saat menerima

pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. Salah satu program

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah penerapan kewaspadaan standar,

dimana kewaspadaan standar itu sendiri terdiri dari kebersihan tangan atau cuci

tangan, Alat Pelindung Diri (APD), dekontaminasi peralatan perawatan pasien,

kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan

kesehatan petugas, penempatan pasien, hygiene respirasi/etika batuk dan bersin,

1
2

praktik menyuntik yang aman dan praktek lumbal fungsi yang aman. (PMK 27 tahun

2017)

Cuci tangan merupakan pilar utama PPI dimana cuci tangan sangat penting

untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengurangi penyebaran resistensi anti

mikroba. Kepatuhan dengan praktek cuci tangan telah meningkat selama dua dekade

terakhir, terutama di rumah sakit dan layanan kesehatan dimana promosi multi-modal

telah dilaksanakan (Didiet pittiet et al.,2017). Cuci tangan adalah suatu proses

mekanik melepas kotoran dari kulit dengan menggunakan sabun dan air mengalir

ataupun dengan menggunakan handrub (cuci tangan berbasis alkohol ) Kuku petugas

harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan

cincin (PMK 27 tahun 2017)

Cuci tangan sangat penting dan sesuai prosedur efektif untuk mencegah dan

mengendalikan penyebaran HAIs. Cuci tangan merupakan tanggungjawab semua

petugas kesehatan selama prosedur yang benar selama pasien dalam perawatan. Cuci

tangan yang efektif dapat membunuh atau melepas flora transient yang ada di kulit

(Emily dkk, 2016). Kontaminasi biasanya dari tangan petugas selama kontak

langsung dengan pasien atau lingkungan/permukaan yang terkontaminasi yang

berdekatan dengan pasien (Andrew J dkk, 2014).

Pentingnya cuci tangan dalam mencegah penyebaran penyakit secara

universal diterima. Meskipun demikian, banyak profesional perawatan kesehatan

tidak selalu waspada dalam melakukan cuci tangan. Kami mempelajari pengetahuan
3

cuci tangan di antara profesi perawatan kesehatan di lokasi unik Sibu, Malaysia

Timur (Melanie Birks, Meaghan Coyle, Joanne Porter Jane Mills, 2011).

Kepatuhan cuci tangan pada petugas kesehatan merupakan indikator yang

sangat penting untuk mengurangai infeksi di unit pelayanan kesehatan, dan

pemantauan kepatuhan cuci tangan untuk memberikan umpan balik sangat penting

untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan (Rekha Murthy, MD and Jonathan

Grein, MD, IFIC 2014).

Cuci tangan merupakan salah satu kebiasaan yang harus dibangun dan

ditanamankan oleh semua petugas kesehatan terutama perawat, dokter atau tenaga

kesehatan lainnya. Kepatuhan cuci tangan merupakan salah satu indikator nasional

dalam akreditasi rumah sakit dan yang lebih penting lagi adalah dengan melakukan

cuci tangan dapat menurunkan angka infeksi 80% sehingga kepatuhan cuci tangan

diupayakan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.

Rumah sakit umum daerah lahat. salah satu rumah sakit yang sedang giat

mencanangkan tentang cuci tangan, hal ini terkait dengan KPI (Key Performe

Indicator ) rumah sakit minimal 80 %. Namun dalam pelaksanaannya prosedur yang

dilakukan tidak sesuai dengan SOP yang ada sehingga ada kemungkinan area

permukaan tangan dan jari tidak tercover oleh cairan disinfektan

Kepatuhan cuci tangan perawat di RSUD Lahat bulan Januari-Juni 2019 yaitu

79.4% masih belum mencapai dari target yang sudah ditetapkan rumah sakit yaitu

80%. Dengan kepatuhan yang masih rendah merupakan faktor yang dapat dijadikan
4

sebagai penyebab terjadinya Hais (KPPIRS.2017). Pada dasarnya manusia selalu

mencari kebenaran untuk suatu pengetahuan yang baru dan pengetahuan inilah yang

mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Adapun menurut Budiman dan Riyanto

Agus (2013) menjelaskan tentang definisi pengetahuan. Menurut pendekatan

konstruktivistik, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang

dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,

pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan

yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena

adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara

alami atau diintervensi langsung.

Peran perawat sangat berpengaruh dalam memutus rantai penularan infeksi

yang terjadi karena yang melakukan perawatan terhadap pasien paling banyak dan

secara kontinu adalah perawat, sehingga sebagai petugas kesehatan perawat sudah

seharusnya melakukan cuci tangan sesuai dengan SPO yang ada. Dilihat dari

kepatuhan melakukan cuci tangan perawat paling patuh dalam melakukan cuci tangan

(Pittiet D et al, 2017).

Dalam praktek memberikan pelayanan keperawatan hanya sebagian kecil saja

perawat yang melakukan cuci tangan hal ini dapat dipengaruhi oleh masih kurangnya

pemahaman tentang cuci tangan, belum menjadikan cuci tangan suatu kepentingan

perawat, masih harus diawasi secara konsisten karena belum menjadi kebiasaan setiap

perawat, cara pandang, pendidikan, rewards dan funishment. Sebagai perawat


5

profesional yang melindungi pasien dan petugas lainnya, meskipun langkah

sederhana dalam menurunkan penyebaran penyakit tindakan melakukan cuci tangan

tidak selalu dilakukan sesuai standar (Melanie Birks, Meaghan Coyle, Joanne Porter

Jane Mills, 2011).

1.2 Perumusan Masalah

Dari pembahasan latar belakang diketahui bahwa kepatuhan perawat RSUD Lahat

dalam melakukan cuci tangan sudah muncul namun belum sesuai dengan

prosedur dapat dilihat juga dari kepatuhan cuci tangan perawat sbesar 79.4%

belum sesuai dengan target yang ditetapkan rumah sakit yaitu 80%.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah dan fenomena di atas sehingga peneliti ingin mengetahui

“Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Kepatuhan cuci tangan perawat di RSUD

Lahat?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

kepatuhan cuci tangan perawat di RSUD Lahat


6

1.4.2. Tujuan Khusus

- Diketahui karakteristik responden berdasarkan fasilitas

- Diketahui karakteristik responden berdasarkan Reward and Punishment

- Diketahui karakteristik responden berdasarkan Kepatuhan

- Diketahui hubungan rewards dan punishment terhadap cuci tangan di RSUD

Lahat

- Diketahui hubungan fasilitas terhadap kepatuhan cuci tangan perawat di RSUD

Lahat

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi RSUD Lahat

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan dan informasi

kepada manajemen rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

salah satunya dengan meningkatkan kepatuhan cuci tangan perawat dengan

memperhatikan pengadaan fasilitas cuci tangan secara konsisten serta

pemberian reward dan punishment untuk memotivasi dan bentuk penghargaan

kepada semua petugas di RSUD Lahat.

1.5.2. Bagi STIK Bina Husada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi terkait hal-hal yang

dapat mempengaruhi kepatuhan untuk pengembangan ilmu pengetahuan


7

serta dapat dijadikan panduan bagi mahasiswa yang melanjutkan penelitian

di STIK Bina Husada.

1.5.3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan perbandingan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian-

penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan cuci tangan perawat RSUD Lahat. Semua perawat diruangan hemodialisa

dan ruangan Paviliun RSUD Lahat sebanyak 51 orang yang diamati selama satu

bulan yaitu mulai tanggal 30 mei sampai 15 juni 2021. Peneliti akan memberikan

kuesioner tentang faktor apa saja yang berpengaruh dan bagaimana prosedur cuci

tangan perawat karena peneliti melihat kepatuhan cuci tangan belum mencapai target

yang sudah ditetapkan rumah sakit.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dikemukan tentang kajian secara teori yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas dan ruang lingkup batasan-batasan kerangka berfikir

2.1 Konsep Dasar Penyakit Infeksi

Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari

masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit

(Healthcare-Associated Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di rumah

sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital

Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan

Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated Infections) dengan pengertian

yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi

juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi

kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang

tertular pada saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.

Untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan (Healthcare-

Associated Infections/HAIs) serta menyusun strategi pencegahan dan

pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi, infeksi terkait pelayanan

kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs), rantai penularan infeksi, jenis

HAIs dan faktor risikonya

8
9

1. Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme

patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan

Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat

HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah

sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di mana ketika masuk tidak

ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah

sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada

petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan

di fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk

menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan

pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai

infeksi. Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan

oleh 6 komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau

dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Enam

komponen rantai penularan infeksi, yaitu:

a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi.

Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit.

Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya

infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”). Makin

cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau -13-


10

laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan dan

penanggulangannya bisa dilaksanakan.

b. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,

berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia.

Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat

medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-

bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat, permukaan

kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga

merupakan reservoir.

c. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi

(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran

cerna, saluran kemih serta transplasenta

d. Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport

mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada

beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak

langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum (makanan,

air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan

binatang pengerat).

e. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu

yang rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan

kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh.


11

f. Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan

tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang

dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi,

penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan

pengobatan dengan imunosupresan.

2.2 Kewaspadaan Isolasi dan Kewaspadaan Standar

2.2.1 Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi adalah dua lapis dari Body Substain Isolation dan

Isolation transmition. Dimana kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai

tambahan Kewaspadaan Standar yang dilaksanakan sebelum pasien

didiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya. Jenis kewaspadaan

berdasarkan transmisi sebagai berikut:

1. Melalui kontak

2. Melalui droplet

3. Melalui udara (Airborne Precautions)

4. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)

5. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus) Suatu infeksi dapat ditransmisikan

lebih dari satu cara. Dalam buku pedoman ini, akan dibahas yang

berkaitan dengan HAIs yaitu transmisi kontak, droplet dan airborne.


12

1. Kewaspadaan Transmisi Melalui Kontak

Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan risiko timbulnya Healthcare

Associated Infections (HAIs), terutama risiko transmisi mikroba yang secara

epidemiologi diakibatkan oleh kontak langsung atau tidak langsung.

a. Kontak langsung meliputi kontak dengan permukaan kulit yang terbuka

dengan kulit terinfeksi atau kolonialisasi. Misalnya pada saat petugas

membalikan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak,

mengganti perban, merawat oral pasien Herpes Simplex Virus (HSV)

tanpa sarung tangan

b. Transmisi kontak tidak langsung adalah kontak dengan cairan sekresi

pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas yang belum

dicuci atau benda mati di lingkungan pasien, misalnya instrumen, jarum,

kasa, mainan anak, dan sarung tangan yang tidak diganti.

c. Hindari menyentuh permukaan lingkungan lain yang tidak berhubungan

dengan perawatan pasien sebelum melakukan aktivitas kebersihan tangan

(hand hygiene)

d. Petugas harus menahan diri untuk tidak menyentuh mata, hidung, mulut

saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi/tanpa sarung tangan.

