Anda di halaman 1dari 113

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI PADA SAAT


MENSTRUASI DI SMAN 01 LEMBAH
MELINTANG TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH:

TUTI HARIANI

NIM 2007033

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2022
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI PADA SAAT
MENSTRUASI DI SMAN 01 LEMBAH MELINTANG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan (S. Keb)


Dalam Program Sarjana Kebidanan

OLEH:

TUTI HARIANI

NIM 2007033

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul ”Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal

Hygiene saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun

2022” ini telah disetujui, diperiksa untuk dipertahankan dihadapan tim penguji

seminar Program Studi Sarjana Kebidanan Stikes Syedza Saintika Padang.

Padang, 21 Oktober 2022

Pembimbing I Pembimbing II

( Ramah Hayu, M.Keb ) ( Febby Herayono, M.Keb)

Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan

Stikes Syedza Saintika Padang,

(Silvi Zaimy, M. Keb)

ii
HALAMAN PENGUJI

Skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal

Hygiene saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun

2022”. Ini telah diterima dan disetujui oleh Dewan Penguji Skripsi Program Studi

Sarjana Kebidanan Stikes Syedza Saintika Padang.

Padang, Oktober 2022

Tim penguji

Moderator Notulen

( Ramah Hayu, M.Keb ) ( Febby Herayono, M.Keb)

Penguji I

( Fafelia Rozyka, M.Keb )

Penguji II

( Fanny Jesica, M.Keb )

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, beserta shalawat dan salam kepada

Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene saat

Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun 2022”

Dalam pembuatan Skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan

masukan dari berbagai pihak, dan kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada yang terhormat Ibu Ramah Hayu, M.Keb selaku dosen

pembimbing I dan Ibu Febby Herayono, M.Keb selaku dosen pembimbing II yang

telah banyak membantu dan pemberikan arahan dalam pembuatan Skripsi ini, serta

kepada Bapak/Ibu:

1. Bapak Drs. Hasrinal, A.Md, Kep. MM, ketua Stikes Syedza Saintika

Padang

2. Bapak Erwin, S.ag, M.A Kepala Sekolah SMAN 01 Lembah Melintang

3. Ibu Silvi Zaimy, M.Keb, selaku ketua prodi Sarjana Kebidanan Stikes

Syedza Saintika Padang

4. Ibu Fafelia Rozyka, M.Keb, selaku dosen penguji I yang telah banyak

membantu dan pemberikan saran dalam seminar Skripsi

5. Ibu Fanny Jesica, M.Keb, selaku dosen penguji II yang telah banyak

membantu dan pemberikan saran dalam seminar Skripsi

6. Bapak dan ibu dosen serta Staff Sarjana Kebidanan Stikes Syedza

Saintika Padang

iv
7. Rekan-rekan mahasiswa, sahabat dan teman-teman yang senasib dan

seperjuangan tempat melimpahkan keluh kesah selama perkuliahan, dan

memberikan semangat serta bantuan bagi peneliti

8. Teristimewa ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan moril dan

materil selama pendidikan dan penyusunan Skripsi

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga Skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis sendiri.

Padang, September 2022

Penulis

v
Program Studi Sarjana Kebidanan
STIKES Syedza Saintika Padang

Skripsi, September 2022

Tuti Hariani
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi
pada Remaja Putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun 2022
xiii + 78 halaman + 9 tabel + 10 lampiran

ABSTRAK

Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan


kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene diantaranya yaitu budaya dan
status ekonomi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di
SMAN 01 Lembah Melintang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan metode
cross sectional study, populasi dalam penelitian ini adalah Remaja Putri di SMAN 01
Lembah Melintang yang berjumlah 732 orang. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling, didapatkan 86 responden. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan
dianalisis dengan menggunakan computer program microsoft excel dan program
statistic (SPSS).
Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi
frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi-square (p < 0,05) untuk mengetahui
hubungan antar variabel. Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan antara budaya
dengan personal hygiene (p = 0.010 < 0,05) dan terdapat hubungan antara status
ekonomi dengan personal hygiene (p = 0,014 < 0,05).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara budaya dan
status ekonomi dengan personal hygiene di SMAN 01 Lembah Melintang. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tempat penelitian dan institusi
pendidikan, serta dapat dijadikan acuan oleh peneliti selanjutnya.

Kata Kunci : Personal Hygiene saat Menstruasi, Budaya, Status Ekonomi


Daftar Pustaka: 55 (2006-2022)

vi
Bacelor Degree of Midwifery
Health Science Syedza Saintika Padang

Script, September 2022

Tuti Hariani
Related Factors of Personal Hygiene Behavior during Menstruation of Teenegers at
SMAN 01 Lembah Melintang in 2022
xiii + 78 pages + 9 tables + 10 attachments

ABSTRACK

Personal Hygiene is an action to maintain the cleanliness and health of a


person for well-being, both physically and psychologically. There are several factors
that affect personal hygiene including culture and economic status. The purpose of
this study was to determine the associated factors with personal hygiene behavior
during menstruation in adolescent girls at SMAN 01 Lembah Melintang.
This research is a type of descriptive analytic research with cross sectional
study method, the population in this research is young women at SMAN 01 Lembah
Melintang, totaling 732 people. Sampling using purposive sampling technique,
obtained 86 respondents. Data collection was done by using a questionnaire. The
data that has been collected is then processed and analyzed using the Microsoft
Excel computer program and the statistical program (SPSS).
Data analysis includes univariate analysis by looking for the frequency
distribution, bivariate analysis by chi-square test (p < 0.05) to determine the
relationship between variables. The results of the bivariate analysis showed a
relationship between culture and personal hygiene (p = 0.010 <0.05) and there was
a relationship between economic status and personal hygiene (p = 0.014 <0.05).
The conclusion in this study is that there is a relationship between culture and
economic status with personal hygiene at SMAN 01 Lembah Melintang. This
research expected can became input to research place and education institution, and
also can be made reference by the next researcher.

Keyword : Personal Hygiene during Menstruation, Culture, Economic Status


Refferences : 55 (2006-2022)

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM .............................................................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................iii
HALAMAN PENGUJI .............................................................................................iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................11
1.Tujuan Umum ........................................................................................11
2.Tujuan Khusus .......................................................................................11
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................11
E. Lingkup Penelitian ....................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Menstruasi ................................................................................................13
B. Perilaku Personal Hygiene ........................................................................17
C. Konsep Teori Kesehatan Reproduksi Remaja ..........................................33
D. Konsep Teori Sikap ..................................................................................37
E. Faktor yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene ...................40
F. Kerangka Teori ..........................................................................................46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................................47
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................47
C. Populasi dan Sampel .................................................................................47
1. Populasi ................................................................................................47
2. Sampel ..................................................................................................47
3. Kriteria Sampel .....................................................................................48

viii
4. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................48
D. Jenis Data .................................................................................................49
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................50
F. Teknik Pengolahan Data ............................................................................50
G. Etika Penelitian..........................................................................................51
H. Analisis Data ............................................................................................55
I. Kerangka Konsep .......................................................................................55
J. Defenisi Operasional .................................................................................56
K. Hipotesis Penelitian ..................................................................................57
BAB IV HASIL
A. Gambaran Wilayah Penelitian ..................................................................58
B. Karakteristik Responden ...........................................................................58
C. Analisa Univariat ......................................................................................59
1. Personal Hygiene ...............................................................................59
2. Budaya ...............................................................................................59
3. Status Ekonomi ..................................................................................60
D. Analisa Bivariat ........................................................................................61
1. Hubungan Budaya dengan Personal Hygiene saat Menstruasi ..........61
2. Hubungan Status Ekonomi dengan Personal Hygiene saat amenstruasi
............................................................................................................62
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ......................................................................................63
1. Personal Hygiene ...............................................................................63
2. Budaya ...............................................................................................65
3. Status Ekonomi ..................................................................................68
B. Analisa Bivariat ........................................................................................70
1. Hubungan Budaya dengan Personal Hygiene saat Menstruasi ..........70
2. Hubungan Status Ekonomi dengan Personal Hygiene saat Menstruasi
............................................................................................................74
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................77
B. Saran .........................................................................................................77

ix
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

3.1 Defenisi Operasional ...........................................................................................57

4.1 Distribusi Frekuensi Umur ..................................................................................59

4.2 Distribusi Frekuensi Kelas ..................................................................................60

4.3 Distribusi Frekuensi Umur Menarche .................................................................60

4.4 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene ...............................................................61

4..5 Distribusi Frekuensi Budaya ..............................................................................61

4.6 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi ..................................................................62

4.7 Hubungan Budaya dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi .............62

4.8 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi 63

xi
DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Teori ....................................................................................................46

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................56

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Lembar Konsul Proposal

Lampiran 2 : Kisi-Kisi Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 4 : Kuesioner

Lampiran 5 : Analisis Data

Lampiran 6 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : Dokumentasi

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 10 : Surat Selesai Melakukan Penelitian

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perubahan tubuh

(growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan

terjadinya perubahan-perubahan psikologi serta kognitif (Setyaningrum,

2014). Perubahan fisik remaja merupakan ciri utama dari proses biologis

yang terjadi pada masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisik secara

cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional).

Perubahan fisik yang terjadi termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi

untuk mencapai kematangan agar mampu melangsungkan fungsi reproduksi

(Rochmania, 2015). Perubahan fisik cukup terlihat ketika remaja memasuki

usia antara 9-15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tumbuh menjadi

lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-perubahan di

dalam tubuh yang memungkinkan untuk berproduksi atau berketurunan.

Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal

dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi pada

perempuan (Setiyaningrum, 2014).

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai

sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometrium uterus (Bobak, 2004 dalam Sinaga, dkk 2017).Kondisi ini

terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan

dinding rahim (endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan

kehamilan menjadi luruh. Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan,

maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus


1
2

menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid antara

3-7 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus

haidnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari (Sinaga, 2017).

Masalah yang dihadapi wanita tiap bulannya berkaitan dengan

menstruasi antara lain adalah mengalami keputihan sebanyak 19%, rasa gatal

pada area genital sebanyak 25%, premenstrual sindrome 36%, rasa tidak

nyaman selama menstruasi 35%, darah menstruasi yang sangat banyak 10%,

mengalami kram perut. Menstruasi juga membuat remaja putri menjadi

cemas, khawatir dan kurang percaya diri (Su & Lindell, 2016). Salah satu

penyebab keputihan adalah karena kebersihan diri selama menstruasi yang

tidak bersih (Anand, Singh, & Unisa, 2015).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Ruang lingkup

pelayanan kesehatan resproduksi menurut International Conference

Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan

infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja,

pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan

infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran

reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual,

sunat perempuan dan sebagainya (Infodatin, 2015).

Pelayanan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk mencegah

dan melindungi remaja dari perilaku seksual beresiko lainnya yang dapat

berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi, serta mempersiapkan remaja


3

untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab

yang meliputi persiapan fisik, psikis dan sosial untuk menikah dan menjadi

orangtua pada usia yang matang. Program kesehatan remaja ini diintegrasikan

dalam Program Kesehatan remaja di Indonesia, dimana kegiatannya meliputi

Pemilihan Duta Mahasiswa, seminar remaja, gelar seni budaya, pentas

komedi, penyebaran poster, Junior Eagle Award, GenRe Goes to School/

Kampus/ Pesantren, Jambore kreativitas remaja dan temu kader BKR (Bina

Ketahanan Remaja). Edukasi yang diberikan kepada remaja salah satunya

adalah tentang personal hygiene (Infodatin, 2015).

Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya

(Andramoyo, 2012). Kebersihan diri (personal hygiene) merupakan

kebersihan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik

secara fisik maupun psikologisnya (Rejeki, 2015). Personal hygine saat

menstruasi merupakan tindakan untuk menjaga kesehatan diri dan kebersihan

di bagian organ kewanitaan saat sedang menstruasi.Seseorang dikatakan

memiliki personal Hygiene baik apabila orang tersebut dapat menjaga

kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi, dan mulut,

rambut hidung, telinga, kaki, dan kuku seta peralatan genetalia, salah satu

perawatan alat genetalia dapat dilakukan pada remaja putri saat

menstruasi (Andarmoyo, 2012). Dampak yang dapat dirasakan seseorang

remaja putri akibat dari kurangnya menjaga personal hygine saat menstruasi

yaitu infeksi saluran kemih, keputihan, kanker serviks dan kesehatan

reproduksi lainnya. (Nugroho, 2013).


4

Hal-hal tersebut diatas memilki pengaruh yang besar terhadap

bagaimana remaja putri menyikapi proses mentruasinya dan bagaimana

mereka berprilaku sehat pada penanganan kebersihan alat kelaminnya saat

menstruasi. Hygiene saat menstruasi merupakan keseluruhan perilaku dalam

menjaga kebersihan saat menstruasi (Kumalasari, 2012).Kebersihan diri saat

menstruasi pada remaja merupakan isu kritis sebagai determinan status

kesehatan remaja yang akan berpengaruh dalam kehidupan masa tua.

Buruknya kebersihan diri saat menstruasi berpengaruh besar terhadap

morbiditas dan komplikasi (Uzochukwu, 2009).

Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan diri baik

secara sendiri maupun dengan bantuan dapat melatih hidup sehat/bersih

dengan memperbaikan gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan

kebersihan serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan

kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk

menghilangkan kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi

darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan (Kristanti,2019).

WHO tahun 2016 memperkirakan 15 dari 20 remaja putri pernah

mengalami keputihan setiap tahunnya. Infeksi tersebut terjadi karena

kurangnya kebersihan diri, terutama saat menstruasi (Agra, 2016). Perilaku

yang kurang dari perawatan hygiene pada saat menstruasi adalah malas

mengganti pembalut (Wulandari, 2012). Hal ini dapat diatasi jika remaja

mengganti pembalut tiap 6 jam dan mengganti saat pembelut sudah penuh.

Perilaku kurangnya personal hygiene menstruasi ini dapat menyebabkan

bakteri berkembang lebih banyak pada pembalut (Haryono, 2016).


5

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 hasil dari data BPS

(Badan Pusat Statistik) tahun 2021 sebesar 270.020.600 jiwa, yaitu dengan

jumlah remaja sebesar 70.185.600 jiwa yang menandakan bahwa jumlah

remaja sebesar 25.09% dari total jumlah penduduk Indonesia. Hal itu

membuat piramida penduduk Indonesia digolongkan dalam kategori piramida

penduduk muda. Sementara jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Barat

sebesar 5.534.472 jiwa dengan jumlah remaja sebesar 481.983 jiwa dan

jumlah remaja di Kabupaten Pasaman Barat sebesar 186.086 jiwa (BPS,

2021).Berdasarkan data Word Health Organitation (WHO) 2012menyebutkan

bahwa sebanyak 75% perempuan dari seluruh dunia pernah mengalami

keputihan dalam kehidupannya yang diakibatkankarena kurangnya personal

higiene saat menstruasi.

Data SKKR (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia)

menyatakan bahwa secara nasional remaja yang melakukan perilaku personal

hygiene dengan benar sebesar 21,6%. Hasil survei menunjukkan remaja yang

terpapar informasi PIK-Remaja (Pusat Informasi Dan Konseling Remaja)

mencapai 28%.Berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan

informasi kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan menstruasi.

Berdasarkan data statistik di Indonesia dari 43,3 juta jiwa remaja putri

yang berusia 10-14 tahun berperilaku hygiene sangat buruk (Riskesdas,

2012). Perilaku ini bisa dikarenakan kebanyakan remaja putri malas untuk

merawat kebersihan organ reproduksinya saat menstruasi. Karena hal

tersebut, angka insiden penyakit infeksi yang terjadi pada remaja Indonesia

terkait saluran reproduksi yaitu pada usia 10-18 tahun sebesar 25-42%,

sedangkan pada usia 18-22 tahun sebesar 27-33%. Di Indonesia menstruasi


6

seringkali dihubungkan dengan kesalahpahaman praktik kebersihan diri,

salah satunya budaya masyarakat yang masih menganggap jika seorang

menstruasi itu kotor. Tentu saja hal ini dapat merugikan bagi remaja itu

sendiri. Tindakan merawat kebersihan organ reproduksi pada saat menstruasi

sangat penting perannya bagi personal hygiene individu sekaligus

menunjukkan bagaimana status kesehatan remaja putri supaya tidak terjadi

masalah atau penyakit terkait organ reproduksi (Laila, 2016).

