NIM : 1302405029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
SKRIPSI
i
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DESA SELEMADEG
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
1302405029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
ii
iii
Telah diuji oleh Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
iv
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PERNYATAAN
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi yang berjudul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Ibu dalam Menjaga Oral Hygiene Anak Balita di Desa Selemadeg”
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati dan rasa hormat, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. DR. dr. Putu Astawa, Sp. OT(K), M. Kes, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
2. DR. dr. I Dewa Made Sukrama, M.Si, Sp. MK(K), selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3. drg. Steffano Aditya Handoko, MPH, SID, selaku Koordinator Skripsi
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
4. drg, Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Sp. KGA, selaku pembimbing utama yang
telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing,
memotivasi dan memberi masukan selama penyusunan skripsi ini.
5. dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH, selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak meluangkan waktu dan memberi masukan, membimbing dan
memotivasi penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. drg. Desak Nyoman Ari Susanti, Mkes, selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan masukan untuk skripsi ini.
7. drg. I Gusti Agung Dyah Ambarawati, selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu memberikan motivasi dari awal perkuliahan hingga
saat ini.
8. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FK
UNUD yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam
penyusunan skripsi.
9. dr. I Gusti Ngurah Bagus Juniada, selaku kepala Puskesmas Selemadeg,
dr. Bayu Pasti dan drg. I Gusti Ayu Arianingsih selaku dokter di
Puskesmas Selemadeg yang telah meluangkan waktu berbagi informasi,
ide- ide dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak I Wayan Arsa Wikanta, selaku Kepala Desa Selemadeg yang telah
memberikan izin dan masukan kepada penulis selama melakukan
penelitian di Desa Selemadeg.
vi
11. Seluruh Staf Kepala Desa Selemadeg yang telah membantu memberi
informasi dan mendampingi penulis selama penelitian.
12. Bapak Drs. EC. I Made Wishana, dan Mama Ir. Ni Nyoman Ayu
Sukanadi, selaku orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat sejak awal perkuliahan hingga saat ini, serta terimakasih kepada
kakak dan adik saya Ni Putu Chandra Wisna Rahayu, S.Ft, dan I Nyoman
Indria Pradnyana, serta semua keluarga yang selalu memberi semangat
dalam penyusunan skripsi ini.
13. Tante drg. Ni Komang Supartini (almh) yang telah memotivasi, membantu
dan selalu memberikan semangat kepada penulis sejak awal perkuliahan.
14. Anak Dokter Ayu : Marantika Yogananda, Dena Pramita, Intan Pertiwi,
dan Dylan Dharmalaksana, yang selalu setia menemani dan berbagi
informasi bimbingan, serta sabar mendengarkan keluhan satu sama lain.
15. Tiru’s Family : Kayika Pradnya dan Carla Dianmartha yang selalu
menemani dan menghibur penulis sejak awal perkuliahan.
16. Teman senasib dan seperjuangan: Mira Anggriani, Novi Wiantari, dan
Dewi Anggraini yang selalu ada dan memberi semangat kepada penulis
setiap saat.
17. Dewi Anggraini yang telah bersedia membantu memeriksa kuesioner,
memberi semangat, dan menghibur penulis terutama selama penelitian,
18. I Gede Kayika Pradnya Utama, yang telah bersabar menemani,
membimbing, menyemangati, dan menghibur penulis dari Semester 2
hingga penulis bisa sampai di tahap ini.
19. Teman- teman SMA : Trisna Agustini, Ika Sukma, dan Desak Puspita
yang meskipun berjauhan tetap meluangkan waktunya untuk menemani
dan menyemangati penulis.
20. Teman-teman seperjuangan Deciduous yang senantiasa menghibur dan
memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.
21. Pihak – pihak yang telah mendukung penyusunan skripsi ini, yang tidak
bisa penulis sampaikan satu – persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis berharap kepada semua pihak agar memberi sumbangan pikiran,
kritik maupun saran yang positif demi kesempurnaannya. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dokter gigi khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
vii
ABSTRAK
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU
DALAM MENJAGA ORAL HYGIENE ANAK BALITA DI DESA
SELEMADEG
Anak balita membutuhkan peran orang tua, khususnya ibu dalam menjaga oral
hygiene. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor yang berhubungan
dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg,
yang meliputi pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan dental history ibu.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene
anak balita dipengaruhi oleh pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan dental
history.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTA R ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ....................................................................................................... i
PRASYARAT........................................................................................................... ... ii
ABSTRACT ................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
xi
3.2 Konsep Penelitian .................................................................................. 30
3.3 Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 30
3.4 Hipotesis ................................................................................................ 33
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Gambaran Klinis Karies... ....................................................................... 7
Gambar 2.2. Gambaran Klinis Kalkulus pada Balita ................................................. 11
Gambar 2.3. Gambaran Klinis Fraktur... .................................................................... 12
Gambar 2.4. Gambaran Klinis Abses Periapikal ...................................................... 14
Gambar 2.5. Gambaran Klinis Oral Thrush .............................................................. 16
Gambar 2.6. Gambaran Klinis Stomatitis Aphtosa .................................................... 18
Gambar 2.7 Membersihkan Rongga Mulut Balita ..................................................... 25
Gambar 3.1. Kerangka Berpikir Penelitian... ............................................................ 29
Gambar 3.2. Konsep Penelitian…………………………………………………… .. 30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
umumnya, yaitu suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
dan mulut yang harus diperhatikan sedini mungkin (Djunaid, 2013), namun
terdapat suatu kondisi yang dapat mengganggu kesehatan anak, salah satunya
adalah masalah gigi dan mulut yang umum dialami oleh masyarakat di dunia
Masalah gigi dan mulut pada anak dapat terjadi bahkan sebelum gigi
pada anak, hilangnya dimensi vertikal, dan estetik yang buruk. Oral hygiene yang
Indonesia memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut, dan hanya 25,8 % yang
data RISKESDAS sebelumnya yaitu tahun 2007, sebanyak 6,9% anak balita di
Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut, dan hanya 27,4 % yang menjalani
perawatan. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak balita membutuhkan
perhatian yang serius, karena anak balita belum mampu menjaga oral hygiene
1
2
secara mandiri. Jika hal ini tidak segera mendapat penanganan, dikhawatirkan
akan terjadi peningkatan angka prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada
Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012, masalah kesehatan gigi dan mulut
yang paling sering terjadi pada anak balita di Indonesia adalah karies, oral thrush,
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi oral hygiene pada
waktunya dengan orang tua terutama ibu, selama rutinitas inilah mereka dapat
diketahui tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan dental history ibu juga
Selemadeg mempunyai luas wilayah sekitar 2,84 km (186 ha) dengan jumlah
penduduk pada tahun 2015 sekitar 2582 orang yang terdiri dari berbagai
kalangan jika ditinjau dari segi sosial-ekonomi, jenis pekerjaan, maupun tingkat
banjar setiap bulan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain mengukur tinggi
badan, berat badan, serta pemberian vaksin ataupun imunisasi. Dalam posyandu
3
ini, tidak dilakukan screening gigi sehingga tidak didapatkan data mengenai
masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak balita. Data mengenai masalah
kesehatan gigi dan mulut pada anak balita bisa didapatkan jika adanya kunjungan
pemeriksaan secara terpadu yang melibatkan dokter umum, dokter gigi, dan
baru pada anak Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Rata – rata anak PAUD masih balita dengan rentang usia sekitar 4,5 sampai 5
tahun, namun screening ini tidak dilakukan mengkhusus di setiap desa melainkan
permasalahan mengenai oral hygiene pada anak balita di Desa Selemadeg belum
diketahui, karena seperti uraian diatas tidak pernah dilakukan screening. Oral
hygiene anak balita dapat dilihat salah satunya dari perilaku pengasuh dalam hal
ini ibu dalam menjaga oral hygiene anaknya, oleh karena itu peneliti ingin melihat
pola perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita dan hubungan perilaku
ibu.