2. Kewaspadaan Transmisi Melalui Droplet

Transmisi droplet terjadi ketika partikel droplet berukuran >5 µm yang

dikeluarkan pada saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,
13

bronkhoskopi, melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak < 2 meter

mengenai mukosa atau konjungtiva, untuk itu dibutuhkan APD atau masker

yang memadai bila memungkinkan dengan masker 4 lapis atau yang

mengandung pembunuh kuman (germ decontaminator). Jenis transmisi

percikan ini dapat terjadi pada kasus antara lain common cold, respiratory

syncitial virus (RSV), Adenovirus, H5N1, H1N1

3. Kewaspadaan Transmisi Melalui Udara (Air-Borne Precautions)

Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat terjadi bila seseorang

menghirup percikan partikel nuklei yang berdiameter 1- 5 µm (2 m dari

sumber, dapat terhirup oleh individu rentan di ruang yang sama atau yang jauh

dari sumber mikroba. Penting mengupayakan pertukaran udara >12 x/jam (12

Air Changes per Hour/ACH)

2.2.2 Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk

diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis, diduga

terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi silang

sebelum pasien didiagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan

laboratorium dan setelah pasien didiagnosis. Tenaga kesehatan seperti

petugas laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan


14

lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali

pemahaman dan kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan

Kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi Pada tahun 2007, CDC dan

HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang harus

dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu kebersihan

tangan, Alat Pelindung Diri (APD), dekontaminasi peralatan perawatan

pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah, penatalaksanaan linen,

perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien, hygiene

respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman dan praktik

lumbal pungsi yang aman

2.3 Cuci Tangan

Cuci tangan adalah mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir bila

tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-

based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih

dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci

tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan

pada saat:

a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,

cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun

telah memakai sarung tangan.


15

b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang

bersih, walaupun pada pasien yang sama. Indikasi cuci tangan: - Sebelum kontak

pasien; - Sebelum tindakan aseptik; - Setelah kontak darah dan cairan tubuh; -

Setelah kontak pasien; - Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien. Hasil

yang ingin dicapai dalam cuci tangan adalah -mencegah agar tidak terjadi infeksi,

kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke lingkungan

termasuk lingkungan kerja petugas.

2.3.1 Prosedur Cuci Tangan

Cuci tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air

mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan

alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas

harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai

perhiasan cincin.

Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir,

dilakukan pada saat:

a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,

cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun

telah memakai sarung tangan.

b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang

bersih, walaupun pada pasien yang sama.

Indikasi melakukan cuci tangan:


16

1. Sebelum kontak pasien;

2. Sebelum tindakan aseptik;

3. Setelah kontak darah dan cairan tubuh;

4. Setelah kontak pasien;

5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien


17

Gambar 1. Cuci tangan dengan air


18

Gambar 2. Cuci tangan dengan HandRub


19

2.4 Fasilitas Cuci Tangan

Pengertian fasilitas menurut pendapat para ahli diantaranya Prof.Dr. Hj.

Zakiah Daradjat, seorang pakar psikologi islam, yang berpendapat fasilitas

artinya segala sesuatu yang bisa mempermudah upaya serta memperlancar

kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pedoman pencegahan

dan pengendalian infeksi di faslitas layanan kesehatan nomor 7 tahun 2017 bahwa

yang termasuk dalam fasilitas cuci tangan adalah sebagai berikut :

1. Wastafel dan air mengalir yang terjangkau

2. Kertas tisu/handuk sekali pakai

3. Sabun antiseptik

4. Larutan antiseptik (alkohol hand hygiene)

5. Tempat sampah untuk tisu

6. Poster cuci tangan

7. Leaflet bergambar tentang 6 langkah hand hygiene

2.5 Rewards dan Punishment

Teori awal istilah Reward dan Punishment merupakan satu rangkaian yang

dihubungkan dengan pembahasan reinforcement yang diperkenalkan oleh

Thorndike dalam observasinya tentang trial and error sebagai landasan utama

reinforcement (dorongan, dukungan). Dengan adanya reinforcement tingkah laku


20

atau perbuatan individu semakin menguat, sebaliknya dengan absennya

reinforcement tingkah laku tersebut semakin melemah.

Sejalan dengan model motivasi yang telah dibahas di muka dapat

digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan

seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat

subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.

Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak

seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi ekstrernal dari perilaku dan

tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan

sebagai penentu dan pengubah perilaku.

Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang

menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang

mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku

yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang

merugikan.

Demikian juga dengan tehnik modifikasi perilaku yang tidak diinginkan

menjadi diinginkan atau yang memiliki dampak positif. Modifikasi perilaku

dilakukan dengan cara memberikan penguatan positif (reward) dan penguatan

negative (punishment). Reinforcement (penguatan) terhadap perilaku posiitf dan

negative bisa dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain seperti pujian, memberi

hadiah dan keuntungan lainnya


21

2.5.1. Rewards

Reward merupakan bentuk apresiasi dalam usaha untuk mendapatkan tenaga

kerja yang profesional sesuai dengan tuntutan jabatan. Diperlukan suatu

pembinaan yang berkeseimbangan, yaitu suatu usaha kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, penggunaan, dan pemeliharaan tenaga kerja agar mampu

melaksanakan tugas dengan efektif dan efisien. Sebagai langkah nyata dalam hasil

pembinaan maka diadakan pemberian reward pegawai yang telah menunjukan

prestasi kerja yang baik

Reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan yang bertujuan

agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja yang telah dicapai. Reward adalah insentif yang

mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktifitas para

karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pemberian reward dimaksudkan sebagai dorongan agar

karyawan mau bekerja dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja

karyawan.

Menurut Davis et al (dalam Mangkunegara, 2000), reward dalam perusahaan

kerap dalam bentuk pemberian berupa piagam dan sejumlah uang dari perusahaan

untuk pegawai yang mempunyai prestasi. Ada juga perusahaan yang memberikan

reward kepada pegawai karena masa kerja dan pengabdiannya dapat dijadikan
22

teladan bagi pegawai lainnya. Pemberian reward karena masa kerja pegawai

bertujuan untuk memotivasi gairah dan loyalitas kepada perusahaan. Perlu

ditekankan disini bahwa reward tidak hanya diukur dengan materi, akan tetapi

juga dipengaruhi oleh interaksi antara manusia serta lingkungan organisasi, pada

saat tertentu manusia terangsang dengan insentif ekonomi atau materi (material

incentive) atau keuntungan-keuntungan ekonomi (economic rewards). Pada saat

lain terangsang dengan insentif yang bersifat nir-material (non-material

incentive). Rewards diberikan pada saat ruangan mencapai target kepatuhan cuci

tangan yang sudah ditetapkan rumah sakit

Bentuk rewards dalam hal ini dapat hal ini dapat berupa memberikan tambahan

insentif kepada ruangan yang dapat mencapai target kepatuhan cuci tangan yang

sudah ditetapkan rumah sakit atau dapat berupa piala bergilir yang diberikan

kepada ruangan yang mecapai target atau saat dilakukan supervisi ke lapangan

bagi petugas yang bisa melakukan praktek cuci tangan dengan baik dan benar

dapat diberikan coklat. Rewads diberikan sesuai dengan kemampuan dan

kebijakan rumah sakit

2.5.2. Punishment

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hukuman memiliki arti peraturan

resmi yang menjadi pengatur (KBBI, hal 196). Namun ada juga definisi

punishment adalah ancaman hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja


23

karyawan pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan

pelajaran kepada pelanggar (Mangkunegara, 2000). Pada dasarnya keduanya

sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi

para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Melihat dari fungsinya itu, seolah

keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar

seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam

bekerja. Punishment diberikan jika ruangan tidak mencapai target kepatuhan cuci

tangan yang sudah ditetapkan rumah sakit.

Punishment dapat berupa ancaman, larangan, pengabaian dan pengisolasian

hukuman badan sebagai bnetuk hukuman yang diberikan kepada seseorang karena

kesalahan, pelanggaran hukum, dan peraturan perbaikan sikap. Punishment dapat

diberikan bagi ruangan yang tidak mencapai target yang sudah ditentukan seperti

pengurangan insentif bagi ruangan yang tidak mencapai target kepatuhan cuci

tangan yang sudah ditetapkan.

2.6 Teori Perilaku (Teory Green Lauwren)

Notoatmodjo (2003), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas yakni berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, kuliah, belajar, dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut

dapat disimpulkan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas baik

diamati langsung maupun tidak diamati langsung oleh pihak lain.


24

Ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas terhadap kesehatan juga

akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Lawrence Green (1993)

dalam Notoatmodjo (2014) bahwa kesehatan seseorang maupun masyarakat

dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor di luar perilaku, selanjutnya perilaku

itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari tiga faktor:

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai - nilai dan sebagainya.

2. Faktor Pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas - fasilitas atau sarana dan

prasarana.

3. Faktor Pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas yang meruapakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Kegiatan ataupun aktivitas manusia yang dapat diamati langsung maupun

tidak bisa diamati langsung oleh pihak luar, dalam hal ini perilaku adalah

keyakinan mengenai tersedianya atau tidaknya kesempatan dan sumber yang

diperlukan. Dalam Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa semua orang

menghadapi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan

yakni:
25

1. Kesadaran di mana orang tersebut menyadari dalam artian mengetahui

terlebih dahulu terhadap struktur atau objek (Awareness).

2. Di mana orang atau seseorang mengalami adanya ketertarikan (Interest).

3. Menimbang baik dan buruknya stimulus tersebut (Evaluation).

4. Dimana orang telah mencoba perilaku baru (Trial).

5. Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan terhadap

stimulus (Adoption).

Skema 1 Teori Lawrence Green

Hal yang terpenting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan

dan perubahan perilaku, perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan

kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang kesehatan lain.

Perubahan yang dimaksud bukan hanya covert behavior tapi juga overt behavior.

Berikut beberapa strategi memperoleh perubahan perilaku yakni :


26

1. Menggunakan kekuasaan (dorongan), hal ini merubah perilaku dengan cara

dipaksakan kepada sasaran sehingga orang tersebut mau melakukan perilaku

yang diharapkan. Contoh pemerintah memberlakukan phisycal

distancing kepada seluruh masayarakat indonesia, mau tidak mau masyarakat

harus mengikuti protokol yang dikeluarkan oleh pemerintah.

2. Pemberian informasi, dengan adanya sebuah informasi tentang bagaimana

cara mencapai hidup yang sehat, pemeliharaan kesehatan, cara menghindari

penyakit dan sebagainya akan meningkatan pengetahuan masyarakat.

3. Diskusi partisipatif, cara satu ini merupakan pengembangan dari cara kedua

dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya garis lurus (searah)

tetapi dilakukan secara partisipatif. Dengan begitu, masyarakat bukan hanya

penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi dalam diskusi tentang

informasi yang disampaikan

2.7 Kepatuhan

Pengertian Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, kepatuhan

adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan

disiplin. Sedang kepatuhan petugas profesional adalah perilaku sebagai seorang

yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus

dilakukan atau ditaati (Arikunto, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Setiadi (2007) yaitu:


27

2.7.1 Kemampuan

Pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan

meningkatkan kemampuan dan ketrampilan khusus. Latihan adalah

menyempurnakan potensi tenaga-tenaga dengan mengulang-ulang aktifitas

tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kemampuan dikategorikan menjadi:

a. Kecakapan teknis Kecakapan teknis adalah kemampuan untuk

mengaplikasikan pengetahuan atau pengalaman. 1

b. Kecakapan manusia. Kecakapan manusia adalah kemampuan untuk bekerja

dengan mengerti, memotivasi diri sendiri, orang lain dan kelompok.

c. Kecepatan konseptual Kecepatan konseptual adalah kemempuan secara

mental untuk menganalisa dan mendiagnosa situasi secara komplek

(Notoatmodjo, 2010).