Berdasarkan hasil Penelitian Dahlia (2014), menunjukan adanya

hubungan antara pengetahuan, sikap, budaya yang mempercayai bahwa saat

menstruasi dilarang keramas.Sejalan dengan Penelitian Gustina (2014),

menunjukkan 93,7% tidak mengetahui penyebab terjadinya menstruasi,

51,9% mengatakan bahwa darah menstruasi berasal dari perut, 48,1%

mengatakan bahwa lama menstruasi sekitar 3-7 hari, 58,2% tidak mengetahui

siklus normal menstruasi.Penelitian Wahyuni (2014), menunjukan adanya

hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan perilaku siswi terhadap

kebersihan alat genetalia saat menstruasi.

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Maharani

(2018)menunjukkan bahwa perilaku personal hygiene saat menstruasi yang

tidak baik sebanyak 79,1%, responden dengan sikap negatif terhadap perilaku

personal hygiene sebanyak 72.3%, responden dengan sumber informasi yang

tidak ada sebanyak 64.9%, responden yang menyatakan tenaga kesehatan

tidak berperan dalam memberi informasi tentang personal hygiene sebanyak

60.8%, responden yang menyatakan guru tidak berperan dalam memberikan

informasi seputar personal hygiene sebanyak 59.5%, dan responden yang

percaya pada mitos-mitos budaya seputar menstruasi sebanyak 59.5%.


7

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Susanti

(2020)dengan judul analisis hubungan budaya terhadap praktik hygiene

menstruasi oleh remaja putri di Pesantren Ummul Mukminin Kota Makasar

Tahun 2020 bahwa dari 147 responden, sebanyak 75 siswi (51%) yang

memiliki budayakurang baik terhadap praktik hygiene saat menstruasi, dan

sebanyak 61 siswi (81,3%) yang bersikap negatif tersebut melaksanakan

personal hygiene yang buruk saat menstruasi dengan hasil (P=0,00)

menandakan bahwa ada hubungan budaya dengan praktik hygienesaat

menstruasi.

Kurang terjaganya personal hygiene pada remaja putri disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu faktor budaya dan faktor sosial ekonomi.Faktor

budaya yaitu Kurangnya pengetahuan masyarakat dan pengaruh mitos yang

turun temurun menjadikan pola pikir yang tidak sesuai dengan teori yang

ada.Meskipun secara medis, mitos yang berkembang tersebut tidak ilmiah,

kenyataannya masih banyak masyarakat yang masih percaya dengan berita

tersebut (Lutfiana, 2014). Demikian juga yang terjadi pada remaja putri di

SMA N 1 Lembah Melintang, pada umumnya terdapat budaya tertentu

sehubungan dengan datangnya haid pertama kali pada remaja putri salah

satunya tidak diperbolehkan melakukan keramas pada saat haid

dikarenakan akan menimbulkan anemia. Hal tersebut merupakan mitos

yang beredar di lingkungan masyarakat. Mitos tersebut tidak

benarkarena wanita yang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan

dirinya. Wanita yang sedang mengalami menstruasi wajib menjaga

kebersihan rambut karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih


8

berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya

ketombe dan mikroorganisme lainnya, (Riri Maharani, 2018).

Faktor sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi personal hygiene

pada remaja putri saat menstruasi karna minimnya pendapatan orang tua

perbulan. Menurut Nancy Roper (2002) untuk melakukan personal hygen

yang baik di butuhkan sarana dan prasana yang memadai seperti kamar

mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup seperti: pasta

gigi, sikat gigi, sabun, dan lain. Segala macam perlengkapan tersebut tentu

membutuhkan biaya, dengan kata lain sumber keuangan individu akan

berpengaruh pada kemampuan mempertahankan personal hygen yang baik.Di

zaman modren ini semuanya harus serba canggih dan sekali pakai, seperti

untuk pembalut tidak semua remaja putri mampu mengganti pembalut 3x1

dalam sehari karna alasan ekonomi, bahkan dalam sehari Cuma mampu

mengganti pembalut 1x1dalam sehari, apalagi remaja putri yang tinggal kos-

kosan harus bisa menghemat uang, padahal untuk pembalut bisa

menggunakan kain yang bersih tapi karna pengaruh zaman mereka tidak mau

menggunakannya. Resiko yang dapat terjadi jika tidak teratur mengganti

pembalut dapat menyebabkan iritasi kulit pada bagian sekitar alat reproduksi,

dapat menimbulkan bau dan infeksi bakteri dari darah menstruasi.

Hasil survey awal yang dilakukan pada hari senin 10 Januari tahun

2022 di SMA N 1 Lembah Melintang terdapat jumlah murid yang berjenis

kelamin perempuan pada kelas X sebanyak 229 orang dan kelas XI sebanyak

256 orang. Hasil wawancara terhadap 10 orang siswi di kelas XI, rata-rata

mengalami kejadian menstruasi saat kelas 6 SD atau pada umur 11 tahun.

Semua siswi yang diwawancara tidak mengetahui tentang kesehatan


9

reproduksi, begitupun dengan penerapan personal hygiene yang baik saat

haid/menstruasi, yaitu pemakaian pembalut yang lama, penggunaan pakaian

dalam yang tidak menyerap keringat, dan kebersihan alat genetalia. Siswi

yang diwawancarai mengganti pembalut hanya 2 kali sehari seharusnya

penggantian pembalut yang baik dan benar yaitu 3 sampai 4 jam sekali agar

terhindar dari bau, meningkatkan kenyamanan dan mencegah terjadinya

infeksi pada organ reproduksi. 4 dari 10 siswi mengungkapkan bahwa mereka

mengalami keputihan dan gatal pada area kewanitaan, karena sering

membiarkan celana dalam lembab dan tidak membawa celana dalam

cadangan, 2 orang diantara mereka mengungkapkan bahwa keputihan yang

keluar dari kemaluannya sedikit berbau tidak sedap. Semua siswi

mengungkapkan belum pernah mendapat edukasi tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja (KRR), 5 orang diantaranya mengungkapkan edukasi

kesehatan reproduksi hanya didapat melalui televisi dan nasehat dari orangtua

saja. Hasil wawancara dengan perawat Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di

SMA N 1 Lembah Melintang mengungkapkan bahwa program KRR belum

jalan di sekolah ini, biasanya di UKS siswi hanya untuk wadah pertolongan

pertama seperti saat luka atau demam dan tempat istirahat saja ketika ada

siswa dan siswi yang pingsan. Perawat UKS juga mengungkapkan bahwa

petugas Puskesmas jarang mengunjungi sekolah, sebelumnya petugas

Puskesmas datang hanya untuk kegiatan vaksin covid-19 saja tidak untuk

program KRR, sehingga program KRR tidak jalan di sekolah ini.

Sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku personal hygiene

remaja putri saat menstruasi di SMA N 1 Lembah Melintang cukup

memadai, seperti ketersediaan kamar mandi dan air bersih yang baik namun
10

akses untuk mendapatkan informasi melalui media masih tergolong kurang.

Hal itu dikarenakan kebijakan yang ada di SMA N 1 Lembah Melintang tidak

memperbolehkan siswa-siswinya untuk membawa alat komunikasi

handphone yang dapat menjangkau akses internet selama masa pendidikan

maupun ke ruang kelas pada saat pelajaran berlangsung. Tidak jalannya

program KRR yang semestinya diberikan langsung oleh Puskesmas justru

sama sekali tidak dicanangkan di sekolah ini, media seperti posterpun tidak

ada, sehingga membuat siswi kesulitan mendapat akses tentang edukasi KRR

itu sendiri.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMA N 1 Lembah

Melintang karena pada saat melakukan studi pendahuluan didapatkan

informasi bahwa belum ada penelitian terkait yang dilakukan di SMA N 1

Lembah Melintang, dan juga tidak adanya pelajaran tentang kesehatan

reproduksi terkhusus mengenai personal hygiene saat menstruasi, yang ada

hanya pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara umum serta

keterpaparan media informasi mengenai personal hygiene saat menstruasi

pun tidak pernah diterima oleh siswi di sekolahnya baik itu dari guru, tenaga

kesehatan maupun media.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis telah melaksanakan penelitian

mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan personal hygiene remaja

putri pada saat menstruasi di SMA N 1 Lembah Melintang Tahun 2022”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan data yang telah diuraikan di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apakah


11

yang berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi pada

remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi pada

remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi personal hygiene remaja putri saat

menstruasi di SMAN 01 Lembah Melintang

b. Diketahui distribusi frekuensi budaya remaja putri saat menstruasi di

SMAN 01 Lembah Melintang

c. Diketahui distribusi frekuensi status ekonomi remaja putri saat

menstruasi di SMAN 01 Lembah Melintang

d. Diketahui hubungan budaya dengan personal hygiene Saat

Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 01 Lembah Melintang

e. Diketahui hubungan status ekonomi dengan personal hygiene saat

mentruasi pada remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk instansi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi di

institusi pendidikan dan dapat di jadikan sebagai dasar mendukung

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan personal hygen pada

saat menstruasi.
12

2. Bagi Remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi

instansi terkait untuk dapat memberikan pengetahuan atau penyuluhan

bagi siswi Remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bisa mengembangkan penelitian yang berhubungan

dengan faktor- faktor yang berhubungan dengan personal hygen pada

remaja putri dengan memperluas ruang lingkup penelitian untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

E. Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan personal hygiene remaja putri pada saat menstruasi

di SMAN 1 Lembang Melintang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan

November 2021 sampai dengan Agustus 2022. Populasi penelitian adalah

semua remaja putri kelas X, XI dan XII di SMAN 1 Lembah Melintang

Pasaman Barat masing-masing yaitu sebanyak 229 orang, 256 orang dan 247

orang, dimana total keseluruhan siswi yang merupakan populasi yaitu

sebanyak 732 orang, dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Namun pada saat ini kelas XII tidak

berada di sekolah karena ujian, sehingga yang masuk dalam kriteria

penelitian saat ini adalah kelas X dan kelas XI saja. Pengumpulan kuesioner

melalui angket. Analisis data dilakukan secara univariat dan analisis uji

statistik dilakukan secara bivariat menggunakan uji chi-square.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. MENSTRUASI

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi atau haid adalah perdarahan yang terjadi setiap bulannya

secara teratur dan berkala dari uterus yang menunjukkan bahwa telah

berfungsinya secara optimal organ reproduksi. Menstruasi/haid ini

merupakan proses alami yang terjadi pada semua wanita. Secara umum,

wanita mengalami menstruasi pertama pada usia 11 sampai dengan 14

tahun tergantung pada hormonal masing-masing individu. Siklus

menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi

selama 2-7 hari (Michael J, 2020).

2. Fisiologi Menstruasi

Adapun fisiologi menstruasi/haid diantaranya (Rosyida, 2019):

a. Stadium menstruasi

Stadium menstruasi secara wajar terjadi selama 3 sampai 7 hari.

Terjadinya perdarahan atau haid pada stadium ini dikarenakan

terlepasnya selaput rahim (endometrium). Dalam fase ini kadar

hormon ovarium sangat rendah.

b. Stadium poliferasi

Stadium poliferasi biasanya terjadi saat darah menstruasi berhenti

sampai hari ke-14. Dimulainya fase poliferasi yaitu terjadinya

pertumbuhan kelenjar endometrium yang semakin cepat dan terus

menebal dan diantara hari ke-12 sampai dengan hari ke-14 terjadi

ovulasi atau pengelupasan sel telur dari indung telur.


13
14

c. Stadium sekresi

Periode setelah adanya ovulasi dan berlangsung selama 11

hari.Dalam fase ini, dikeluarkannya hormon progesteron sehingga

berpengaruh terhadap pertumbuhan endometrium untuk membuat

keadaan rahim yang siap untuk di implantasi.

d. Stadium pramenstruasi

Stadium premenstruasi terjadi selama 3 hari, di endometrium hormon

progesteron dari corpus luteum bekerja sehingga menyebabkan arteri

spiralis memilin secara kuat.

3. Faktor yang mempengaruhi menstruasi

Menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (Rosyida,

2019) yaitu:

a. Faktor hormon

Menstruasi pada perempuan biasanya disebabkan oleh beberapa

hormon yaitu Follicle Stimulating Hormone yang dikeluarkan oleh

hipofisis, Luteinizing Hormone yang dihasilkan oleh hipofisis, dan

hormon estrogen, progesteron yang dihasilkan oleh sel telur.

b. Faktor enzim

Terjadinya perdarahan endometrium (menstruasi) yang diakibatkan

oleh enzim hidrolik pada endometrium akan merusak sel-sel yang

memiliki peran sebagai sintesis protein sehingga terganggunya

metabolisme tubuh.
15

c. Faktor vaskuler

Terjadi perdarahan menstruasi dikarenakan adanya endometrium

yang beregresi didalam vena dan saluran yang menghubungkannya

dengan arteri.

d. Faktor prostaglandin

Prostaglandin F2 dan E2 banyak terkandung di dalam

endometrium, desintegrasi endometrium menyebabkan

prostaglandin terlepas sehingga berkontraksinya myometrium dan

terjadilah perdarahan menstruasi.

4. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan lamanya menstruasi yang sedang

dialami dengan waktu menstruasi berikutnya. Lamanya siklus menstruasi

yang normal yaitu 28 hari dengan dikurangi atau ditambah dua sampai

tiga hari. Siklus menstruasi bisa berbeda pada perempuan yang normal

dan sehat. Keteraturan siklus ini dimulai apabila perempuan telah berusia

25 tahun. Siklus dalam menstruasi berhubungan terhadap pembentukan

endometrium dan sel telur (Wardiyah, 2016).

Tahap siklus menstruasi diantaranya (Mandang J, 2016):

a. Bagian pertama dari siklus menstruasi yaitu ovarium menghasilkan

sedikit estrogen, sehingga menjadikan tumbuhnya lapisan darah

dan jaringan tebal disekitar endometrium dan selanjutnya terjadi

ovulasi.

b. Bagian berikutnya dari siklus menstruasi adalah diantara

pertengahan sampai terjadi menstruasi selanjutnya, tubuh


16

perempuan akan memproduksi hormon progesteron yang

mempersiapkan uterus untuk terjadinya kehamilan.

5. Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi adalah kelainan perdarahan menstruasi, terkait

dengan panjang dan lama siklus, jumlah darah siklus, serta nyeri.Selain

itu, gangguan menstruasi pada seorang wanita bisa disebabkan karena

hormon yang tidak seimbang, infeksi, struktur organ reproduksi yang

bermasalah, dan faktor lainnya (Jannah N, 2018).

Berbagai gangguan atau keluhan menstruasi yang sering

perempuan alami (Afiyanti, 2016) yaitu:

a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan saat

menstruasi

1) Hipermenorea

Merupakan kejadian menstruasi yang waktunya melebihi batas

normal yaitu lebih dari tujuh hari.

2) Hipomenorea

Merupakan kejadian menstruasi yang kurang dari waktu

normal.

b. Gangguan pada siklus

1) Polimenorea

Merupakan siklus menstruasi kurang dari 21 hari yang

dipengaruhi oleh faktor hormonal.

2) Oligomenorea

Merupakan siklus menstruasi yang lebih atau lewat dari 35 hari.


17

3) Amenorea

Yaitu selama 3 bulan berturut-turut tidak terjadinya menstruasi.

c. gangguan atau kelainan lain yang berhubungan dengan menstruasi

1) Dismenorea

Merupakan nyeri pada bagian bawah perut yang terjadi sebelum

dan saat menstruasi juga kerap kali disertai dengan datangnya

rasa mual.

2) Sindroma premenstrual

Merupakan keluhan yang muncul sebelum hari terjadi

menstruasi dan hilang sesudah terjadinya menstruasi. Hal ini

disebabkan oleh hormon estrogen dan progesteron.