4
1.2.4 Bagaimana hubungan dental history pada ibu dengan perilaku ibu dalam
1.3.2.1 Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam
1.3.2.4 Untuk melihat hubungan dental history pada ibu dengan perilaku ibu
faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga oral
hygiene pada anak balita sehingga ke depannya lebih menekankan pada upaya
yang menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Balita
Balita merupakan istilah untuk anak yang berusia di bawah lima tahun
yaitu mencakup dari bayi (0-1 tahun), usia toddler (1-3 tahun), dan masa
prasekolah (3-5 tahun). Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan terjadi
A. Karies
a. Definisi
dari email dan dentin oleh bakteri penyebab karies pada golongan streptokokus
menyebabkan kavitas. Kata karies berasal dari bahasa Latin yang berarti 'busuk'
atau 'pembusukan'. Proses terjadinya karies merupakan proses yang kompleks dan
6
7
b. Gambaran klinis
adanya white spot yang terlihat pada enamel gigi. Pada umumnya membutuhkan
bagian proksimal gigi hingga membentuk kavitas. Salah satu faktor yang dapat
berperan dalam menghilangkan substrat makanan yang diproduksi oleh plak dan
berperan mengontrol pH dalam rongga mulut. Selain saliva, faktor lain yang dapat
A B C
D E
Gambar 2.1. Gambaran Kinis Karies ( Koch, 2009)
8
Gambar A : Grade 1 (01) yaitu bercak putih atau coklat pada enamel, tanpa
tanda karies.
Gambar C : Grade 3 (03) yaitu terdapat kavitas yang sedang, dan jika dilihat
luar dentin.
Gambar D : Grade 4 (04) yaitu terdapat kavitas yang besar dan jika dilihat
bagian tengah
Gambar E : Grade 5 (05) yaitu terdapat kavitas yang sangat besar dan jika
karbohidrat, dan waktu. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor resiko lain
misalnya keadaan oral hygiene, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan status
Karies pada balita dapat terjadi pada gigi anterior maupun pada gigi
posterior. Salah satu penyebab karies pada gigi anterior adalah pemberian susu
9
menggunakan botol pada waktu tidur malam, karena pada saat tidur posisi kepala
lebih rendah dari pada botol sehingga air susu menggenangi gigi anterior atas.
Bila hal tersebut berlangsung lama, gigi posterior akan mengalami karies juga.
Selain itu, karies pada anak umumnya disebabkan oleh pembersihan gigi yang
kurang baik (Kemenkes, 2012) . Etiologi karies dijelaskan lebih lanjut oleh Shafer
yaitu :
1. Faktor host
Struktur gigi dan saliva adalah komponen utama dalam proses terjadinya
2. Waktu
dan menghasilkan kerusakan pada permukaan enamel. Hal ini dapat terjadi
3. Substrat
dari mikroorganisme.
10
4. Mikroorganisme
B. Kalkulus
a. Definisi
supragingiva dapat terjadi pada permukaan enamel, dentin atau sementum (White,
1991 sit Dumitrescu, 2010). Ketika jaringan gingiva mengalami resesi, kalkulus
(Dumitrescu, 2010).
etiologi yang sama yaitu pembersihan plak pada gigi yang kurang efektif.
a. Definisi
Fraktur gigi merupakan cedera umum yang dapat terjadi dalam berbagai
kondisi. Pada beberapa kasus, fraktur dapat terjadi akibat gigi yang mulai rapuh
karena adanya restorasi yang besar, hal ini disebabkan oleh restorasi yang besar
biasanya meninggalkan sisa jaringan keras yang sedikit sehingga tidak mampu
Fraktur gigi dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa, namun fraktur
rentan terjadi pada anak- anak. Pada anak balita, fraktur paling sering terjadi
(Shafer,2012).
12
b. Gambaran klinis
A B
C D
struktur mahkota
mahkota.
pergeseran
D. Abses Periapikal
a. Definisi
Abses periapikal adalah proses supuratif yang bersifat akut atau kronis
b. Gambaran klinis
Abses periapikal akut ditandai dengan adanya inflamasi akut pada apikal
periodonsium. Pada kondisi tertentu, gigi menjadi sangat nyeri dan sedikit .
Selama abses ini terlokalisir pada daerah periapikal, manifestasi sistemik yang
berat akan jarang terjadi, meskipun dapat terjadi limfadenitis dan demam. Pada
kasus tertentu, terdapat pembengkakan yang berat pada jaringan mukosa. Abses
c. Faktor penyebab
Lesi ini timbul akibat adanya bakteri penyebab karies yang menginfeksi
pulpa hingga menyebabkan abses periapikal, dapat juga terjadi akibat cedera
Pada balita yang mengalami abses periapikal yang sudah parahl wajah
akan terlihat sembab, disertai rasa sakit yang hebat dan demam, pada keadaan
fistula pada gingiva di sekitar gigi yang mengalami nekrosis. Jika gigi yang
parah dan gigi tersebut harus dicabut. Bila waktu erupsi gigi pengganti masih
cukup lama, maka akan terjadi pergeseran gigi sebelahnya dan dapat
A. Oral thrush
a. Definisi
mulut yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan jamur (Candida albicans) yang
berlebihan. Biasanya ditemukan pada mukosa rongga mulut, lidah, dan palatum
lunak (Langlais et al., 2009 sit Khafidhoh, 2015). Faktor predisposisi dari
terjadinya oral thrush adalah adanya perubahan candida dari flora normal rongga
mulut menjadi pathogen (Greenberg, 2008). Oral Thrush dibagi menjadi infeksi
primer dan sekunder. Infeksi primer lokasinya terbatas pada oral dan perioral
b. Gambaran klinis
Oral thrush biasanya terjadi pada bayi, walaupun bisa juga terjadi pada
orang dewasa dengan kondisi tertentu misalnya kanker maupun penyakit yang
menyebabkan penurunan sistem imun. Gambaran klinis oral thrush berupa lesi
putih yang terasa lembut jika diraba. Lesi ini terdiri dari candida, sel – sel
keratin, sel inflamasi, sel epitel, bakteri, dan fibrin. Jika diseka dengan kasa, dapat
beberapa kasus yang parah, pasien mungkin mengeluh nyeri, rasa terbakar, dan
disfagia (Regezi,2012).
16
c. Faktor penyebab
Oral thrush disebabkan oleh Candida albicans dan beberapa spesies lain
komensal yang berada di rongga mulut, namun kondisi – kondisi tertentu dapat
patogen (Regezi,2012).
Oral thrush pada bayi dapat terjadi pada bayi yang minum ASI maupun
susu formula. Sisa-sisa air susu yang menempel pada lidah akan mengalami
yang telah melewati 3 jam dari waktu pembuatan juga merupakan faktor pencetus
terjadinya proses fermentasi. Apabila bercak putih terlihat sangat tebal, maka
sebaiknya dibawa ke dokter gigi untuk diresepkan obat anti jamur, namun apabila
B. Stomatitis aphtosa
a. Definisi
stomatitis (RAS) adalah penyakit rongga mulut yang sifatnya recurrent, ditandai
dengan ulkus terbatas pada mukosa mulut (Greenberg, 2008). Lesi ini paling
b. Gambaran klinis
kecil, lesi besar, dan lesi herpetiform. Stomatitis aphtosa dengan lesi kecil
merupakan kejadian yang paling sering terjadi (80% dari kasus RAS), memiliki
Stomatitis aphtosa dengan lesi besar memiliki diameter lebih dari 1 cm,
membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dan seringkali sembuh dengan
gambaran klinis ulserasi yang kecil namun bersifat majemuk (Greenberg, 2008).
Lesi stomatitis aphtosa bermula dari adanya papula putih kecil yang secara
diameter 0,2 - 1 cm yang bagian tengahnya ditutupi oleh lapisan berwarna abu-
(Koch, 2009).
18
c. Faktor penyebab
utama terjadinya stomatitis aphtosa (Welbury, 2012). Selain itu faktor penyebab
adanya trauma (misalnya adanya gigi yang tajam, makanan yang mengiritasi
mukosa mulut, benturan, menggosok gigi yang terlalu keras) maupun karena
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
6. Evaluasi (Evaluation)
20
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi :
1. Pendidikan Dasar
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
2. Pendidikan Menengah
3. Pendidikan Tinggi
2.5 Pendapatan
pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan
tenaga kerja, sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan
pendapatan bukan tenaga kerja. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa
pembagian kerja dan fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh
atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Guhardja, 1993
2.6 Perilaku
faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat (Wijaya, 2014), yang
yang efektif dan rutin membawa anaknya ke dokter gigi . hal ini bisa
program screening gigi gratis untuk anak balita dari puskesmas, namun
puskesmas.
A. Definisi
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat- sakit, penyakit dan
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
sehat. Hal ini mengandung maksud bahwa kesehatan itu sangat dinamis
dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya
tersebut.
untuk menghilangkan sisa – sisa air susu agar tidak menyebabkan oral thrush.
Membersihkan rongga mulut pada bayi dilakukan dengan mengusapkan kain yang
lembut dan lembab ke permukaan gigi yang erupsi (umumnya erupsi gigi pertama
Plak pada gigi desidui dapat dibersihkan dengan sikat gigi berkepala kecil
dengan bulu yang lembut dan menggunakan pasta gigi fluoride, menyikat gigi
pada anak harus dimulai segera setelah gigi desidui anak erupsi. Anak balita
membutuhkan bantuan dari orang tua mereka untuk menjaga oral hygiene dengan
25
baik, sehingga keterlibatan orang tua dalam menjaga oral hygiene adalah hal yang
penting. Beberapa balita menolak jika orang tua mencoba menyikat giginya, oleh
karena itu orang tua harus tetap berusaha menghadapi sikap anak dan memastikan
bahwa gigi anaknya dibersihkan setidaknya sekali sehari. Berdiri atau berlutut di
belakang anak menghadap wastafel atau cermin merupakan cara termudah untuk
menyikat gigi anak balita secara efektif. Orang tua juga sebaiknya mengawasi saat
anak menyikat gigi untuk menghindari penggunaan pasta gigi yang berlebihan
(Welbury, 2012)
Metode yang digunakan untuk menyikat gigi anak balita tidak terlalu
penting tetapi orang tua harus diinstruksikan untuk menyikat semua permukaan
gigi dan menyikat perlahan bagian gingiva. Orang tua juga sebaiknya mengawasi
anak saat menyikat gigi hingga selesai karena ada kemungkinan anak akan
kesulitan menyikat gigi pada bagian posterior. Anak – anak biasanya tidak bisa
menyikat gigi secara efektif hingga usia mereka 6 sampai 7 tahun (Koch, 2013).