2.7.2 Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu moreve yang berarti dorongan dalam

diri manusia untuk bertindaka atau berperilaku. Pengertian perilaku tidak terlepas

dari kata kebutuhan. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang

perlu ditanggapi atau direspon. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut

diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk pemenuhan tersebut dan hasilnya

adalah orang yang bersangkutan merasa atau menjadi puas, apabila kebutuhan

tersebut belum terpenuhi maka akan berpotensi muncul kembali sampai dengan
28

terpenuhinya kebutuhan yang dimaksud (Notoatmodjo, 2010). Motivasi adalah

logika yang mendasari proses belajar menurut Notoatmodjo (2010) empat

pengaruh motivasi atas perilaku seseorang yaitu:

a. Motivasi dapat memicu individu untuk memenuhi perilaku tertentu.

b. Motivasi dapat mendorong perilaku tertentu untuk terus dilakukan.

c. Motivasi dapat mengarahkan perilaku individu guna mencapai tujuan tertentu.

d. Motivasi dapat mengarahkan individu sensitive untuk melakukan perilaku

tertentu, sebaliknya seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar,

sekalipun menghabiskan banyak waktu (disekolah maupun di universitas)

yang bersangkutan tidak akan memperoleh apa-apa dalam proses belajar.

Dari berbagai batasan dan dalam kontek yang berbeda seperti tersebut di atas,

dapat disimpulakan bahwa motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang

dengan situasi tertentu yang dihadapinya, jadi motivasi adalah suatu alasan

seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya

(Notoatmodjo, 2010).

2.7.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010). Sikap mengandung 3 komponen yang

membentuk struktur sikap yaitu: Komponen kognitif, Komponen afektif dan

Komponen konatif (Azwar, 2011).


29

a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan

dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan

dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang

merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang

negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku/action component), yaitu komponen

yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya

kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Ketiga komponen di atas membentuk sikap yang utuh (total attitude). Sikap

juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima, merespon, menghargai dan

bertanggungjawab (Notoatmodjo, 2010).

a. Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


30

d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.7.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan diperlukan

sebagai dorongan pikir dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan

sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan

stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Menurut

Notoatmodjo (2010) pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu memori yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu merupakan tingkat pengetahuan

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebabkan, menguraikan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secar benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut


31

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau, materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpan dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diaplikasikan sebagai kemampuan menggunakan meteri yang telah

dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

pengetahuan huskum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

kontek atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analytic)

Analisis adalah sebuah kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru

dari formulasi- formulasi yang ada.


32

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan identifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

2.7.5 Pendidikan

Pendidikan adalah usaha dasar yang terencana untuk mewujudkan dalam

proses pembelajaran yang bertujuan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. pendidikan dapat diperoleh dari dalam dan dari luar sekolah.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin mudah ornag tersebut untuk menerima informasi (Notoatmodjo,

2010)
33

2.8 Kerangka Teori

Skema 2 Kerangka Teori


Faktor Predisposisi Faktor Pendukung (Enabling Faktor Pendorong (Reinforcing
(Predisposing Factor) Factor) Ketersediaan fasilitas : .Factor)
1. Wastafel dan air mengalir - Fasilitas
- Pengetahuan yang terjangkau - Rewards dan punishment
2. Kertas tissue/handuk sekali - Motivasi
- Sikap
pakai
3. Sabun antiseptik
4. Larutan antiseptik (alkohol
hand hygiene)
5. Tempat sampah untuk tissue
6. Poster cuci tangan
7. Leaflet bergambar tentang 6
langkah hand hygiene

Kepatuhan cuci tangan perawat

5 Moment Hand Hygiene


6 Langkah Cui Tangan
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah terpapar dengan cairan tubuh
pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan area lingkungan
pasien
34

2.9 Penelitian Terkait

Penelitian Henniwati Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Di Ruangan Rawat Inap Rsud Padang Pariaman bahwa didapatkan hubungan

antara motivasi kebutuhan fisiologi, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan

aktualisasi diri dengan kinerja perawat pelaksana dengan pvalue 0,010

Demikian juga dengan penelitian Nani Liberianty Hubungan Motivasi Dengan

Kinerja Perawat Pelaksana Di Uptd Kesehatan Tapung Kab. Kampar Tahun 2018

bahwa terdapat hubungan motivasi perawat dengan kinerja dengan pvalue 0,004

Sejalan dengan penelitian Ria Anugrahwati tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Hand Hygiene Five

Moments Di Rs. Hermina Jatinegara bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ketersediaan fasilitas, aturan dan lingkungan sosial rumah sakit dengan

kepatuhan perawat dengan melakukan hand hygiene five moments dengan pvalue

0,04
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan

diskriptif dimana penelitian kuantitatif digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat. Metode penelitian kuantitaif

adalah cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau memecahkan masalah yang

dihadapi dan dilakukan secara hati-hati dan sistematis, dan data-data yang

dikumpulkan berupa rangkaian atau kumpulan angka-angka (Toto, 2015). Penelitian

ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk mengdeskripsikan objek

penelitian yang diteliti antara variabel dependent dan variabel independent, serta

untuk mengetahui adakah hubungan kedua variabel tersebut. Sedangkan deskripsi itu

sendiri adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang dikumpulkan

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan umum

(Sugiono, 2015)

Metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan

terhadap filsafat positivisme, digunakan dalam meneliti terhadap sampel dan populasi

penelitian, tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling

sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara memanfaatkan instrumen

35
36

penelitian yang dipakai, analisis data yang digunakan bersifat kuantitatif/bisa diukur

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan sebelumnya (Sugiyono, 2015)

Peneliti menggunakan kuesioner yang diisi oleh semua perawat yang bertugas

di ruang perawatan RSUD Lahat untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi

kepatuhan cuci tangan perawat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di ruangan perawatan RSUD Lahat, Jl. Letjen

Harun Sohar no.28, kelurahan pasar baru, Lahat. Peneliti memilih ruangan

Hemodialisa dan paviliun sebagai subyek karena masih banyak ditemukan perawat

melakukan cuci tangan tidak sesuai dengan prosedur operasional rumah sakit yang

diadopsi dari WHO namun ada juga yang sudah melakukan cuci tangan sesuai SPO

yang berlaku di rumah sakit. Penelitian ini diambil pada 01 Juni sampai 05 Juni 2021.

3.3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan responden penelitian. Populasi adalah keseluruhan

objek atau responden pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam

ruang lingkup yang akan diteliti (Nanang Martono, 2011). Populasi dalam
37

penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di ruangan Hemodialisa dan

paviliun RSUD Lahat yang berjumlah 51 orang.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu,

maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari

sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono, 2015).

Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Dimana keseluruhan perawat

Hemodialisa dan paviliun RSUD Lahat menjadi sampel, yaitu sebanyak 51

orang.

3.4. Kerangka Konsep

a. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan

konsep yang ingin diteliti

Skema 3. Kerangka Konsep


Variabel indefendent Variabel Defendent

Fasilitas

Rewards and Punishment Kepatuhan


Cuci Tangan
38

b. Variabel Penelitian

1. Variabel dependen : Variabel dependen disebut juga dependen yaitu akibat

atau yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada

independen (Dharma, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kepatuhan

2. Variabel independen : Variabel independen disebut juga bebas yaitu

karakteristik dari responden dengan keberadaannya menyebabkan perubahan

pada variabel lainnya (Dharma,2011). Dalam penelitian ini variable

independen adalah rewards dan punishment

3.5. Definisi Operasional

Tabel 1.
Definisi Operasional

Definisi Skala Ukur


Variabel Alat ukur Parameter
Operasional
Variabel Bentuk Kuesioner 1.Setuju jika Ordinal
Indefendent penghargaan dan skor total >mean
Rewards hukuman 14,3
and 2.Tidak setuju
funishment jika skor total
<mean 14,3
Fasilitas Semua peralatan Kuesioner 1.Mendukung Ordinal
cuci tangan yang dibutuhkan jika skor total
untuk melakukan >mean 18,7
cuci tangan 2.Tidak
seperti sabun, Mendukung jika
tissue, air skor total >mean
mengalir atau 18,7
handrub
39

Penilaian Kuesioner 1.Patuh jika skor Ordinal


Variabel tindakan dalam Dan total >mean 15,6
Defendent melakukan cuci observasi 3.Tidak patuh
Tingkat tangan jika skor total
kepatuhan <mean 15,6

3.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Di

dalam pernyataan ini terkandung variabel-variabel yang akan diteliti dan hubungan

antar variabel tersebut serta mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan desain

penelitian, tehnik menentukan sampel dan metode analisis data (Dharma,2011).

Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah

Ho : Terdapat hubungan rewards and punishment dengan kepatuhan cuci tangan

perawat

Ha : Tidak terdapat hubungan rewards and punishment dengan kepatuhan cuci

tangan perawat

3.7. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan serta mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah

penelitian. Dalam penelitian kuantitatif data yang didapatkan haruslah jelas,

mendalam, dan spesifik. Serta tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah
40

penyebaran kuesioner atau angket. Kuesioner merupakan salah satu tehnik

pengumpulan data berupa daftar pernyataan yang akan diajukan kepada responden

baik secara langsung maupun tidak langsung, (Toto Syatori, 2015). Tehnik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data primer, data primer

merupakan data yang di peroleh langsung dari sumber asli (Indriantoro, 2013)

Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan ditempat penelitian dengan

prosedur sebagai berikut :

1. Menjelaskan tujuan penelitian, kerahasiaan data serta hak responden untuk

menolak keikutsertaan dalam penelitian bila tidak bersedia.

2. Bila responden bersedia dan setuju, maka responden diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan.

3. Menjelaskan cara pengisian kuesioner dan informan akan diamati oleh peneliti

pada saat bertugas dalam memberikan pelayanan keperawatan

4. Memberi waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan dalam kuesioner

dan mendampingi serta membantu bila ditemukan hal-hal yang tidak dimengerti.

5. Mempersilahkan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi

apakah sudah diisi semua sesuai petunjuk.

6. Setelah semua pertanyaan dalam kuesioner dijawab oleh responden, maka peneliti

mengumpulkan kuesioner yang telah diisi.

7. Mengakhiri pertemuan setelah selesai mengumpulkan data.


41

3.8. Pengolaan Data

Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,

karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang

berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah

dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan

kategorisasi, sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan

bermanfaat untuk menguji hipotesa atau pernyataan penelitian.