3) Amenore

Amenore merupakan suatu keadaan dimana pada saat usia

subur perempuan tidak mengalami menstruasi.

4) Endometriosis

Merupakan kondisi terdapatnya jaringan endometrium (lapisan

terdalam uterus) yang tumbuh di luar uterus yang menyebabkan

nyeri dan perdarahan yang tidak teratur.

B. Perilaku Personal Hygiene

1. Pengertian Perilaku

Perilaku yaitu segala bentuk tindakan atau kegiatan manusia baik

yang bisa dilihat secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku

berawal dari dorongaan dalam diri individu yang mana menjadi respon
18

individu tersebut terhadap rangsangan yang ada dari dalam maupun luar

dirinya (Hanisa, 2017).Perilaku juga suatu hasil dari berbagai jenis

pengalaman serta interaksi manusia terhadap lingkungannya yang

terealisasi dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo,

2010).

Perilaku merupakan fungsi dari karakteristik individu dan

lingkungannya. Karakteristik individu mencakup beberapa faktor seperti

sifat, keperibadian, persepsi dan sikap yang satu sama lain saling

berinteraksi termasuk faktor lingkungan turut serta dalam pembentukan

perilaku. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan perilaku, bahkan pengaruhnya lebih kuat dari karakteristik

individu (Irwan, 2017).

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Lawrence Green (1980) menyebutkan perilaku manusia didasari oleh

tiga factor (Irwan, 2017) yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Predisposisi (predisposingfactor)

Faktor predisposisi merupakan faktor utama atau mendasar

terciptanya perilaku pada diri individu atau kelompok, faktor

predisposisi meliputi beberapa unsur yaitu unsur pengetahuan, sikap,

kepercayaan, nilai (norma/budaya, pengalaman, social ekonomi),

serta demografi.

b. Faktor Pemungkin (enablingfactor)

Merupakan faktor yang mendukung dan memfasilitasi

perilaku seseorang. Adapun yang tergolong kedalam faktor ini yaitu


19

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, sumber daya kesehatan

berupa tenaga kesehatan, yang semuanya ini menjadikan seseorang

atau masyarakat untuk berperilaku sehat.

c. Faktor Penguat (reinforcingfactor)

Merupakan penguat terjadinya perilaku seseorang.Adapun

yang tergolong pada faktor ini yaitu dukungan dari keluarga, teman

ataupun petugas kesehatan.

3. Perilaku Kesehatan

Adalah suatu respon individu tentang tindakan berhubungan

dengan perilaku sakit dan penyakit, pandangan mengenai sistem

pelayanan kesehatan, serta pola hidup individu..Perilaku sehat adalah

tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara..dan meningkatkan

kesehatannya termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,

penjagaan kebugaran tubuh melalui olah raga dan makan makanan

bergizi. Perilaku sehat ini diperlihatkan oleh individu yang merasa

dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka benar-benar

sehat (Notoatmodjo, 2010).

4. Bentuk-bentuk Perilaku Kesehatan

Berikut beberapa bentuk perilaku kesehatan (Irwan, 2017) yaitu:

a. Perilaku sakit dan penyakit

Merupakan perilaku mengenai seperti apa individu merespon

rasa sakit dan penyakit yang dialaminya yang terdiri dari respon

yang berasal dari dalam dirinya ataupun dari luar, baik itu respon
20

pasif (sikap, pengetahuan dan pandangan) juga respon aktif

(tindakan).

b. Perilaku sakit

Perilaku sakit adalah pengetahuan dan keterampilan individu

mengenai penyebab penyakit, semua tindakan yang dilaksanakan

oleh individu yang merasa dirinya sakit, dan upaya untuk mencegah

penyakit.

c. Perilaku peran sakit

Perilaku peran sakit merupakan berbagai upaya tindakan yang

dilaksanakan oleh individu yang sedang mengalami sakit untuk

mendapatkan kesembuhan.

d. Perilaku pencegahan penyakit

Perilaku pencegahan penyakit adalah respons individu

terhadap pencegahan suatu penyakit, juga termasuk tindakan untuk

tidak menularkan penyakit ke orang lainnya.

e. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku adalah respon seseorang mengenai sistem pelayanan

kesehatan yang tersedia bisa itu pelayanan kesehatan secara

tradisional ataupun moderen yang mana respon tersebut terwujud

dalam pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang dalam

pemanfaatan fasilitas kesehatan, kesediaan tenaga kesehatan maupun

penggunaan obat-obatan.
21

5. Perilaku Personal Hygiene

a. Personal Hygiene secara umum

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal

yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan

perorangan adalahsuatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dankesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis

Tarwoto & Wartonah (2010). Menurut Potter & Perry (2005),

personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang

tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk

memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya.

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan

mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu

sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika

seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan,

hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah

masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapa

tmempengaruhi kesehatan secara umum (Hidayat, 2008).

Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehatmampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit

atau tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan


22

praktik kesehatan yang rutin. Tujuan dilakukannya personal hygiene

adalah peningkatan derajat kesehatan, memelihara kesehatan diri,

memperbaiki personal hygiene, mencegah penyakit, meningkatkan

kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene

menurut Ambarawati & Sunarsih, (2011) adalah sebagai berikut: (1)

Dampak fisik, banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang

karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan denganbaik.

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,

gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga

serta gangguan fisikpada kuku, (2) Masalah psikososial yang

berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan

rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga

diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Ambarawati

&Sunarsih, 2011). Personal hygiene adalah aktivitas atau praktik

untuk membersihkan semua anggota tubuh yang memiliki tujuan

untuk merawat kebersihan dan menjaga kesehatan Hygiene

mencakup perawatan rambut, rongga mulut, gigi, kuku, kulit, mata,

hidung, telinga, dan area genetalia (Natalia, 2015).

1) Tujuan Personal hygiene

Natalia, 2015 mengungkapkan bahwa personal hygiene

memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Upaya dalam pencegahan penyakit

b) Upaya menjaga kebersihan diri

c) Upaya dalam peningkatan kepercayaan diri


23

d) Meningkatkan derajat kesehatan

2) Dampak masalah hygiene personal

Berikut dampak yang akan muncul masalah personal hygiene

(Tarwoto, 2010) yaitu

a) Dampak fisik

Dampak pada fisik yang biasa dialami yaitu permasalahan

kulit, mata, telinga, mulut, kuku dan gangguan pada anggota

tubuh lainnya termasuk pada organ reproduksi.

b) Dampak psikososial

Masalah sosial yang berkaitan dengan hygiene menstruasi

yaitu adanya kelainan terhadap kepercayaan diri, kurangnya

aktualisasi diri, hilangnya rasa nyaman, dan gangguan

interaksi sosial lainnya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal hygiene

Menurut Ambarwati& Sunarsih (2005), dan Depkes (2000)

sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh

sejumlah faktor antara lain:

1. Citra tubuh (body image)

Penampilan umum dapat menggambarkan pentingnya hygiene

pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif

seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat

seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara

mempertahankan hygiene. Citra tubuh dapat berubah akibat

pembedahan atau penyakit fisik.


24

2. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seorang pelayan

berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi.

3. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis

dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Menurut

Notoatmodjo sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang

memengaruhi pengetahuan seseorang. Tingkat sosial ekonomi

yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk memenuhi

seluruh kebutuhan hidup dan juga dapat menyebabkan

rendahnya pengetahuan yang dimiliki (Dolang, 2013).

Suparyanto (2010) mengungkapkan bahwa status sosial

ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

masyarakat yang merupakan gambaran tentang keadaan

seseorang atau suatu masyarakat, gambaran itu seperti tingkat

pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Status ekonomi

kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup

keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang

tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan

semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.Status

ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan.Status ekonomi

dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga

barang pokok.
25

4. Pengetahuan

Pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian,

pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang juga haru

stermotivasi untuk memelihara perawatan diri.

5. Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi

mempengaruhi perawatan higienis. Orang dari latar

kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktik perawatan diri

yang berbeda. Tanpa disadari kebudayaan telah berpengaruh

terhadap sikap kita dalam berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah

yang memberi corak pengalaman individu-individu dalam

masyarakat.

Perbedaan dalam mitos-mitos budaya membuat beberapa

komunitas masyarakat juga berbeda dalam personal hygiene

saat menstruasi.Kebersihan diri merupakan langkah awal

mewujudkan kesehatan diri.Tubuh yang bersih meminimalkan

resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu

penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan

kebersihan diri yang buruk (Maharani, 2018).

Kepercayaan pada hal-hal tertentu sangat dipengaruhi oleh

kebiasaan suatu masyarakat tertentu yang kemudian disebut

sebagai kebudayaan suatu komunitas masyarakat yang unik

dan tipikal. Intervensi budaya dalam hal ini tentu saja tidak
26

selalu benar secara ilmiah sehingga kemudian disebut sebagai

mitos dalam budaya, termasuk dalam hal perilaku

hygienemenstruasi, banyak mitos-mitos yang berkembang di

masyarakat terkait hal ini. Semakin seseorang percaya dengan

mitos-mitos seputar menstruasi tersebut sangat mungkin

seseorang jauh dari perilaku personal hygiene yang sehat

tentang menstruasi (Maharani, 2018).

Beberapa wilayah di Indonesia pada umumnya terdapat budaya

tertentu sehubungan dengan datangnya haid pertama kali pada

remaja putri salah satunya tidak diperbolehkan melakukan

keramas pada saat haid dikarenakan akan menimbulkan

anemia. Hal tersebut merupakan mitos yang beredar di

lingkungan masyarakat.Mitos tersebut tidak benar karena

wanita yang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan

dirinya. Wanita yang sedang mengalami menstruasi wajib

menjaga kebersihan rambut karena pada saat menstruasi kulit

kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan

memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya

(Maharani, 2018).

6. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang, setiap orang

memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk

mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut.


27

c. Personal hygiene pada remaja saat menstruasi

1) Pengertian

Personal hygiene adalah suatu upaya dalam pemeliharaan dan

perawatan kebersihan seluruh anggota tubuh termasuk organ

reproduksi.Saat menstruasi pembuluh darah didalam rahim

mudah sekali terluka, maka dari itu personal hygienemerupakan

hal yang begitu penting dilaksanakan agar terbebas dari

disfungsi organ reproduksi (Simanjuntak, 2020).

Personal hygienesaat menstruasi adalah perilaku yang berkaitan

dengan tindakan untuk memelihara kesehatan dan upaya

menjaga kebersihan pada daerah kewanitaan saat menstruasi,

perilaku tersebut mencakup ; menjaga kebersihan genetalia,

seperti mencucinya dengan air bersih, menggunakan celana

yang menyerap keringat, mengganti celana dalam, mandi 2 kali

sehari (Pribakti, 2008).

Menurut Patricia (2005) Personal hygienemenstruasi

merupakan peningkatan kesehatan melalui implementasi

tindakan hygieneyang dapat dilakukan saat menstruasi. Tujuan

dari perawatan selama menstruasi untuk pemeliharaan

kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa

menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis

serta dapat meningkatkan derajat kesehatan.

2) Tujuan personal hygiene saat menstruasi personal hygiene

menstruasi bertujuan untuk menjaga kebersihan seseorang pada


28

saat menstruasi agar terhindar dari gangguan fisik dan psikis

(Natalia, 2017).

3) Pelaksanaan personal hygiene

Pada saat menstruasi, hal yang penting dilakukan remaja putri,

yaitu

a) Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga

kebersihan diri. Mandi dapat menghilangkan bau,

menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah,

memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi 2 kali

sehari. Mandi membuat tubuh kita segar dan membersihkan

seluruh tubuh (Sulaikha, 2018).

b) Perawatan wajah dan kulit

Wajah merupakan bagian yang paling sensitif bagi seorang

remaja terutama remaja putri. Masalah yang sering terjadi

pada remaja yaitu timbulnya jerawat terkait dengan

penampilan merekadan pada saat menstruasi kerja dari

kelenjar sebaseus akan meningkat sehingga produksi

keringat meningkat.

c) Perawatan rambut

Kebersihan rambut merupakan hal yang sangat penting

untuk dijaga karena pada saat menstruasi kulit kepala

sangat berminyak sehingga akan mempermudahkan

munculnya ketombe dan mikroorganisme pada kulit kepala.


29

d) Cuci tangan

Mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan

dapat dilakukan dalam situasi tertentu dimana sabun dan air

bersih tidak tersedia. Agar hasilnya efektif, cairan

pembersih tangan yang digunakan hendaknya mengandung

alkohol dengan kadar minimal 60%. Selain menggunakan

produk cairan pembersih tangan berbasis alkohol yang ada

dipasaran, kita juga bisa membuat cairan pembersih dengan

mengikuti standar dan panduan dari WHO (Kemenkes RI,

2020).

Mencuci tangan pakai sabun dan air bersih akan memberi

manfaat yang berbeda dari cairan pembersih tangan

berbasis alkohol. Sabun dan air bersih dapat

menghilangkan semua jenis kuman dari tangan, sedangkan

cairan pembersih berbasis alkohol hanya bisa mengurangi

jumlah kuman tertentu dikulit. Selain itu, cairan pembersih

tangan hanya dapat digunakan bila tangan kita tidak kotor

dan berminyak. Cairan pembersih tangan berbasis alkohol

juga tidak bisa menghilangkan jenis kuman norovirus,

cryptosporidium dan clostridioides difficile serta bahan

kimia berbahaya seperti pestisidan dan logam berat

(Kemenkes RI, 2020).

Cara mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2020) :


30

(1) Oleskan cairan pembersih tangan atau jika

menggunakan sabun bilas tangan terlebih dahulu dengan

air mengalir kemudian oleskan sabun pada telapak

tangan

(2) Gosok kedua tangan

(3) Gosok ke seluruh telapak tangan, punggung tangan dan

jari sampai cairan pada tangan mengering, jika

menggunakan sabun bilas terlebih dahulu dengan air

mengalir dan keringkan menggunakan tisu.

e) Kebersihan tubuh

Saat menstruasi kebersihan tubuh juga sangat perlu untuk

dilakukan, dan dianjurkan untuk mandi dalam sehari mandi 2

kali, dan ketika mandi organ reproduksi luar penting untuk

membersihkannya secara baik dan cermat.

Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik ialah

membasuhnya dengan air bersih, satu hal yang harus

diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan terutama

setelah buang air besar (BAB) yaitu dengan membasuhnya

dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) bukan

sebaiknya, karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka

kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat

masuk ke dalam vagina sehingga menimbulkan infeksi.


31

f) Kebersihan pakaian

Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama

pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan

menyerap keringat karena pakaian dalam yang basah akan

mempermudah tumbuhnya jamur. Pemakaian celana yang

terlalu ketat juga dihindari, karena hal ini bisa menyebabkan

daerah kewanitaan menjadi lembab dan iritasi.

g) Penggunaan pembalut

Saat menstruasi,pembuluh darah dalam rahim sangat mudah

terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus

lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat

menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi dan

penggunaan pembalut saat menstruasi yang baik yaitu

penggantian secara teratur setiap kali buang air kecil atau 4

sampai 5 kali dalam sehari.

6. Akibat Tidak Melakukan Personal Hygiene Saat Menstruasi

Kurangnya kebersihan pada saat menstruasi akan mengakibatkan

(Ambarwati, 2014):

a. Gatal pada kulit vagina

b. Permukaan vagina menjadi radang

c. Keputihan (fluor albus)

d. Bagian perut terasa sakit dan perih

e. Terjadinya demam panas


32

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (2020). Tanda dan gejala

individu dengan kurang perawatan diri adalah :

a. Fisik

1) Badan bau dan pakaian kotor

2) Rambut dan kulit kotor

3) Kuku panjang dan kotor

4) Gigi kotor disertai mulut bau

5) Penampilan tidak rapi

b. Psikologis

1) Malas dan tidak ada inisiatif

2) Menarik diri atau isolasi sosial

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

c. Sosial

1) Interaksi kurang

2) Kegiatan kurang

3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

4) Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil

sembarangan, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

7. Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene

Dampak yang akan timbul jika Personal Hygiene kurang adalah

(Wartonah, 2003)

a. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya

gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, adalah gangguan


33

yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan

membran mukosa mulut, ingeksi pada mata dan telinga dan gangguan

fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan

dengan Personal Hygieneadalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,

aktualisasi diri dan gangguan interkasi sosial.