A B
B. Pola makan
salah satu etiologi dari masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak balita,
tinggi. Beberapa anak yang mengalami karies merupakan anak yang tidak terbiasa
makan secara teratur dengan tepat waktu, karena anak tersebut cenderung
mengonsumsi jus atau minuman tinggi kalori lainnya sebelum waktu makan,
sehingga menekan nafsu makan anak dan membuatnya tidak lapar saat waktu
makan tiba.
Pada anak lain, terdapat kebiasaan yang mengalami susah tidur jika tidak
minum susu dari botol hingga tertidur. Salah satu cara untuk mengurangi bahkan
menghentikan kebiasaan ini adalah dengan cara membiarkan anak menangis atau
mengalihkan perhatian anak saat anak ingin minum susu. Hal ini terlihat mudah,
namun terdapat kondisi dimana anak terbangun pada dini hari dan ingin minum
susu, inilah yang membuat orang tua susah untuk mengubah perilakunya dan
cenderung langsung memberikan susu pada anak hingga anak kembali tertidur
(Welbury, 2012).
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengontrol pola makan anak adalah
dengan cara mengurangi kebiasaan anak minum jus (yang merupakan minuman
tinggi kalori) menggunakan botol pada malam atau siang hari. Hal ini dapat
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan cara membuat jus dalam botol lebih encer
27
selama beberapa minggu sampai akhirnya tergantikan oleh air. Dengan melakukan
hal ini, anak akan meninggalkan minum jus dan mulai minum air yang merupakan
penilaian terhadap oral hygiene segera setelah gigi desidui anaknya erupsi,
biasanya sekitar umur 6-12 bulan. Hal ini membuat orangtua megetahui tindakan
yang tepat untuk mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut karena umumnya
dokter gigi akan memberikan saran dan mengutamakan tindakan preventif seperti
minum dengan botol yang dapat merusak gigi anak. Selain sebagai upaya
anak untuk menjadi akrab dengan lingkungan perawatan gigi dan memudahkan
gigi dan mulut yang dapat terjadi pada anak (Welbury, 2012).
BAB III
tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Jika
dikaitkan dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene, maka teori tersebut
1. Faktor predisposisi
pendidikan ibu, tingkat ekonomi ibu, dental history ibu, dan sikap ibu.
2. Faktor Pemungkin
3. Faktor Penguat
meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut, sikap dan perilaku petugas di pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
28
29
Faktor Predisposisi :
Faktor Pemungkin :
Faktor Penguat :
Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Oral
Hygiene Anak Balita
Pendapatan
Keluarga
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian atau
disebut juga faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Apa yang
menjadi variabel dalam suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan
diperkuat oleh hipotesis. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan oleh
sifat-sifat hal yang didefinisikan dari variabel yang akan diamati atau diuji
(Gunung, 2003).
31
3.4 Hipotesis
METODE PENELITIAN
dimana variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dan diukur dalam waktu
melihat faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga
penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita di
Desa Selemadeg.
adalah beberapa ibu yang memiliki anak balita di Desa Selemadeg. Jumlah
sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel dari S.K. Lwanga dan S.
35
36
Keterangan :
P = (P1 + P2) / 2
Q =1–P
yang baik dan perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan
Q1 = 1- P1
Q2 = 1- P2
kelompok adalah 41 ibu, dan total sampel dalam penelitian ini adalah 82 ibu.
% x 82) = 91 responden.
37
kemudian diberi nomor dan dipilih secara acak. Daftar nama subjek diambil
berdasarkan daftar nama ibu yang diberikan oleh kader posyandu di Desa
Selemadeg lalu dipilih secara acak sehingga mendapatkan 91 ibu yang akan
menjadi sampel penelitan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah responden
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
1. Ibu dengan kondisi yang kurang sehat secara jasmani maupun rohani
dengan maxillofacial
pertanyaan mengenai pengetahuan ibu meliputi masalah gigi dan mulut anak
38
balita ( karies, oral thrush, abses periapikal, dan stomatitis aphtosa),serta perilaku
dalam menjaga oral hygiene yang baik pada anak balita meliputi kebiasaan sikat
gigi, mengontrol pola makan, kunjungan ke dokter gigi dan perilaku yang
dilakukan ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita meliputi kebiasaan sikat
gigi, mengontrol pola makan, dan kunjungan ke dokter gigi. Selain memberi
diperoleh oleh satu keluarga dalam sebulan, jumlah anggota keluarga yang
ditanggung, dan dental history yang nantinya akan diisi oleh peneliti. Kuesioner
penelitian diuji konten atau isi dengan cara diberikan kepada beberapa ibu di
tempat yang bukan merupakan lokasi penelitian, tujuannya adalah untuk melihat
pengetahuan ibu tentang oral hygiene anak balita, tingkat pendidikan, pendapatan
dalam keluarga, dental history, dan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak
balita.
39
pengolahan data antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2007 sit Dewanti, 2012) :
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, proses analisis data dibagi
1. Analisis univariat
yang diselesaikan oleh ibu dan diisi pada kolom pendidikan lembar
jumlah ibu yang tidak lulus SD, lulusan SD, lulusan SMP, lulusan
dalam bentuk tabel yang berisi jumlah dalam angka dan jumlah dalam
persentase.
e. Dental History ibu dilihat dari riwayat masalah gigi dan mulut pada
baik apabila ibu mengetahui masalah gigi dan mulut yang dialami dan
baik. Data mengenai perilaku ibu ditampilkan dalam bentuk tabel yang
2. Analisis bivariat
cara melihat p value yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diolah
42
dibawah 5, maka yang dilihat adalah p value pada fisher exact, dengan
ketentuan jika p value < 0,05 maka terdapat pengaruh antara variabel
HASIL PENELITIAN
telah dipilih sebagai sampel dengan panduan kuesioner, hasil data yang telah
Frekuensi
Karakteristik Persentase (%)
(orang)
Usia
< 28 tahun 35 38,5
≥ 28 tahun 56 61,5
Tingkat Pendidikan
SMP 27 29,7
SMA 62 68,1
Perguruan Tinggi 2 2,2
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 36 39,6
Karyawan Swasta 29 31,9
Wiraswasta 16 17,6
Petani 7 7,7
PNS 3 3,3
Pendapatan
Rendah 55 60,4
Sedang 29 31,9
Tinggi 7 7,7
43
44
responden dan yang berusia 30 tahun atau lebih sebanyak 56 (61,5 %) responden.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, tidak ada responden yang tidak sekolah atau
responden, dida patkan hasil ibu rumah tangga sebanyak 36 (39,6 %) responden,
petani 7 (7,7%) responden, dan PNS 3 (3,3%) responden. Karakter responden jika
tersebut dibagi 3 untuk menilai pendapatan keluarga rendah, sedang, dan tinggi.
Pengetahuan Rendah 0 0
tinggi, 26 (28,6%) responden yang memiliki pengetahuan sedang, dan tidak ada
45
responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai oral hygiene anak
balita.
dental history baik, 34 (37,4%) responden memiliki dental history sedang, dan 6
Tabel 5.4 Perilaku Responden dalam Menjaga Oral Hygiene Anak Balita di
Desa Selemadeg
Frekuensi
Variabel Persentase (%)
(orang)
Perilaku Baik 55 60,4
yang baik, dan 36 (39,6%) responden memiliki perilaku yang kurang baik dalam
memiliki perilaku baik sebanyak 3 (11,1%) responden dan yang memiliki perilaku
terakhir SMA yang memiliki perilaku baik sebanyak 50 (80,6%) responden dan
(100%) responden memiliki perilaku yang baik dalam menjaga oral hygiene anak
balita . Dari hasil analisis didapatkan nilai p < 0,001 yang menunjukkan terdapat
perbedaan proporsi pada ibu yang memiliki perilaku baik berdasarkan tingkat
pendidikan yang dimiliki. Proporsi ibu yang memiliki perilaku baik, lebih tinggi
pada ibu yang memiliki pendidikan perguruan tinggi dan SMA jika dibandingkan
dengan ibu yang memiliki pendidikan SMP. Hal tersebut bermakna tingkat
Pendapatan Keluarga
Tinggi 4 66,7 2 33,3
Sedang 23 79,3 6 20,7 < 0,001
Rendah 28 50 28 0
tinggi dan memiliki perilaku baik sebanyak 4 (66,7%) responden, sedangkan yang
perilaku baik sebanyak 27 (49,1%) responden dan yang memiliki perilaku kurang
didapatkan nilai p 0,025 yang menunjukkan terdapat perbedaan proporsi pada ibu
yang memiliki perilaku baik berdasarkan pendapatan keluarga. Proporsi ibu yang
memiliki perilaku baik, lebih tinggi pada ibu yang memiliki pendapatan keluarga
tinggi dan sedang, jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendapatan
keluarga memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan perilaku ibu
didapatkan nilai p < 0,001 yang menunjukkan terdapat perbedaan proporsi pada
ibu yang memiliki perilaku baik berdasarkan tingkat pengetahuan. Proporsi ibu
yang memiliki perilaku baik, lebih tinggi pada ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah. Hal ini bermakna tingkat pengetahuan ibu tentang oral
hygiene anak balita memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan
Dental History
Baik 36 70,6 15 29,4
Sedang 15 44,1 19 55,9 0,043
Buruk 4 66,7 2 33,3
dan perilaku baik sebanyak 36 (70,6%), sedangkan yang memiliki perilaku kurang
yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 19 (55,9 %). Responden yang
memiliki dental history buruk dan perilaku baik sebanyak 4 (66,7%) dan yang
memiliki perilaku kurang baikd sebanyak 2 (33,3%) responden. Hasil dari analisis
pada ibu yang memiliki perilaku baik berdasarkan dental history . Proporsi ibu
yang memiliki perilaku baik, lebih tinggi pada ibu yang memiliki dental history
tinggi jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki dental history sedang. Hal ini
bermakna dental history ibu memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik
PEMBAHASAN
hubungan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam menjaga
tabel 1.1. Jumlah responden yang berusia diatas 28 tahun lebih tinggi
kemungkinan sampel pada penelitian ini merupakan ibu yang memiliki anak balita
responden telah mengikuti anjuran pemerintah untuk wajib belajar 9 tahun dan
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan formal. Jika
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau
singkatnya disebut ibu rumah tangga, memiliki pengertian sebagai wanita yang
50
51
dilihat dari total penghasilan seluruh anggota keluarga dibagi total anggota
banyak (extended family), dalam artian tidak hanya keluarga inti (ayah, ibu dan
anak) namun juga terdapat kakek atau nenek. Hal ini juga menunjukkan terdapat
pertanyaan pada kuesioner dengan benar. Berdasarkan tabel 5.4, sebagian besar
responden di desa Selemadeg memiliki perilaku yang baik dalam menjaga oral
hygiene anak balita, meliputi kebiasaan yang baik dalam menyikat gigi,
mengawasi pola makan, dan rutin membawa anak ke dokter gigi. Setelah
dilakukan analisis, faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu adalah tingkat
SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, namun setelah dilakukan pengumpulan data,
tidak ditemukan responden yang tidak sekolah atau memiliki pendidikan terakhir
SD. Berdasarkan tabel 5.5, jika dilihat dari hubungan tingkat pendidikan dengan
perilaku responden dalam menjaga oral hygiene anak balita, responden yang
memiliki pendidikan terakhir SMA dan Perguruan Tinggi memiliki perilaku yang
lebih baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pendidikan SMP dalam
menjaga oral hygiene anak balita. Hal ini sejalan dengan teori Green yang
mencari informasi yang lebih banyak mengenai hal yang bermanfaat, salah
satunya cara menjaga oral hygiene. Selain itu, lingkungan sekolah juga
lebih baik. Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Sumerti
pada tahun 2013 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu
dalam deteksi dini karies gigi pada anak balita di Kecamatan Kuta Utara.
deteksi dini karies pada balita dengan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut akan semakin terdorong
pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan serta pengalaman yang lebih baik
Desa Selemadeg, lalu dari interval tersebut dibagi 3 untuk menentukan tingkat
ekonomi tinggi, sedang, atau rendah. Berdasarkan tabel 5.6, tingkat ekonomi
memiliki hubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green yang menyatakan bahwa tingkat
hubungan antara pendapatan dengan praktik deteksi dini karies pada balita dengan
nilap p = 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat
masalah gigi dan mulut yang umum pada balita, serta cara menjaga oral hygiene
memiliki tingkat pengetahuan sedang apabila mampu menjawab 75% sampai 50%
apabila hanya mampu menjawab kurang dari 50% pertanyaan yang diberikan
yang dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita, sejalan dengan
mampu melakukan sistesis dan melakukan evaluasi terhadap objek tersebut. Jika
responden memiliki pengetahuan yang baik tentang cara menjaga oral hygiene,
sehari – hari sehingga responden tersebut memiliki perilaku yang baik. Hasil
hubungan tingkat pengetahuan dengan praktik deteksi dini karies pada balita,
masalah kesehatan gigi dan mulut dan perawatan yang pernah dilakukannya.