Tahap Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data ini, ada tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu (Toto,

2015):

3.8.1. Penyuntingan (editing)

Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa seluruh daftar pernyataan yang

dikembalikan responden. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a) Kesesuaian jawaban responden dengan pernyataan yang diajukan

b) Kelengkapan pengisian daftar pernyataan

c) Keajegan (consistency) jawaban responden

Dalam menyunting, penyunting harus diberitahu agar tidak mengganti atau

menafsirkan jawaban responden. Jadi kebenaran jawaban dapat terjaga

3.8.2. Pengkodean (coding)

Proses pengkodean dilakukan dengan memberi tanda (simbol) yang berupa

angka pada jawaban responden yang diterima. Tujuan pengkodean adalah untuk
42

penyederhanaan jawaban responden. Kuesioner penelitian hanya menggunakan

pernyataan tetutup, untuk pernyataan terkait dengan fasilitas peneliti memberi kode :

1 untuk jawaban mendukung, kode 0 untuk jawaban tidak mendukung, untuk

pengkodean reward dan punishment kode 1 untuk setuju, kode 0 untuk tidak setuju

sedangkan untuk pengkodean kepatuhan 1 untuk patuh, 0 untuk tidak patuh

1. Tabulasi (tabulating)

Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan menghitung data

hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Tabel dapat

berupa tabel frekuensi, tabel korelasi, atau table silang. Tabulasi penelitian ini di

lakukan dengan metode komputerisasi

2. Entry data

Yaitu memasukkan data ke komputer untuk mengubah data.

3. Cleaning

Yaitu pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk menentukan ada

atau tidaknya kesalahan.

3.9. Analisa Data

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah

semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah

diperoleh secara lengkap. Ketajaman dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis

sangat menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan analisis


43

data merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses

penelitian. Kesalahan dalam menentukan alat analisis dapat berakibat fatal terhadap

kesimpulan yang dihasilkan dan hal ini akan berdampak lebih buruk lagi terhadap

penggunaan dan penerapan hasil penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini hasil observasi peneliti mengelompokkan dalam kategori

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat

a. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari

hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005). Analisa univariat berfungsi untuk

meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan

data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. peringkasan tersebut

dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat dilakukan masing–

masing variabel yang diteliti. Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran/deskripsi pada masing-masing variabel tidak terikat maupun varibel

terikat. Analisis univariate dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk

persentase variabel usia dan pendidikan responden.

X= n/N x 100%

Keterangan:

X=nilai presentase

n = nilai yang diperoleh dari tiap kelompok

N = jumlah responden (Notoatmodjo, 2005)


44

b. Analisa Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-

variabel independen X yaitu prosedur cuci tangan dengan variabel dependen Y

tingkat kepatuhan. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan kedua variabel

tersebut, dilakukan statistik uji Chi-Square dengan komputerisasi untuk melihat

faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan dengan derajat

kepercayaan 95% ( α =0,05). Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan

program komputerisasi, yang nantinya akan diperoleh nilai p. Nilai p akan

dibandingkan dengan nilai α. Dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika nilai p ≤ α (p ≤ 0,05), maka hipotesis (Ho) ditolak, berarti data sampel

mendukung adanya perbedaan yang signifikan.

b. Jika nilai p > α (p > 0,05), maka hipotesis (Ho) diterima, berarti sampel tidak

mendukung adanya perubahan yang bermakna.

Analisa bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat gambaran dua

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisa ini mengunakan uji

chi-square ( X2 ) yaitu, dengan mengunakan rumus:

X2 : ∑ (O–E)

Keterangan :

X2 = Statistik Chi Square

O = Frekuensi Nilai Observasi


45

E = Nilai espektasi (harapan)

df = derajat bebas (degree of freedom), df= (k-1) (b-1)

k = jumlah kolom

b = jumlah baris

a. Menghitung nilai Chi Square hitung dengan menggunakan rumus Chi

Square.

b. Selanjutnya mencari nilai Chi Square (x² tabel) derajat kebebasan (df)= (k-1)

(b-1) dan α= 5%.

c. Selanjutnya nilai nilai x² hitung dibandingkan dengan nilai x² tabel.

d. Apabila nilai x² hasil perhitungan lebih besar dari nilai x² tabel dengan α=

5%, maka nilai probabilitas p < 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak berarti ada

hubungan.

e. Apabila nilai x² hasil perhitungan lebih kecil dari nilai x² tabel dengan α=

5%, maka nilai probabilitas p > 0,05. Hal ini berarti Ho gagal ditolak berarti

tidak ada hubungan.

4.0 Etika Penelitian

1. Informed Concent

Informed Concent merupakan bentuk persetujuan peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan

Informed Concent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
46

mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka merekan harus

menandatangani lembar persetujaun. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden (Hidayat, 2011).

Peneliti meminta izin kepada responden dengan menyampaikan informasi

tujuan dan penjelasan penelitian kepada responden. Hal ini dilakukan setelah

kelengkapan dan izin dari pihak pendidikan STIK Bina Husada dengan lokasi

penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat, 2011).

Peneliti memiliki tanggungjawab kepada responden dengan tidak

menyantumkan nama asli responden baik dalam kuesioner maupun pengolahan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh


47

peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2011).

Peneliti menjaga hak-hak responden salah satunya tidak menyebarluaskan

hasil pengisian data dan identitas responden


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan profil rumah sakit dan hal - hal yang berkaitan

dengan hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut.

Adapun pembahasan yang dimaksud meliputi : karakteristik responden, pengujian

variabel korelasi dengan uji Chi-Square dan pembahasan

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Geografi

Gambar 3. Peta Geografis Kab. Lahat

48
49

Keadaan geografis Kabupaten Lahat terletak antara 3,25⁰ sampai dengan 4,15⁰

Lintang Selatan, 102,37⁰ sampai dengan 103,45⁰ Bujur Timur, meliputi wilayah yang

luasnya 436.183 Ha atau 4.361,83 Km2 dengan batas – batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatas dengan Kab. Muara Enim dan Kab. Musi Rawas

Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kota Pagar Alam dan Kab. Bengkulu Selatan

Prop. Bengkulu

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kab. Muara Enim

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. Empat Lawang

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lahat didirikan pada tahun 1919 oleh

Belanda, berasal dari penyediaan Barak P3K untuk tenaga kerja yang membuat

terowongan kereta api antara Lahat dan Tebing Tinggi.

Bangunan berupa Barak tersebut kemudian berkembang setelah beberapa

tenaga kesehatan Belanda dan orang Indonesia turut membantu masalah kesehatan

dan kecelakaan kerja yang terjadi dalam masa pembuatan terowongan. Seluruh

bangunan barak tersebut saat ini telah musnah, hanya tersisa satu buah bangunan tua

yang sudah tidak dipakai lagi.

Sampai dengan tahun 1992, RSUD Lahat berstatus Rumah Sakit Kelas D dan

baru tahun 1993 ditingkatkan menjadi Kelas C. Pada tahun 2001 nama Rumah Sakit

Umum Lahat berubah menjadi Kantor Pelayanan Kesehatan RSD Lahat. Pada tahun

2008 nama Rumah Sakit Lahat berubah lagi menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
50

(RSUD) Kabupaten Lahat. Sesuai dengan rencana perubahan status rumah sakit dan

dari hasil studi kelayakan, melalui Surat Keputusan Keputusan Bupati Lahat No:

103/KEP/RSUD/2013 tanggal 8 maret 2013 telah dibentuk menjadi Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK-BLUD) Secara Penuh setelah memenuhi persyaratan

administrasi dan persyaratan lainnya yang telah ditentukan.Maka resmi Rumah Sakit

Umum Daerah Lahat menjadi badan layanan umum daerah (BLUD).

Nama : Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lahat

Kode : 1604016

Tipe : C

Status : Milik Pemerintah Kabupaten Lahat

Kapasitas : 196 Tempat Tidur

Alamat : Jl. Letnan Jendral Harun Sohar No. 28 Kabupaten Lahat

Telephone : 0731-321785

Faximile : 0731-323808

E-Mail : rsud_lahat@yahoo.co.id

Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Lahat di Jl. Letjend Harun Sohar no. 28

terletak di Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat. mempunyai

luas tanah : 19.000 M2 dengan luas bangunan sekarang : 7.069 M2.


51

4.1.2 Visi dan Misi

Sebagai Konsekuensi logis dari dinamika perubahan lingkungan yang begitu

cepat dan tuntutan masyarakat akan pelayanan prima mendorong RSUD Lahat perlu

secara terus menerus mengembangkan peluang dan inovasi agar tetap eksis dan

unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan kearah perbaikan. Perubahan

tersebut harus disusun dalam tahapan yang terencana, konsisten dan berkelanjutan

sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian

hasil atau manfaat.

RSUD Kabupaten Lahat sebagai Lembaga Teknis Daerah mempunyai

kewajiban untuk menunjang pencapaian visi daerah berdasarkan keunikan tugas dan

fungsinya dalam bidang pelayanan kesehatan di Kabupaten Lahat, dimana visi

Kabupaten Lahat, berbunyi : “ Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Lahat yang

berakhlak, mandiri, berkeadilan, makmur dan sejahtera serta terselenggaranya

pembangunan yang berbasis pemerataan berkelanjutan”. Guna mencapai visi

tersebut telah dijabarkan dalam 5 misi Pemerintah Kabupaten Lahat sebagai berikut :

1. Menciptakan pemerintahan yang bersih dan inovatif.

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur publik berbasis pada pemerataan

wilayah yang memadai dan efektif.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak, sehat, cerdas,

terampil dan berkepribadian luhur.

4. Menumbuhkembangkan perekonomian rakyat, menuju kedaulatan sumber daya

alam yang tersedia.


52

5. Memperkokoh kerukunan kehidupan beragama dan budaya yang lestari.

Tujuan dan Sasaran dari masing-masing misi adalah :

Misi 1 : Menciptakan pemerintahan yang bersih dan inovatif;

Tujuan 1:

Meningkatkan perwujudan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (good goverment)

dan Pemerintahan yang Bersih (good governance)

Sasaran :

1. Meningkatnya pelayanan prima bagi masyarakat;

2. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan capaian kinerja pembangunan

Misi 2 : Meningkatkan pembangunan infrastruktur publik berbasis pada pemerataan

wilayah yang memadai dan efektif;

Tujuan 2

Meningkatkan kapasitas Infrastruktur dan sarana/prasarana

Sasaran :

1. Meningkatnya kapasitas infrastruktur wilayah

2. Terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang terpadu dan merata ke

seluruh wilayah.

3. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jaringan irigasi, rawa serta jaringan irigasi

lainnya

4. Tersedianya sarana dan prasarana dasar permukiman.

5. Terwujudnya kesesuaian pemanfaatan ruang.


53

6. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup.

Misi 3 : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak, sehat, cerdas,

terampil dan berkepribadian luhur

Tujuan 3

Meningkatkan kualitas manusia dengan seutuhnya.

Sasaran :

1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

2. Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan

3. Meningkatnya prestasi pemuda dan olahraga

4. Terbangunnya perempuan, anak dan lansia yang berkualitas dan berdaya saing

dalam pembangunan.