C. Konsep Teori Kesehatan Reproduksi Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan suatu periode kehidupan seseorang yang

mana terjadi pembentukan psikologis dalam penentuan jati diri.Individu

saat remaja, mulai mengkonsepkan diri dengan standar pribadi, dan

mengeksplor ciri-ciri abstrak pada dirinya (Rosyida, 2019).

Peristiwa terpenting dan alamiah yang dialami remaja yaitu

datangnya menarke atau sering juga disebut dengan haid pertama.

Terjadi perubahan pada remaja baik itu secara fisik maupun psikis pada

usia ini yang mana telah terjadinya reproduksi hormon seksual dan

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan sistem

reproduksi (Jannah, 2018).

2. Pemeliharaan Organ Reproduksi Remaja Perempuan

Untuk memelihara organ dan sistem reproduksi remaja wanita

adalah dengan cara berikut:

a. penggunaan pakaian dalam yang daya serap keringatnya baik

b. Hindari penggunaan celana yang terlalu ketat

c. Menggunakan pembilas vagina yang sewajarnya


34

d. Tidak memasukkan benda asing ke dalam alat genetalia

(vagina) menstruasi membuat rahim sangat mudah terinfeksi

sehingga perawatan dan pemeliharaan pada organ reproduksi sangat

perlu untuk dilaksanakan. Penggunaan pembalut tidak diperbolehkan

digunakan lebih dari empat jam atau sesering mungkin harus diganti agar

kebersihan selalu terjaga karena bakteri bisa masuk sehingga

mendatangkan penyakit reproduksi (Rosyida, 2019).

3. Faktor yang mempengaruhi kesehatan remaja

Berikut hal yang menjadi pengaruh tidak baik terhadap kesehatan

reproduksi dan kesehatan lainnya pada remaja yaitu:

a. Masalah kesehatan gizi

1) Kurang gizi kronis dan anemia

2) Remaja putri yang mengalami pertumbuhan yang

terlambat

b. Masalah pendidikan

1) Rendahnya pendidikan

2) Buta huruf

c. Masalah pekerjaan dan lingkungan

1) Hal yang dapat mengganggu kesehatan remaja adalah

lingkungan dan susunan yang tidak mempertimbangkan

kesehatan remaja.
35

2) Lingkungan sosial yang tidak sehat akan menghambat,

serta dapat mengganggu kesehatan fisik, psikis, serta

emosional remaja.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi prkrmbangan kesehatan

remaja

Ada tiga yang mempengaruhi perkembangan dan

kesehatan remaja antara lain (Syamsu, 2011) :

1) Keberfungsian keluarga

Keluarga fungsional (normal) ditandai oleh karakteristik :

a) Saling memperhatiakan dan mencintai

b) Saling terbuka dan jujur

c) Orang tua mau mendengarkan anak

d) Ada Sharing masalah atau pendapat antara anggota

keluarga

e) Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya

f) Saling menyesuaikan diri

g) Komunikasi nyata anggota keluarga berlangsung

dengan baik

h) Memenuhi kebutuhan psikososial anak

i) Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi

2) Pola hubungan orang tua dan anak (sikap atau perlakuan

orang tua terhadap anak)

Terhadap beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua

terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh

tersendiri terhadap kepribadian anak.


36

3) Status ekonomi

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian

remaja adalah dari orang tua dengan status ekonomi

rendah cenderung lebih menekankan kepatuhan pada

figure-figure yang mempunyai otoritas, kelas menengah

dan kelas atas kecenderungan lebih menekankan kepada

pembangunan inisiatif, keingintahuan kreatifitas anak.

e. Masalah seks

1) Bimbingan yang kurang untuk bersikap baik atau positif

yang berhubungan dengan seksualitas.

2) Adanya mitos yang tidak benar mengenai permasalahan

seksualitas dan tidak diimbangi dengan pengetahuan yang

cukup.

3) Ketergantungan dan penyalahgunaan NAPZA yang

berakibat terjadinya penularan HIV/AIDS.

4) Kehamilan yang tidak diinginkan remaja

5) Penyimpanan perilaku seksualitas

f. Masalah kesehatan reproduksi

1) Hilangnya peluang untuk pengembangan diri

2) Ketidakmatangan secara fisik dan psikis

3) Pada kehamilan remaja yang berisiko akan terjadinya

komplikasi, janin lebih besar, dan kematian remaja


37

4) Risiko pelaksanaan aborsi yang berbahaya (Jannah,

2019).

4. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja

Program Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) adalah hasil dari

pengembangan misi program Keluarga Berencana Nasional, yaitu

menyiapkan sumber daya manusia berkualitas, program ini memiliki

tujuan untuk membantu remaja agar mempunyai pengetahuan, persepsi,

sikap dan perilaku menuju kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab

dengan program promosi kesehatan, advokasi, komunikasi kesehatan,

pelayanan konseling, dan kegiatankegiatan lain yang positif (Rosyida,

2019).

Berikut beberapa hal yang menjadi landasan pembentukan

konseling pada remaja diantaranya:

a. Remaja mempunyai hakrahasiaterhadap kehidupanreproduksinya

b. Remaja berkesempatan untuk memutuskan dan bertindakan

tanpaadanya tekanan serta paksaan dari pihak manapun.

c. Remaja diharapkan dapat melindungi diri kehamilan yang tidak

diinginkan (KTD) dan dari penyakit menular seksual.

D. Konsep Teori Sikap

1. Pengertian

Sikap secara fakta memperlihatkan adanya keterkaitan terhadap

respon, yang mana sikap merupakan respon tertutup individu terhadap

suatu rangsangan atau objek, yang berasal dari dalam ataupun luar dirinya

sehingga hasilnya tidak bisa dilihat secara langsung (Irwan, 2017).


38

2. Komponen Sikap

Berikut beberapa komponen sikap, diantaranya (Notoatmodjo, 2010) :

a. Keyakinan (kepercayaan), gagasan, dan rancangan pada suatu objek

b. Kecenderungan untuk bertindak

c. Evaluasi dan tingkat emosional terhadap suatu objek

Pembentukan sikap dilandasi oleh ketiga komponen diatas yang

mana dalam penentuan sikap tersebut ada peran penting dari

pengetahuan, pikiran, persepsi, dan emosional.

3. Tingkatan Sikap

Terdapat beberapa tingkatan sikap, yaitu:

a. Menerima

Menandakan seseorang menerima, memperhatikan dan

mempertimbangkan informasi yang didapat.

b. Merespon

Merespon diartikan sebagai apabila ditanya oleh seseorang, maka

memberikan pendapat atau jawaban, dan mau mengerjakan apabila

diberikan tugas.

c. Menghargai

Menghargai diartikan sebagai mempengaruhi orang lain untuk mau

berdiskusi mengenai suatu permasalahan.

d. Tanggung Jawab

Tingkatan yang paling tinggi yaitu tanggung jawab atas semua yang

sudah ditentukan seseorang dengan konsekuensi yang akan dihadapi

(Irwan, 2017).
39

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Dalam pembentukan sikap terdiri dari beberapa faktor yang turut

berperan(Lestari, 2015) diantaranya:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi seseorang tentunya dapat berpengaruh

terhadap sikap seseorang tersebut dalam menerima ataupun

merespon stimulus yang diberikan. Pengalam pribadi yang dialami

oleh Individu akan menentukan sikap apa yang diberikan oleh

individu tersebut baik itu bersifat positif ataupun negatif.

b. Pengaruh penting dari orang lain

Seseorang yang berada disekitar individu termasuk seseorang

yang berarti khusus bagi individu tersebut adalah salah satu faktor

sosial yang turut serta dalam pembentukan sikap individu.

c. Pengaruh kebudayaan

Pembentukan sikap seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan

atau kepercayaan. Seseorang berada di lingkungan budaya yang

masih menganut tradisi mempercayai mitos-mitos yang dapat

berdampak buruk bagi kesehatan, seperti persalinan tidak dengan

tenaga kesehatan yaitu dengan dukun beranak tanpa adanya

pengawasan tenaga kesehatan atau bidan, maka sangat

memungkinkan seseorang tersebut akan memiliki sikap yang negatif

sesuai dengan permasalahan tersebut.


40

d. Media massa

Media massa berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap

ataupun pandangan seseorang, hal itu dikarenakan media massa

merupakan sarana komunikasi dan informasi dan sangat mudah

untuk diakses, media massa berisikan pesan-pesan yang bersifat

persuasif sehingga berdampak pada sikap seseorang baik itu ke arah

yang positif maupun negatif.

E. Faktor yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene saat

menstruasi

Berikut faktor yang berhubungan terhadap perilaku saat menstruasi

diantaranya:

1. Budaya

Kesehatan menstruasi merupakan salah satu aspek penting dalam

membangun kualitas sumber daya manusia dan berkaitan erat dengan

kesehatan reproduksi. Permasalahan seputar menstruasi seringkali

dianggap tabu untuk dibahas di ranah publik dan kurang mendapat

perhatian untuk dipelajari dan diajarkan, khususnya kepada perempuan.

Hal tersbut antara lain yang menyebabkan masih tersebarnya mitos

seputar menstruasi dan persepsi yang tidak tepat berkaitan dengan

menstruasi (Sinaga dkk, 2017).

Kepercayaan atau budaya mempengaruhi pengetahuan seseorang

dimana sistem sosial budaya yang ada di lingkungan masyarakat akan

berpengaruh terhadap pengetahuan yang diterima oleh remaja. Secara

tidak langsung kepercayaan seseorang juga mempengaruhi personal

hygiene saat menstruasi (Wahyudi, 2018).


41

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa kepercayaan yang ada pada

masyarakat dapat mempengaruhi pengetahuan remaja, secara tidak

langsung kepercayaan seseorang juga mempengaruhi sikap dan tindakan

personal hygiene saat menstruasi. Penelitian Bujawati (2016),

menunjukkan bahwa sebesar 57,3% responden percaya pada mitos

menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif

yang bermakna antara mitos dengan personal Hygiene. Semakin

responden tidak percaya akan mitos maka akan semakin baik tindakan

personal hygiene selama menstruasi yang dimilikinya.

Penelitian Unicef pada tahun 2015 menyebutkan bahwa telah terjadi

peningkatan kesadaran akan dampak praktik pengelolaan haid terhadap

kesehatan, pendidikan, dan psikososial bagi wanita dan remaja putri di

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penelitian yang dilakukan

di Asia, Afrika, dan Amerika Latin menjelaskan beberapa tantangan yang

dihadapi wanita, seperti akses yang buruk terhadap informasi lengkap

tentang menstruasi, kurangnya pengetahuan untuk mengelola darah

menstruasi, ketidakcukupan air, sanitasi dan fasilitas yang tidak memadai,

keyakinan sosial-budaya yang menyesatkan serta pantangan-pantangan

yang dianggap tabu. Hal tersebut berdampak pada pembatasan perilaku,

ketidak-nyamanan remaja puteri dan risiko kesehatan reproduksi (Sinaga

dkk, 2017).

Penelitian Unicef pada tahun 2015 yang dilaksanakan pada 1402

peserta pada 16 sekolah di 4 provinsi di Indonesia, diantaranya yaitu :

1. Keyakinan dan kepercayaan bahwa menstruasi itu kotor atau tidak

bersih berdampak pada praktik manajemen kesehatan menstruasi


42

yang tidak didukung dengan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan di

sekolah. Hampir semua remaja putri mengatakan mereka harus

menyuci sampah pembalut sebelum dibuang, akan tetapi sebagian

besar sekolah tidak menyediakan air yang cukup atau tempat

tersendiri untuk praktik manajemen kesehatan menstruasi tersebut.

Terlebih lagi, hanya sedikit sekolah yang menyediakan tempat

sampah untuk membuang pembalut di dalam toilet, dan remaja putri

merasa malu saat membuang sampah pembalut. Keyakinan akan

bahaya membakar sampah pembalut membuat remaja putri enggan

untuk mengganti atau membuang sampah pembalut di sekolah.

2. Ketidakcukupan air, fasilitas sanitasi, dan kebersihan di sekolah juga

menjadi tantangn bagi remaja putri yang sedang menstruasi. Selain

ketidakcukupan air untuk mencuci, toilet yang kecil dan tidak bersih

serta kurangnya privasi menyebabkan remaja putri enggan unutuk

mengganti pembalut di sekolah. Hampir semua fasilitas air, sanitasi

dan kebersihan di sekolah tidak dapat diakses oleh siswa

berkebutuhan khusus (cacat). Akibatnya, remaja putri terpaksa

pulang kerumah untuk mengganti pembalut atau memakai kain

selama lebih dari delapan jam dan itu dapat membuat alat kelamin

iritasi dan gatal, juga mereka takut „bocor‟ serta menodai pakaian.

(Sinaga dkk, 2017)

Ketidakcukupan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan serta ketakutan

akan „bocor‟ menyebabkan partisipasi di sekolah dan kegiatan sosial

menurun. Sakit dan gejala menstruasi lain seperti lemas, lesu, dan pusing
43

juga menyebakan partisipasi di sekolah menurun. Satu dari tujuh remaja

putri tidak masuk ke sekolah satu hari atau lebih saat menstruasi (Unicef,

2015). Selain takut akan noda atau „bocor‟, penyebab utama mereka tidak

berangkat adalah sakit dan merasa tidak sehat. Pada umumnya, remaja

putri, ibu, dan guru salah paham pada keamanan pengobatan, berarti

banyak remaja putri yang tidak mampu mengatasi gejala tersebut di

sekolah. Selain mengurangi tingkat partisipasi, praktik tantangan yang

dihadapi oleh remaja putri di sekolah saat ini adalah risiko kesehatan

terkait infeksi, rasa tidak nyaman remaja putri, iritasi, dan gatal pada

kemaluan jika menggunakan pembalut dalam waktu yang lama.Selain

itu, larangan makanan juga dapat meningkatkan risiko kurang gizi

(Sinaga dkk, 2017).

Sedangkan untuk pemilihan pembalut yang lebih disukai remaja putri

dalam mengatasi pendarahan saat menstruasi adalah pembalut sekali pakai

karena lebih menyerap daripada kain dan bahan lain, lebih mudah

digunakan, dan mudah dibuang. Akan tetapi beberapa remaja putri juga

menyatakan pembalut tidak nyaman dan dapat menyebabkan iritasi dan

gatal jika digunakan terlalu lama. Beberapa remaja putri miskonsepsi

bahwa pembalut mengandung bahan pemutih dan bahan kimia lainnya

yang dapat menyebabkan kanker dan iritasi (Sinaga dkk, 2017).

Kepercayaan atau sosial budaya yang terjadi di masyarakat dapat

berpengaruh pada sikap seseorang dalam penerimaan informasi yang

diberikanyang turun temurun menjadikan pola pikir yang tidak sesuai

dengan teori yang ada. Meskipun secara medis, mitos yang berkembang
44

tersebut tidak ilmiah, kenyataannya masih banyak masyarakat yang masih

percaya dengan berita tersebut (Lutfiana, 2014). Demikian juga yang

terjadi pada remaja putri di SMA N 1 Lembah Melintang, pada

umumnya terdapat budaya tertentu sehubungan dengan datangnya haid

pertama kali pada remaja putri salah satunya tidak diperbolehkan

melakukan keramas pada saat haid dikarenakan akan menimbulkan

anemia. Hal tersebut merupakan mitos yang beredar di lingkungan

masyarakat. Mitos tersebut tidak benar karena wanita yang

mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan dirinya. Wanita yang

sedang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan rambut karena

pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat

sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme

lainnya, (Riri Maharani, 2018).