Pengalaman ini meliputi masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum dialami
oleh responden yaitu karies, kalkulus, dan fraktur pada gigi. Responden
dikategorikan memiliki dental history baik apabila mengetahui masalah gigi dan
history sedang apabila mengetahui memiliki masalah gigi dan mulut namun tidak
tidak mengetahui masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi sehingga tidak
dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita. Dalam teori Green,
dental history merupakan perpaduan antara persepsi dan sikap seseorang, dan
Jika ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap masalah gigi dan mulut serta
dampak yang akan ditimbulkannya, maka kemungkinan besar ibu tersebut akan
terhadap masalah gigi dan mulut yang terjadi, maka akan susah untuk ibu tersebut
untuk melakukan perawatan. Selain itu, faktor yang menyebabkan dental history
ibu buruk adalah kurangnya kepedulian ibu dan ketidakmampuan membayar biaya
perawatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Bozormergh di Iran pada tahun 2013
tentang perilaku orang tua dalam menjaga kesehatan rongga mulut sebagai
55
hubungan antara dental history orang tua dengan status DMF-T anak, dengan nilai
p = 0,001. Orang tua yang memiliki dental history baik lebih mungkin untuk
memiliki anak dengan DMFT rendah karena dental history secara tidak langsung
pendapatan, tingkat pengetahuan, dan dental history ibu terhadap perilaku ibu
dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg. Namun penelitian ini
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
56
57
anak balita yang dilakukan oleh puskesmas atau lembaga terkait sebaiknya
yang rendah.
menjaga oral hygiene anak balita, yang sesuai dengan sosial budaya dan
perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita dengan kondisi
58
59
Nurhidayat, O. P., Eram, T., Wahyono, B., 2012, Perbandingan Media Power
Point dengan Flip Chart dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut. Unnes Journal of Public Health, 1(1).
Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Upah Minimum
Kabupaten/ Kota. Available in http://disnaker.baliprov.go.id/. Diunduh
pada 11 Juli 2016.
Petersen PE. The World Oral Health Report 2003. Continuous improvement of
oral health in the 21st century- the approach of the WHO Global Oral
Health Programme . Geneva, Switzerland: WHO; 2003 [sitasi pada 5 Mei
2016]. Available from-
www.who.int/oral_health/media/en/orh_report03_en.pdf
Regezi, Sciubba, Jordan, 2012, Oral Pathology Clinical Phatologic Correlations,
Sixth Edition, Elsevier, United States of America, hal. 104 - 105
Sariningrum, E., 2009, Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap, dan Pengetahuan
Orang Tua tentang Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Balita 3 – 5
Tahun dengan Tingkat Kejadian Karies di PAUD Jatipurno. Berita Ilmu
Keperawatan, Vol 2(3). hal. 119 – 124.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2002, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Edisi ke-2, CV SAGUNG SETO, Jakarta, hal. 67 - 68
Setyaningsih, R., dan Prakoso, I., 2016, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Sosial Ekonomi, dan Tingkat Pengetahuan Orangtua tentang Perawatan
Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Balita di Desa
Mancasan Baki Sukoharjo. Jurnal Ilmu Kesehatan Kosala, 4(1).
Shafer, W.G., Hine, M. K., dan Levy, 2012, Shafer’s Textbook of Oral Pathology,
7th Ed, Elsevier, Indian, hal. 419 – 423, 491, 526 - 527
Sumerti, N.N., 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam
deteksi dini karies gigi pada anak balita di Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung. Jurnal Kesehatan Gigi, 1(1), p.6.
Suresh, B. S., Ravishankar, T. L., Chaitra, T. R., Mohapatra, A. K., dan Gupta, V.,
2010, Mother’s knowledge about pre-school child’s oral health, Journal of
Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry, 28(4), 282.
Taqwim, A., 2011, “Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi Odontogen”, available
in https://dentosca.files.wordpress.com/2011/04/picture5.jpg diunduh pada
17 Juli 2016
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Available in http://sultra.kemenag.go.id/ . Diunduh
pada 11 Juli 2016
Welbury, R., Duggal, M. S., Hosey, M. T., 2012, Paediatric Dentistry, Fourth
Edition, Oxford University Press, United Kingdom, hal. 92 – 93, 315
61
Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N., dan Gunawan, P., 2013, Pengalaman Karies
Gigi serta Pola Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di Desa
Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara, e-GiGi, 1(1), hal. 59-68.
Yasin, Z., 2014, Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Praktek
Penatalaksanaan Ibu di Rumah pada Balita Diare di Wilayah UPT
Puskesmas Manding Kabupaten Sumenep, Wiraraja Medika, 4(1).
Lampiran I
Kepada Yth:
Ibu ...................
Bersama ini saya, Ni Made Widya Christiana Dewi (21 tahun), yang
SELEMADEG
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut pada anak balita, yaitu tingkat pengetahuan ibu mengenai cara
menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak balita, tingkat pendidikan ibu,
pendapatan keluarga, dan riwayat sakit gigi yang pernah dialami oleh ibu.
kesehatan gigi dan mulut pada anak balita, tingkat pendidikan ibu, pendapatan
keluarga, dan riwayat sakit gigi yang pernah dialami oleh ibu terhadap perilaku
ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak balita, dan faktor manakah
yang benar – benar mempengaruhi perilaku tersebut. Selain itu, diharapkan hasil
penelitian ini menjadi sebuah penilaian yang nantinya dapat digunakan sebagai
panduan dalam upaya – upaya dalam meningkatkan perilaku ibu dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut anak balita dan mencegah berbagai masalah gigi dan
kuesioner yang telah saya siapkan, kuesioner tersebut berisi pertanyaan mengenai
tingkat pengetahuan ibu mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut pada
anak balita, tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan riwayat sakit gigi
yang pernah dialami oleh ibu, ibu diminta menjawab setiap pertanyaan dengan
jujur dan diperbolehkan untuk bertanya kepada saya apabila terdapat hal yang
kurang dimenerti. Penelitian ini tidak dikenakan biaya apapun dan identitas ibu
Jika ibu sudah mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia menjadi
pernyataan dan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar
berikutnya. Perlu diketahui, penelitian ini tidak mengikat dan ibu diperbolehkan
untuk menolak atau mengundurkan diri menjadi subjek penelitian jika merasa
keberatan. Apabila terdapat hal – hal yang kurang jelas, dapat menghubungi
dimengerti, dan atas kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saya
Nama :
dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian,
dalam penelitian atas nama Ni Made Widya Christiana Dewi yang berjudul
“Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga Oral
(…………………………….)
Lampiran III.
No Kuesioner :
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
2. Lulusan SD
3. Lulusan SMP
4. Lulusan SMA
Pekerjaan :
Jumlah Anggota
Keluarga yang Ditanggung :
2.
3.
Tidak Tidak
No Pertanyaan Setuju Skor
Setuju Tahu
Gigi anak yang sehat terlihat utuh
1
dan tidak berlubang
Gusi anak yang sehat berwarna
2
merah muda
Gusi anak yang sehat terlihat
3
bengkak dan berwarna merah tua
Gusi anak yang sehat terlihat
4
mengkilat
Tanda gigi anak berlubang adalah
5 terlihat utuh namun terdapat
bercak berwarna putih
Gigi yang berlubang terlihat
6
berwarna coklat atau hitam
Gigi anak yang berlubang jika
7 dibiarkan dapat mengganggu benih
gigi yang belum tumbuh
Kebiasaan minum susu hingga
8 anak tertidur adalah penyebab gigi
berlubang
Makanan yang manis dan lengket
9 dapat menyebabkan gigi anak
berlubang
Bercak putih yang melekat pada
lidah, gusi, dan langit- langit
10
merupakan hal yang wajar pada
bayi
Bercak putih pada lidah, gusi, dan
11 langit- langit bayi bisa langsung
hilang hanya dengan diusap
Saat bayi, rongga mulut anak tidak
12
perlu dibersihkan
Sariawan hanya terjadi pada
13
orang dewasa
Sariawan tidak perlu diobati
14 karena bisa sembuh dengan
sendirinya
Makan makanan terlalu panas
15
dapat menyebabkan sariawan
Sariawan bisa kambuh jika kondisi
16
tubuh menurun
Gigi anak balita tidak perlu
17
disikat
Anak tidak perlu diajari cara
18
menyikat gigi
Anak boleh menyikat gigi tanpa
19
pengawasan
Idealnya anak tidak perlu
20 menyikat gigi saat malam hari
sebelum tidur
Anak tidak harus memiliki sikat
21
gigi sendiri
Setiap kegiatan menyikat gigi
22 yang dilakukan oleh anak idealnya
menggunakan pasta gigi
Pada saat menyikat gigi, gigi
23 bagian depan saja yang penting
disikat oleh anak
Sikat gigi pada anak tidak perlu
24
dilakukan setiap hari
Permukaan lidah anak tidak perlu
25
dibersikan saat menggosok gigi
Sikat gigi anak sebaiknya diganti
26
setiap 6 bulan
Makanan berserat dapat
28
menyebabkan sakit gigi
Minum susu dapat menguatkan
29
gigi
Orang tua tidak harus mengawasi
30
jajanan anak sehari-hari
Membawa anak ke dokter gigi
31 sebaiknya dilakukan secara rutin
yaitu setiap 6 bulan sekali
Membawa anak ke dokter gigi
sejak dini dapat mengurangi
32
ketakutan anak terhadap perawatan
gigi yang mungkin akan dilakukan
Orang tua hanya membawa anak
33 saya ke dokter gigi jika ada
keluhan
Orang tua tidak perlu mengikuti
instruksi dokter untuk kontrol
34 kembali karena keluhan pada anak
sudah hilang
C. PERILAKU IBU
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (X)
sesuai perilaku ibu sehari- hari. Kolom skor mohon untuk tidak
diisi/dicoret.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Lampiran IV
Lampiran V
Dental
No Nama Usia Pekerjaan Pengetahuan Pendidikan Pendapatan Perilaku
History
1 WA 31 1 1 4 2 3 1
2 NA 39 1 1 4 2 3 1
3 MC 33 1 1 5 3 3 1
4 MS 41 2 2 3 3 2 2
5 MK 40 2 2 3 3 1 2
6 NG 29 2 1 4 3 1 1
7 GM 29 3 1 4 3 3 1
8 E 25 2 1 4 3 3 1
9 WP 30 1 2 3 3 2 2
10 ER 26 4 1 4 2 3 1
11 DR 36 4 2 3 3 2 2
12 NA 32 4 1 4 3 3 1
13 MY 37 1 1 4 3 3 1
14 WY 43 4 1 4 2 3 1
15 WYS 27 3 1 4 3 2 1
16 KD 20 1 1 4 1 3 1
17 YR 22 1 1 4 3 3 2
18 RA 28 4 1 4 3 3 1
19 KA 38 1 1 4 3 2 1
20 NM 31 4 1 4 2 2 1
21 AP 36 3 2 3 3 1 2
22 AS 34 1 1 4 3 3 1
23 KK 23 1 1 4 3 2 1
24 MP 32 3 1 4 1 3 1
25 LE 31 3 2 3 3 2 2
26 MW 31 5 1 4 2 3 2
27 NW 39 1 2 3 2 3 2
28 MY 27 3 1 4 2 3 1
29 AK 26 4 1 4 3 2 1
30 PD 29 1 1 4 3 2 1
31 DN 31 1 1 4 3 3 2
32 MS 26 3 1 4 2 2 2
33 WU 39 4 1 4 2 2 1
34 AW 37 4 1 4 2 2 1
35 MA 26 4 1 4 3 3 2
36 SD 30 3 1 4 2 3 2
37 KW 38 4 1 4 2 3 1
38 MW 29 4 1 4 3 3 2
39 KS 25 4 1 4 2 3 1
40 LI 25 4 1 3 3 2 1
41 LM 25 4 1 4 2 3 1
42 KS 25 4 1 3 3 3 2
43 KA 24 4 2 3 3 2 2
44 ME 31 3 1 4 2 1 1
45 MY 27 1 2 3 3 2 2
46 KA 39 1 2 3 3 3 2
47 LE 31 3 1 4 1 3 1
48 SW 27 1 2 4 1 2 2
49 IT 39 4 2 3 3 2 2
50 KY 27 4 1 4 2 3 1
51 AK 27 1 1 4 3 3 1
52 BA 30 1 1 5 2 3 1
53 SS 27 1 1 4 2 3 1
54 PY 39 4 1 4 3 1 1
55 GP 27 4 2 3 3 3 2
56 PN 39 4 1 4 3 1 1
57 YA 27 1 2 3 2 2 2
58 EL 31 4 2 3 3 2 2
59 DJ 37 3 1 4 3 3 1
60 SA 20 4 1 4 3 3 1
61 KA 39 4 1 4 2 3 1
62 MS 27 1 1 4 2 3 1
63 YL 21 4 1 4 3 2 1
64 WS 24 3 1 3 1 3 1
65 GA 30 4 1 4 2 2 1
66 KS 25 3 1 4 2 2 1
67 WD 30 4 1 4 2 3 1
68 WY 37 1 1 3 3 2 1
69 LM 26 4 1 4 2 3 1
70 TY 39 3 2 3 2 3 2
71 WM 31 2 2 3 3 2 2
72 DA 27 5 2 3 1 2 2
73 NM 36 1 1 4 3 3 1
74 IK 26 1 1 4 3 2 1
75 SS 35 2 2 3 3 2 2
76 ES 39 4 2 3 3 3 2
77 KS 27 1 1 4 3 3 1
78 SH 27 1 2 4 3 2 2
79 AS 31 4 2 3 3 2 2
80 SP 31 1 1 4 2 3 1
81 RD 21 4 2 4 3 2 2
82 AA 30 3 2 3 3 3 2
83 DM 25 4 1 4 3 3 2
84 SN 39 1 1 4 3 3 1
85 Nma 31 2 1 4 3 2 1
86 KA 38 1 1 4 3 3 1
87 LB 27 4 2 3 3 2 2
88 PS 39 5 1 4 2 3 1
89 SM 31 4 2 3 3 2 2
90 WW 37 4 1 4 3 3 2
91 SD 30 3 1 4 3 3 1
Pengetahuan : Pendidikan :
1 = pengetahuan tinggi ( benar > 75%) 1 : Tidak sekolah
2 = pengetahuan sedang ( benar 50 sampai < 75 % ) 2 : Lulusan SD
3 : Lulusan
3 = pengetahuan rendah ( nilai akhir < 50 ) SMP
4 : Lulusan
SMA
Pekerjaan : 5 : Lulusan Perguruan Tinggi
1 = Karyawan Swasta
2 = Petani Perilaku
3 = Wiraswasta 1 = perilaku tinggi (nilai akhir 75 - 100 )
4 = Ibu Rumah Tangga 2 = perilaku sedang ( nilai akhir 50 - < 75 )
5 = PNS 3 = perilaku rendah ( nilai akhir < 50 )
1. Analisis Univariat
Statistics
N Valid 91 91 91 91 91 91
Missing 0 0 0 0 0 0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Dental_History
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Crosstab
Perilaku
PerilakuKurangB
PerilakuBaik aik Total
Pendidikan SMP Count 3 24 27
% within Pendidikan 11.1% 88.9% 100.0%
SMA Count 50 12 62
% within Pendidikan 80.6% 19.4% 100.0%
Perguruan Tinggi Count 2 0 2
% within Pendidikan 100.0% .0% 100.0%
Total Count 55 36 91
% within Pendidikan 60.4% 39.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided) Point Probability
Pearson Chi-Square a
39.373 2 .000 .000
Likelihood Ratio 42.395 2 .000 .000
Fisher's Exact Test 40.049 .000
b
Linear-by-Linear Association 37.209 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 91
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided) Point Probability
Pearson Chi-Square a
39.373 2 .000 .000
Likelihood Ratio 42.395 2 .000 .000
Fisher's Exact Test 40.049 .000
b
Linear-by-Linear Association 37.209 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 91
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .79.
Crosstab
Perilaku
PerilakuKurangB
PerilakuBaik aik Total
Pengetahuan Pengetahuan Tinggi Count 55 10 65
% within Pengetahuan 84.6% 15.4% 100.0%
PengetahuanSedang Count 0 26 26
% within Pengetahuan .0% 100.0% 100.0%
Total Count 55 36 91
Crosstab
Perilaku
PerilakuKurangB
PerilakuBaik aik Total
Pengetahuan Pengetahuan Tinggi Count 55 10 65
% within Pengetahuan 84.6% 15.4% 100.0%
PengetahuanSedang Count 0 26 26
% within Pengetahuan .0% 100.0% 100.0%
Total Count 55 36 91
% within Pengetahuan 60.4% 39.6% 100.0%
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 91
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.29.
Crosstab
Perilaku
PerilakuBaik PerilakuKurangBaik Total
Dental_History Dental History Buruk Count 4 2 6
% within Dental_History 66.7% 33.3% 100.0%
Dental History Sedang Count 15 19 34
% within Dental_History 44.1% 55.9% 100.0%
Dental History Tinggi Count 36 15 51
% within Dental_History 70.6% 29.4% 100.0%
Total Count 55 36 91
% within Dental_History 60.4% 39.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 6.082a 2 .048 .046
Likelihood Ratio 6.065 2 .048 .082
Fisher's Exact Test 5.999 .043
b
Linear-by-Linear Association 2.745 1 .098 .120 .069 .035
N of Valid Cases 91
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
b. The standardized statistic is -1.657.
Lampiran VII
DOKUMENTASI PENELITIAN