Misi 4 : Menumbuhkembangkan perekonomian rakyat, menuju kedaulatan sumber

daya alam yang tersedia;

Tujuan 4

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Sasaran :

1. Meningkatnya nilai investasi daerah

2. Berkembangnya dan meningkatnya daya jual potensi wisata

3. Berkembangnya industri kecil dan menengah

4. Meningkatnya kuantitas dan kualitas koperasi dan UMK (Usaha Mikro dan Kecil)

5. Meningkatnya produktivitas sektor perdagangan


54

6. Meningkatnya produksi dan produktivitas sektor pertanian

Tujuan 5 :

Meningkatnya Kesejahteraan Sosial

Sasaran :

1. Meningkatnya kesejahteraan sosial

2. Meningkatnya kesempatan kerja

Misi 5 : Memperkokoh kerukunan kehidupan beragama dan budaya yang lestari

Tujuan 6

Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia

Sasaran :

1. Meningkatnya nilai keagamaan masyarakat

2. Mewujudkan budaya sebagai identitas spesifik daerah

Menelaah kelima misi Kepala Daerah dihubungkan dengan pelayanan pada

RSUD Lahat, maka keterkaitan yang sangat erat pada misi Ketiga pada Tujuan ketiga

sasaran kesatu.

Adapun permasalahan/hambatan yang ada di RSUD Lahat sehubungan dengan

misi Kepala Daerah yaitu :

1. Kuantitas SDM masih kurang dan masih rendahnya motivasi kerja.

2. Sarana dan prasarana perlu ditambah

3. Tarif belum disesuaikan dengan unit cost

4. SIM RS masih belum berjalan dengan baik


55

Sedangkan faktor pendorong untuk mengatasi permasalahan di atas, antara lain :

1. Dukungan Stake Holder

2. Penetapan RSUD lahat sebagai PPK BLUD

3. Telah terakreditasi paripurna versi SNARS Edisi 1 Tahun 2018

4. Potensi peningkatan PAD

5. Dukungan regulasi yang berkelanjutan

4.1.3. Motto

Motto RSUD Kabupaten Lahat adalah : ” Anda Sehat Kami Bangga”

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

a. Distribusi Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden

seperti usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan. Karakteristik Responden

yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Karakteristik Responden


Kategori Frekuensi Prosentase

Jenis Kelamin Laki-Laki 9 17.6


Perempuan 42 82.4
Total 51 100.0
20-30 22 43.1
Usia 31-40 18 35.3
>40 11 21.6
Total 51 100.0
56

1-5 tahun 17 33.3


6-10 tahun 10 19.6
Lama Kerja 11-15 tahun 15 29.4
16-20 tahun 4 7.8
>20 tahun 5 9.8
Total 51 100.0
D3Keperawatan 44 86.3
S1 Keperawatan 5 9.8
Pendidikan SPK 2 3.9
Total 51 100.0
Sumber : data primer di olah 2021

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan Jenis Kelamin responden, sebagian besar adalah responden adalah

termasuk kategori perempuan yaitu sebanyak 42 responden (82.4%). Karakteristik

responden berdasarkan usia responden, sebagian besar adalah responden adalah

termasuk kategori 20-30 tahun yaitu sebanyak 22 responden (43.1%).

Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja responden, sebagian besar

adalah responden adalah termasuk kategori 11-15 tahun yaitu sebanyak 15

responden (29.4%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden,

sebagian besar adalah responden adalah termasuk kategori D3 Keperawatan yaitu

sebanyak 44 responden (86,3%).


57

4.2.2. Analisis Univariat

a. Fasilitas

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden

berdasarkan fasilitas yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Fasilitas
Kategori Frekuensi Prosentase
Mendukung 39 76.5
Tidak Mendukung 12 23.5
Total 51 100.0
Sumber: data primer di olah 2021

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan fasilitas, sebagian besar adalah responden adalah termasuk kategori

mendukung yaitu sebanyak 39 responden (76,5%).

b. Reward and Punishment

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden

berdasarkan Reward and Punishment yaitu sebagai berikut :

Tabel 4. Reward and Punishment


Kategori Frekuensi Prosentase

Setuju 27 52.9
Tidak Setuju 24 47.1
Total 51 100.0
Sumber : data primer di olah 2021
58

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan Reward and Punishment, sebagian besar adalah responden adalah

termasuk kategori setuju yaitu sebanyak 27 responden (52.9%).

c. Kepatuhan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden

berdasarkan Kepatuhan yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Kepatuhan
Kategori Frekuensi Prosentase
Patuh 32 62.7
Tidak Patuh 19 37.3
Total 51 100.0
Sumber: data primer di olah 2021

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan Kepatuhan, sebagian besar adalah responden adalah termasuk

kategori patuh yaitu sebanyak 32 responden (62.7%).

4.2.3. Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan

Analisa bivariat pada tahap ini diteliti “Hub

ungan Fasilitas dan Kepatuhan” dengan menggunakan uji Chi-Square, dapat

diketahui sebagai berikut:


59

Tabel 6. Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan

Kepatuhan
Fasilitas Patuh Tidak Normal
F % F % F % P
Mendukung 28 54,9 11 21,6 39 76,5
Tidak 4 7,8 8 15,7 12 23,5 0,016
Total 32 62,7 19 37,3 51 100
Sumber: Data Primer 2021

Tabel diatas menyatakan bahwa ada Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan,

dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,016 < 0,05).

4.2.4. Hubungan Reward and Punishment dan Kepatuhan

Analisa bivariat pada tahap ini diteliti “Hubungan Reward and Punishment

dan Kepatuhan” dengan menggunakan uji Chi-Square, dapat diketahui sebagai

berikut:

Tabel 7. Hubungan Reward and Punishment dan Kepatuhan

Reward and Kepatuhan


Punishment Patuh Tidak Normal
F % F % F % P
Setuju 21 41,2 6 11,8 27 52,9
Tidak Setuju 11 21,6 13 25,5 24 47,1 0,019
Total 32 62,7 19 37,3 51 100
Sumber: Data Primer 2021

Tabel diatas menyatakan bahwa ada Hubungan Reward and Punishment

dan Kepatuhan, dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,019 <

0,05)
60

4.3 Pembahasan

4.3.1. Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan

Dari penelitian diperoleh hasil ada Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan,

dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,016 < 0,05).

Dari hasil kuesioner didapatkan ketersediaan fasilitas baik dan membuat

perawat patuh melakukan cuci tangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Pitted (2001) menyatakan bahwa salah satu kendala dalam ketidakpatuhan

terhadap cuci tangan adalah sulitnya mengakses tempat cuci tangan atau persediaan

alat lainnya yang digunakan untuk melakukan cuci tangan. Kemudian dalam

mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan cuci tangan, sabun, alkohol adalah

sangat penting untuk membuat kepatuhan menjadi optimal sesuai standar.

Menurut analisis peneliti, jika fasilitas cuci tangan lengkap serta cairan

antiseptik selalu ada di tempat tidur pasien, nurse station dan lorong ruangan rawat

membuat perawat akan patuh melakukan cuci tangan.

4.3.2. Hubungan Reward and Punishment dan Kepatuhan

Dari penelitian diperoleh hasil ada Hubungan Reward and Punishment dan

Kepatuhan, dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,019 < 0,05).

Perawat yang merupakan salah satu petugas kesehatan memiliki resiko tinggi

menularkan patogen melalui tangan, karena perawat memiliki peluang yang besar

berada pada cuci tangan penting tersebut, sehingga kepatuhan mencuci tangan
61

perawat hendaknya ditingkatkan. Tujuan mencuci tangan sebelum kontak dengan

pasien yaitu untuk menghindarkan pasien dari paparan kotoran dan kuman yang

dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari pasien lain sehingga pasien dapat terhindar

dari kuman yang dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari kuman yang dapat

memperparah penyakit yang diderita.

Reward and Punishment bermanfaat bagi kebersihan perawat itu sendiri.

Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien bertujuan untuk membersihkan tangan

perawat atau tenaga kesehatan lain dari kuman yang didapat ketika kontak dengan

pasien ataupun dengan lingkungan di sekitar pasien yang beresiko terpajan kuman.

Hal ini sangat berguna bagi perawat agar tidak terkena infeksi dan mencegah

penularan serta penyebarankuman kepada orang lain. (Kepmenkes RI, 2009).

Dalam hal ini Reward and Punishment pelaksanaan prosedur tetap adalah

untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika

keperawatan di tempat perawat tersebut bekerja. Kepatuhan merupakan modal dasar

seseorang berperilaku. Perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses

patuh, identifikasi dan tahap terakhir berupa internalisasi (Sukron, 2013).

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti memiliki keterbatasan diantaranya:

1. Keterbatasan penelitian dalam masa pandemi Covid 19

Peneliti mengalami kesulitan saat melakukan interaksi dengan responden

dikarenakan masa pandemi Covid 19, ada sedikit rasa ketakutan terhadap
62

responden dan sebaliknya sehingga komunikasi menjadi terganggu. Selain

itu proses penelitian membutuhkan waktu yang sedikit lama dikarenakan

dilakukan secara bertahap dengan batasan jarak dan jumlah responden saat

kuisioner dibagikan.

2. Keterbatasan pengetahuan peneliti

Pengetahuan peneliti yang terbatas menyebabkan penelitian ini

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya

3. Keterbatasan kepustakaan

Dalam proses penyusunan Skripsi penelitian ini, peneliti membutuhkan

banyak sekali bahan kepustakaan guna menunjang landasan teori bahan

kepustakaan yang digunakan peneliti untuk menyusun skripsi kurang baik

dalam bentuk buku maupun literatur yang lain.

4. Karena memiliki kesibukan dan keterbatasan waktu responden meminta

angketnya untuk ditinggalkan yang pada akhirnya menyebabkan peneliti

tidak dapat mendampingi responden pada saat menjawab akibatnya

jawaban yang diberikan belum tentu menggambarkan keadaan yang

sebenarnya.
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab IV, dapat diambil simpulan bahwa:

1. Karakteristik responden berdasarkan fasilitas, sebagian besar adalah responden

adalah termasuk kategori mendukung yaitu sebanyak 39 responden (76.5%).

2. Karakteristik responden berdasarkan Reward and Punishment, sebagian besar

adalah responden adalah termasuk kategori setuju yaitu sebanyak 27 responden

(52.9%)

3. Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan, sebagian besar adalah

responden adalah termasuk kategori patuh yaitu sebanyak 32 responden

(62.7%)

4. Ada Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan, dengan nilai significancy pada hasil

menunjukan (p = 0,016 < 0,05).

5. Ada Hubungan Reward and Punishment dan Kepatuhan, dengan nilai

significancy pada hasil menunjukan (p = 0,019 < 0,05).

63
64

5.2. Saran

1. Rumah sakit

- Melakukan edukasi tentang cuci tangan kepada semua petugas di RSUD

Lahat

- Melakukan edukasi kepada setiap mahasiwa, pegawai magang, pegawai

baru tentang cuci tangan

- Memberikan rewads dan punishment kepada karyawan untuk memotivasi

dalam meningkatkan kepatuhan cuci tangan sehingga dapat mencapai

target yang ditetapkan rumah sakit

- Menyampaikan hasil audit setiap bulan ke unit masing-masing sehingga

menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan

2. Bagi Akademisi

Memasukkan mata ajar tentang Pencegahan dan pengendalian infeksi yang

didalamnya terdapat tentang cuci tangan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian lebih lanjut mengenai variable yang berhubungan dengan

kepatuhan cuci tangan


DAFTAR PUSTAKA

Afin murtie, Soul detok (Yogyakarta:Scritto Book Publisher, 2014)

Andrew J dkk. (2014) Guide to Infection Control in the hospital. IFIC.