2. Status Ekonomi

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian remaja

adalah dari orang tua dengan status ekonomi rendah cenderung lebih

menekankan kepatuhan pada figure-figure yang mempunyai otoritas,

kelas menengah dan kelas atas kecenderungan lebih menekankan kepada

pembangunan inisiatif, keingintahuan kreatifitas anak.

Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi personal hygen pada

remaja putri saat menstruasi karna minimnya pendapatan orang tua

perbulan. Menurut Nancy Roper (2002) untuk melakukan personal hygen

yang baik di butuhkan sarana dan prasana yang memadai seperti kamar

mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup seperti:

pasta gigi, sikat gigi, sabun, dan lain. Segala macam perlengkapan
45

tersebut tentu membutuhkan biaya, dengan kata lain sumber keuangan

individu akan berpengaruh pada kemampuan mempertahankan personal

hygen yang baik. Di zaman modren ini semuanya harus serba canggih dan

sekali pakai, seperti untuk pembalut tidak semua remaja putri mampu

mengganti pembalut 3 kali dalam sehari karna alasan ekonomi, bahkan

dalam sehari Cuma mampu mengganti pembalut 1 kali dalam sehari,

apalagi remaja putri yang tinggal kos-kosan harus bisa menghemat uang,

padahal untuk pembalut bisa menggunakan kain yang bersih tapi karna

pengaruh zaman mereka tidak mau menggunakannya. Resiko yang dapat

terjadi jika tidak teratur mengganti pembalut dapat menyebabkan iritasi

kulit pada bagian sekitar alat reproduksi, dapat menimbulkan bau dan

infeksi bakteri dari darah menstruasi.

Menstruasi yang tidak terkelola dengan baik juga dapat menyebabkan

putus sekolah, ketidakhadiran, dan masalah kesehatan seksual dan

reproduksi lainnya yang juga memiliki konsekuensi kesehatan dan sosial-

ekonomi dalam jangka panjang bagi remaja putri.


46

F. Kerangka Teori

Menurut Laurencen Green dalam Notoatmodjo (2010), perilaku

kesehatan dapat dipengaruhi 3 faktor, yakni :

Faktor predisposisi
o Pengetahuan
o Sikap
o Nilai
 Tradisi (Budaya)
 Status ekonomi
o Pengalaman
o demografi

Faktor pendukung
o Sumber informasi Perilaku sehat
o Sarana dan prasarana/ Personal hygiene
fasilitas

Faktor penguat
o Pendidikan orang tua
o Pekerjaan

Gambar 2.1 Teori Precedeproceed

Sumber: Lawrence Green (1980)


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian

yang digunakan adalah deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan

pengukuran variabel independen dan dependen, kemudian akan

menganalisa data yang terkumpul untuk mencari hubungan antara variabel.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

variabel dependen dan independan dikumpulkan dalam waktu yang

bersamaan (Notoatmodjo, 2015).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021 sampai

dengan Agustus 2022 di SMAN 1 Lembang Melintang Pasaman Barat.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2015). Populasi penelitian adalah semua siswi kelas

X, XI dan XII di SMAN 1 Lembah Melintang Pasaman Barat masing-

masing yaitu sebanyak 229 orang, 256 orang dan 247 orang, dimana total

keseluruhan siswi yang merupakan populasi yaitu sebanyak 732 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu

populasi tersebut (Saryono, 2011). Pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu


47
48

(Sugiyono, 2016). Adapun perhitungan besar sampel dengan

menggunakan rumus Lomeshow (2011) yaitu :

n = (Z1-α/2)2 . P (1-P) . N

d2 (N-1) + (Z1-α/2)2 . P (1-P)

Ket : Z1-α/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan 95%

P : Proporsi 50%

N : Populasi

d : Presisi 10%

n : Jumlah sampel

Dari rumus diatas, maka sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

n = (Z1-α/2)2 . P (1-P) . N

d2 (N-1) + (Z1-α/2)2 . P (1-P)

= (1,96)2 . 0,5 (1-0,5) . 732

0,102 (732-1) + (1,96)2 . 0,5 (1-0,5)

= 703,0128

7,31 + 0,9604

= 703,0128

8,2704

= 85,003

= 86 orang

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 86 orang.

Kelas X dan XI masing-masing terdiri dari 10 kelas, setiap kelasnya

diambil rata untuk memenuhi jumlah sampel yang sudah ditetapkan

yaitu 86 orang, dimana kelas X diambil sebanyak 43 orang dan kelas


49

XI sebanyak 43 orang, rata-rata sampel 7 kelas diambil 4 orang dan 3

kelas diambil 5 orang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Kriteria sampel

a. Kriteria sampel inklusi yaitu

1) Bersedia menjadi responden

2) Siswi yang belum pernah menjadi responden pada survei awal

3) Jumlah siswi diambil rata setiap kelasnya

4) siswi kelas X dan siswi kelas XI

b. Kriteria sampel eksklusi yaitu

1) Tidak ada saat dilakukan penelitian

2) Belum menarche

D. Jenis Data

1. Data primer

Data primer yang dikumpulkan adalah data tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan personal hygiene selama menstruasi yaitu

budaya dan status ekonomi, serta data tentang personal hygiene

selama menstruasi itu sendiri yang dikumpulkan melalui kuesioner

yang dibagikan kepada responden.

2. Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan adalah data tentang profil SMAN 1

Lembah Melintang, data jumlah remaja putri di SMAN 1 Lembah

Melintang dan wawancara kepada beberapa orang remaja putri untuk

pengumpulan data awal penelitian.


50

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan sesuai variabel dengan cara :

1. Dicari rata-rata (mean) variabel budaya dan personal hygiene dengan

rumus :

X = ∑ Xi

Ket :

X : Nilau rata-rata

∑ : Jumlah alternatif

Xi: Nilai yang diobservasi

n : jumlah sampel

2. Data diklasifikasikan sesuai dengan nilai rata-rata

3. Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul pada penelitian ini akan dianalisis dan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengecek data (Editing)

Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan data yang diperlukan,

peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang diperoleh sesuai

dengan variabel yang diteliti dan data telah lengkap.

2. Pengkodean data (Coding)

Memberi kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada

pertanyaan dalam kuesionr. Untuk pertanyaan :

a. Variabel personal hygiene saat menstruasi

Ya =1
51

Tidak =0

b. Variabel budaya diberi kode

Ya =1

Tidak =0

c. Variabel status ekonomi diberi kode

< Rp. 2.500.000,00-./bulan = kurang

≥Rp. 2.500.000,00-./bulan = memadai

3. memasukkan data (Entry)

setelah semua data kuesioner terisi dengan lengkap dan benar serta

telah melewati langkah pengkodingan, maka langkah selanjutnya

adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data

dilakukan dengan cara meng-Entry data dari kuesioner ke master tabel

kemudian diolah melalui komputerisasi.

4. Penyusunan Data (Tabulating)

Proses pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan kedalam

master tabel untuk menghindari kesalahan dalam melakukan

transfering data dari setiap karakteristik dalam bentuk tabel lalu

dianalisa secara sederhana agar memudahkan dalam penyajian.

5. Pembersihan data (Cleaning)

6. Semua data sudah terbebas dari kesalahan

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus

surat izin yang diperoleh dari institusi ke bagian SDM SMA N Lembah

Melintang dan kemudian diserahkan kepada Kepala Sekolah untuk

melakukan penelitian di SMA N 1 Lembah Melintang dan telah mendapat


52

izin, kemudian baru menetapkan responden dengan memperhatikan 5

prinsip utama dalam etika penelitian kebidanan yang meliputi (Polit &

Beck, 2004 dalam Dharma 2011) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Responden memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan

pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy).Tidak boleh ada

paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam

penelitian.Responden dalam penelitian juga berhak mendapatkan

informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian,

prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin

didapat dan kerahasiaan informasi.

Setelah mendapatkan informasi yang lengkap dan

mempertimbangkannya dengan baik, subjek kemudian menentukan

apakah akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip

ini juga tertuang dalam pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan

untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan

penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan

pelaksanaan penelitian.

Peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan informed

consent antara lain :

a. Mempersiapkan formulir persetujuan yang akan ditanda tangani

oleh responden. Isi formulir informed consent mencakup :

1) Penjelasan tentang judul, tujuan dan manfaat penelitian

2) Permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam

penelitian
53

3) Gambaran tentang resiko dan ketidaknyamanan dalam

penelitian

4) Penjelasan tentang jaminan kerahasiaan

5) Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai

responden penelitian, kapanpun sesuai keinginan responden

6) Pernyataan persetujuan dari responden untuk ikut serta dalam

penelitian

b. Memberikan penjelasan langsung kepada responden mencakup

seluruh penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent

dan penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas

pemahaman responden tentang pelaksanaan penelitian.

c. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang

aspek-aspek yang belum dipahami dari penjelasan peneliti dan

menjawab seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.

d. Memberikan waktu yang cukup kepada responden untuk

menentukan pilihan mengikuti atau menolak untuk ikut serta

sebagai responden penelitian.

e. Meminta responden untuk menanda tangani formulir informed

consent, jika ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan responden (Respect for privasy

and confidentialy)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk

mendapatkan kerahasiaan informasi. Peneliti perlu merahasiakan

berbagai informasi yang menyangkut privasi responden yang tidak

ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh


54

orang lain. Prinsip ini dapat peneliti terapkan dengan tidak

mencantumkan nama responden tetapi menggantinya dengan kode

tertentu. Dengan demikian segala informasi yang menyangkut identitas

responden tidak terekspos secara luas.

3. Menghormati keadilan dan inclusivitas (respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan

secara profesional.Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna

bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan responden.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits)

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi responden

penelitian dan populasi dimana hasil penelitian yang diterapkan

(beneficience), kemudian meminimalisir resiko/dampak yang

merugikan bagi responden penelitian.Prinsip ini yang harus

diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian untuk

mendapatkan persetujuan etik dari komite etik penelitian.Peneliti harus

memperhitungkan rasio antara manfaat dan kerugian/resiko dari

penelitian.

5. Protection from discomfort

Responden bebas dari rasa tidak nyaman. Sebelum penelitian

dilaksanakan, perawat yang menjadi responden diberikan informasi


55

yang cukup tentang rencana, tujuan, manfaat penelitian melalui

penjelasan resmi tertulis dengan responden.Peneliti menjelaskan dan

menekankan bahwa keterlibatan responden dalam penelitian ini tidak

menimbulkan kerugian baik psikologis maupun mental, bahkan

bermanfaat bagi responden.

H. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi

terhadap data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah analisis terhadap masing-masing variabel

yaitu variabel budaya dan status ekonomi. Analisis dilakukan dengan

menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan

persentase.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

bebas (Budaya dan status ekonomi) dan variabel terikat (personal

hygiene) dengan uji statistik (Chi-square). Hasil analisa dinyatakan

berhubungan apabila p<0,05.


56

I. Kerangka Konsep

Hubungan dari kedua variabel tersebut akan digambarkan dalam

kerangka konsep berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Budaya

Perilaku personal hygiene


saat menstruasi

Status Ekonomi

Gambar 3.1
Kerangka konsep
Faktor-faktor yang berhubungan dengan personal hygiene remaja putri pada
saat menstruasi di SMAN 1 Lembah Melintang

J. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Personal Hygiene Remaja Putri pada
Saat Menstruasi di SMAN 1 Lembah Melintang
Tahun 2022

Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Personal Perilaku yang Kuesioner Angket (1) Ordinal
Hygiene berkaitan Melakukan :
saat dengan Jika ≥ mean
menstruasi tindakan (12,74)
untuk
memelihara (0) Tidak
kesehatan dan melakukan :
upaya Jika < mean
menjaga (12,74)
kebersihan
pada daerah
57

kewanitaan
saat
menstruasi
Budaya Kepercayaan Kuesioner Angket (1) Percaya Ordinal
yang terjadi Mitos Jika ≥
di masyarakat mean (5,31)
yang
diberikan (0) Tidak
secara turun Percaya
temurun Mitos Jika
menjadikan <mean (5,31)
pola pikir
yang tidak
sesuai dengan
teori yang ada
Status Status Kuesioner Angket (1) memadai Ordinal
Ekonomi ekonomi : Jika
dapat penghasilan
mempengaru orang tua
hi personal ≥Rp.
hygen pada 2.500.000,00
remaja putri -./bulan
saat
menstruasi (0) Kurang
karna memadai :
minimnya Jika
pendapatan penghasilan
orang tua orang tua
perbulan. <Rp.
2.500.000,00
-./bulan

K. Hipotesis Penelitian

a. Ha diterima (p<0,05) ada hubungan budaya dengan personal hygiene

remaja putri pada saat menstruasi di SMAN 01 lembah melintang.

b. Ha diterima (p<0,05) ada hubungan status ekonomi dengan personal

hygiene remaja putri pada saat menstruasi di SMAN 01 lembah

melintang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Wilayah Penelitian

SMA N 1 Lembah Melintang beralamat di Jalan Kampung Juar

Kelurahan Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman

Barat Provinsi Sumatera Barat dengan luas tanah 80.000 m2. SMA N 1 Lembah

Melintang ini memiliki 1062 siswa aktif pada Tahun 2022 ini yang tersebar di 29

kelas.

B. Karakteristik Responden

1. Umur

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Umur Remaja Putri pada saat Menstruasi


di SMA N 1 Lembah Melintang Tahun 2022

No. Umur Frekuensi %

1. 15 Tahun 25 29,1

2. 16 Tahun 41 47,7

3. 17 Tahun 20 23,3

Jumlah 86 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas Hampir separoh remaja putri (47,7%)

berumur 16 tahun, 29,1% berumur 15 tahun dan 23,3% berumur 17 tahun.

58
59

2. Menarche

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Umur Menarche Remaja Putri pada saat


Menstruasi di SMA N 1 Lembah Melintang Tahun 2022

No. Menarche Frekuensi %

1. 9 Tahun 2 2,3

2. 10 Tahun 10 11,6

3. 11 Tahun 14 16,3

4. 12 Tahun 23 26,7

5. 13 Tahun 24 27,9

6. 14 Tahun 13 15,1

Jumlah 86 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas usia menarche terbanyak remaja putri adalah 13

tahun yaitu sebanyak 27,9%, sementara usia menarche paling sedikit adalah umur 9

tahun hanya sebanyak 2,3%.

C. Analisa Univariat

1. Personal Hygiene

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Personal Hygiene remaja putri pada saat menstruasi


di SMA N 1 Lembah Melintang Tahun 2022

No. Personal Hygiene Frekuensi %

1. Melakukan 41 47,7

2. Tidak Melakukan 45 52,3

Jumlah 86 100
60

Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat bahwa lebih dari separoh remaja putri

(52,3%) tidak melakukan personal hygiene saat menstruasi, sedangkan 47,7% remaja

putri melakukan personal hygiene saat menstruasi.

2. Budaya

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Budaya remaja putri pada saat menstruasi


di SMA N 1 Lembah Melintang Tahun 2022

No. Budaya Frekuensi %

1. Percaya Mitos 37 43

2. Tidak Percaya Mitos 49 57

Jumlah 86 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa lebih dari separoh remaja putri

(57%) tidak percaya mitos seputar menstruasi, sedangkan 43% remaja putri

mempercayai mitos seputar menstruasi.

3. Status Ekonomi

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Status Ekonomi remaja putri pada saat menstruasi


di SMA N 1 Lembah Melintang Tahun 2022

No. Status Ekonomi Frekuensi %

1. Memadai 32 37,2

2. Kurang Memadai 54 62,8

Jumlah 86 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas terlihat bahwa lebih dari separoh remaja putri

(62,8%) dengan status ekonomi kurang memadai, sementara itu 32,7% memiliki

status ekonomi memadai.


61

D. Analisa Bivariat

1. Hubungan Budaya dengan Perilaku Personal Hygiene saat

Menstruasi

Tabel 4.7

Hubungan Budaya dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi


pada Remaja Putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun 2022

Personal Hygiene Budaya Jumlah p value

Percaya Tidak (%)


Mitos Percaya
Mitos
F (%) F (%) F (%) 0,025

Melakukan 12 29,3 29 70,7 41 (100)

Tidak Melakukan 25 55,6 20 44,4 45 (100)

Jumlah (%) 37 43 49 57 86 (100)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas terlihat bahwa dari 41 orang remaja putri yang

melakukan personal hygiene saat menstruasi, ternyata sebanyak 29 orang (70,7%)

tidak percaya mitos, sedangkan 12 lainnya (29,3%) percaya mitos seputar

menstruasi. Remaja putri yang tidak melakukan personal hygiene saat menstruasi

sebanyak 45 orang, 25 orang (55,6%) diantaranya percaya mitos seputar menstruasi,

sedangkan 20 lainnya (44,4%) tidak percaya mitos seputar menstruasi.

Berdasarkan hasil uji uji Chi-squere memperlihatkan adanya hubungan yang

signifikan (p = 0,025 < 0,05) budaya dengan perilaku personal hygiene saat

menstruasi pada remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun 2022.


62

2. Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Personal Hygiene

saat Menstruasi

Tabel 4.8

Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi


pada Remaja Putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun 2022

Personal Hygiene Status Ekonomi Jumlah p value

(%)

Memadai Kurang
Memadai
F (%) F (%) F (%) 0,019

Melakukan 21 51,2 20 48,8 41 (100)

Tidak Melakukan 11 24,4 34 75,6 45 (100)

Jumlah (%) 32 37,2 54 62,8 86 (100)

Berdasarkan tabel 4.8 diatas terlihat bahwa dari 41 orang remaja putri yang

melakukan personal hygiene saat menstruasi, ternyata sebanyak 21 orang (51,2%)

memiliki status ekonomi yang memadai, sedangkan 20 lainnya (48,8%) remaja putri

memiliki status ekonomi kurang memadai. Sementara itu terdapat 45 orang remaja

tidak melakukan personal hygiene saat menstruasi, 34 orang remaja putri (75,6%)

diantaranya memiliki status ekonomi kurang memadai dan 11 orang (24,4%) lainnya

memiliki status ekonomi memadai.

Berdasarkan hasil uji uji Chi-squere memperlihatkan adanya hubungan yang

signifikan (p = 0,019 < 0,05) status ekonomi dengan perilaku personal hygiene saat

menstruasi pada remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang Tahun 2022.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Personal Hygiene

Berdasarkan analisa univariat pada tabel 4.1 terlihat bahwa lebih dari

separoh remaja putri (52,3%) tidak melakukan personal hygiene saat

menstruasi, sedangkan 47,7% remaja putri melakukan personal hygiene saat

menstruasi.

Sebanyak 52,3% remaja putri tidak melakukan personal hygiene.

Artinya kurang atau tidak adanya tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya. Tidak

melakukan personal hygiene saat menstruasi juga dapat diartikan bahwa

seseorang tidak menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan

kulit, gigi, dan mulut, rambut hidung, telinga, kaki, dan kuku seta peralatan

genetalia (Andarmoyo, 2012). Dampak yang dapat dirasakan seseorang

remaja putri akibat dari kurangnya menjaga personal hygine saat menstruasi

yaitu infeksi saluran kemih, keputihan, kanker serviks dan kesehatan

reproduksi lainnya. (Nugroho, 2013).

Sesuai dengan pendapat Potter & Perry (2005), personal hygiene

adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi

dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk

dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi

kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi


63
64

oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah

kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap

masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan

terus dapa tmempengaruhi kesehatan secara umum

Sementara itu 47,7% remaja putri melakukan personal hygiene saat

menstruasi. Artinya mereka mampu memelihara personal hygiene yang

diperlukan untuk kenyamanan diri, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada

orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, dimana

tujuan dilakukannya personal hygiene adalah peningkatan derajat kesehatan,

memelihara kesehatan diri, memperbaiki personal hygiene, mencegah

penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.

Sejalan dengan pendapat Kristanti, 2019 tujuan umum perawatan diri

adalah untuk mempertahankan diri baik secara sendiri maupun dengan

bantuan dapat melatih hidup sehat/bersih dengan memperbaikan gambaran

atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan serta menciptakan

penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman

dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan, mencegah

infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas

pada jaringan.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasil

Novianti, dkk. (2016) menyatakan bahwa tindakan remaja putri dalam

melakukan personal hygiene saat menstruasi dengan kategori cukup sebesar

18,2% dan kategori kurang sebesar 81,8%. Penelitian Pythagoras (2017)

menyatakan bahwa tindakan personal hygiene remaja putri saat menstruasi

dengan kategori baik sebesar 2,3%, kategori cukup sebesar 43,1% dan
65

kategori kurang 54,6%. Penelitian Devita dan Kardiana (2014) menyatakan

bahwa sebesar 57,8% remaja putri melakukan tindakan negatif personal

hygiene saat menstruasi.

Menurut asumsi peneliti hal ini dapat terjadi karna kurangnya

kesadaran seorang remaja putri tentang personal hygiene dan tidak

mengetahui dampak kedepannya jika tidak melakukan personal hygiene saat

menstruasi. Dimana personal hygiene saat menstruasi tidak hanya meliputi

kebersihan organ kewanitaan, namun juga kebersihan organ tubuh lainnya.

2. Budaya

Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa lebih dari separoh

remaja putri (57%) tidak percaya mitos seputar menstruasi, sedangkan

43% remaja putri mempercayai mitos seputar menstruasi. Artinya lebih

dari setengah remaja tidak percaya dengan mitos seputar menstruasi,

seperti pemakaian pembalut sekali pakai yang dapat menyebabkan kanker

serviks, tidak memotong rambut dan kuku saat menstruasi, tidak

memakan makanan tertentu, bahkan tidak keramas saat menstruasi.

Menurut Wardiyah (2016) kepercayaan atau budaya mempengaruhi

pengetahuan seseorang dimana sistem sosial budaya yang ada di

lingkungan masyarakat akan berpengaruh terhadap pengetahuan yang

diterima oleh remaja. Secara tidak langsung kepercayaan seseorang juga

mempengaruhi personal hygiene saat menstruasi.

Sedangkan hampir separoh (43%) dari 86 orang sampel remaja

putri mempercayai mitos seputar menstruasi. Artinya kepercayaan atau

sosial budaya yang terjadi di masyarakat dapat berpengaruh pada sikap

seseorang dalam penerimaan informasi yang diberikanyang turun temurun


66

menjadikan pola pikir yang tidak sesuai dengan teori yang ada. Meskipun

secara medis, mitos yang berkembang tersebut tidak ilmiah, kenyataannya

masih banyak masyarakat yang masih percaya dengan berita tersebut

(Lutfiana, 2014).

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan

hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupanya dengan cara belajar

yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Jadi, kebudayaan

adalah kebudayaan manusia. Hampir semua tindakan manusia adalah

kebudayaan (Sukidin, 2013).

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa kepercayaan yang ada

pada masyarakat dapat mempengaruhi pengetahuan remaja, secara tidak

langsung kepercayaan seseorang juga mempengaruhi sikap dan tindakan

personal hygiene saat menstruasi. Sejalan dengan penelitian Bujawati

(2016), menunjukkan bahwa sebesar 57,3% responden percaya pada

mitos menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

negatif yang bermakna antara mitos dengan personal Hygiene. Semakin

responden tidak percaya akan mitos maka akan semakin baik tindakan

personal hygiene selama menstruasi yang dimilikinya.

Hal ini sejalan dengan data laporan yang diperoleh Unicef pada

tahun 2015 dari beberapa penelitian di UK menyebutkan bahwa telah

terjadi peningkatan kesadaran akan dampak praktik pengelolaan haid

terhadap kesehatan, pendidikan, dan psikososial bagi wanita dan remaja

putri di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penelitian yang

dilakukan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin menjelaskan beberapa

tantangan yang dihadapi wanita, seperti akses yang buruk terhadap


67

informasi lengkap tentang menstruasi, kurangnya pengetahuan untuk

mengelola darah menstruasi, ketidakcukupan air, sanitasi dan fasilitas

yang tidak memadai, keyakinan sosial-budaya yang menyesatkan serta

pantangan-pantangan yang dianggap tabu. Hal tersebut berdampak pada

pembatasan perilaku, ketidak-nyamanan remaja puteri dan risiko

kesehatan reproduksi (Sinaga dkk, 2017).

Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sariwating

(2017) sebanyak 51,9% responden memiliki budaya positif terhadap

menstruasi, sedangkan 48,1% memiliki budaya negatif. Namun hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sabarudin (2021) dimana sebanyak 63,8% responden percaya mitos dan

hanya 36,2% dari responden yang tidak percaya mitos.

Menurut asumsi peneliti yang terjadi pada remaja putri di SMA N

1 Lembah Melintang, pada umumnya terdapat budaya tertentu

sehubungan dengan datangnya haid pertama kali pada remaja putri

salah satunya tidak diperbolehkan melakukan keramas pada saat haid

dikarenakan akan menimbulkan anemia. Hal tersebut merupakan mitos

yang beredar di lingkungan masyarakat. Mitos tersebut tidak benar

karena wanita yang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan

dirinya. Wanita yang sedang mengalami menstruasi wajib menjaga

kebersihan rambut karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih

berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya

ketombe dan mikroorganisme lainnya. Berdasarkan keterangan tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa budaya yang berdampak tidak sehat


68

dimasyarakat sudah mulai hilang dikarenakan mudahnya akses informasi

seputar kesehatan reproduksi dan menstruasi.

3. Status Ekonomi

Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa lebih dari separoh

remaja putri (62,8%) dengan status ekonomi kurang memadai, artinya

faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi personal hygiene pada remaja

putri saat menstruasi karna minimnya pendapatan orang tua perbulan. Hal

ini dapat terjadi dikarenakan status ekonomi kurang memadai dapat

menyulitkan remaja putri untuk mengakses fasilitas untuk menstruasi

seperti menyediakan pembalut sekali pakai 3-5 pcs perhari, sabun cuci,

sabun mandi, dan lain-lain.

Menurut Nancy Roper (2002) untuk melakukan personal hygiene

yang baik di butuhkan sarana dan prasana yang memadai seperti kamar

mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup seperti:

pasta gigi, sikat gigi, sabun, dan lain. Segala macam perlengkapan

tersebut tentu membutuhkan biaya, dengan kata lain sumber keuangan

individu akan berpengaruh pada kemampuan mempertahankan personal

hygen yang baik. Di zaman modren ini semuanya harus serba canggih dan

sekali pakai, seperti untuk pembalut tidak semua remaja putri mampu

mengganti pembalut 3 kali dalam sehari karna alasan ekonomi, bahkan

dalam sehari Cuma mampu mengganti pembalut 1 kali dalam sehari,

apalagi remaja putri yang tinggal kos-kosan harus bisa menghemat uang,

padahal untuk pembalut bisa menggunakan kain yang bersih tapi karna

pengaruh zaman mereka tidak mau menggunakannya. Resiko yang dapat

terjadi jika tidak teratur mengganti pembalut dapat menyebabkan iritasi


69

kulit pada bagian sekitar alat reproduksi, dapat menimbulkan bau dan

infeksi bakteri dari darah menstruasi.

Sejalan dengan pendapat Rossouw & Ross (2021) bahwa status

ekonomi keluarga yang baik dapat memudahkan dalam mengakses produk

kebersihan selama menstruasi. Sosial-ekonomi dalam keluarga juga

menentukan jenis pembalut yang akan digunakan saat menstruasi.

Keluarga dengan sosial-ekonomi yang baik dapat mengakses kualitas

pembalut yang baik dan aman untuk digunakan selama menstruasi.

Status ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau

suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi. Status sosial

ekonomi memegang peran penting dalam kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, khususnya kebutuhan pada saat menstruasi. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayatullah (2018) tentang Faktor

yang berhubungan dengan personal hygiene pada remaja putri di SMA

Cokroaminoto Makassar, didapatkan bahwa dari 36 responden,

menunjukan bahwa responden yang mempunyai status sosial ekonomi

tinggi sebanyak 31 orang (86,1%), sedangkan responden yang mempunyai

status sosial ekonomi rendah sebanyak 5 orang (13,9%).

Sementara itu 32,7% memiliki status ekonomi memadai. Artinya

responden tersebut secara materi mampu membeli perlengkapan

menstruasi dengan kualitas yang lebih baik dari pada remaja dengan status

ekonomi kurang memadai yaitu dengan penghasilan orangtua perbulannya

≥ Rp. 2.500.000,-.

Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dolang (2013)

tentang faktor yang berhubungan dengan praktik hygiene menstruasi pada


70

siswi sma negeri 1 sesean kabupaten toraja utara, didapatkan bahwa dari

46 responden yang mempunyai status sosial ekonomi keluarga yang tinggi

terdapat sebesar 91,3% yang memiliki praktik hygiene menstruasi yang

cukup dibandingkan dengan responden yang mempunyai status sosial

ekonomi keluarga yang rendah hanya terdapat sebesar 35,9% yang

memiliki praktik hygiene menstruasi yang cukup dari 128 responden.

Penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuningsih (2013), tentang hubungan antara status ekonomi dengan

personal hygiene yang mengungkapkan bahwa ada hubungan antara status

ekonomi dengan personal hygiene di Makassar, dengan p = 0,001 < 0,005.

Peneliti berasumsi bahwa pendapatan tidak selamanya akan

mempengaruhi gaya hidup seseorang, sebab bahan dan alat begitu mudah

untuk didapatkan. Orang tua atau keluarga yang mempunyai status sosial

ekonomi yang rendah atau pendapat yang tinggi sama-sama akan

mempraktikan gaya hidup yang sehat, meskipun ada perbedaan dalam

pemenuhan personal hygiene.

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Budaya dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi

Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat bahwa dari 41 orang remaja

putri yang melakukan personal hygiene saat menstruasi, ternyata sebanyak

29 orang (70,7%) tidak percaya mitos, sedangkan 12 lainnya (29,3%)

percaya mitos seputar menstruasi. Remaja putri yang tidak melakukan

personal hygiene saat menstruasi sebanyak 45 orang, 25 orang (55,6%)

diantaranya percaya mitos seputar menstruasi, sedangkan 20 lainnya

(44,4%) tidak percaya mitos seputar menstruasi. Artinya remaja putri yang
71

percaya mitos lebih cenderung untuk tidak melakukan personal hygiene,

begitupun sebaliknya semakin tidak percaya seorang remaja terhadap

sebuah mitos seputar menstruasi, maka semakin besar peluangnya untuk

melakukan personal hygiene.

Berdasarkan hasil uji uji Chi-squere memperlihatkan adanya

hubungan yang signifikan (p = 0,014 < 0,05) budaya dengan perilaku

personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 01 Lembah

Melintang Tahun 2022.

Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2012) Merupakan

sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk

dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat

bersama. Kebudayaan selalu berubah baik secara lambat maupun cepat,

sesuai dengan peradaban umat manusia. Kepercayaan sering diperoleh dari

orang tua, kakek, atau nenek. Peneliti menganalisa bahwa kepercayaan

(kebudayaan) responden terhadap personal hygiene sangat cukup. Orang

dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri

yang berbeda pula. Kepercayaan dan nilai pribadi akan mempengaruhi

perawatan personal hygiene.

Beberapa penelitian terkait perilaku menstrual hygiene yang

dilakukan oleh Ahmed (2008) di Bangladesh melaporkan sebanyak 90%

remaja puteri menggunakan kain selama menstruasi untuk menyerap darah

menstruasi. Penelitian oleh Khan (2012) di India menunjukkan bahwa

72,05% remaja puteri memakai potongan-potongan kain yang dijadikan

sebagai pembalut. Tindakan tersebut dihindari karena ketika perawatan pada


72

pembalut kain yang kurang baik, seperti mengeringkannya di tempat

tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari yang beresiko tumbuhnya

mikroba yang menyebabkan vagina berbau tidak sedap (Ali, 2007).

Penelitian yang sama oleh Khan didapatkan sebanyak 57,7% remaja

menukar pembalut 2 kali perhari. Tindakan tersebut dihindari karena

menyebabkan bakteri mudah berkembang pada pembalut sehingga dapat

menimbulkan infeksi pada organ reproduksi (Andira, 2010). Tindakan

menstrual hygiene yang salah lainnya yaitu pada penelitian yang dilakukan

oleh Thakre (2011) di Nagpur didapatkan 58,18% remaja puteri

menggunakan sabun mandi untuk membersihkan organ eksternal genitalia

mereka.