Arikunto. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2011). Sikap dan Perilaku Dalam: Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan Melaksanakan


dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta: TIM

Emily, E. (2016). Reduction of Healthcare-Associated Infections by Exceeding High


Compliance with Hand Hygiene Practices. Emerging Infectious
Diseases•www.cdc.gov/eid• Vol.22, No. 9.

Indriantoro, Nur., dan Supomo, Bambang. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis


Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Kementrian Kesehatan RI. (2017) Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Pelayanan Kesehata, no 27 Kemenkes RI.

Martono, Nanang. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raya


Grafindo Persada.

Melanie Birks,dkk. ( 2012). Perceptions of hand hygiene amongst health care


workers in Sibu, East Malaysia. International Journal of Infection Control

Notoatmodjo, S. 2010.. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


2012;

Pittiet D et al, (2017) Hand hygiene: From research to action; Journal of Infection
Control. NCBI; may 2017

Riyanto, Agus dan Budiman. (2013) Kapita Selekta kusioner pengetahuan dan sikap
Dalam Penelitian kesehatan, Jakarta: Salemba Medik
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Cetakan Pertama. Graha
Ilmu: Yogyakarta.

Syatori Toto. (2015). Metode Penelitian Kuantitaif. Jakarta: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung: Aflabeta

WHO(2009) A Guide to the Implementation of the WHO Multimodal Hand Hygiene


Improvement Strategy.World Health Orgnitation

Sinddarth chavali,Varun menon, Urvi sukla . (2014). Hand Hygiene Compliance


Among Healthcare Workers In An Accredited Tertiary Care Hospital. Iran
Red Crescent Med. Indian J Crit Care Med. 2014 Oct; 18(10): 689–693.

Rekha Murthy, MD and Jonathan Grein, MD. (2014) Guide to Infection Control in
the hospital IFIC.

Stewardson, A.J., et al. (2016). Enhanced performance feedback and patient partici-
pation to improve hand hygiene compli-ance of health-care workers in the
setting of established multimodal promotion: a single centre, cluster-
randomised control-led trial. The Lancet Infectious Diseases, 16 (12), 1345
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

KUISIONER

Nama (initial): Pendidikan :


Usia : Jenis Kelamin :

Tidak
NO PERTANYAAN Mendukung
Mendukung
FASILITAS
Apakah sabun untuk cuci tangan selalu tersedia diruangan
1
anda?
Apakah tisu untuk cuci tangan selalu tersedia diruangan
2
anda?
Apakah kran air mengalir selalu dalam kondisi baik di
3
ruangan anda?
Apakah fasilitas cuci tangan sabun, tisu selalu tersedia
4
konsisten setiap hari?
5 Apakah wastafel diruangan anda bebas dari barang-barang?
6 Apakah wastafel diruangan anda selalu bersih?
Apakah jika wastafel bersih semakin nyaman saat saat
7
melakukan cuci tangan?
Apakah di wastafel diletakkan gambar cara melakukan cuci
8
tangan
Apakah menurut anda gambar langkah cuci tangan dapat
9 membantu mengingatkan langkah cuci tangan yang sesuai
prosedur?
Apakah sabun cuci tangan yang anda gunakan saat ini anda
10
gunakan tidak mengalami alergi?
Apakah disetiap tempat tidur pasien sudah mempunya
11
handrub diruangan anda?
Apakah anda lebih senang handrub ada di tempat tidur
12
pasien untuk memudahkan melakukan cuci tangan?
Apakah anda lebih senang handrub ada troli tindakan untuk
13
memudahkan melakukan cuci tangan?
14 Apakah handrub selalu terisi?
Apakah anda akan mengisi/memberitahukan pos jika
15
handrub atau sabun habis?
Apakah anda tahu dirumah sakit ada SPO cuci tangan 5
16
moment?
Apakah anda tahu dirumah sakit ada SPO cuci tangan 6
17
langkah sesuai dengan WHO?
Apakah anda sudah diajarkan bagaimana melakukan cuci
18
tangan 6 langkah?
Apakah anda sudah disosialisasikan SPO tentang cuci
19
tangan
Tidak
PERTANYAAN Setuju
Setuju
REWARDS AND PUNISHMENT
Apakah anda setuju jika kepatuhan cuci tangan mencapai
1
target yang ditetapkan rumah sakit anda diberikan reward?
Apakah anda setuju jika kepatuhan cuci tangan tidak
2 mencapai target yang ditetapkan rumah sakit diberikan
punishment?
Apakah anda setuju jika tidak mencapai target yang
3 ditetapkan rumah sakit punishment diberikan keseluruh staf
ruangan?
Apakah jika ada reward akan meningkatkan kepatuhan
4
anda dalam melakukan cuci tangan?
Apakan anda akan selalu mengingatkan teman kerja anda
5
jika tidak melakukan cuci tangan?
Apakah anda lebih senang reward diberikan untuk ruangan
6
karena tim?
7 Apakah anda setuju jika reward diberikan untuk individu?
Apakah anda lebih senang punishment diberikan untuk
8
ruangan karena tim?
Apakah anda setuju jika punisment diberikan untuk
9
individu?
Apakah jika ada rewards/punishment anda akan semakin
10 menegur teman kerja anda yang tidak melakukan cuci
tangan?
Apakah menurut anda semua harus komitmen untuk
melakukan cuci tangan sesuai dengan 5 moment untuk
11
mencapai target kepatuhan cuci tangan yang sudah
ditetapkan rumah sakit?
Tidak
PERTANYAAN Patuh
Patuh
KEPATUHAN
Apakah anda melakukan cuci tangan sesuai dengan 5
1
moment?
Apakah anda melakukan cuci tangan sebelum kontak
2
dengan pasien?
Apakah anda melakukan cuci tangan sebelum tindakan
3
aseptik?
Apakah anda melakukan cuci tangan setelah terkena cairan
4
tubuh pasien?
Apakah anda melakukan cuci tangan setelah kontak dengan
5
pasien?
Apakah anda melakukan cuci tangan setelah meninggalkan
6
area lingkungan pasien?
Apakah anda melakukan cuci tangan diantara tindakan
7 seperti sebelum dan sesudah memasang NGT anda mencuci
tangan baru melakukan TTV?
Apakah gambar langkah mencuci tangan dapat menjadi
8
pengingat saat anda melakukan cuci tangan?
Apakah anda melakukan cuci tangan sesuai dengan 6
9
langkah sesuai dengan WHO?
Apakah anda melakukan cuci tangan tidak memperhatikan
10
langkah cuci tangan sesuai dengan WHO?
11 Apakah anda merasa cuci tangan suatu kebutuhan?
Apakah anda merasa jika tidak melakukan cuci tangan
12 sesuai dengan 5 moment anda bekerja tidak sesuai dengan
SPO?
Apakah anda menyadari bahwa jika anda tidak melakukan
13 cuci tangan anda dapat mentransmisikan mikroba tangan
anda ke pasien?
Apakah anda merasa bersalah jika tidak melakukan cuci
14
tangan saat memberikan pelayanan ke pasien?
Apakah anda menyadari jika tidak melakukan cuci tangan 5
15
moment dan 6 langkah anda sudah melanggar hak pasien?
Apakah anda setiap tindakan kepasien selalu menggunakan
16
handscoen?
Apakah anda menyadari bahwa jika melakukan cuci tangan
17
anda sudah melindungi anda sendiri dan pasien?
LAMPIRAN 2

KARAKTERISRTIK RESPONDEN

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-Laki 9 17.6 17.6 17.6

Valid Perempuan 42 82.4 82.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

Usia (Tahun)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

20-30 22 43.1 43.1 43.1

31-40 18 35.3 35.3 78.4


Valid
>40 11 21.6 21.6 100.0

Total 51 100.0 100.0


Lama bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1-5 tahun 17 33.3 33.3 33.3

6-10 tahun 10 19.6 19.6 52.9

11-15 tahun 15 29.4 29.4 82.4


Valid
16-20 tahun 4 7.8 7.8 90.2

>20 tahun 5 9.8 9.8 100.0

Total 51 100.0 100.0


Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

D3Keperawatan 44 86.3 86.3 86.3

S1 Keperawatan 5 9.8 9.8 96.1


Valid
SPK 2 3.9 3.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
LAMPIRAN 3

UJI UNIVARIAT

Fasilitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Mendukung 39 76.5 76.5 76.5

Valid Tidak Mendukung 12 23.5 23.5 100.0

Total 51 100.0 100.0

Reward and Punishment

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Setuju 27 52.9 52.9 52.9

Valid Tidak Setuju 24 47.1 47.1 100.0

Total 51 100.0 100.0

Kepatuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Patuh 32 62.7 62.7 62.7

Valid Tidak Patuh 19 37.3 37.3 100.0

Total 51 100.0 100.0


LAMPIRAN 4

UJI BIVARIAT

Fasilitas * Kepatuhan
Crosstab

Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 28 11 39
Mendukung
% of Total 54.9% 21.6% 76.5%
Fasilitas
Count 4 8 12
Tidak Mendukung
% of Total 7.8% 15.7% 23.5%
Count 32 19 51
Total
% of Total 62.7% 37.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.807 1 .016
b
Continuity Correction 4.278 1 .039
Likelihood Ratio 5.673 1 .017
Fisher's Exact Test .037 .020
Linear-by-Linear Association 5.693 1 .017
N of Valid Cases 51

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.47.
b. Computed only for a 2x2 table
Reward and Punishment * Kepatuhan
Crosstab

Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 21 6 27
Setuju
% of Total 41.2% 11.8% 52.9%
Reward and Punishment
Count 11 13 24
Tidak Setuju
% of Total 21.6% 25.5% 47.1%
Count 32 19 51
Total
% of Total 62.7% 37.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact


sided) sided) Sig. (1-
sided)
a
Pearson Chi-Square 5.547 1 .019
b
Continuity Correction 4.264 1 .039
Likelihood Ratio 5.642 1 .018
Fisher's Exact Test .023 .019
Linear-by-Linear Association 5.438 1 .020
N of Valid Cases 51

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.94.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN CUCI TANGAN


PERAWAT DI RSUD LAHAT TAHUN 2021

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian ini yang banyak
memberikan keuntungan pada semua pihak seperti responden, rumah sakit, STIK Bina Husada,
maka saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia ikut menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh Eva Sri Neta, mahasiswa STIK Bina Husada dengan judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN CUCI TANGAN


PERAWAT DI RSUD LAHAT TAHUN 2021

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar, sukarela dan tanpa paksaan dari siapapun.

Lahat,

Saksi Responden

(…………………………) (…………………………)

Peneliti

(……………………………………)
LAMPIRAN 6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN CUCI TANGAN
PERAWAT DI RSUD LAHAT TAHUN 2021

KRITERIA PENELITIAN

Kriteria Inklusi

1. Semua perawat pelaksana di ruangan hemodialisa dan paviliun RSUD Lahat


2. Bersedia menjadi responden
Kriteria Ekslusi

1. Perawat hemodialisa dan paviliun RSUD Lahat yang sedang cuti / ada keperluan
mendadak
2. Tidak bersedia menjadi responden
LAMPIRAN 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN CUCI TANGAN


PERAWAT DI RSUD LAHAT TAHUN 2021

PENJELASAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Perkenalkan saya Eva Sri Neta mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan di STIK Bina
Husada Palembang, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di RSUD Lahat tahun 2021 “. Cuci tangan 5
moment adalah tindakan melakukan cuci tangan sesuai dengan 6 langkah dengan indikasi 5
moment. Cuci tangan bisa di lakukan dengan air mengalir dan sabun dengan waktu 20-30 detik
jika tangan tampak kotor, cuci tangan juga bisa dilakukan dengan menggunakan handrub cairan
berbasis alkohol jika tangan tidak tampak kotor

Reward merupakan bentuk apresiasi dalam usaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang
profesional sesuai dengan tuntutan jabatan. Diperlukan suatu pembinaan yang berkeseimbangan,
yaitu suatu usaha kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan pemeliharaan tenaga
kerja agar mampu melaksanakan tugas dengan efektif dan efisien. Sebagai langkah nyata dalam
hasil pembinaan maka diadakan pemberian reward pegawai yang telah menunjukan prestasi
kerja yang baik. Punishment dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hukuman memiliki arti
peraturan resmi yang menjadi pengatur (KBBI, hal 196). Namun ada juga definisi punishment
adalah ancaman hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar
(Mangkunegara, 2000). Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi
seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya
Sedangkan kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan
berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan. Kepatuhan adalah
mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya
diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
cuci tangan perawat Hemodialisa dan paviliun RSUD Lahat. Sejauh mana kepatuhan cuci tangan
dengan pengetahuan berpengaruh pada pelayanan yaitu untuk memutus rantai penularan infeksi
dari petugas ke pasien, pasien ke petugas, pasien ke pengunjng atau sebaliknya memutus rantai
penularan infeksi, dengan melakukan cuci tangan sesuai indikasi 5 moment dapat mengurangi
risiko kontaminasi silang tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya fokus pada hubungan
pengetahuan dengan cuci tangan
Manfaat penelitian bagi perawat sebagai responden adalah untuk meningkatkan pemahaman
tentang cuci tangan dan meningkatkan tindakan cuci tangan 5 moment perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan di ruang Hemodialisa dan paviliun RSUD Lahat.
Manfaat bagi rumah sakit adalah kepatuhan cuci tangan bagi rumah sakit menjadi bagian standar
operasional prosedur (sop) dalam memberikan pelayanan kepada pasien dalam rangka
meningkatakan sasaran keselamatan pasien. Sebagai dasar kebutuhan edukasi bagi perawat yang
memberikan pelayanan keperawatan yang masuk dalam program pendidikan dan pelatihan di
rumah sakit serta rumah sakit dapat melakukan strategi untuk meningkatkan kepatuhan cuci
tangan. Kebijakan rumah sakit memberikan reward kepada ruangan yang mencapai target
kepatuhan yang sudah ditetapkan maupun memberikan punishment kepada ruangan yang belum
mencapai target cuci tangan sehingga masing-masing ruangan berupaya untuk mencapai target
kepatuhan cuci tangan yang sudah ditetapkan rumah sakit
Manfaat bagi peneliti adalah sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan tugas akhir
dalam program pendidikan S1 Keperawatan STIK Bina Husada. Menjadikan penelitian ini
sebagai ilmu yang sangat berguna untuk dapat melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
Manfaat untuk perguruan tinggi adalah sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terutama
STIK Bina Husada

Langka-langkah dalam penelitian ini adalah setelah surat perijinan diadapatkan peneliti dari
pihak dinas kesehatan, rumah sakit dan responden selanjutnya peneliti bisa melakukan uji
validitas kuisioner yang akan digunakan sebagai alat instrument dalam penelitian di ruangan
karena mempunya similiritas tinggi dengan ruangan. Uji validitas di lakukan pada har tanggal 05
mei 2021 jam 08.00 wib diruangan pdl atas bawah . Dari hasil uji validitas akan diolah dan
dianalisa kedalam spss untuk dilihat apakah pertanyaan dalam kuisioner dapat dipahami oleh
responden sehingga setiap pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r table lebih besar 0,423
sehingga bisa di gunakan sebagai instrument dalam penelitian. Selanjutnya peneliti menyebarkan
kuisioner yang sudah dilakukan uji validitas pada 31 mei 2021 sampai dengan 15 juni 2021 jam
14.30 wib, pengisian kuesioner diberikan waktu kurang lebih selama 15 menit. Jumlah
pertanyaan tentang fasilitas sebanyak 19 pertanyaan, pertanyaan tentang rewards dan punishment
sebanyak 11 pertanyaan dan untuk tingkat kepatuhan sebanyak 17 pertanyaan, kuisioner yang
sudah diisi oleh responden dimasukan dalam spss untuk dilakukan pengolahan data dan analisa
hasil kuisioner.

Dalam penelitian ini semua data demografi maupun hasil jawaban kuesioner tetap akan
dirahasiakan karena penelitian ini semata-mata untuk kepentingan akademis. Atas kesediaan dan
kerjasaman responden saya ucapkan terima kasih.
LAMPIRAN 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN CUCI TANGAN


PERAWAT DI RSUD LAHAT TAHUN 2021

Abstrak

Healthcare Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan


diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila
fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten dengan melaksanakan program PPI ( Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi) yang merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada
pasien, petugas dan pengunjung terhadap kemungkinan tertular infeksi pada saat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. Salah satu program PPI adalah
Kebersihan tangan dimana dengan melakukan cuci tangan sesuai dengan 5 moment merupakan
salah satu upaya yang efekti untuk mencegah terjadinya infeksi. Perawat merupakan salah satu
petugas yang sangat berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan maka dari itu dari fenomena
yang ada bahwa kepatuhan cuci tangan di RSUD Lahat 79,4% belum mencapai target yang
ditetapakan rumah sakit yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat sehingga menjadi landasan bagi rumah sakit
dalam meningkatkan kepatuhan cuci tangan sesuai dengan target yang sudah ditetapkan rumah
sakit. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif diskriptif analitik dengan total sampel
sebanyak 51 orang perawat di RSUD Lahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
responden berdasarkan Jenis Kelamin responden, sebagian besar adalah responden adalah
termasuk kategori perempuan yaitu sebanyak 42 responden (82.4%). Karakteristik responden
berdasarkan usia responden, sebagian besar adalah responden adalah termasuk kategori 20-30
tahun yaitu sebanyak 22 responden (43.1%). Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja
responden, sebagian besar adalah responden adalah termasuk kategori 11-15 tahun yaitu
sebanyak 15 responden (29.4%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden,
sebagian besar adalah responden adalah termasuk kategori D3 Keperawatan yaitu sebanyak 44
responden (86,3%). Terdapat hubungan bermakna antara fasilitas dan kepatuhan, dengan nilai
significancy pada hasil menunjukan (p = 0,016 < 0,05). Terdapat hubungan bermakna antara
reward and punishment terhadap kepatuhan, dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p
= 0,019 < 0,05). Kesimpulan dari penelitian bahwa dengan memberikan rewards dan punishment
dapat memotivasi petugas kesehatan terutama perawat dalam meningkatkan kepatuhan cuci
tangan sehingga ke depan dapat diberlakukan di rumah sakit untuk memacu meningkatkan
kepatuhan dengan demikian dapat meningkatkan mutu pelayanan.

Kata kunci : kepatuhan cuci tangan, Hand hygiene 5 moment,kepatuhan cuci tangan perawat
Factors Affecting Nurse’s Handwashing Compliance At Lahat Hospital In 2021

Abstrac

Healthcare Associated Infection (HAIs) is one of the health problems in various countries in
the world, including Indonesia. HaIs events can actually be prevented if health care facilities
consistently by implementing ppi program ( Infection Prevention and Control) which is an effort
to ensure protection to patients, officers and visitors against the possibility of contracting
infection while receiving health services at various health facilities. One of the Infection Control
Programs is hand hygiene whereby by doing hand washing in accordance with 5 moments is one
of the effective efforts to prevent infection. Nurses are one of the officers who play a role in the
provision of health services, therefore from the existing phenomenon that handwashing
compliance in Lahat Hospital 79.4% has not reached the target set by the hospital is 80%. This
study aims to identify factors that influence the compliance of nurse handwashing so that it
becomes a basis for hospitals in improving handwashing compliance in accordance with the
targets set by hospitals. This study used quantitative design of analytical discrete with a total
sample of 51 nurses in Lahat Hospital. The results showed that the characteristics of
respondents based on the gender of respondents, most of which are respondents are included in
the category of women, namely as many as 42 respondents (82.4%). Characteristics of
respondents based on the age of respondents, most of the respondents are included in the
category of 20-30 years, namely as many as 22 respondents (43.1%). Characteristics of
respondents based on the length of work of respondents, most of which are respondents are
included in the category of 11-15 years, namely as many as 15 respondents (29.4%).
Characteristics of respondents based on the education of respondents, most of the respondents
are included in category D3 Nursing which is as many as 44 respondents (86.3%). There is a
meaningful relationship between facilities and compliance, with significancy values in the results
shown (p = 0.016 < 0.05). There is a meaningful relationship between reward and punishment
towards compliance, with significancy values in the results showing (p = 0.019 < 0.05). There is
a meaningful relationship between reward and punishment towards compliance, with
significancy values in the results showing (p = 0.019 < 0.05). The conclusion of the study that by
providing rewards and punishment can motivate health workers, especially nurses in improving
handwashing compliance so that the future can be enforced in hospitals to spur improved
compliance thereby improving the quality of service.

Keyword : Compliance of nurses, 5 moment hand hygiene


Pendahuluan sehingga kepatuhan cuci tangan diupayakan
untuk mencapai target yang sudah
Healthcare Associated Infection ditetapkan oleh rumah sakit.
(HAIs) merupakan salah satu masalah Rumah sakit umum daerah Lahat.
kesehatan diberbagai negara di dunia, salah satu rumah sakit yang sedang giat
termasuk Indonesia. Kejadian HAIs mencanangkan tentang cuci tangan, hal ini
sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas terkait dengan KPI (Key Performe Indicator)
pelayanan kesehatan secara konsisten rumah sakit minimal 80 %. Namun dalam
dengan melaksanakan program PPI ( pelaksanaannya prosedur yang dilakukan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) yang tidak sesuai dengan SOP yang ada sehingga
merupakan upaya untuk memastikan ada kemungkinan area permukaan tangan
perlindungan kepada pasien, petugas dan dan jari tidak tercover oleh cairan
pengunjung terhadap kemungkinan tertular disinfektan
infeksi pada saat menerima pelayanan Kepatuhan cuci tangan perawat di RSUD
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. Lahat bulan Januari-Juni 2019 yaitu 79,4%
Salah satu program PPI adalah Kebersihan masih belum mencapai dari target yang
tangan dimana dengan melakukan cuci sudah ditetapkan rumah sakit yaitu 80%.
tangan sesuai dengan 5 moment merupakan Dengan kepatuhan yang masih rendah
salah satu upaya yang efektif untuk merupakan faktor yang dapat dijadikan
mencegah terjadinya infeksi. Perawat sebagai penyebab terjadinya Hais (KPPIRS,
merupakan salah satu petugas yang sangat 2017).
berperan dalam pemberian pelayanan Peran perawat sangat berpengaruh dalam
kesehatan maka dari itu dari fenomena yang memutus rantai penularan infeksi yang
ada bahwa kepatuhan cuci tangan di RSUD terjadi karena yang melakukan perawatan
Lahat 79,4% belum mencapai target yang terhadap pasien paling banyak dan secara
ditetapkan rumah sakit yaitu 80%. Penelitian kontinu adalah perawat, sehingga sebagai
ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- petugas kesehatan perawat sudah seharusnya
faktor yang mempengaruihi kepatuhan cuci melakukan cuci tangan sesuai dengan SPO
tangan perawat sehingga menjadi landasan yang ada. Dilihat dari kepatuhan melakukan
bagi rumah sakit dalam meningkatkan cuci tangan perawat paling patuh dalam
kepatuhan cuci tangan sesuai dengan target melakukan cuci tangan (Pittiet D et al, 2017)
yang sudah ditetapkan rumah sakit.
Cuci tangan merupakan salah satu Metodelogi
kebiasaan yang harus dibangun dan Desain penelitian ini merupakan
ditanamankan oleh semua petugas kesehatan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
terutama perawat, dokter atau tenaga diskriptif dimana penelitian kuantitatif
kesehatan lainnya. Kepatuhan cuci tangan digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
merupakan salah satu indikator nasional apa saja yang mempengaruhi kepatuhan cuci
dalam akreditasi rumah sakit dan yang lebih tangan perawat. Metode penelitian kuantitaif
penting lagi adalah denga melakukan cuci adalah cara untuk memperoleh ilmu
tangan dapat menurunkan angka infeksi 80% pengetahuan atau memecahkan masalah
yang dihadapi dan dilakukan secara hati-hati Hasil penelitian
dan sistematis, dan data-data yang Karateristik Responden
dikumpulkan berupa rangkaian atau
kumpulan angka-angka (Toto, 2015). Berdasarkan hasil penelitian, dapat
Penelitian ini menggunakan pendekatan dideskripsikan karakteristik responden
deskriftip dengan tujuan untuk seperti usia, jenis kelamin, lama bekerja,
mengdeskripsikan objek penelitian yang di pendidikan, fasilitas, rewards dan
teliti antara variabel dependent dan variabel punishment serta kepatuhan. Karakteristik
independent, serta untuk mengetahui adakah Responden yaitu sebagai berikut:
hubungan kedua variabel tersebut.
Sedangkan deskripsi itu sendiri adalah Tabel 2. Karakteristik
metode yang berfungsi untuk Responden
mendeskripsikan atau memberikan Kategori Frekue Prosent
gambaran terhadap objek yang di teliti nsi ase
melalui data atau sampel yang dikumpulkan
sebagaimana adanya tanpa melakukan Jenis Laki-Laki 9 17.6
analisis dan membuat kesimpulan umum Kelami Perempuan 42 82.4
(Sugiono, 2015) n Total 51 100.0
Metode penelitian kuantitatif yaitu
20-30 22 43.1
metode penelitian yang berlandaskan
terhadap filsafat positivisme, digunakan Usia 31-40 18 35.3
dalam meneliti terhadap sampel dan >40 11 21.6
populasi penelitian, tehnik pengambilan Total 51 100.0
sampel pada penelitian ini adalah total 1-5 tahun 17 33.3
sampling sedangkan pengumpulan data
6-10 tahun 10 19.6
dilakukan dengan cara memanfaatkan
instrumen penelitian yang dipakai, analisis Lama 11-15 15 29.4
data yang digunakan bersifat kuantitatif/bisa Kerja tahun
diukur dengan tujuan untuk menguji 16-20 4 7.8
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya tahun
(Sugiyono, 2015) >20 tahun 5 9.8
Peneliti menggunakan kuesioner yang
diisi oleh semua perawat yang bertugas di Total 51 100.0
ruang perawatan RSUD Lahat untuk melihat D3Kepera 44 86.3
faktor apa saja yang mempengaruhi watan
kepatuhan cuci tangan perawat. Pendidi S1 5 9.8
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kan Keperawat
perawat yang bertugas di ruangan
an
Hemodialisa dan paviliun RSUD Lahat yang
berjumlah 51 orang. Variabel dependen SPK 2 3.9
dalam penelitian ini adalah kepatuhan, Total 51 100.0
Dalam penelitian ini variable independen Berdasarkan tabel dapat
adalah rewards dan punishment. diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan Jenis Kelamin responden,
sebagian besar adalah responden adalah Tabel diatas menyatakan bahwa
termasuk kategori perempuan yaitu ada Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan,
sebanyak 42 responden (82.4%). dengan nilai significancy pada hasil
Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukan (p = 0,016 < 0,05).
responden, sebagian besar adalah
responden adalah termasuk kategori 20- Hubungan Reward and Punishment dan
30 tahun yaitu sebanyak 22 responden Kepatuhan
(43.1%). Karakteristik responden Analisa bivariat pada tahap ini
berdasarkan lama bekerja responden, diteliti “Hubungan Reward and Punishment
sebagian besar adalah responden adalah dan Kepatuhan” dengan menggunakan uji
termasuk kategori 11-15 tahun yaitu Chi-Square, dapat diketahui sebagai berikut:
sebanyak 15 responden (29.4%).
Tabel Hubungan Reward and
Karakteristik responden berdasarkan
Punishment dan Kepatuhan
pendidikan responden, sebagian besar
adalah responden adalah termasuk
Reward
kategori D3 Keperawatan yaitu sebanyak Kepatuhan
and
44 responden (86,3%). Faktor-faktor Patuh Tidak Normal
Punishmen
yang mempengaruhi Kepatuhan cuci P
t F % F % F %
tangan perawat
2 41, 6 11, 2 52,9
Setuju
Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan 1 2 8 7 0,0
Tidak 1 21, 13 25, 2 47,1 19
Analisa bivariat pada tahap ini Setuju 1 6 5 4
diteliti “Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan” Total 3 62, 19 37, 5 100
dengan menggunakan uji Chi-Square, dapat 2 7 3 1
diketahui sebagai berikut: Sumber: Data Primer 2021
Tabel diatas menyatakan bahwa
Tabel Hubungan Fasilitas dan ada Hubungan Reward and Punishment
Kepatuhan dan Kepatuhan, dengan nilai significancy
pada hasil menunjukan (p = 0,019 <
Kepatuhan 0,05).
Fasilitas Pat Tida Normal
P Pembahasan
uh k
F % F % F % a. Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan
2 5 1 21 3 76,5
Mendu Dari penelitian diperoleh hasil ada
8 4, 1 ,6 9 0,016
kung Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan, dengan
9
4 7, 8 15 1 23,5 nilai significancy pada hasil menunjukan (p
Tidak = 0,016 < 0,05).
8 ,7 2
Total 3 6 1 37 5 100 Dari hasil kuesioner didapatkan
2 2, 9 ,3 1 ketersediaan fasilitas baik dan membuat
7 perawat patuh melakukan cuci tangan. Hasil
Sumber: Data Primer 2021 penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Pitted (2001) menyatakan bahwa salah satu
kendala dalam ketidakpatuhan terhadap cuci ketika kontak dengan pasien ataupun dengan
tangan adalah sulitnya mengakses tempat lingkungan disekitar pasien yang beresiko
cuci tangan atau persediaan alat lainnya terpajan kuman. Hal ini sangat berguna bagi
yang digunakan untuk melakukan cuci perawat agar tidak terkena infeksi dan
tangan. Kemudian dalam mengakses mencegah penularan serta penyebaran
persediaan alat-alat untuk melakukan cuci kuman kepada orang lain. (Kepmenkes RI,
tangan, sabun, alkohol adalah sangat penting 2009).
untuk membuat kepatuhan menjadi optimal Dalam hal ini Reward dan
sesuai standar. Punishment pelaksanaan prosedur tetap
Menurut analisis peneliti, jika adalah untuk selalu memenuhi petunjuk atau
fasilitas cuci tangan lengkap serta cairan peraturan-peraturan dan memahami etika
antiseptik selalu ada di tempat tidur pasien, keperawatan di tempat perawat tersebut
nurse station dan lorong ruangan rawat bekerja. Kepatuhan merupakan modal dasar
membuat perawat akan patuh melakukan seseorang berperilaku. Perubahan sikap dan
cuci tangan. perilaku individu diawali dengan proses
patuh, identifikasi dan tahap terakhir berupa
internalisasi (Sukron, 2013).
b. Hubungan Reward and Punishment
dan Kepatuhan A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
Dari penelitian diperoleh hasil ada pembahasan yang telah dikemukakan pada
Hubungan Reward and Punishment dan bab IV, dapat diambil simpulan bahwa:
Kepatuhan, dengan nilai significancy pada 1. Karakteristik responden berdasarkan
hasil menunjukan (p = 0,019 < 0,05). fasilitas, sebagian besar adalah
Perawat yang merupakan salah satu responden adalah termasuk kategori
petugas kesehatan memiliki resiko tinggi mendukung yaitu sebanyak 39
menularkan patogen melalui tangan, karena responden (76,5%).
perawat memiliki peluang yang besar berada 2. Karakteristik responden berdasarkan
pada cuci tangan penting tersebut, sehingga Reward and Punishment, sebagian besar
kepatuhan mencuci tangan perawat adalah responden adalah termasuk
hendaknya ditingkatkan. Tujuan mencuci kategori setuju yaitu sebanyak 27
tangan sebelum kontak dengan pasien yaitu responden (52.9%)
untuk menghindarkan pasien dari paparan 3. Karakteristik responden berdasarkan
kotoran dan kuman yang dibawa oleh tenaga Kepatuhan, sebagian besar adalah
kesehatan lain dari pasien lain sehingga responden adalah termasuk kategori
pasien dapat terhindar dari kuman yang patuh yaitu sebanyak 32 responden
dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari (62.7%)
kuman yang dapat memperparah penyakit 4. Ada Hubungan Fasilitas dan Kepatuhan,
yang diderita. dengan nilai significancy pada hasil
Reward and Punishment menunjukan (p = 0,016 < 0,05).
bermanfaat bagi kebersihan perawat itu 5. Ada Hubungan Reward and Punishment
sendiri. Mencuci tangan sesudah kontak dan Kepatuhan, dengan nilai significancy
dengan pasien bertujuan untuk pada hasil menunjukan (p = 0,019 <
membersihkan tangan perawat atau tenaga 0,05).
kesehatan lain dari kuman yang didapat
B. Saran
1. Bagi Akademisi
Pemberian edukasi secara berkala untuk
memberikan segala kepatuhan cuci
tangan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian lebih lanjut mengenai
variable yang berhubungan dengan
kepatuhan cuci tangan
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
LAMPIRAN 11
LAMPIRAN 12

Anda mungkin juga menyukai