Sejalan dengan hasil penelitian Palupi et al (2020) menunjukkan

bahwa ada hubungan antara mitos dan personal hygiene saat menstruasi,

dengan p value 0,002. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, responden yang

percaya mitos tentang menstruasi memiliki kemungkinan empat kali lipat

memiliki personal hygiene yang buruk saat menstruasi dibandingkan dengan

yang tidak percaya mitos. 78 dari 119 responden percaya mengenai mitos

saat menstruasi, seperti tidak keramas saat menstruasi. Selama menstruasi

wanita harus sering membersihkan tubuhnya, termasuk keramas

menggunakan shampo. Karena selama menstruasi produksi keringat dan

minyak akan bertambah, terutama pada bagian kulit kepala. Jika seseorang

memiliki pengetahuan yang kurang tentang personal hygiene saat

menstruasi, maka kepercayaan terhadap mitos tersebut dapat mempengaruhi

perilaku personal hygiene saat menstruasi. Hasil yang relevan juga

ditemukan pada penelitian Maharani & Andryani (2018), menyebutkan 88


73

dari 148 responden (59,5%) percaya terhadap mitosmitos budaya mengenai

menstruasi.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamidah (2022) yang

menunjukan bahwa dari 30 (83,3%) remaja putri menurut kepercayaan

(kebudayaan) cukup, 4 (11,1%) personal hygiene kurang dan 26 (72,2%)

personal hygiene cukup. Sedangkan dari 6 (16,7%) remaja putri menurut

kepercayaan (kebudayaan) kurang, 4 (11,1%) personal hygiene kurang dan

2 (5,6%) personal hygiene cukup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2013), tentang hubungan antara

kepercayaan (kebudayaan) dengan personal hygiene yang mengungkapkan

bahwa ada hubungan antara kepercayaan (kebudayaan) dengan personal

hygiene di Makassar, dengan p = 0,004 < 0,05.

Menurut asumsi peneliti banyak mitos-mitos yang berkembang di

Indonesia terkait menstruasi. Mitos-mitos ini muncul karena dipengaruhi

oleh kebiasaan dan perilaku masyarakat. Semakin seseorang percaya

terhadap mitos-mitos mengenai menstruasi sangat memungkinkan mitos

tersebut mempengaruhi perilaku personal hygiene seseorang seperti perilaku

hygiene yang buruk. Mitos seperti tidak boleh keramas selama menstruasi

dapat menimbulkan anemia. Hal tersebut tidak benar karena saat menstruasi

kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga berisiko

menimbulkan ketombe. Mitos lain seperti tidak menggunakan pembalut

sekali pakai karena dapat menyebabkan kanker serviks, padahal ketika

seseorang menggunakan pembalut kain tidak benarpun juga tidak bisa

terlepas dari infeksi pada organ kewanitaan.


74

2. Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Personal Hygiene saat

Menstruasi

Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa dari 41 orang remaja

putri yang melakukan personal hygiene saat menstruasi, ternyata sebanyak

21 orang (51,2%) memiliki status ekonomi yang memadai, sedangkan 20

lainnya (48,8%) remaja putri memiliki status ekonomi kurang memadai.

Sementara itu terdapat 45 orang remaja tidak melakukan personal hygiene

saat menstruasi, 34 orang remaja putri (75,6%) diantaranya memiliki status

ekonomi kurang memadai dan 11 orang (24,4%) lainnya memiliki status

ekonomi memadai. Artinya semakin kurang memadai status ekonomi

seseorang, maka semakin buruk personal hygienenya selama menstruasi.

Berdasarkan hasil uji uji Chi-squere memperlihatkan adanya

hubungan yang signifikan (p = 0,010 < 0,05) status ekonomi dengan

perilaku personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 01

Lembah Melintang Tahun 2022.

Hal ini sejalan dengan teori Suparyanto (2010) Status sosial ekonomi

adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial

ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat

yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat

pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan

besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga

memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Status

ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat


75

berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok.

Sosial-ekonomi pada keluarga dapat mempengaruhi perilaku

personal hygiene saat menstruasi pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian

oleh Suhasini & Belgaumndra (2018) menyebutkan sosial ekonomi keluarga

yang baik dapat meningkatkan perilaku personal hygiene saat menstruasi

berdasarkan jenis pembalut yang digunakan sebanyak 4%, trichomonas

urethralis 4%. Selama menstruasi, kebersihan diri perlu diperhatikan. Upaya

yang dapat dilakukan dalam personal hygiene saat menstruasi adalah

mengganti celana dalam dan pembalut 3-4 kali perhari, mandi dan juga

keramas, serta membersihkan alat genitalia dengan cara membasuhnya dari

arah depan ke belakang (Santina et al., 2013). Tak hanya itu, keberhasilan

dalam melakukan personal hygiene saat menstruasi juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti pengetahuan remaja, pendidikan orang tua, sosial-

ekonomi keluarga, ketersediaan sarana seperti fasilitas toilet yang bersih, air

bersih, terjaganya privasi, serta mitos yang beredar di kalangan masyarakat.

Pada penelitian Suhasini & Belgaumndra (2018), menyebutkan

meningkatnya sosial-ekonomi keluarga berhubungan dengan peningkatan

perilaku perineal hygiene saat menstruasi (p < 0,01). Studi ini menyebutkan

terdapat peningkatan penggunaan pembalut selama menstruasi pada

keluarga yang memiliki sosial-ekonomi yang baik. Hasil yang relevan juga

ditemukan pada penelitian Gupta et al (2018) bahwa status sosial ekonomi

dalam keluarga berhubungan dengan jenis absorbent materials (pembalut,

kain, atau keduanya) yang digunakan selama menstruasi (p value =

0,03173).
76

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamidah (2022) yang

menunjukan bahwa dari 30 (83,3%) remaja putri menurut status sosial

ekonomi tinggi, 12 (33,3%) personal hygiene kurang dan 18 (50,0%)

personal hygiene cukup. Sedangkan dari 6 (16,7%) remaja putri menurut

status sosial ekonomi rendah, 0 (0,0%) personal hygiene kurang dan 6

(16,7%) personal hygiene cukup.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuningsih (2013), tentang hubungan antara status ekonomi dengan

personal hygiene yang mengungkapkan bahwa ada hubungan antara status

ekonomi dengan personal hygiene di Makassar, dengan p = 0,001 < 0,005.

Peneliti berasumsi bahwa status sosial ekonomi yang tinggi

mempengaruhi personal hygiene dan status sosial ekonomi yang rendah pula

tidak mempengaruhi personal hygiene seseorang. Pendapatan tidak

selamanya akan mempengaruhi gaya hidup seseorang, sebab bahan dan alat

begitu mudah untuk didapatkan. Orang tua atau keluarga yang mempunyai

status sosial ekonomi yang rendah atau pendapat yang tinggi samasama

akan mempraktikan gaya hidup yang sehat, meskipun ada perbedaan dalam

pemenuhan personal hygiene.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 01 Lembah

Melintang tahun 2022, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Lebih dari separoh remaja putri (52,3%) di SMAN 01 Lembah Melintang

tahun 2022 tidak melakukan personal hygiene saat menstruasi.

2. Lebih dari separoh remaja putri (57%) di SMAN 01 Lembah Melintang

tahun 2022 tidak percaya mitos seputar menstruasi.

3. Lebih dari separoh remaja putri (62,8%) di SMAN 01 Lembah Melintang

tahun 2022 memiliki status ekonomi kurang memadai.

4. Terdapat hubungan antara budaya dengan perilaku personal hygiene saat

menstruasi pada remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang tahun

2022.

5. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan perilaku personal

hygiene saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 01 Lembah

Melintang tahun 2022.

B. Saran

1. Untuk Instansi pendidikan

Diharapkan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dengan

meningkatkan mutu pendidikan tentang konsep kesehatan reproduksi remaja

agar pengetahuan dan sikap mahasiswa positif terhadap kesehatan reproduksi

sehingga mampu mencapai kompetensi yang diharapkan di lapangan.

77
78

2. Bagi Remaja putri di SMAN 01 Lembah Melintang

diharapkan dapat meningkatkan personal hygiene saat menstruasi demi

menjaga kesehatan reproduksi, sehingga dapat menghindari berbagai masalah

kesehatan reproduksi dimasa depan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian mengenai faktor-

faktor yang berkorelasi dengan personal hygiene pada remaja putri

dengan instrumen penelitian yang lebih tepat.

b. Diharapkan dapat melanjutkan penelitian mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan personal hygiene pada remaja putri.


DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti Y PA. (2016). Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.
Ahmed, M. S., Yunus, F. M., Hossain, M. B., Sarker, K. K. & Khan, S. (2021).
Association between Menstrual Hygiene Management and School
Performance among the School-Going Girls in Rural Bangladesh.
Adolescents, 1(3), 335– 347. https://doi.org/10.3390/adolescents1030025
Ambarwati E. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Andarmoyo. (2012). Perilaku Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Amanda D, Ariyanti F. Perilaku MenstrualHygiene Remaja: Studi Pada Santriwati
Di Pondok Pesantren Modern Kota Depok. J Publis Kesehatan Masyarakat
Indonesa. 2020;7(2):23–9.
Ayatullah. (2018). Faktor yang berhubungan dengan personal hygiene pada remaja
putri di SMA Cokroaminoto Makassar. STIKES Yahya Bima.
Badan Pusat Statistik. Data penduduk Indonesia.Jakarta; 2020.
BKKBN. Survei Demografi Dan Kesehatan : Kesehatan Reproduksi Remaja 2017.
Badan Kependud dan Kel Berencana Nas [Internet]. 2017;1– 606.
Availablefrom: http://www.dhsprogram.com.
Cavenett.PP No.61 Tahun 2014.J ChemInf Model. 2013;53(9):1689–99.
Devita, Y. & Kardiana, N. (2017). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Personal Hygiene Dengan Cara Melakukan Personal Hygiene Dengan
Benar Saat Menstruasi di MA Hasanah Pekanbaru. An-Nadaa, 64–68.
Dolang, M.W., Rahma., Ikhsan, M. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Praktik
Hygiene Menstruasi pada Siswi SMA Negeri 1 Sesean Kabupaten Toraja
Utara (online). (https://journal.unhas.ac.id) diakses 9 April 2022.
Dwi Susanti AL, Ardiati AN, Ernawati H, Purwanti LE. Hubungan Pengetahuan
Remaja Putri Dengan Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi.J
Kesehatan. 2020;11(2):110–4.
Fitriwati, C.I., Arofah, S. 2021. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Diri
Selama Menstruasi Pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Yayasan
Nurul Islam Kabupaten Bungo Vol. 10 No. 2 (online).
(http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id) diakses 9 April 2022.
Fransisca D, Handayani S, Rahmatiqa C, Dasril O, Novia D. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Personal Hygiene saat Menstruasi pada Remaja
Putri. SyedzaSaintika. 2013;323–34.
Gupta, N., Kariwala, P., Dixit, A. M., Govil, P., . M. & Jain, P. K. (2018). A cross-
sectional study on menstrual hygiene practices among school going
adolescent girls (10-19 years) of Government Girls Inter College, Saifai,
Etawah. International Journal Of Community Medicine And Public Health,
5(10), 4560. https://doi.org/10.18203/2394- 6040.ijcmph20184010
Hamidah. (2022). Community Of Publishing In Nursing (COPING) Vol 10 No 3;
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Personal Hygiene Saat
Menstruasi Pada Remaja Putri: Literature Review. FK Unissula.
Hanissa J, Nasution A, Arsyati AM. (2016). Gambaran Perilaku Personal
HygieneMenstruasi Remaja Putri Yang Mengikuti Pelatihan Dan
Pembinaan Pkpr
Harahap, Alprida. Pohan R. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Terhadap Perilaku Reproduksi Sehat Pada Remaja Putri di Desa
Partihaman Saroha Kecamatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2016. J
KesehatIlmIndones. 2018;2(2):138–42.
Hartono SP. Analisa Data Bidang Kesehatan.Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia; 2006.
Hidayat. Determinan Personal Hygiene pada Siswa-siswi Jakarta: EGC; 2008
Irwan. Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Absolute Media; 2017. 227 p.
Jannah Nurul RS.Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC;
2018. 251 p.
Karmila, Kiki. Pertiwi W. Determinan Personal Hygiene pada Siswa-siswi Asrama.J
Ilmu KesehatMasy. 2020;9(4):239–47.
Kharisma. (2013). Kebutuhan dasar P ersonal Hygiene, http://sedana.blogspot.
com/2013/07/kebutuhan-dasarpersonal-hygiene13.html?m=1) diakses
tanggal 25 Agustus 2022.
Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika;
2012.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2020 [Indonesia HealthProfile 2018]
[Internet]. 2021. 207 p. Availablefrom:
Kemenkes RI. 2020. Panduang Cuci Tangan Pakai Sabun (online).
(https://kesmas.kemkes.go.id) diakses 9 April 2022.
Lestari. Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.Yogyakarta:
Nuha Medika; 2015.
Lestari, P.2014. Hubungan Pengetahuan Menstruasi dan Komunikasi Teman Sebaya
dengan Personal Hygiene Selama Menstruasi pada Siswi SMA (online).
(http://digilib.uns.ac.id), diakses 6 April 2022.
Maharani, Riri.Andiyani W. Faktor yang Berhubungan terhadap Perilaku Personal
Hygiene saat Menstruasi pada Santriwati MTS Pondok Pesantren Dar El
Hikmah Kota Pekanbaru .J KesehatMasy. 2018;1(1):69–77.
Mandang Jenny, Lumi Freike MI. Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Keluarga
Berencana (KB). Bogor: IN Media; 2016. 321 p.
Michael J, Iqbal Q, Haider S, Khalid A, Haque N, Ishaq R, etal. Knowledge and
practice of adolescent females about menstruation and menstruation
hygiene visiting a public health care institute of Quetta, Pakistan. BMC
Womens Health. 2020;20(1):1–8.
Novianti, Yasnani, Putu Eka Meiyana E. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Dengan Personal Hygiene Menstruasi Pada Remaja Putri Di
SMP Negeri Satap Bukit Asri Kabupaten Buton. 2016;1–10.
Nugroho Adi (2016). Panamou, Tradisi pengasingan wanita suku naulu yang
memilukan di maluku.
Nursalam. Manajemen Keperawatan. (2015). Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
(2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Palupi, T. D., Pristya, T. Y. R. & Novirsa, R. (2020). Myths about menstrual
personal hygiene among female adolescents. Kesmas, 15(2), 80–85.
https://doi.org/10.21109/KESMAS.V15I2.27 19

Potter & Perry. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta: Salemba Medika;
2005
Rosyida Desta. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Yogyakarta: Pustaka
Baru; 2019.
Rohidah S, Nurmaliza. Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap
personal hygiene saat menstruasi di SMA Negeri 3 Pekanbaru tahun 2018.
Jomis (JournalMidwiferySci. 2019;3(1):32–5.
Rossouw, L. & Ross, H. (2021). Understanding Period Poverty : Socio-Economic
Inequalities in Menstrual Hygiene Management in Eight Low- and Middle-
Income Countries. Int. J. Environ. Res. Public Health, 1–14.
Sabaruddin. (2021). Jurnal Kesehatan Kebidanan Vol 10 No 2; Perilaku Personal
Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Smp Bangsa Mandiri 2 Bogor.
STIKES Mitra Ria Husada.
Santina, T., Wehbe, N., Ziade, F. M. & Nehme, M. (2013). Assessment of Beliefs
and Practices Relating to Menstrual Hygiene of Adolescent Girls in
Lebanon. International Journal of Health Sciences and Research, 3(12), 75–
88.
Syahda S, Elmayasari. Hubungan Pengetahuan Dan Peran Orang Tua (Ibu) Dengan
Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Smpn 2 Ukui Kabupaten
Pelalawan. J DopplerUniv Pahlawan Tuanku Tambusai. 2020;4(1):1–9.
Simanjuntak JML, Siagian N. Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Remaja Putri
Terhadap Personal Hygine Pada Saat Menstruasi Di Smp Negeri 3
Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Nutr J. 2020;4(1):13.
Sinaga, E., dkk. 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas Nasional :
IWWASH Global One.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Jakarta :
Alfabeta.
Suhasini, K. & Belgaumndra, M. (2018). Factors Influencing Menstrual Hygiene
Practice Among Late Adolescent Girls in an Urban
Tarwoto W. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika;
2010.
Utomo, Widodo B. 2016. Perilaku Remaja Putri dalam Personal Hygiene
(Genetalia) Selama Menstruasi (online).
(http://eprints.umpo.ac.id/2231/8/8%20Lampiran.pdf), diakses 9 April
2022.
Wardiyah Aryanti R. Sistem Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika; 2016. 170 p.
Wawan A DM. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
Yuni Natalia Erlina. Buku Saku Personal Hygiene. Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.
Lampiran 1
LEMBAR KONSUL SKRIPSI

Nama : Tuti Hariani


NIM : 2007033
Pembimbing I : Ramah Hayu, M.Keb
Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Personal
HygieneRemajaPutri Pada Saat Menstruasi Di SMAN 01
Lembah Melintang Tahun 2021/2022

No. Tanggal Hal Paraf

1. 29 November 2021 Pengajuan judul proposal

2. 20 Desember 2021 Acc judul proposal

Lanjut buat BAB I-III

3. 31 Desember 2021 BAB I-III sesuaikan pembuatan

proposal dengan panduan

4. 02 Februari 2022 Perbaiki BAB I-III

Tambahkan lampirannya

5. 06 April 2022 BAB III tambahkan etika penelitian

dan isntrumen penelitian

Lampirkan kuesioner yang sudah

dilakukan uji validasi

6. 16 April 2022 BAB I latar belakang sesuaikan

dengan yang diteliti

7. 23 Mei 2022 BAB II bold kerangka teori yang

diteliti

8. 06 Juni 2022 BAB III tambahkan jenis dan desain


penelitian sesuai dengan yang diteliti

9. 08 Juni 2022 Hapus kata penelitian pada BAB III

10. 05 Juli 2022 Acc seminar proposal

11. 16 September 2022 Hilangkan kata proposal

Buat abstrak sesuai isi skripsi

BAB 4 tambahkan gambaran wilayah

penelitian dan katakteristik responden

12. 01 Oktober 2022 Hapus kata akan pada BAB 1

BAB 4 Tabel hasil perbaiki

13. 05 Oktober 2022 Acc seminar hasil


LEMBAR KONSUL SKRIPSI

Nama : Tuti Hariani


NIM : 2007033
Pembimbing II : Febby Herayono, M.Keb
Judul Penelitian :Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Personal Hygiene
RemajaPutri Pada Saat Menstruasi Di SMAN 01 Lembah
Melintang Tahun 2021/2022

No. Tanggal Hal Paraf

1. 10 Maret 2022 Darimana dasar membuat

kuesioner dan lembar ceklis

Apakah variabel budaya hanya

mitos saja, apakah tidak ada

kebiasaan keluarga atau

orangtua

Tambahkan alat pengumpulan

datanya

2. 30 Juni 2022 Perbaiki waktu penelitian dan

DO tentang budaya pada BAB

III

3. 05 Juli 2022 Acc seminar proposal

4. 05 Oktober 2022 Perbaiki kata kunci di abstrak

Acc seminar hasil


Lampiran 2

KISI-KISI KUESIONER

1. Personal Hygiene Selama Menstruasi

Komponen Nomor Pernyataan Nomor Pernyataan

Positif Negatif

Kebersihan organ 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10 -

genitalia

Penggunaan pembalut 6, 8, 9, 11, 13, 15, 16, -

saat menstruasi 17, 18

Kebersihan pakaian 12, 14, 19, 20 -

dalam

Kebersihan diri 21, 22, 23, 24 -

2. Budaya

Komponen Nomor Pernyataan Nomor Pernyataan

Positif Negatif

Mitos selama menstruasi - 1, 3, 4

Mitos tentang - 2, 5, 6, 7, 8

menstruasi
Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Padang, Juli 2022


Kepada Yth.
Saudari Responden
di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswi Program Studi
Sarjana Kebidanan Stikes Syedza Saintika Padang :
Nama : Tuti Hariani
NIM : 2007033
Alamat : Ujung Gading
sedang melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Personal Hygiene RemajaPutri Pada Saat Menstruasi Di SMAN 01 Lembah
Melintang Tahun 2021/2022”, sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana.
Untuk itu saya mengharapkan kesediaan saudari untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini sebagai responden penelitian yaitu dengan bersedia untuk
mengisi kuesioner.Kuesioner tersebut berisi pernyataan yang meminta jawaban
pribadi saudari.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi saudari. Kerahasiaan seluruh
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian saja.
Saya sangat menghargai partisipasi saudari untuk meluangkan waktu dalam
mengisi kuesioner dengan menandatangani persetujuan (informed concent) yang
disediakan.
Demikian permohonan ini saya sampaikan.Atas kesediaan dan kerjasama
saudari saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Tuti Hariani)
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk


berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Tuti Hariani
NIM : 2007033
Status : Mahasiswa Stikes Syedza Saintika Padang
Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Personal
Hygiene RemajaPutri Pada Saat Menstruasi Di SMAN
01 Lembah Melintang Tahun 2021/2022
Pengisian kuesioner ini tidak menimbulkan kerugian bagi saya, sehingga
jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya tanpa ada tekanan dari pihak
manapun.
Demikianlah pernyataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Padang, Juli 2022


Responden
Lampiran 4

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSONAL


HYGIENE REMAJAPUTRI PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAN 01
LEMBAH MELINTANG TAHUN 2021/2022

1. Karakteristik Responden

No. Responden :

Inisial Responden :

Umur :

Kelas :

Umur Menarche :

Penghasilan Orang Tua : <Rp. 2.500.000,00-./bulan

≥Rp. 2.500.000,00-./bulan

2. Kuesioner A tentang Personal Hygiene Selama Menstruasi

Berikan tanda (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan

anda.

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya membersihkan daerah kemaluan dari arah

depan (vagina) ke arah belakang (anus)

2. Saya mengeringkan daerah kemaluan dengan

tisu setelah buang air kecil dan besar

3. Saya mengganti celana dalam 2-3 kali sehari

4. Saya menggunakan celana dalam yang terbuat


dari bahan yang menyerap keringat seperti

katun

5. Saya mencuci tangan sebelum dan sesudah

cebok

6. Saya mengganti pembalut 4-5 kali sehari

selama menstruasi

7. Saya membersihkan kemaluan dengan

menggunakan sabun sesudah buang air kecil

dan besar

8. Saya mencuci pembalut kain dengan sabun

sampai bersih

9. Saya memiliki pembalut kain pengganti lebih

dari 3

10. Saya memiliki handuk khusus/tissue untuk

membersihkan kemaluan

11. Saya mengganti pembalut sesudah buang air

besar

12. Saya tidak memakai celana dalam yang ketat

selama menstruasi

13. Saya merasa gatal pada kemaluan saya jika

pembalut tidak saya ganti kurang dari 6 jam

14. Saya mengganti celana dalam jika tidak bocor

15. Saya mencuci tangan sebelum dan sesudan

memakai pembalut
16. Saya mengganti pembalut ketika ada gumpalan

darah di pembalut saya

17. Saya mengganti pembalut setelah mandi

18. Saya mengganti pembalut setelah merasa

penuh/bocor

19. Saya merendam terlebih dahulu saat mencuci

pakaian dalam yang terkena darah

20. Saya menyetrika pakaian dalam setelah kering

21. Saya mencukur rambut kemaluan setiap

seminggu sekali

22. Saya membersihkan wajah hanya satu kali

sehari selama menstruasi

23. Saya tidak membiarkan pertumbuhan rambut

kemaluan karena dapat menjadi sarang bakteri

pada organ reprodukasi

24. Saya membersihkan rambuat kepala dan

kemaluan dengan air bersih

Sumber : Lestari (2014), Utomo (2016)

3. Kuesioner B tentang Budaya

Berikan tanda (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan

anda.

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya tidak memotong rambut dan rambut kemaluan

serta kuku selama haid karena haram hukumnya dalam


islam

2. Saya tidak keramas selama haid karena akan membuka

pori-pori di kulit kepala sehingga rentan mengalami

sakit kepala

3. Menggunakan pembalut sekali pakai dapat

menyebabkan kanker serviks

4. Pembalut yang telah digunakan harus dibersihkan

terlebih dahulu sebelum dibuang kedalam tempat

sampah karena darah menstruasi dapat menimbulkan

penyakit apabila dibakar

5. Saya tidak berenang saat haid karena tekanan pada

kolam renang dapat menghentikan siklus menstruasi

6. Saya tidak berolahraga saat haid karena bisa membuat

badan lemas

7. Saya tidak minum air dingin selama haid karena dapat

membuat darah haid beku sehingga alirannya menjadi

lambat

8. Saya tidak minum obat apapun selama haid meskipun

saya sedang sakit karena dapat menyebabkan haid

tersumbat dan menyebabkan kemandulan

Sumber : Lestari (2014), Maharani., Andriyani (2018), Fitriwati., Arofah (2021)


Lampiran 5
Analisis Data

Analisa Univariat
Statistics
Bootstrapb
95% Confidence
Std. Interval
Statistic Bias Error Lower Upper
N Valid Personal 86 0 0 86 86
Hygiene
Budaya 86 0 0 86 86
Missin Personal 0 0 0 0 0
g Hygiene
Budaya 0 0 0 0 0
Mean Personal 12.74 -.01 .40 11.91 13.49
Hygiene
Budaya 5.31 .00 .14 5.03 5.62
Std. Error of Personal .411
Mean Hygiene
Budaya .143
Median Personal 12.00 .35 .73 11.00 14.00
Hygiene
Budaya 5.00 .04 .19 5.00 6.00
Mode Personal 11
Hygiene
Budaya 5
Std. Deviation Personal 3.814 -.043 .231 3.332 4.239
Hygiene
Budaya 1.331 -.013 .093 1.141 1.508
Variance Personal 14.546 -.274 1.750 11.100 17.970
Hygiene
Budaya 1.771 -.027 .247 1.303 2.273
Range Personal 16
Hygiene
Budaya 6
Minimum Personal 5
Hygiene
Budaya 2
Maximum Personal 21
Hygiene
Budaya 8
Sum Personal 1096
Hygiene

Budaya 457
Percentil 25 Personal 10.00 -.08 .93 8.00 11.00
es Hygiene

Budaya 4.75 -.21 .48 4.00 5.00


50 Personal 12.00 .35 .73 11.00 14.00
Hygiene
Budaya 5.00 .04 .19 5.00 6.00
75 Personal 16.00 -.29 .70 14.25 17.00
Hygiene
Budaya 6.00 .29 .44 6.00 7.00
b. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Umur
Bootstrap for Percenta
95%
Cumulati Confidence
Freque Perce Valid ve Std. Interval
ncy nt Percent Percent Bias Error Lower Upper
Vali 15 25 29.1 29.1 29.1 .0 5.0 19.8 39.5
d tahun
16 41 47.7 47.7 76.7 -.3 5.1 38.4 58.1
tahun
17 20 23.3 23.3 100.0 .3 4.6 15.1 32.6
tahun
Total 86 100.0 100.0 .0 .0 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Kelas
Bootstrap for Percenta
95%
Cumulati Confidence
Freque Perce Valid ve Std. Interval
ncy nt Percent Percent Bias Error Lower Upper
Vali Kelas 43 50.0 50.0 50.0 .0 5.4 38.4 60.5
d X
Kelas 43 50.0 50.0 100.0 .0 5.4 39.5 61.6
XI
Total 86 100.0 100.0 .0 .0 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Umur Menarche
Bootstrap for Percenta
95%
Cumulati Confidence
Freque Perce Valid ve Std. Interval
ncy nt Percent Percent Bias Error Lower Upper
Valid 9 2 2.3 2.3 2.3 .0 1.6 .0 5.8
10 10 11.6 11.6 14.0 -.1 3.4 5.8 18.6
11 14 16.3 16.3 30.2 -.1 4.0 8.2 24.4
12 23 26.7 26.7 57.0 .0 4.8 17.4 36.0
13 24 27.9 27.9 84.9 .2 4.8 18.6 37.2
14 13 15.1 15.1 100.0 .0 3.8 8.1 23.3
Tot 86 100.0 100.0 .0 .0 100.0 100.0
al
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Ekonomi
Bootstrap for Percenta
95%
Cumulati Confidence
Frequ Perce Valid ve Std. Interval
ency nt Percent Percent Bias Error Lower Upper
Val Kurang 54 62.8 62.8 62.8 .0 5.1 52.3 72.1
id Memadai
Memadai 32 37.2 37.2 100.0 .0 5.1 27.9 47.7
Total 86 100.0 100.0 .0 .0 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Personal Hygiene
Bootstrap for Percenta
95%
Cumulati Confidence
Frequ Perce Valid ve Std. Interval
ency nt Percent Percent Bias Error Lower Upper
Val Tidak 45 52.3 52.3 52.3 -.1 5.5 41.9 62.8
id Melakuka
n
Melakuka 41 47.7 47.7 100.0 .1 5.5 37.2 58.1
n
Total 86 100.0 100.0 .0 .0 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Budaya
Bootstrap for Percenta
95%
Cumulati Confidence
Frequ Perce Valid ve Std. Interval
ency nt Percent Percent Bias Error Lower Upper
Val Tidak 49 57.0 57.0 57.0 .0 5.2 45.3 67.4
id Percaya
Mitos
Percaya 37 43.0 43.0 100.0 .0 5.2 32.6 54.7
Mitos
Total 86 100.0 100.0 .0 .0 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Analisa Bivariat
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Personal Hygiene * 86 100.0% 0 0.0% 86 100.0%
Ekonomi
Personal Hygiene * Ekonomi Crosstabulation
Ekonomi
Case Processing Summary Kurang Memad
Cases
Memadai ai Total
Personal Tidak Valid
Count Missing 34 Total
11 45
Hygiene Melakukan N % within
Percent
PersonalN Percent N
75.6% 24.4% Percent
100.0%
Personal Hygiene * 86 100.0%
Hygiene 0 0.0% 86 100.0%
Ekonomi % within Ekonomi 63.0% 34.4% 52.3%
Residual 5.7 -5.7
Melakukan Count 20 21 41
% within Personal 48.8% 51.2% 100.0%
Hygiene
% within Ekonomi 37.0% 65.6% 47.7%
Residual -5.7 5.7
Total Count 54 32 86
% within Personal 62.8% 37.2% 100.0%
Hygiene
% within Ekonomi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 6.583 1 .010
Continuity 5.487 1 .019
Correctionb
Likelihood Ratio 6.663 1 .010
Fisher's Exact Test .014 .009
Linear-by-Linear 6.506 1 .011
Association
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15.26.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Personal Hygiene * 86 100.0% 0 0.0% 86 100.0%
Budaya

Personal Hygiene * Budaya Crosstabulation


Budaya
Tidak
Percaya Percaya
Mitos Mitos Total
Personal Tidak Count 20 25 45
Hygiene Melakukan % within Personal 44.4% 55.6% 100.0%
Hygiene
% within Budaya 40.8% 67.6% 52.3%
Residual -5.6 5.6
Melakukan Count 29 12 41
% within Personal 70.7% 29.3% 100.0%
Hygiene
% within Budaya 59.2% 32.4% 47.7%
Residual 5.6 -5.6
Total Count 49 37 86
% within Personal 57.0% 43.0% 100.0%
Hygiene
% within Budaya 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 6.048 1 .014
Continuity 5.023 1 .025
Correctionb
Likelihood Ratio 6.143 1 .013
Fisher's Exact Test .017 .012
Linear-by-Linear 5.977 1 .014
Association
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
17.64.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai