Anda di halaman 1dari 104

SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU IBU DALAM MENJAGA ORAL HYGIENE

ANAK BALITA DI DESA SELEMADEG

NAMA : NI MADE WIDYA CHRISTIANA DEWI

NIM : 1302405029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017
SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU IBU DALAM MENJAGA ORAL
HYGIENE ANAK BALITA DI
DESA SELEMADEG

NAMA : NI MADE WIDYA CHRISTIANA DEWI


NIM : 1302405029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

i
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU IBU DALAM MENJAGA ORAL

HYGIENE ANAK BALITA DI

DESA SELEMADEG

Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

NI MADE WIDYA CHRISTIANA DEWI

1302405029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

ii
iii
Telah diuji oleh Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Tanggal : 1 Maret 2017

Ketua Sidang : drg. Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Sp.KGA


Anggota : 1. dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH
2. drg. Desak Nyoman Ari Susanti, M.Kes

iv
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA

PERNYATAAN

Dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan, saya menyatakan bahwa:


Skripsi yang ditulis ini merupakan skripsi atau karya tulis asli dan bukan
merupakan duplikasi skripsi atau karya tulis dari penulis terdahulu. Saya
berani diangkat sumpah dan diberi sanksi, jika pernyataan ini tidak benar.

Denpasar, 1 Maret 2017

Ni Made Widya Christiana Dewi

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi yang berjudul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Ibu dalam Menjaga Oral Hygiene Anak Balita di Desa Selemadeg”
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati dan rasa hormat, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. DR. dr. Putu Astawa, Sp. OT(K), M. Kes, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
2. DR. dr. I Dewa Made Sukrama, M.Si, Sp. MK(K), selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3. drg. Steffano Aditya Handoko, MPH, SID, selaku Koordinator Skripsi
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
4. drg, Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Sp. KGA, selaku pembimbing utama yang
telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing,
memotivasi dan memberi masukan selama penyusunan skripsi ini.
5. dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH, selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak meluangkan waktu dan memberi masukan, membimbing dan
memotivasi penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. drg. Desak Nyoman Ari Susanti, Mkes, selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan masukan untuk skripsi ini.
7. drg. I Gusti Agung Dyah Ambarawati, selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu memberikan motivasi dari awal perkuliahan hingga
saat ini.
8. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FK
UNUD yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam
penyusunan skripsi.
9. dr. I Gusti Ngurah Bagus Juniada, selaku kepala Puskesmas Selemadeg,
dr. Bayu Pasti dan drg. I Gusti Ayu Arianingsih selaku dokter di
Puskesmas Selemadeg yang telah meluangkan waktu berbagi informasi,
ide- ide dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak I Wayan Arsa Wikanta, selaku Kepala Desa Selemadeg yang telah
memberikan izin dan masukan kepada penulis selama melakukan
penelitian di Desa Selemadeg.

vi
11. Seluruh Staf Kepala Desa Selemadeg yang telah membantu memberi
informasi dan mendampingi penulis selama penelitian.
12. Bapak Drs. EC. I Made Wishana, dan Mama Ir. Ni Nyoman Ayu
Sukanadi, selaku orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat sejak awal perkuliahan hingga saat ini, serta terimakasih kepada
kakak dan adik saya Ni Putu Chandra Wisna Rahayu, S.Ft, dan I Nyoman
Indria Pradnyana, serta semua keluarga yang selalu memberi semangat
dalam penyusunan skripsi ini.
13. Tante drg. Ni Komang Supartini (almh) yang telah memotivasi, membantu
dan selalu memberikan semangat kepada penulis sejak awal perkuliahan.
14. Anak Dokter Ayu : Marantika Yogananda, Dena Pramita, Intan Pertiwi,
dan Dylan Dharmalaksana, yang selalu setia menemani dan berbagi
informasi bimbingan, serta sabar mendengarkan keluhan satu sama lain.
15. Tiru’s Family : Kayika Pradnya dan Carla Dianmartha yang selalu
menemani dan menghibur penulis sejak awal perkuliahan.
16. Teman senasib dan seperjuangan: Mira Anggriani, Novi Wiantari, dan
Dewi Anggraini yang selalu ada dan memberi semangat kepada penulis
setiap saat.
17. Dewi Anggraini yang telah bersedia membantu memeriksa kuesioner,
memberi semangat, dan menghibur penulis terutama selama penelitian,
18. I Gede Kayika Pradnya Utama, yang telah bersabar menemani,
membimbing, menyemangati, dan menghibur penulis dari Semester 2
hingga penulis bisa sampai di tahap ini.
19. Teman- teman SMA : Trisna Agustini, Ika Sukma, dan Desak Puspita
yang meskipun berjauhan tetap meluangkan waktunya untuk menemani
dan menyemangati penulis.
20. Teman-teman seperjuangan Deciduous yang senantiasa menghibur dan
memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.
21. Pihak – pihak yang telah mendukung penyusunan skripsi ini, yang tidak
bisa penulis sampaikan satu – persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis berharap kepada semua pihak agar memberi sumbangan pikiran,
kritik maupun saran yang positif demi kesempurnaannya. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dokter gigi khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, Maret 2017

Penulis

vii
ABSTRAK
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU
DALAM MENJAGA ORAL HYGIENE ANAK BALITA DI DESA
SELEMADEG

Anak balita membutuhkan peran orang tua, khususnya ibu dalam menjaga oral
hygiene. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor yang berhubungan
dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg,
yang meliputi pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan dental history ibu.

Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional analitik dengan melibatkan 91


ibu yang memiliki anak balita, dan dipilih melalui simple random. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara kepada responden menggunakan panduan
kuesioner, selanjutnya data tersebut dianalisis secara univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukkan 60,4% responden memiliki perilaku baik dan


39,6% responden memiliki perilaku kurang baik dalam menjaga oral hygiene anak
balita di Desa Selemadeg. Setelah dilakukan analisis chi square, didapatkan
adanya hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu (p < 0,001), pendapatan
dengan perilaku ibu (p=0,025), pengetahuan dengan perilaku ibu (p < 0,001), dan
dental history dengan perilaku ibu (p = 0,043).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene
anak balita dipengaruhi oleh pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan dental
history.

Kata kunci : ibu, anak balita, perilaku, oral hygiene

viii
ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN THE MOTHER’S BEHAVIOR TOWARDS


TODDLER’S ORAL HYGIENE MAINTENANCE IN SELEMADEG
VILLAGE

Parents, especially mothers need to be involved in maintaining their children’s


oral hygiene. Aim: the aim of this study was to investigate some factors which
related with the mother’s behavior toward toddler’s oral hygiene in Selemadeg
Village. Method: this study is a cross-sectional analytic study on 91 mothers with
toddlers. The data was collected through interviews about educational
background, income, level of knowledge, dental history of the mother and then
analized with univariate and bivariate (chi-square) test. Result: the result of this
study shows that there were 60.4% respondents with good behavior and 39.6%
respondents with poor behavior towards toddler’s oral hygiene maintenance. Chi-
square analysis shows that there is a significant correlation between educational
background with the mother’s behavior ( p< 0,001), income with the mother’s
behavior ( p< 0,025), level of knowledge with the mother’s behavior ( p< 0,001),
and dental history with the mother’s behavior ( p< 0,043).

Conclusion: the conclusion of this study is that educational background, income,


level of knowledge, and dental history are affecting the mother’s behavior towards
toddler’s oral hygiene maintenance.

Keywords: Mother, toddler, behavior, oral hygiene

ix
DAFTA R ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ....................................................................................................... i

PRASYARAT........................................................................................................... ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN... .......................................................................... iii

LEMBAR PENGUJI .................................................................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT ................................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan umum .............................................................................. 4
1.3.2 Tujuan khusus ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 5

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Balita ........................................................................................................ 6


2.2 Penyakit pada Rongga Mulut ......................................................... 6
2.2.1 Penyakit pada jaringan keras ........................................................... 6
A. Karies .............................................................................................. 6
a. Definisi......................................................................................... 6
b. Gambaran klinis ........................................................................... 7
c. Etiologi dan faktor penyebab ....................................................... 8
B. Kalkulus ......................................................................................... 10
a. Definisi....................................................................................... 10
C. Fraktur ........................................................................................... 11
a. Definisi....................................................................................... 11
b. Gambaran klinis ......................................................................... 12
D. Abses periapikal ............................................................................ 13
a. Definisi....................................................................................... 13
b. Gambaran klinis ......................................................................... 13
c. Faktor penyebab ......................................................................... 14
2.2.2 Penyakit pada jaringan lunak ......................................................... 15
A. Oral thrush .................................................................................... 15
a. Definisi ......................................................................................... 15
b. Gambaran klinis ........................................................................... 15
c. Faktor penyebab ........................................................................... 16
B. Stomatitis aphtosa .......................................................................... 17
a. Definisi ......................................................................................... 17
b. Gambaran klinis ........................................................................... 17
c. Faktor penyebab ........................................................................... 18
2.3 Tingkat Pengetahuan .............................................................................. 18
2.4 Tingkat Pendidikan ................................................................................. 20
2.5 Pendapatan .............................................................................................. 21
2.6 Perilaku ................................................................................................... 22
2.6.1 Teori perilaku ( Teori Green) ........................................................ 22
2.6.2 Perilaku menjaga kesehatan .......................................................... 23
A. Definisi ............................................................................................ 23
2.6.3 Perilaku dalam menjaga oral hygiene pada anak balita ................ 24
A. Kebiasaan menyikat gigi ................................................................. 24
B. Pola makan ....................................................................................... 25
C. Kunjungan ke dokter gigi ................................................................ 27

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 28

xi
3.2 Konsep Penelitian .................................................................................. 30
3.3 Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 30
3.4 Hipotesis ................................................................................................ 33

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 35


4.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 35
4.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 37
4.3.1 Waktu dan lokasi penelitian ......................................................... 37
4.3.2 Instrumen penelitian ..................................................................... 37
4.3.3 Pengumpulan data......................................................................... 38
4.4 Teknik Analisis Data.............................................................................. 39
4.4.1 Teknik pengolahan data ................................................................. 39
4.4.2 Teknik analisis data........................................................................ 39

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 43


BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 50
BAB VII PENUTUP
7.1 Simpulan ................................................................................................. 56
7.2 Saran ....................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 58

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ................................................................ 33


Tabel 5.1 Karakteristik Responden......................................................................... 43
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Oral Hygiene Anak Balita
di Desa Selemadeg.................................................................................. 44
Tabel 5.3 Dental History Responden di Desa Selemadeg ...................................... 45
Tabel 5.4 Perilaku Responden dalam Menjaga Oral Hygiene Anak Balita di
Desa Selemadeg ...................................................................................... 45
Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Responden dalam
Menjaga Oral Hygiene Anak Balita ....................................................... 46
Tabel 5.6 Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Perilaku Responden dalam
Menjaga Oral Hygiene Balita di Desa Selemadeg ................................. 47
Tabel 5.7 Hubungan Tigkat Pengetahuan dengan Perilaku Responden dalam
Menjaga Oral Hygiene Balita di Desa Selemadeg ................................. 48
Tabel 5.8 Hubungan Dental History dengan Perilaku Respoden dalam Menjaga
Oral Hygiene Anak Balita ..................................................................... 49

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Gambaran Klinis Karies... ....................................................................... 7
Gambar 2.2. Gambaran Klinis Kalkulus pada Balita ................................................. 11
Gambar 2.3. Gambaran Klinis Fraktur... .................................................................... 12
Gambar 2.4. Gambaran Klinis Abses Periapikal ...................................................... 14
Gambar 2.5. Gambaran Klinis Oral Thrush .............................................................. 16
Gambar 2.6. Gambaran Klinis Stomatitis Aphtosa .................................................... 18
Gambar 2.7 Membersihkan Rongga Mulut Balita ..................................................... 25
Gambar 3.1. Kerangka Berpikir Penelitian... ............................................................ 29
Gambar 3.2. Konsep Penelitian…………………………………………………… .. 30

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian


Lampiran II : Surat Pernyataan Persetujuan Subjek Penelitian
Lampiran III : Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran IV : Ethical Clearance
Lampiran V : Lampiran Data Excel
Lampiran VI : Hasil Analisis Data SPSS
Lampiran VII : Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian kesehatan anak berhubungan dengan pengertian kesehatan pada

umumnya, yaitu suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

(Notoatmodjo, 2003 sit. Nurhidayat, 2012), termasuk di dalamnya kesehatan gigi

dan mulut yang harus diperhatikan sedini mungkin (Djunaid, 2013), namun

terdapat suatu kondisi yang dapat mengganggu kesehatan anak, salah satunya

adalah masalah gigi dan mulut yang umum dialami oleh masyarakat di dunia

(Petersen PE, 2003).

Masalah gigi dan mulut pada anak dapat terjadi bahkan sebelum gigi

desiduinya erupsi, hal ini akan menyebabkan penurunan efesiensi mengunyah

pada anak, hilangnya dimensi vertikal, dan estetik yang buruk. Oral hygiene yang

baik akan memberi kenyamanan, sehingga meningkatkan kepercayaan diri pada

anak dalam berinteraksi di lingkungannya (Bonecker, 2012).

Data RISKESDAS pada tahun 2013 menunjukkan 10,4 % anak balita di

Indonesia memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut, dan hanya 25,8 % yang

menjalani perawatan. Data ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi dari

data RISKESDAS sebelumnya yaitu tahun 2007, sebanyak 6,9% anak balita di

Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut, dan hanya 27,4 % yang menjalani

perawatan. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak balita membutuhkan

perhatian yang serius, karena anak balita belum mampu menjaga oral hygiene

1
2

secara mandiri. Jika hal ini tidak segera mendapat penanganan, dikhawatirkan

akan terjadi peningkatan angka prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada

anak balita di Indonesia setiap tahunnya.Berdasarkan buku yang diterbitkan oleh

Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012, masalah kesehatan gigi dan mulut

yang paling sering terjadi pada anak balita di Indonesia adalah karies, oral thrush,

stomatitis apthosa dan abses periapikal.

Pengetahuan tentang kesehatan, keyakinan, sikap dan perilaku orang tua

secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi oral hygiene pada

anaknya (Naidu, 2015). Anak balita umumnya menghabiskan sebagian besar

waktunya dengan orang tua terutama ibu, selama rutinitas inilah mereka dapat

mempelajari kebiasaan - kebiasaan baru termasuk perilaku dalam menjaga oral

hygiene (Suresh et al, 2010). Selain pengetahuan, berdasarkan penelitian lainnya,

diketahui tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan dental history ibu juga

mempengaruhi perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene secara signifikan.

Masalah kesehatan gigi dan mulut di Provinsi Bali masih perlu

mendapat perhatian, salah satunya di Desa Selemadeg, Kabupaten Tabanan. Desa

Selemadeg mempunyai luas wilayah sekitar 2,84 km (186 ha) dengan jumlah

penduduk pada tahun 2015 sekitar 2582 orang yang terdiri dari berbagai

kalangan jika ditinjau dari segi sosial-ekonomi, jenis pekerjaan, maupun tingkat

pendidikannya. Desa Selemadeg berada di wilayah kerja dari Puskesmas

Selemadeg. Pemeriksaan pada balita dilakukan oleh posyandu di masing- masing

banjar setiap bulan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain mengukur tinggi

badan, berat badan, serta pemberian vaksin ataupun imunisasi. Dalam posyandu
3

ini, tidak dilakukan screening gigi sehingga tidak didapatkan data mengenai

masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak balita. Data mengenai masalah

kesehatan gigi dan mulut pada anak balita bisa didapatkan jika adanya kunjungan

ke Puskesmas Selemadeg. Salah satu program Puskesmas adalah melakukan

pemeriksaan secara terpadu yang melibatkan dokter umum, dokter gigi, dan

petugas kesehatan lainnya diantaranya melakukan screening pada tahun ajaran

baru pada anak Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Rata – rata anak PAUD masih balita dengan rentang usia sekitar 4,5 sampai 5

tahun, namun screening ini tidak dilakukan mengkhusus di setiap desa melainkan

di SD tertentu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg. Besaran

permasalahan mengenai oral hygiene pada anak balita di Desa Selemadeg belum

diketahui, karena seperti uraian diatas tidak pernah dilakukan screening. Oral

hygiene anak balita dapat dilihat salah satunya dari perilaku pengasuh dalam hal

ini ibu dalam menjaga oral hygiene anaknya, oleh karena itu peneliti ingin melihat

pola perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita dan hubungan perilaku

tersebut dengan faktor-faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhinya yaitu ,

tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan dan dental history

ibu.
4

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1.2.1 Bagaimana hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg?

1.2.2 Bagaimana hubungan pendapatan keluarga dengan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg?

1.2.3 Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg?

1.2.4 Bagaimana hubungan dental history pada ibu dengan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk melihat faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene pada anak balita di Desa Selemadeg.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.

1.3.2.2 Untuk melihat hubungan pendapatan keluarga dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.

1.3.2.3 Untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.


5

1.3.2.4 Untuk melihat hubungan dental history pada ibu dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga oral

hygiene pada anak balita sehingga ke depannya lebih menekankan pada upaya

preventif dan pemberian intervensi untuk meningkatkan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Kesehatan Gigi Masyarakat

yang menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene pada anak balita di Desa Selemadeg.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Balita

Balita merupakan istilah untuk anak yang berusia di bawah lima tahun

yaitu mencakup dari bayi (0-1 tahun), usia toddler (1-3 tahun), dan masa

prasekolah (3-5 tahun). Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan terjadi

secara cepat sehingga sering disebut golden age (Yasin, 2014).

Anak balita dapat berkomunikasi dengan lebih jelas. Mereka juga

memiliki keterampilan kognitif dan sosial yang memungkinkan untuk berinteraksi

lebih baik dengan lingkungannya (Shafer, 2012).

2. 2 Penyakit pada Rongga Mulut

2.2.1 Penyakit pada jaringan keras

A. Karies

a. Definisi

Karies merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan demineralisasi

dari email dan dentin oleh bakteri penyebab karies pada golongan streptokokus

yaitu streptokokus mutans (Ami, 2005 sit Worotitjan, 2013).

Karies gigi adalah suatu penyakit ireversibel yang disebabkan oleh

mikroorganisme, ditandai dengan demineralisasi dari gigi, yang sering

menyebabkan kavitas. Kata karies berasal dari bahasa Latin yang berarti 'busuk'

atau 'pembusukan'. Proses terjadinya karies merupakan proses yang kompleks dan

6
7

dinamis,sedangkan perkembangan dan penyebaran karies dipengaruhi oleh

berbagai faktor (Shafer, 2012).

b. Gambaran klinis

Tahap awal dari perkembangan karies (lesi pre-kavitas) dimulai dari

adanya white spot yang terlihat pada enamel gigi. Pada umumnya membutuhkan

waktu sekitar 2 – 4 tahun untuk berkembangnya karies ke dentin maupun ke

bagian proksimal gigi hingga membentuk kavitas. Salah satu faktor yang dapat

menghambat berkembangnya karies adalah saliva sehingga jika aliran saliva

terganggu dapat menyebabkan perkembangan karies menjadi lebih cepat. Saliva

berperan dalam menghilangkan substrat makanan yang diproduksi oleh plak dan

berperan mengontrol pH dalam rongga mulut. Selain saliva, faktor lain yang dapat

menghambat perkembangan karies adalah fluoride karena fluoride dapat

membantu proses remineralisasi pada gigi (Shafer, 2012).

A B C

D E
Gambar 2.1. Gambaran Kinis Karies ( Koch, 2009)
8

Gambaran klinis karies dibagi menjadi 5 grade yaitu:

Gambar A : Grade 1 (01) yaitu bercak putih atau coklat pada enamel, tanpa

adanya kavitas, dan jika dilihat melalui radiografi tidak terlihat

tanda karies.

Gambar B : Grade 2 (02) yaitu mulai terbentuk kavitas yang kecil,

perubahan warna pada fissure, dan jika dilihat melalui

radiografi terdapat gambaran radiolusen pada enamel.

Gambar C : Grade 3 (03) yaitu terdapat kavitas yang sedang, dan jika dilihat

melalui radiografi terdapat gambaran radiolusen pada bagian

luar dentin.

Gambar D : Grade 4 (04) yaitu terdapat kavitas yang besar dan jika dilihat

melalui radiografi terdapat gambaran radiolusen pada dentin

bagian tengah

Gambar E : Grade 5 (05) yaitu terdapat kavitas yang sangat besar dan jika

dilihat melalui radiografi terdapat gambaran radiolusen pada

dentin bagian dalam yang mendekati pulpa

c. Etiologi dan faktor penyebab

Etiologi karies, antara lain host, mikroorganisme, substrat misalnya

karbohidrat, dan waktu. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor resiko lain

misalnya keadaan oral hygiene, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan status

gizi (Manoy, 2015).

Karies pada balita dapat terjadi pada gigi anterior maupun pada gigi

posterior. Salah satu penyebab karies pada gigi anterior adalah pemberian susu
9

menggunakan botol pada waktu tidur malam, karena pada saat tidur posisi kepala

lebih rendah dari pada botol sehingga air susu menggenangi gigi anterior atas.

Bila hal tersebut berlangsung lama, gigi posterior akan mengalami karies juga.

Selain itu, karies pada anak umumnya disebabkan oleh pembersihan gigi yang

kurang baik (Kemenkes, 2012) . Etiologi karies dijelaskan lebih lanjut oleh Shafer

yaitu :

1. Faktor host

Struktur gigi dan saliva adalah komponen utama dalam proses terjadinya

karies. Adanya kelainan pada struktur gigi misalnya enamel

hypomineralized dapat meningkatan kejadian dan perkembangan karies.

2. Waktu

Paparan asam yang terjadi secara berulang menyebabkan enamel terkikis

dan menghasilkan kerusakan pada permukaan enamel. Hal ini dapat terjadi

dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung dari intensitas

dan frekuensi paparan asam.

3. Substrat

Mikroorganisme menggunakan karbohidrat yang terfermentasi sebagai

energi. Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang paling sering difermentasi

oleh bakteri. Setiap karbohidrat yang difermentasi dapat menyebabkan

produksi asam, dan menyediakan glukosa yang mendorong metabolisme

dari mikroorganisme.
10

4. Mikroorganisme

Plak gigi mengandung banyak mikroorganisme salah satunya

mikroorganisme yang berperan dalam proses terjadinya karies. Meskipun

banyak subspesies mikroorganisme yang telah terbukti berhubungan dengan

proses terjadinya karies, namun streptococcus mutans merupakan bakteri

yang paling berperan dalam proses terjadinya dan perkembangan karies.

B. Kalkulus

a. Definisi

Kalkulus adalah plak gigi yang mengalami mineralisasi, lokasinya di atas

(supragingiva) dan di bawah (subgingiva) gingiva. Substrat pada kalkulus

subgingiva terbatas pada permukaan akar, sedangkan substrat pada kalkulus

supragingiva dapat terjadi pada permukaan enamel, dentin atau sementum (White,

1997 sit Dumitrescu, 2010).

Kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva umumnya terjadi bersama-

sama. Lokasi awal terbentuknya kalkulus biasanya pada supragingiva sehingga

menciptakan kondisi untuk terbentuknya kalkulus pada subgingiva (Anerud et al.

1991 sit Dumitrescu, 2010). Ketika jaringan gingiva mengalami resesi, kalkulus

subgingiva akan terekspose dan dapat diklasikasikan sebagai supragingiva

(Dumitrescu, 2010).

Pada anak – anak, karies dan kalkulus berhubungan karena memiliki

etiologi yang sama yaitu pembersihan plak pada gigi yang kurang efektif.

Kalkulus yang tidak mendapatkan perawatan dapat menyebabkan penyakit


11

periodontal seperti gingivitis maupun peradangan pada jaringan periodontal

lainnya (Fernandes, 2014).

Gambar 2.2 . Gambaran Klinis Kalkulus pada Balita (Anonim, 2010)


C. Fraktur

a. Definisi

Fraktur gigi merupakan cedera umum yang dapat terjadi dalam berbagai

kondisi. Pada beberapa kasus, fraktur dapat terjadi akibat gigi yang mulai rapuh

karena adanya restorasi yang besar, hal ini disebabkan oleh restorasi yang besar

biasanya meninggalkan sisa jaringan keras yang sedikit sehingga tidak mampu

menahan tekanan selama pengunyahan (Shafer,2012).

Fraktur gigi dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa, namun fraktur

rentan terjadi pada anak- anak. Pada anak balita, fraktur paling sering terjadi

karena trauma, misalnya karena kecelakaan, jatuh, maupun terkena pukulan

(Shafer,2012).
12

b. Gambaran klinis

A B

C D

Gambar 2.3 Gambaran Klinis Fraktur (International Association of


Dental Traumatology, 2010)
Gambar A : fraktur email
Gambar B : fraktur dentin
Gambar C : fraktur dengan pulpa terekspose
Gambar D : fraktur akar
Gambaran klinis fraktur gigi diklasifikasikan oleh Ellis menjadi 9 kelas

yaitu (Shafer, 2012) :

1. Kelas 1: fraktur yang sederhana pada mahkota, biasanya tidak

melibatkan dentin atau sedikit mengenai dentin

2. Kelas 2: fraktur yang luas pada mahkota, yang melibatkan dentin

yang cukup tapi tidak mengenai pulpa.


13

3. Kelas 3: fraktur yang luas pada mahkota, melibatkan dentin yang

cukup besar dan mengekspos pulpa.

4. Kelas 4: Gigi nonvital akibat trauma, dengan atau tanpa kehilangan

struktur mahkota

5. Kelas 5: Hilangnya gigi karena trauma.

6. Kelas 6: Fraktur akar, dengan atau tanpa hilangnya struktur

mahkota.

7. Kelas 7: Posisi gigi yangbergeser, tanpa adanya fraktur mahkota

atau fraktur akar.

8. Kelas 8: Fraktur pada mahkota gigi namun gigi tidak mengalami

pergeseran

9. Kelas 9: Trauma pada gigi desidui

D. Abses Periapikal

a. Definisi

Abses periapikal adalah proses supuratif yang bersifat akut atau kronis

pada daerah periapikal gigi (Shafer, 2012).

b. Gambaran klinis

Abses periapikal akut ditandai dengan adanya inflamasi akut pada apikal

periodonsium. Pada kondisi tertentu, gigi menjadi sangat nyeri dan sedikit .

Selama abses ini terlokalisir pada daerah periapikal, manifestasi sistemik yang

berat akan jarang terjadi, meskipun dapat terjadi limfadenitis dan demam. Pada

kasus tertentu, terdapat pembengkakan yang berat pada jaringan mukosa. Abses

periapikal kronis umumnya tidak terdapat gambaran klinis (Shafer, 2012).


14

Gambar 2.4. Gambaran Klinis Abses Periapikal (Erfin, 2014)

c. Faktor penyebab

Lesi ini timbul akibat adanya bakteri penyebab karies yang menginfeksi

pulpa hingga menyebabkan abses periapikal, dapat juga terjadi akibat cedera

traumatis pada gigi, sehingga terjadi nekrosis pulpa (Shafer, 2012).

Pada balita yang mengalami abses periapikal yang sudah parahl wajah

akan terlihat sembab, disertai rasa sakit yang hebat dan demam, pada keadaan

lanjut dapat menyebabkan kesulitan saat menelan. Apabila pembengkakan tidak

mendapatkan perawatan, maka peradangan menjadi kronis dan menimbulkan

fistula pada gingiva di sekitar gigi yang mengalami nekrosis. Jika gigi yang

mengalami nekrosis tidak mendapatkan perawatan, maka kerusakan akan semakin

parah dan gigi tersebut harus dicabut. Bila waktu erupsi gigi pengganti masih

cukup lama, maka akan terjadi pergeseran gigi sebelahnya dan dapat

menyebabkan hilangnya space untuk erupsi gigi permanen, sehingga

mengakibatkan gigi berjejal (Kemenkes, 2012).


15

2.2.2 Penyakit pada jaringan lunak

A. Oral thrush

a. Definisi

Kandidiasis Pseudomembranosa (Thrush) adalah infeksi pada rongga

mulut yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan jamur (Candida albicans) yang

berlebihan. Biasanya ditemukan pada mukosa rongga mulut, lidah, dan palatum

lunak (Langlais et al., 2009 sit Khafidhoh, 2015). Faktor predisposisi dari

terjadinya oral thrush adalah adanya perubahan candida dari flora normal rongga

mulut menjadi pathogen (Greenberg, 2008). Oral Thrush dibagi menjadi infeksi

primer dan sekunder. Infeksi primer lokasinya terbatas pada oral dan perioral

sedangkan infeksi sekunder disertai dengan manifestasi sistemik (Regezi,2012).

b. Gambaran klinis

Oral thrush biasanya terjadi pada bayi, walaupun bisa juga terjadi pada

orang dewasa dengan kondisi tertentu misalnya kanker maupun penyakit yang

menyebabkan penurunan sistem imun. Gambaran klinis oral thrush berupa lesi

putih yang terasa lembut jika diraba. Lesi ini terdiri dari candida, sel – sel

keratin, sel inflamasi, sel epitel, bakteri, dan fibrin. Jika diseka dengan kasa, dapat

menyebabkan kemerahan hingga ulserasi yang menyebabkan rasa nyeri. Pada

beberapa kasus yang parah, pasien mungkin mengeluh nyeri, rasa terbakar, dan

disfagia (Regezi,2012).
16

Gambar 2.5 . Gambaran Klinis Oral Thrush (Koch, 2009)

c. Faktor penyebab

Oral thrush disebabkan oleh Candida albicans dan beberapa spesies lain

dari Candida yaitu C. parapsilosis, C. tropicalis, C. glabrata, C. krusei, C.

pseudotropicalis, dan C. guilliermondii. Candida albicans adalah organisme

komensal yang berada di rongga mulut, namun kondisi – kondisi tertentu dapat

menyebabkan Candida albicans berubah dari keadaan commensalism menjadi

patogen (Regezi,2012).

Oral thrush pada bayi dapat terjadi pada bayi yang minum ASI maupun

susu formula. Sisa-sisa air susu yang menempel pada lidah akan mengalami

fermentasi sehingga merangsang untuk timbulnya jamur. Pemberian susu formula

yang telah melewati 3 jam dari waktu pembuatan juga merupakan faktor pencetus

terjadinya proses fermentasi. Apabila bercak putih terlihat sangat tebal, maka

sebaiknya dibawa ke dokter gigi untuk diresepkan obat anti jamur, namun apabila

memungkinkan dapat dilakukan pengusapan lembut dengan kasa sebagai upaya

pencegahan (Kemenkes, 2012).


17

B. Stomatitis aphtosa

a. Definisi

Recurrent aphthous ulcerations (RAU) atau recurrent aphthous

stomatitis (RAS) adalah penyakit rongga mulut yang sifatnya recurrent, ditandai

dengan ulkus terbatas pada mukosa mulut (Greenberg, 2008). Lesi ini paling

sering terlokalisasi pada nonmasticatory mucosa, misalnya pada vestibulum dan

lidah (Welbury, 2012).

b. Gambaran klinis

Karakteristik klinis stomatitis aphtosa dibagi menjadi 3 jenis yaitu lesi

kecil, lesi besar, dan lesi herpetiform. Stomatitis aphtosa dengan lesi kecil

merupakan kejadian yang paling sering terjadi (80% dari kasus RAS), memiliki

diameter kurang dari 1 cm dan dapat sembuh tanpa menimbulkan bekas.

Stomatitis aphtosa dengan lesi besar memiliki diameter lebih dari 1 cm,

membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dan seringkali sembuh dengan

menimbulkan bekas. Stomatitis aphtosa dengan lesi herpetiform memiliki

gambaran klinis ulserasi yang kecil namun bersifat majemuk (Greenberg, 2008).

Lesi stomatitis aphtosa bermula dari adanya papula putih kecil yang secara

bertahap mengalami ulserasi sehingga menyebabkan adanya ulkus dengan

diameter 0,2 - 1 cm yang bagian tengahnya ditutupi oleh lapisan berwarna abu-

abu kekuningan, memiliki basis berkeratin dengan margin memerah kemerahan

yang sedikit terangkat dan jaringan sekitarnya mengalami pembengkakan ringan.

(Koch, 2009).
18

Gambar 2.6. Gambaran Klinis Stomatitis Aphtosa (Koch, 2009)

c. Faktor penyebab

Adanya penurunan sistem kekebalan tubuh merupakan faktor predisposisi

utama terjadinya stomatitis aphtosa (Welbury, 2012). Selain itu faktor penyebab

lainnya meliputi faktor genetik, kelainan hematologi, dan faktor-faktor lokal,

seperti trauma dan merokok (Greenberg, 2008).

Pada balita, penyebab dari stomatitis aphtosa sering disebabkan oleh

adanya trauma (misalnya adanya gigi yang tajam, makanan yang mengiritasi

mukosa mulut, benturan, menggosok gigi yang terlalu keras) maupun karena

kurangnya konsumsi vitamin antara lain vitamin C (Kemenkes, 2012).

2.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :


19

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
20

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2012).

2.4 Tingkat Pendidikan

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi :

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan

madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah

menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk

lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah kejuruan berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah

aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah

kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.


21

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

2.5 Pendapatan

Menurut Sunuharyo (1982), jika dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja,

pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan

tenaga kerja, sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan

pendapatan bukan tenaga kerja. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa

berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan pendapatan (income approach),

bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan melihat

keuntungan yang diperolehnya. Untuk yang bekerja sebagai petani,

pendapatannya dihitung dengan pendekatan produksi ( Antari, 2008).

Pengertian pendapatan keluarga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan

keluarga, seperti bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga,

pembagian kerja dan fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh

atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Guhardja, 1993

sit. Handayani 2009).


22

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No 1 Tahun 2016 tentang Upah

Minimum Kabupaten/ Kota, Upah Minimum Kabupaten Tabanan pada tahun

2016 adalah sebesar Rp. 1.902.970 per bulan.

2.6 Perilaku

2.6.1 Teori Perilaku ( Teori Green)

Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh

faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat (Wijaya, 2014), yang

dijelaskan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012 ) :

a. Faktor pendorong (predisposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem nilai yang

dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya. Contohnya seorang ibu mengajarkan kebiasaan sikat gigi

yang efektif dan rutin membawa anaknya ke dokter gigi . hal ini bisa

terjadi karena ibu memiliki pengetahuan mengenai cara menjaga oral

hygiene pada anaknya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors).

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau

tindakan. Faktor pemungkin mencakup sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: puskesmas, posyandu,

rumah sakit, poliklinik, dan sebagainya. Contohnya seorang ibu


23

mengetahui bahwa anaknya memiliki masalah kesehatan gigi dan

mulut, namun akses ke fasilitas kesehatan sulit dijangkau, hal ini

menjadi penghambat bagi ibu untuk menerapkan perilaku menjaga

oral hygiene pada anaknya.

c. Faktor penguat (reinforcing factors).

Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor

ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat serta peraturan

mengenai kesehatan. Contohnya seorang ibu mengetahui adanya

program screening gigi gratis untuk anak balita dari puskesmas, namun

karena tokoh masyarakat seperti pejabat setempat kurang antusias

mengikuti, maka ibu tersebut tidak mengikuti program screening dari

puskesmas.

2.6.2 Perilaku menjaga kesehatan

A. Definisi

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat- sakit, penyakit dan

faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti pelayanan kesehatan,

makanan, minuman dan lingkungan (Skiner, 1983 sit Notoatmodjo, 2012).

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha

untuk penyembuhan bilamana sakit. Terdiri dari 3 aspek yaitu :


24

1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit

serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat. Hal ini mengandung maksud bahwa kesehatan itu sangat dinamis

dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat

tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman

tersebut.

2.6.3 Perilaku dalam menjaga oral hygiene pada anak balita

A. Kebiasaan membersihkan rongga mulut

Anak usia 0 – 6 bulan dianjurkan untuk dibersihkan rongga mulutnya

untuk menghilangkan sisa – sisa air susu agar tidak menyebabkan oral thrush.

Membersihkan rongga mulut pada bayi dilakukan dengan mengusapkan kain yang

lembut dan lembab ke permukaan gigi yang erupsi (umumnya erupsi gigi pertama

usia 5 – 6 bulan), gingiva, dan lidah bayi (Kemenkes, 2012).

Plak pada gigi desidui dapat dibersihkan dengan sikat gigi berkepala kecil

dengan bulu yang lembut dan menggunakan pasta gigi fluoride, menyikat gigi

pada anak harus dimulai segera setelah gigi desidui anak erupsi. Anak balita

membutuhkan bantuan dari orang tua mereka untuk menjaga oral hygiene dengan
25

baik, sehingga keterlibatan orang tua dalam menjaga oral hygiene adalah hal yang

penting. Beberapa balita menolak jika orang tua mencoba menyikat giginya, oleh

karena itu orang tua harus tetap berusaha menghadapi sikap anak dan memastikan

bahwa gigi anaknya dibersihkan setidaknya sekali sehari. Berdiri atau berlutut di

belakang anak menghadap wastafel atau cermin merupakan cara termudah untuk

menyikat gigi anak balita secara efektif. Orang tua juga sebaiknya mengawasi saat

anak menyikat gigi untuk menghindari penggunaan pasta gigi yang berlebihan

(Welbury, 2012)

Metode yang digunakan untuk menyikat gigi anak balita tidak terlalu

penting tetapi orang tua harus diinstruksikan untuk menyikat semua permukaan

gigi dan menyikat perlahan bagian gingiva. Orang tua juga sebaiknya mengawasi

anak saat menyikat gigi hingga selesai karena ada kemungkinan anak akan

kesulitan menyikat gigi pada bagian posterior. Anak – anak biasanya tidak bisa

menyikat gigi secara efektif hingga usia mereka 6 sampai 7 tahun (Koch, 2013).

A B

Gambar 2.7 Membersihkan Rongga Mulut Balita (Kemenkes, 2012)


Gambar A : cara membersihkan rongga mulut bayi
Gambar B : cara menyikat gigi pada anak balita
26

B. Pola makan

Frekuensi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula adalah

salah satu etiologi dari masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak balita,

sehingga mengurangi frekuensi makanan dan minuman yang mengandung gula

adalah saran yang penting untuk disampaikan kepada orang tua.

Anak-anak memiliki tingkat metabolisme dan kebutuhan kalori yang

tinggi. Beberapa anak yang mengalami karies merupakan anak yang tidak terbiasa

makan secara teratur dengan tepat waktu, karena anak tersebut cenderung

mengonsumsi jus atau minuman tinggi kalori lainnya sebelum waktu makan,

sehingga menekan nafsu makan anak dan membuatnya tidak lapar saat waktu

makan tiba.

Pada anak lain, terdapat kebiasaan yang mengalami susah tidur jika tidak

minum susu dari botol hingga tertidur. Salah satu cara untuk mengurangi bahkan

menghentikan kebiasaan ini adalah dengan cara membiarkan anak menangis atau

mengalihkan perhatian anak saat anak ingin minum susu. Hal ini terlihat mudah,

namun terdapat kondisi dimana anak terbangun pada dini hari dan ingin minum

susu, inilah yang membuat orang tua susah untuk mengubah perilakunya dan

cenderung langsung memberikan susu pada anak hingga anak kembali tertidur

(Welbury, 2012).

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengontrol pola makan anak adalah

dengan cara mengurangi kebiasaan anak minum jus (yang merupakan minuman

tinggi kalori) menggunakan botol pada malam atau siang hari. Hal ini dapat

dilakukan secara bertahap, yaitu dengan cara membuat jus dalam botol lebih encer
27

selama beberapa minggu sampai akhirnya tergantikan oleh air. Dengan melakukan

hal ini, anak akan meninggalkan minum jus dan mulai minum air yang merupakan

minuman non-kariogenik saat merasa haus (Welbury, 2012).

C. Kunjungan ke dokter gigi

Orang tua disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan gigi dan

penilaian terhadap oral hygiene segera setelah gigi desidui anaknya erupsi,

biasanya sekitar umur 6-12 bulan. Hal ini membuat orangtua megetahui tindakan

yang tepat untuk mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut karena umumnya

dokter gigi akan memberikan saran dan mengutamakan tindakan preventif seperti

penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan menghindari kebiasaan

minum dengan botol yang dapat merusak gigi anak. Selain sebagai upaya

preventif, dengan membawa anak ke dokter gigi secara rutin memungkinkan

anak untuk menjadi akrab dengan lingkungan perawatan gigi dan memudahkan

dokter gigi untuk mengidentifikasi serta melakukan perawatan terhadap masalah

gigi dan mulut yang dapat terjadi pada anak (Welbury, 2012).
BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Berpikir

Menurut teori dari Lawrence Green, perilaku seseorang dipengaruhi oleh

tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Jika

dikaitkan dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene, maka teori tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendorong terjadinya suatu

perilaku, meliputi tingkat pengetahuan ibu tentang oral hygiene, tingkat

pendidikan ibu, tingkat ekonomi ibu, dental history ibu, dan sikap ibu.

2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi terjadinya suatu

perilaku, meliputi ketersediaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

mencakup fasilitas yang tersedia di dalamnya.

3. Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya suatu perilaku

meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat terhadap kesehatan gigi dan

mulut, sikap dan perilaku petugas di pelayanan kesehatan gigi dan mulut,

kebijakan tentang kesehatan gigi dan mulut.

28
29

Faktor Predisposisi :

1. Tingkat pendidikan ibu


2. Tingkat ekonomi ibu
3. Tingkat pengetahuan ibu
4. Dental history Ibu
5. Sikap ibu

Faktor Pemungkin :

1. Ketersediaan PERILAKU ORAL


pelayanan kesehatan DALAM HYGIENE
gigi dan mulut MENJAGA ORAL ANAK
2. Fasilitas pada HYGIENE BALITA
pelayanan kesehatan
gigi dan mulut

Faktor Penguat :

1. Sikap dan perilaku tokoh


masyarakat terhadap
kesehatan gigi dan mulut
2. Sikap dan perilaku petugas di
pelayanan kesehatan gigi dan
mulut
3. Kebijakan tentang kesehatan
gigi dan mulut

Gambar 3.1. Kerangka Berpikir Penelitian

(Green (1980) sit Notoatmodjo (2012), Bozorgmehr (2013), Manipal (2012),


Setyaningsih (2016) )
30

3.2 Konsep Penelitian

Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Oral
Hygiene Anak Balita

Perilaku Ibu dalam


Tingkat Dental History
Menjaga Oral
Pendidikan Ibu Ibu
Hygiene Anak
Balita

Pendapatan
Keluarga

Gambar 3.2. Konsep Penelitian

3.1. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian atau

disebut juga faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Apa yang

menjadi variabel dalam suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan

diperkuat oleh hipotesis. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan oleh

sifat-sifat hal yang didefinisikan dari variabel yang akan diamati atau diuji

(Gunung, 2003).
31

Definisi Alat Cara Hasil Skala


Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Variable Bebas ( Independen )
Segala Memberikan
informasi sejumlah
yang pertanyaan
diketahui dan mengenai
 Pengetahuan
dimengerti masalah gigi dan
Tinggi jika ibu
oleh ibu mulut pada anak
mampu
meliputi balita ( karies, oral
menjawab > 75
masalah gigi thrush, abses
% pertanyaan
dan mulut periapikal, dan
yang diberikan
anak balita stomatitis
dengan benar
(karies, oral aphtosa), serta
 Pengetahuan
thrush, abses perilaku dalam
Sedang jika ibu
periapikal, menjaga oral
mampu
dan stomatitis hygiene yang baik
Tingkat menjawab 50
aphtosa),serta Kuesioner pada anak balita Ordinal
Pengetahuan % sampai 75 %
perilaku meliputi kebiasaan
pertanyaan
dalam sikat gigi,
yang diberikan
menjaga oral mengontrol pola
dengan benar
hygiene yang makan, dan
baik pada kunjungan ke  Pengetahuan
anak balita dokter gigi. Ibu Rendah jika
meliputi diminta menjawab ibu mampu
kebiasaan pertanyaan yang menjawab < 50
sikat gigi, ditanyakan oleh % pertanyaan
mengontrol peneliti. yang diberikan
pola makan, dengan benar
dan
kunjungan ke
dokter gigi.
Jenis Peneliti bertanya  Tidak
pendidikan kepada Sekolah
formal responden  SD
terakhir yang pendidikan  SMP
Tingkat diselesaikan
Kuesioner
sesuai dengan  SMA Ordinal
Pendidikan oleh ibu jenjang  Perguruan
pendidikan Tinggi
formal terakhir
yang
diselesaikan
Riwayat Memberikan  Dental
Dental
mengenai Kuesioner sejumlah history baik Ordinal
History
masalah pertanyaan pada apabila ibu
32

kesehatan gigi ibu mengenai tahu dan


dan mulut masalah melakukan
pada ibu kesehatan yang perawatan
meliputi pernah dialami terhadap
karies, meliputi karies, masalah yang
kalkulus, dan kalkulus, dialami
fraktur, sertaa trauma/fraktur  Dental
perawatan dan perawatan history
yang telah yang dilakukan sedang
dilakukan apabila ibu
tahu namun
tidak
melakukan
perawatan
terhadap
masalah yang
dialami
 Dental
history buruk
apabila ibu
tidak tahu
dan tidak
melakukan
perawatan
terhadap
masalah yang
dialami
Total Ibu diminta  Tinggi
penghasilan menjawab apabila
yang penghasilan yang pendapatan
didapatkan diperoleh keluarga Rp.
oleh keluarga perbulan dalam 1.120.000
dalam sebulan keluarga dan sampai Rp.
dibagi total jumlah anggota 1.500.000
keluarga yang keluarga yang  Sedang
dibiayai dibiayai apabila
Pendapatan
Kuesioner pendapatan Ordinal
Keluarga
keluarga <
Rp.1.120.000
sampai Rp.
740.000
 Rendah
apabila
pendapatan
keluarga <
Rp.740.000
33

Variable Tergantung ( Dependen )


Memberikan  Perilaku Baik
sejumlah jika ibu
Aktivitas/ pertanyaan melakukan >
kegiatan yang mengenai cara – 80 %
dilakukan cara menjaga perilaku yang
oleh ibu oral hygiene benar dalam
dalam pada anak balita menjaga oral
menjaga oral meliputi hygiene anak
hygiene anak kebiasaan sikat balita
balita meliputi gigi, mengontrol  Perilaku
mengajarkan
Perilaku Ibu Kuesioner pola makan, dan Kurang Baik Nominal
kebiasaan kunjungan ke jika ibu
menyikat gigi, dokter gigi. Ibu melakukan
mengontrol diminta mengisi 60 % sampai
pola makan
jawaban sesuai 80 %
anak, dan perilaku yang perilaku yang
rutin biasanya benar dalam
membawa dilakukan menjaga oral
anak ke
hygiene anak
dokter gigi
balita

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

3.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.

2. Terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.

3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.

4. Terdapat hubungan antara dental history dengan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain analitik

dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah suatu penelitian

dimana variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dan diukur dalam waktu

yang bersamaan (Anggara,2013). Penelitian ini mencari hubungan antara variabel

bebas dengan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran sesaat tanpa

memberikan tindak lanjut atau follow-up (Sastroasmoro, 2002). Peneliti ingin

melihat faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga

oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang memiliki karakteristik tertentu

yang sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian (Sastroasmoro,2002). Pada

penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita di

Desa Selemadeg.

Sampel adalah populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga

dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro,2002). Sampel pada penelitian ini

adalah beberapa ibu yang memiliki anak balita di Desa Selemadeg. Jumlah

sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel dari S.K. Lwanga dan S.

35
36

Lameshow (1997) untuk estimasi perbedaan 2 proporsi dengan hipotesis 2 sisi.

Adapun rumus besar sampel tersebut adalah:

Keterangan :

n1 = n2 = Besar sampel untuk 1 kelompok

Zα = Angka galat baku normal untuk α (1,96)

Zβ = Angka galat baku normal untuk 1-β (0,84)

P = (P1 + P2) / 2

Q =1–P

P1 = Proporsi ibu yang memiliki anak balita dengan tingkat pengetahuan

yang baik dan perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulut yaitu 77% ( Sariningrum, 2009)

P2 = Proporsi ibu yang memiliki perilaku baik dalam menjaga kesehatan

gigi dan mulut anak balita yaitu 47, 6 % ( Kusumaningrum, 2014)

Q1 = 1- P1

Q2 = 1- P2

Dengan perhitungan tersebut didapatkan besar sampel minimal untuk satu

kelompok adalah 41 ibu, dan total sampel dalam penelitian ini adalah 82 ibu.

Dilakukan penambahan sejumlah 10 % dari 82 ibu untuk menghindari gugurnya

responden penelitian, sehingga jumlah sampel yang akan diteliti adalah 82 + ( 10

% x 82) = 91 responden.
37

Sampel ditentukan dengan pengambilan secara acak ( simple random

sampling) yaitu menghitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi

kemudian diberi nomor dan dipilih secara acak. Daftar nama subjek diambil

berdasarkan daftar nama ibu yang diberikan oleh kader posyandu di Desa

Selemadeg lalu dipilih secara acak sehingga mendapatkan 91 ibu yang akan

menjadi sampel penelitan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah responden

yang memenuhi kriteria berikut :

a. Kriteria Inklusi

1. Ibu yang memiliki anak balita di Desa Selemadeg

2. Bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria Eksklusi

1. Ibu dengan kondisi yang kurang sehat secara jasmani maupun rohani

2. Ibu yang memiliki anak dengan kelainan bawaan yang berhubungan

dengan maxillofacial

3. Ibu yang memiliki anak dengan penyakit sistemik

4.3 Pengumpulan Data

4.3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Pengumpulan data penelitian akan dilakukan di Desa Selemadeg.

Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2016 – April 2017.

4.3.2 Instrumen penelitian

Kuesioner dikembangkan oleh peneliti yang berisi pertanyaan –

pertanyaan mengenai pengetahuan ibu meliputi masalah gigi dan mulut anak
38

balita ( karies, oral thrush, abses periapikal, dan stomatitis aphtosa),serta perilaku

dalam menjaga oral hygiene yang baik pada anak balita meliputi kebiasaan sikat

gigi, mengontrol pola makan, kunjungan ke dokter gigi dan perilaku yang

dilakukan ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita meliputi kebiasaan sikat

gigi, mengontrol pola makan, dan kunjungan ke dokter gigi. Selain memberi

pertanyaan terkait penelitian, dalam kuisioner juga terdapat kolom karakteristik

responden meliputi usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan yang

diperoleh oleh satu keluarga dalam sebulan, jumlah anggota keluarga yang

ditanggung, dan dental history yang nantinya akan diisi oleh peneliti. Kuesioner

penelitian diuji konten atau isi dengan cara diberikan kepada beberapa ibu di

tempat yang bukan merupakan lokasi penelitian, tujuannya adalah untuk melihat

apakah isi kuesioner tersebut dapat dimengerti.

4.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai ibu yang bersedia

menjadi responden berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.

Peneliti akan menanyakan tentang identitas ibu ( nama, umur, alamat),

pengetahuan ibu tentang oral hygiene anak balita, tingkat pendidikan, pendapatan

dalam keluarga, dental history, dan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak

balita.
39

4.4 Teknik Analisis Data

4.4.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan langkah – langkah

pengolahan data antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2007 sit Dewanti, 2012) :

a. Editing, yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir

kuesioner ; lengkap, jelas ( jawaban semua terbaca), relevan ( relevan

dengan pertanyaan), konsisten.

b. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk bilangan. Tujuannya untuk mempermudah saat analisis data,

mempercepat saat memasukkan (entry) data.

c. Scoring, yakni setiap subvariabel diberikan skor sesuai dengan

kategori data dan jumlah butir pertanyaan dari subvariabel yang

bersangkutan. Hasil skor tersebut kemudian dijumlahkan.

d. Entry data, yaitu memasukkan data pada program statistik computer

e. Cleaning, setelah semua data dimasukkan, langkah selanjutnya adalah

pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan ada kesalahan –

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain sebagainya.

4.4.2 Teknik Analisis Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, proses analisis data dibagi

menjadi 2 tahap yaitu analisis data univariat, dan bivariat

1. Analisis univariat

Dalam penelitian ini, analisis univariat dilakukan pada data :


40

a. Karakteristik responden meliputi umur, dan pekerjaan responden yang

ditampilkan dalam bentuk angka dan persentase pada tabel.

b. Tingkat pendidikan dilihat berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

yang diselesaikan oleh ibu dan diisi pada kolom pendidikan lembar

kuesioner. Tingkat pendidikan ini dikelompokkan untuk melihat

jumlah ibu yang tidak lulus SD, lulusan SD, lulusan SMP, lulusan

SMA/ SMK, dan lulusan Perguruan Tinggi. Data mengenai tingkat

pendidikan ditampilkan dalam bentuk tabel yang berisi jumlah dalam

angka dan jumlah dalam persentase.

c. Pendapatan keluarga dilihat berdasarkan total penghasilan keluarga

yang diperoleh dalam satu bulan (dalam rupiah), kemudian dibagi

dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung. Berdasarkan

interval pendapatan terendah dan tertinggi seluruh responden,

dikategorikan menjadi 3 untuk mendapatkan kelompok pendapatan

tinggi, sedang, dan rendah.

d. Tingkat pengetahuan, setelah dilakukan proses skoring dengan

menjumlahkan seluruh pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh

ibu, setelah di dapatkan hasil, dilakukan pengelompokan dengan

ketentuan jika pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar ≥ 75 %

maka tingkat pengetahuan ibu dikategorikan baik, jika pertanyaan yang

berhasil dijawab dengan benar 50 % sampai < 75 % maka tingkat

pengetahuan ibu dikategorikan sedang, jika pertanyaan yang berhasil

dijawab dengan benar < 50 % maka tingkat pengetahuan ibu


41

dikategorikan buruk. Data mengenai tingkat pengetahuan ditampilkan

dalam bentuk tabel yang berisi jumlah dalam angka dan jumlah dalam

persentase.

e. Dental History ibu dilihat dari riwayat masalah gigi dan mulut pada

ibu dan perawatan yang telah dilakukan. Dental history dikategorikan

baik apabila ibu mengetahui masalah gigi dan mulut yang dialami dan

melakukan perawatan terhadap masalah tersebut, sedang apabila ibu

mengetahui masalah gigi dan mulut yang dialami namun tidak

melakukan perawatan, dan buruk apabila ibu tidak mengetahui

masalah kesehatan gigi dan mulut yang dialami.

f. Perilaku ibu, setelah dilakukan proses skoring dengan menjumlahkan

seluruh pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh ibu, setelah di

dapatkan hasil, dilakukan pengelompokan dengan ketentuan jika

pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar > 80 % maka perilaku

ibu dikategorikan baik, jika pertanyaan yang berhasil dijawab dengan

benar 60 % sampai 80 % maka perilaku ibu dikategorikan kurang

baik. Data mengenai perilaku ibu ditampilkan dalam bentuk tabel yang

berisi jumlah dalam angka dan persentase.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara

variabel yang diteliti, yaitu tingkat pendidikan, pendapatan keluarga,

tingkat pengetahuan dan dental history terhadap perilaku ibu, dengan

cara melihat p value yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diolah
42

dengan menggunakan aplikasi pengolahan data. Jika jumlah observasi

dibawah 5, maka yang dilihat adalah p value pada fisher exact, dengan

ketentuan jika p value < 0,05 maka terdapat pengaruh antara variabel

terikat dan variabel bebas yang diteliti.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan selama bulan Oktober tahun 2016 di Desa

Selemadeg, melibatkan 91 ibu sebagai responden yang telah memenuhi kriteria

inklusi, dan dilakukan dengan mengunjungi rumah masing-masing responden.

Pengumpulan data dimulai dengan cara mewawancarai responden yang

telah dipilih sebagai sampel dengan panduan kuesioner, hasil data yang telah

terkumpul kemudian dianalisis. Karakteristik dari 91 responden yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Frekuensi
Karakteristik Persentase (%)
(orang)
Usia
< 28 tahun 35 38,5
≥ 28 tahun 56 61,5
Tingkat Pendidikan
SMP 27 29,7
SMA 62 68,1
Perguruan Tinggi 2 2,2
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 36 39,6
Karyawan Swasta 29 31,9
Wiraswasta 16 17,6
Petani 7 7,7
PNS 3 3,3
Pendapatan
Rendah 55 60,4
Sedang 29 31,9
Tinggi 7 7,7

43
44

Tabel 5.1 menunjukan karakteristik responden yang berpartisipasi dalam

penelitian. Responden yang berusia dibawah 28 tahun sebanyak 35 (38,5 %)

responden dan yang berusia 30 tahun atau lebih sebanyak 56 (61,5 %) responden.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, tidak ada responden yang tidak sekolah atau

lulusan SD, sebanyak 27 (29,7%) responden SMP , 62 (68,1%) responden SMA,

dan 2 (2,2%) responden Perguruan Tinggi. Berdasarkan karakteristik pekerjaan

responden, dida patkan hasil ibu rumah tangga sebanyak 36 (39,6 %) responden,

karyawan swasta 29 (31,9 %) responden , wiraswasta 16 (17,6%) responden,

petani 7 (7,7%) responden, dan PNS 3 (3,3%) responden. Karakter responden jika

dilihat dari pendapatan , sebanyak 55 (60,4%) responden memiliki pendapatan

rendah, 29 (31,9%) responden memiliki pendapatan sedang, dan 7 (7,7%)

responden memiliki pendapatan tinggi. Status ekonomi ini digolongkan dengan

melihat pendapatan tertinggi dan terendah responden, lalu interval pendapatan

tersebut dibagi 3 untuk menilai pendapatan keluarga rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Oral Hygiene Anak


Balita di Desa Selemadeg
Variabel Frekuensi (orang) Persen (%)

Pengetahuan Tinggi 65 71,4

Pengetahuan Sedang 26 28,6

Pengetahuan Rendah 0 0

Pada tabel 5.2 terdapat 65 (79,4%) responden yang memiliki pengetahuan

tinggi, 26 (28,6%) responden yang memiliki pengetahuan sedang, dan tidak ada
45

responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai oral hygiene anak

balita.

Tabel 5.3 Dental History Responden di Desa Selemadeg

Variabel Frekuensi (orang) Persentase (%)

Dental History Baik 51 56

Dental History Sedang 34 37,4

Dental History Buruk 6 6,6

Berdasarkan tabel 5.3, terdapat 51 ( 56 %) responden yang memiliki

dental history baik, 34 (37,4%) responden memiliki dental history sedang, dan 6

(6,6%) responden memiliki dental history yang buruk.

Tabel 5.4 Perilaku Responden dalam Menjaga Oral Hygiene Anak Balita di
Desa Selemadeg
Frekuensi
Variabel Persentase (%)
(orang)
Perilaku Baik 55 60,4

Perilaku Kurang Baik 36 39,6

Berdasarkan tabel 5.4, sebanyak 55 (60,4%) responden memiliki perilaku

yang baik, dan 36 (39,6%) responden memiliki perilaku yang kurang baik dalam

menjaga oral hygiene anak balita.


46

Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Responden dalam


Menjaga Oral Hygiene Anak Balita

Perilaku Baik Perilaku Kurang Baik


Variabel Nilai p
n % n %
Tingkat Pendidikan
SMP 3 11,1 24 88,9
SMA 50 80,6 12 19,4 < 0,001
Perguruan Tinggi 2 100 0 0

Tabel 5.5 menunjukkan responden dengan pendidikan terakhir SMP yang

memiliki perilaku baik sebanyak 3 (11,1%) responden dan yang memiliki perilaku

kurang baik sebanyak 24 (88,9%) responden. Responden dengan pendidikan

terakhir SMA yang memiliki perilaku baik sebanyak 50 (80,6%) responden dan

yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 12 (19,4%) responden. Seluruh

responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 2

(100%) responden memiliki perilaku yang baik dalam menjaga oral hygiene anak

balita . Dari hasil analisis didapatkan nilai p < 0,001 yang menunjukkan terdapat

perbedaan proporsi pada ibu yang memiliki perilaku baik berdasarkan tingkat

pendidikan yang dimiliki. Proporsi ibu yang memiliki perilaku baik, lebih tinggi

pada ibu yang memiliki pendidikan perguruan tinggi dan SMA jika dibandingkan

dengan ibu yang memiliki pendidikan SMP. Hal tersebut bermakna tingkat

pendidikan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan perilaku

ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita.


47

Tabel 5.6 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Perilaku Responden


dalam Menjaga Oral Hygiene Balita di Desa Selemadeg

Perilaku Baik Perilaku Kurang Baik


Variabel n % n % Nilai p

Pendapatan Keluarga
Tinggi 4 66,7 2 33,3
Sedang 23 79,3 6 20,7 < 0,001
Rendah 28 50 28 0

Tabel 5.6 menunjukkan responden yang memiliki pendapatan keluarga

tinggi dan memiliki perilaku baik sebanyak 4 (66,7%) responden, sedangkan yang

memiliki perilaku kurang baik sebanyak 3 (33,3%) responden. Responden dengan

pendapatan keluarga sedang yang memiliki perilaku baik sebanyak 23 (43,6%)

responden, sedangkan yag memiliki perilaku kurang baik sebanyak 5 (13,9%)

responden. Responden dengan pendapatan keluarga rendah yang memiliki

perilaku baik sebanyak 27 (49,1%) responden dan yang memiliki perilaku kurang

baik sebanyak 28 (77,8%) responden. Berdasarkan hasil analisis bivariat

didapatkan nilai p 0,025 yang menunjukkan terdapat perbedaan proporsi pada ibu

yang memiliki perilaku baik berdasarkan pendapatan keluarga. Proporsi ibu yang

memiliki perilaku baik, lebih tinggi pada ibu yang memiliki pendapatan keluarga

tinggi dan sedang, jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendapatan

keluarga rendah. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hasil pendapatan

keluarga memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita.


48

Tabel 5.7 Hubungan Tigkat Pengetahuan dengan Perilaku Responden dalam


Menjaga Oral Hygiene Balita di Desa Selemadeg

Perilaku Baik Perilaku Kurang Baik


Variabel Nilai p
n % n %
Tingkat Pengetahuan
Tinggi 5 84,6 10 15,4 < 0,001
Sedang 0 0 26 100

Tabel 5.7 menunjukkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan

tinggi dan memiliki perilaku yang baik sebanyak 55 (84,6%), sedangkan

responden yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 10 (15,4%). Seluruh

responden dengan tingkat pengetahuan sedang memiliki perilaku yang kurang

baik yaitu sebanyak 26 (100%) responden. Berdasarkan analisis bivariat

didapatkan nilai p < 0,001 yang menunjukkan terdapat perbedaan proporsi pada

ibu yang memiliki perilaku baik berdasarkan tingkat pengetahuan. Proporsi ibu

yang memiliki perilaku baik, lebih tinggi pada ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan tinggi jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan rendah. Hal ini bermakna tingkat pengetahuan ibu tentang oral

hygiene anak balita memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan

perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita.


49

Tabel 5.8 Hubungan Dental History dengan Perilaku Respoden dalam


Menjaga Oral Hygiene Anak Balita

Perilaku Baik Perilaku Kurang Baik


Variabel n % n % Nilai p

Dental History
Baik 36 70,6 15 29,4
Sedang 15 44,1 19 55,9 0,043
Buruk 4 66,7 2 33,3

Berdasarkan tabel 5.8,responden yang memiliki dental history yang baik

dan perilaku baik sebanyak 36 (70,6%), sedangkan yang memiliki perilaku kurang

baik sebanyak 15 (29,4) responden. Responden yang memiliki dental history

sedang dan memiliki perilaku baik sebanyak 15 (44,1%) responden sedangkan

yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 19 (55,9 %). Responden yang

memiliki dental history buruk dan perilaku baik sebanyak 4 (66,7%) dan yang

memiliki perilaku kurang baikd sebanyak 2 (33,3%) responden. Hasil dari analisis

bivariat didapatkan nilai p 0,043 yang menunjukkan terdapat perbedaan proporsi

pada ibu yang memiliki perilaku baik berdasarkan dental history . Proporsi ibu

yang memiliki perilaku baik, lebih tinggi pada ibu yang memiliki dental history

tinggi jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki dental history sedang. Hal ini

bermakna dental history ibu memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik

dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita.


BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 91 responden yang bertujuan menganalisis

hubungan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam menjaga

oral hygiene anak balita, meliputi tingkat pendidikan, tingkat ekonomi,

pengetahuan, dan dental history ibu. Karakteristik responden ditampilkan pada

tabel 1.1. Jumlah responden yang berusia diatas 28 tahun lebih tinggi

dibandingkan responden yang berusia di bawah 28 tahun. Hal ini dapat

disebabkan karena terdapat kecenderungan menikah di usia dewasa dan adanya

kemungkinan sampel pada penelitian ini merupakan ibu yang memiliki anak balita

yang bukan merupakan anak pertama. Berdasarkan tingkat pendidikan responden,

seluruh responden memiliki pendidikan terakhir minimal SMP, yang berarti

responden telah mengikuti anjuran pemerintah untuk wajib belajar 9 tahun dan

memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan formal. Jika

dilihat dari karakteristik pekerjaan, responden di Desa Selemadeg lebih banyak

yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau

singkatnya disebut ibu rumah tangga, memiliki pengertian sebagai wanita yang

lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah, mempersembahkan waktunya

untuk memelihara anak-anak dan mengasuh menurut pola-pola yang diberikan

masyarakat, termasuk salah satunya menjaga oral hygiene anaknya

(Noviyan,2013). Berdasarkan karakteristik pendapatan, sebagian besar responden

di Desa Selemadeg memiliki pendapatan yang rendah. Pendapatan responden

50
51

dilihat dari total penghasilan seluruh anggota keluarga dibagi total anggota

keluarga yang dibiayai. Rendahnya pendapatan dapat disebabkan karena

umumnya di pedesaan, sebuah keluarga memiliki anggota keluarga yang lebih

banyak (extended family), dalam artian tidak hanya keluarga inti (ayah, ibu dan

anak) namun juga terdapat kakek atau nenek. Hal ini juga menunjukkan terdapat

ketidakseimbangan anggota keluarga yang bekerja dan yang tidak bekerja.

Perilaku responden dilihat dari kemampuan responden dalam menjawab

pertanyaan pada kuesioner dengan benar. Berdasarkan tabel 5.4, sebagian besar

responden di desa Selemadeg memiliki perilaku yang baik dalam menjaga oral

hygiene anak balita, meliputi kebiasaan yang baik dalam menyikat gigi,

mengawasi pola makan, dan rutin membawa anak ke dokter gigi. Setelah

dilakukan analisis, faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu adalah tingkat

pendidikan, pendapatan, tingkat pengetahuan, dan dental history ibu.

Tingkat pendidikan responden dilihat dari pendidikan terakhir yang telah

diselesaikannya. Pada kuesioner, peneliti menyiapkan kategori tidak sekolah, SD,

SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, namun setelah dilakukan pengumpulan data,

tidak ditemukan responden yang tidak sekolah atau memiliki pendidikan terakhir

SD. Berdasarkan tabel 5.5, jika dilihat dari hubungan tingkat pendidikan dengan

perilaku responden dalam menjaga oral hygiene anak balita, responden yang

memiliki pendidikan terakhir SMA dan Perguruan Tinggi memiliki perilaku yang

lebih baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pendidikan SMP dalam

menjaga oral hygiene anak balita. Hal ini sejalan dengan teori Green yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang merupakan faktor yang


52

mendorong terjadinya perubahan perilaku. Responden yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi, memiliki usaha untuk mengembangkan dirinya termasuk

mencari informasi yang lebih banyak mengenai hal yang bermanfaat, salah

satunya cara menjaga oral hygiene. Selain itu, lingkungan sekolah juga

memungkinkan seseorang untuk bersosialisasi dan bertukar informasi dengan

lebih baik. Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Sumerti

pada tahun 2013 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu

dalam deteksi dini karies gigi pada anak balita di Kecamatan Kuta Utara.

Penelitian tersebut menyatakan terdapat hubungan antara pendidikan dengan

deteksi dini karies pada balita dengan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut akan semakin terdorong

untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya, dan individu yang memiliki

pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan serta pengalaman yang lebih baik

daripada individu dengan pendidikan yang lebih rendah.

Pendapatan responden dilihat dari total penghasilan seluruh anggota

keluarga dibagi total anggota keluarga yang dibiayai. Peneliti mengategorikan

tingkat ekonomi berdasarkan pendapatkan terendah dan tertinggi responden di

Desa Selemadeg, lalu dari interval tersebut dibagi 3 untuk menentukan tingkat

ekonomi tinggi, sedang, atau rendah. Berdasarkan tabel 5.6, tingkat ekonomi

memiliki hubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green yang menyatakan bahwa tingkat

ekonomi seseorang merupakan faktor yang mendorong terjadinya perubahan

perilaku, dan didukung dengan penelitian Sumerti yang menyatakan terdapat


53

hubungan antara pendapatan dengan praktik deteksi dini karies pada balita dengan

nilap p = 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat

ekonomi tinggi lebih termotivasi untuk memiliki kesehatan yang optimal.

Tingkat pengetahuan responden diukur dari banyaknya pertanyaan pada

kuesioner yang mampu dijawab dengan benar. Pertanyaan tersebut meliputi

masalah gigi dan mulut yang umum pada balita, serta cara menjaga oral hygiene

yang baik. Responden dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan tinggi apabila

mampu menjawab lebih dari 75% pertanyaan dengan benar, dikategorikan

memiliki tingkat pengetahuan sedang apabila mampu menjawab 75% sampai 50%

pertanyaan dengan benar, dan dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan rendah

apabila hanya mampu menjawab kurang dari 50% pertanyaan yang diberikan

dengan benar. Berdasarkan tabel 5.7, tingkat pengetahuan memiliki hubungan

yang dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita, sejalan dengan

teori Green yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang mendorong

terjadinya suatu perubahan perilaku. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”

dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Seseorang yang memiliki pengetahuan terhadap objek tertentu, telah melewati 6

tahapan yaitu tahu, memahami, mampu mengaplikasikan, mampu menganalisis,

mampu melakukan sistesis dan melakukan evaluasi terhadap objek tersebut. Jika

responden memiliki pengetahuan yang baik tentang cara menjaga oral hygiene,

maka akan dengan mudah responden tersebut menerapkannya dalam kehidupan

sehari – hari sehingga responden tersebut memiliki perilaku yang baik. Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian Sumerti yang menunjukkan adanya


54

hubungan tingkat pengetahuan dengan praktik deteksi dini karies pada balita,

dengan nilai p = 0,000.

Dental history responden dilihat dari pengalaman responden tentang

masalah kesehatan gigi dan mulut dan perawatan yang pernah dilakukannya.

Pengalaman ini meliputi masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum dialami

oleh responden yaitu karies, kalkulus, dan fraktur pada gigi. Responden

dikategorikan memiliki dental history baik apabila mengetahui masalah gigi dan

mulut yang dialaminya dan melakukan perawatan, dikategorikan memiliki dental

history sedang apabila mengetahui memiliki masalah gigi dan mulut namun tidak

melakukan perawatan, dan dikategorikan memiliki dental history buruk apabila

tidak mengetahui masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi sehingga tidak

melakukan perawatan. Berdasarkan tabel 5.8, dental history memiliki hubungan

dengan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita. Dalam teori Green,

dental history merupakan perpaduan antara persepsi dan sikap seseorang, dan

merupakan faktor yang dapat mendorong terjadinya suatu perubahan perilaku.

Jika ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap masalah gigi dan mulut serta

dampak yang akan ditimbulkannya, maka kemungkinan besar ibu tersebut akan

melakukan perawatan, begitupun sebaliknya jika ibu tidak memiliki pengetahuan

terhadap masalah gigi dan mulut yang terjadi, maka akan susah untuk ibu tersebut

untuk melakukan perawatan. Selain itu, faktor yang menyebabkan dental history

ibu buruk adalah kurangnya kepedulian ibu dan ketidakmampuan membayar biaya

perawatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Bozormergh di Iran pada tahun 2013

tentang perilaku orang tua dalam menjaga kesehatan rongga mulut sebagai
55

prediktor status kesehatan rongga mulut anak, yang menyatakan terdapat

hubungan antara dental history orang tua dengan status DMF-T anak, dengan nilai

p = 0,001. Orang tua yang memiliki dental history baik lebih mungkin untuk

memiliki anak dengan DMFT rendah karena dental history secara tidak langsung

mempengaruhi persepsi ibu dalam menjaga oral hygiene.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan tingkat pendidikan,

pendapatan, tingkat pengetahuan, dan dental history ibu terhadap perilaku ibu

dalam menjaga oral hygiene anak balita di Desa Selemadeg. Namun penelitian ini

memiliki keterbatasan yaitu tidak menganalisis hubungan antar variabel bebas

secara bersama - sama dengan variabel tergantung, sehingga tidak dapat

menyingkirkan kemungkinan adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi

hubungan yang teridentifikasi pada analisis.


BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Tingkat pengetahuan berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga

oral hygiene anak balita.

2. Tingkat pendidikan berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga

oral hygiene anak balita.

3. Pendapatan keluarga berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga

oral hygiene anak balita.

4. Dental history berhubungan dengan perilaku ibu dalam menjaga oral

hygiene anak balita

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian dengan interval

waktu yang lebih panjang untuk menganalisis data sehingga dapat

menunjukkan adanya kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi

perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita.

2. Diperlukan adanya pengembangan program oleh puskesmas atau lembaga

terkait untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dalam

menjaga oral hygiene melalui sosialisasi atau kegiatan lainnya.

56
57

3. Intervensi untuk meningkatkan perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene

anak balita yang dilakukan oleh puskesmas atau lembaga terkait sebaiknya

lebih memprioritaskan ibu yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi

yang rendah.

4. Pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk

menggali strategi sehingga dapat meningkatkan perilaku ibu dalam

menjaga oral hygiene anak balita, yang sesuai dengan sosial budaya dan

kebutuhan ibu di Desa Selemadeg.

5. Pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian kuantitatif yang

melakukan screening pada anak balita, sehingga dapat mencari hubungan

perilaku ibu dalam menjaga oral hygiene anak balita dengan kondisi

rongga mulut anak balitanya.


DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Febby, Haendra, D. P., dan Nanang, 2013, Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1).
Anonim, 2010, “Catarrhal gingivitis in children. The clinic diagnosis and differential
diagnosis. Treatment. Choosing drugs form their application and mechanism
of action” available in
http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/stomat_ter_dit/classes_stu
d/en/stomat/ntn/Child%20therapeutic%20dentistry/5/01.%20catarrhal%20
gingivitis%20in%20children.htm diunduh pada 22 Agustus 2016
Antari, S., 2008, Pengaruh Pendapatan, Pendidikan, dan Remitan Terhadap
Pengeluaran Konsumsi Pekerja Migran Nonpermanen Di Kabupaten
Badung (Studi Kasus pada Dua Kecamatan di Kabupaten Badung),
Piramida, 4(2).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007,
Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ), hal. 133.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2013,
Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ), hal. 112.
Bonecker, M., Abanto, J., Tello, G., dan Oliveira, L. B., 2012, Impact of Dental
Caries on Preschool Children's Quality of Life: an Update, Brazilian oral
research, 26(SPE1), hal. 103-107.
Bozorgmehr, E., Hajizamani, A., dan Malek, M. T., 2013, Oral Health Behavior
of Parents As a Predictor of Oral Health Status of Their Children, ISRN
Dentistry.
Dewanti, 2012, Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dengan
Perilaku Perawatan Gigi pada Anak Usia Sekolah di SDN Cina 4 Depok,
Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta, hal.
36.
Djunaid, A., Gunawan, P. N., dan Khoman, J. A., 2013, Gambaran Pengetahuan
Tentang Tampilan Maloklusi pada Siswa Sekolah Menengah Pertama
Kristen 67 Imanuel Bahu, e-GIGI, 1(1).
Duggal, M., Cameron, A., Toumba, J., 2013, Paediatric Dentistry at a Glance,
Willey-Blackwell, United Kingdom, hal. 27
Dumitrescu, A. L., 2010, Etiology and Pathogenesis of Periodontal Disease,
Springer, New York, hal. 21 – 22
Erfin, F., 2014, “ Mengapa Ada Jerawat di Gusi Anakku “ available in
https://klinikgigibatam.com/2014/06/25/jerawat-pada-gusi-anak/ diunduh
pada 16 Agustus 2016

58
59

Fernandes, P.M., da Silva, K.C.S., de Souza, R.C., da Costa, A.F.M., Dutra,


C.D.T. and Pires, C.A.A., 2014. Oral health and feeding frequency of
preschool children in a city in northern Brazil. Acta Scientiarum. Health
Sciences, 36(1), pp.135-139.
Gunung, I. K., 2003, Langkah – Langkah Penelitian dan Pembuatan Kuesioner,
Materi Kuliah Blok Epidemiology, Lab IKK- IKP, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Handayani, M. T., dan Artini, N. W. P., 2009, Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah
Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan Keluarga,
Piramida, 5(1).
International Association of Dental Traumatology, 2010, “The Dental Trauma
Guide” available in http://www.dentaltraumaguide.org diunduh pada 20
Agustus 2016
Kementrian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita bagi Tenaga Kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, hal.
29
Khafidhoh, Z., Dewi, S. S., dan Iswara, A., 2015, Efektivitas Infusa Kulit Jeruk
Purut (Citrus hystrix DC.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans
Penyebab Sariawan Secara in vitro.
Koch, G., Poulsen, S., 2009, Pediatric Dentistry A Clininical Approach, 2nd Ed,
Willey-Blackwell, United Kingdom, hal. 98, 112, 299, 300
Kusumaningrum, W., 2014, Gambaran Perilaku Orang Tua Dalam Perawatan Gigi
Karies Anak Toddler di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Manipal, S., Joseph, A., Prabu, D., Naveen, N., Adusumilli, P., & Ahmed, A.,
2012, Knowledge, Attitude, of Mothers on Oral Hygiene Practices among
1-5 Year Old Children and Association with Their Oral Hygiene Practices
– A Comparative Study, Annals and Essences of Dentistry, 4(4).
Manoy, N. T., Kawengian, S. E., & Mintjelungan, C. N., 2015, Gambaran Karies
Gigi Molar Pertama Permanen dan Status Gizi di SD Katolik 06 Manado,
e-GiGi, 3(2).
Miloro, M., 2004, Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery,
Second Edition, BC Decker Inc, London, hal. 387
Notoatmodjo, S., 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Edisi Revisi,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, hal. 18 – 20, 131, 134 – 135, 138 – 139,
194
60

Nurhidayat, O. P., Eram, T., Wahyono, B., 2012, Perbandingan Media Power
Point dengan Flip Chart dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut. Unnes Journal of Public Health, 1(1).
Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Upah Minimum
Kabupaten/ Kota. Available in http://disnaker.baliprov.go.id/. Diunduh
pada 11 Juli 2016.
Petersen PE. The World Oral Health Report 2003. Continuous improvement of
oral health in the 21st century- the approach of the WHO Global Oral
Health Programme . Geneva, Switzerland: WHO; 2003 [sitasi pada 5 Mei
2016]. Available from-
www.who.int/oral_health/media/en/orh_report03_en.pdf
Regezi, Sciubba, Jordan, 2012, Oral Pathology Clinical Phatologic Correlations,
Sixth Edition, Elsevier, United States of America, hal. 104 - 105
Sariningrum, E., 2009, Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap, dan Pengetahuan
Orang Tua tentang Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Balita 3 – 5
Tahun dengan Tingkat Kejadian Karies di PAUD Jatipurno. Berita Ilmu
Keperawatan, Vol 2(3). hal. 119 – 124.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2002, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Edisi ke-2, CV SAGUNG SETO, Jakarta, hal. 67 - 68
Setyaningsih, R., dan Prakoso, I., 2016, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Sosial Ekonomi, dan Tingkat Pengetahuan Orangtua tentang Perawatan
Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Balita di Desa
Mancasan Baki Sukoharjo. Jurnal Ilmu Kesehatan Kosala, 4(1).
Shafer, W.G., Hine, M. K., dan Levy, 2012, Shafer’s Textbook of Oral Pathology,
7th Ed, Elsevier, Indian, hal. 419 – 423, 491, 526 - 527
Sumerti, N.N., 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam
deteksi dini karies gigi pada anak balita di Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung. Jurnal Kesehatan Gigi, 1(1), p.6.
Suresh, B. S., Ravishankar, T. L., Chaitra, T. R., Mohapatra, A. K., dan Gupta, V.,
2010, Mother’s knowledge about pre-school child’s oral health, Journal of
Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry, 28(4), 282.
Taqwim, A., 2011, “Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi Odontogen”, available
in https://dentosca.files.wordpress.com/2011/04/picture5.jpg diunduh pada
17 Juli 2016
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Available in http://sultra.kemenag.go.id/ . Diunduh
pada 11 Juli 2016
Welbury, R., Duggal, M. S., Hosey, M. T., 2012, Paediatric Dentistry, Fourth
Edition, Oxford University Press, United Kingdom, hal. 92 – 93, 315
61

Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N., dan Gunawan, P., 2013, Pengalaman Karies
Gigi serta Pola Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di Desa
Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara, e-GiGi, 1(1), hal. 59-68.
Yasin, Z., 2014, Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Praktek
Penatalaksanaan Ibu di Rumah pada Balita Diare di Wilayah UPT
Puskesmas Manding Kabupaten Sumenep, Wiraraja Medika, 4(1).
Lampiran I

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth:

Ibu ...................

Bersama ini saya, Ni Made Widya Christiana Dewi (21 tahun), yang

sedang menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi pada

Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, memohon kesediaan ibu untuk

berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU

DALAM MENJAGA ORAL HYGINE ANAK BALITA DI DESA

SELEMADEG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam menjaga kesehatan

gigi dan mulut pada anak balita, yaitu tingkat pengetahuan ibu mengenai cara

menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak balita, tingkat pendidikan ibu,

pendapatan keluarga, dan riwayat sakit gigi yang pernah dialami oleh ibu.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai

seberapa besar pengaruh tingkat pengetahuan ibu mengenai cara menjaga

kesehatan gigi dan mulut pada anak balita, tingkat pendidikan ibu, pendapatan
keluarga, dan riwayat sakit gigi yang pernah dialami oleh ibu terhadap perilaku

ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak balita, dan faktor manakah

yang benar – benar mempengaruhi perilaku tersebut. Selain itu, diharapkan hasil

penelitian ini menjadi sebuah penilaian yang nantinya dapat digunakan sebagai

panduan dalam upaya – upaya dalam meningkatkan perilaku ibu dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulut anak balita dan mencegah berbagai masalah gigi dan

mulut khususnya pada anak.

Pada penelitian ini, ibu akan saya wawancara berdasarkan lembar

kuesioner yang telah saya siapkan, kuesioner tersebut berisi pertanyaan mengenai

tingkat pengetahuan ibu mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut pada

anak balita, tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan riwayat sakit gigi

yang pernah dialami oleh ibu, ibu diminta menjawab setiap pertanyaan dengan

jujur dan diperbolehkan untuk bertanya kepada saya apabila terdapat hal yang

kurang dimenerti. Penelitian ini tidak dikenakan biaya apapun dan identitas ibu

sebagai subjek penelitian akan akan dirahasiakan oleh peneliti.

Jika ibu sudah mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia menjadi

subjek penelitian, dimohon untuk dapat mengisi dan menandatangani surat

pernyataan dan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar

berikutnya. Perlu diketahui, penelitian ini tidak mengikat dan ibu diperbolehkan

untuk menolak atau mengundurkan diri menjadi subjek penelitian jika merasa

keberatan. Apabila terdapat hal – hal yang kurang jelas, dapat menghubungi

Widya Christiana (081246902069).


Demikian lembar penjelasan ini saya buat, semoga keterangan ini dapat

dimengerti, dan atas kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saya

ucapkan terima kasih.

Tabanan, Oktober 2016

Ni Made Widya Christiana Dewi


Lampiran II

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian

dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian,

dalam penelitian atas nama Ni Made Widya Christiana Dewi yang berjudul

“Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga Oral

Hygiene Anak Balita di Desa Selemadeg ” dan menyatakan tidak keberatan

maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian penyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun..

Tabanan, Oktober 2016


Pembuat pernyataan

(…………………………….)
Lampiran III.

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

No Kuesioner :

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Lulus SD

2. Lulusan SD

3. Lulusan SMP

4. Lulusan SMA

5. Lulusan Perguruan Tinggi

Pekerjaan :

Total Pendapatan Seluruh


Anggota Keluarga :

Jumlah Anggota
Keluarga yang Ditanggung :

Jumlah Anak Balita :

Tanggal Lahir Anak Balita : 1.

2.

3.

Umur Anak Balita : bulan (diisi oleh peneliti)


B. PENGETAHUAN IBU
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban
yang dianggap paling benar dengan cara memberi tanda silang (X).
Contoh gambar bisa dilihat di lembar terakhir bila kurang jelas
dengan pertanyaan yang diberikan. Kolom skor mohon untuk tidak
diisi/ dicoret.

Tidak Tidak
No Pertanyaan Setuju Skor
Setuju Tahu
Gigi anak yang sehat terlihat utuh
1
dan tidak berlubang
Gusi anak yang sehat berwarna
2
merah muda
Gusi anak yang sehat terlihat
3
bengkak dan berwarna merah tua
Gusi anak yang sehat terlihat
4
mengkilat
Tanda gigi anak berlubang adalah
5 terlihat utuh namun terdapat
bercak berwarna putih
Gigi yang berlubang terlihat
6
berwarna coklat atau hitam
Gigi anak yang berlubang jika
7 dibiarkan dapat mengganggu benih
gigi yang belum tumbuh
Kebiasaan minum susu hingga
8 anak tertidur adalah penyebab gigi
berlubang
Makanan yang manis dan lengket
9 dapat menyebabkan gigi anak
berlubang
Bercak putih yang melekat pada
lidah, gusi, dan langit- langit
10
merupakan hal yang wajar pada
bayi
Bercak putih pada lidah, gusi, dan
11 langit- langit bayi bisa langsung
hilang hanya dengan diusap
Saat bayi, rongga mulut anak tidak
12
perlu dibersihkan
Sariawan hanya terjadi pada
13
orang dewasa
Sariawan tidak perlu diobati
14 karena bisa sembuh dengan
sendirinya
Makan makanan terlalu panas
15
dapat menyebabkan sariawan
Sariawan bisa kambuh jika kondisi
16
tubuh menurun
Gigi anak balita tidak perlu
17
disikat
Anak tidak perlu diajari cara
18
menyikat gigi
Anak boleh menyikat gigi tanpa
19
pengawasan
Idealnya anak tidak perlu
20 menyikat gigi saat malam hari
sebelum tidur
Anak tidak harus memiliki sikat
21
gigi sendiri
Setiap kegiatan menyikat gigi
22 yang dilakukan oleh anak idealnya
menggunakan pasta gigi
Pada saat menyikat gigi, gigi
23 bagian depan saja yang penting
disikat oleh anak
Sikat gigi pada anak tidak perlu
24
dilakukan setiap hari
Permukaan lidah anak tidak perlu
25
dibersikan saat menggosok gigi
Sikat gigi anak sebaiknya diganti
26
setiap 6 bulan
Makanan berserat dapat
28
menyebabkan sakit gigi
Minum susu dapat menguatkan
29
gigi
Orang tua tidak harus mengawasi
30
jajanan anak sehari-hari
Membawa anak ke dokter gigi
31 sebaiknya dilakukan secara rutin
yaitu setiap 6 bulan sekali
Membawa anak ke dokter gigi
sejak dini dapat mengurangi
32
ketakutan anak terhadap perawatan
gigi yang mungkin akan dilakukan
Orang tua hanya membawa anak
33 saya ke dokter gigi jika ada
keluhan
Orang tua tidak perlu mengikuti
instruksi dokter untuk kontrol
34 kembali karena keluhan pada anak
sudah hilang

C. PERILAKU IBU
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (X)
sesuai perilaku ibu sehari- hari. Kolom skor mohon untuk tidak
diisi/dicoret.

No Pertanyaan Ya Tidak Skor


Saya mengajarkan anak saya
1
cara mengosok gigi
Saya mengawasi saat anak
2
saya menggosok gigi
Saya mengingatkan anak saya
3
untuk sikat gigi setiap hari
Saya mengingatkan anak saya
4
untuk sikat gigi sebelum tidur
Pada saat sikat gigi harus
5
menggunakan pasta gigi
Saya membersihkan rongga
6 mulut anak saya saat masih
bayi
Saya mengawasi jajanan anak
7 saya terutama makanan yang
manis dan lengket
Saya membiasakan anak untuk
8
rajin makan buah dan sayur
Saya membawa anak saya ke
9 dokter gigi secara rutin setiap
6 bulan sekali
Saya membawa anak saya ke
10 dokter gigi jika ada keluhan
saja
Saya membawa anak saya ke
dokter gigi sejak dini untuk
11
melihat keadaan rongga
mulutnya
D. RIWAYAT SAKIT GIGI YANG PERNAH DIALAMI IBU
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menyilang ( X ) sesuai
dengan pengalaman ibu.

1. Apakah ibu pernah memiliki karang gigi ?


a. Pernah
b. Tidak
c. Tidak tahu

Bila pernah apakah dibersihkan?

a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

2. Apakah gigi ibu pernah berlubang?


a. Pernah
b. Tidak
c. Tidak tahu

Bila pernah apakah dilakukan perawatan?

a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

3. Apakah gigi ibu pernah patah?


a. Pernah
b. Tidak
c. Tidak tahu

Bila pernah apakah dilakukan perawatan?

a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Lampiran IV
Lampiran V

Dental
No Nama Usia Pekerjaan Pengetahuan Pendidikan Pendapatan Perilaku
History
1 WA 31 1 1 4 2 3 1
2 NA 39 1 1 4 2 3 1
3 MC 33 1 1 5 3 3 1
4 MS 41 2 2 3 3 2 2
5 MK 40 2 2 3 3 1 2
6 NG 29 2 1 4 3 1 1
7 GM 29 3 1 4 3 3 1
8 E 25 2 1 4 3 3 1
9 WP 30 1 2 3 3 2 2
10 ER 26 4 1 4 2 3 1
11 DR 36 4 2 3 3 2 2
12 NA 32 4 1 4 3 3 1
13 MY 37 1 1 4 3 3 1
14 WY 43 4 1 4 2 3 1
15 WYS 27 3 1 4 3 2 1
16 KD 20 1 1 4 1 3 1
17 YR 22 1 1 4 3 3 2
18 RA 28 4 1 4 3 3 1
19 KA 38 1 1 4 3 2 1
20 NM 31 4 1 4 2 2 1
21 AP 36 3 2 3 3 1 2
22 AS 34 1 1 4 3 3 1
23 KK 23 1 1 4 3 2 1
24 MP 32 3 1 4 1 3 1
25 LE 31 3 2 3 3 2 2
26 MW 31 5 1 4 2 3 2
27 NW 39 1 2 3 2 3 2
28 MY 27 3 1 4 2 3 1
29 AK 26 4 1 4 3 2 1
30 PD 29 1 1 4 3 2 1
31 DN 31 1 1 4 3 3 2
32 MS 26 3 1 4 2 2 2
33 WU 39 4 1 4 2 2 1
34 AW 37 4 1 4 2 2 1
35 MA 26 4 1 4 3 3 2
36 SD 30 3 1 4 2 3 2
37 KW 38 4 1 4 2 3 1
38 MW 29 4 1 4 3 3 2
39 KS 25 4 1 4 2 3 1
40 LI 25 4 1 3 3 2 1
41 LM 25 4 1 4 2 3 1
42 KS 25 4 1 3 3 3 2
43 KA 24 4 2 3 3 2 2
44 ME 31 3 1 4 2 1 1
45 MY 27 1 2 3 3 2 2
46 KA 39 1 2 3 3 3 2
47 LE 31 3 1 4 1 3 1
48 SW 27 1 2 4 1 2 2
49 IT 39 4 2 3 3 2 2
50 KY 27 4 1 4 2 3 1
51 AK 27 1 1 4 3 3 1
52 BA 30 1 1 5 2 3 1
53 SS 27 1 1 4 2 3 1
54 PY 39 4 1 4 3 1 1
55 GP 27 4 2 3 3 3 2
56 PN 39 4 1 4 3 1 1
57 YA 27 1 2 3 2 2 2
58 EL 31 4 2 3 3 2 2
59 DJ 37 3 1 4 3 3 1
60 SA 20 4 1 4 3 3 1
61 KA 39 4 1 4 2 3 1
62 MS 27 1 1 4 2 3 1
63 YL 21 4 1 4 3 2 1
64 WS 24 3 1 3 1 3 1
65 GA 30 4 1 4 2 2 1
66 KS 25 3 1 4 2 2 1
67 WD 30 4 1 4 2 3 1
68 WY 37 1 1 3 3 2 1
69 LM 26 4 1 4 2 3 1
70 TY 39 3 2 3 2 3 2
71 WM 31 2 2 3 3 2 2
72 DA 27 5 2 3 1 2 2
73 NM 36 1 1 4 3 3 1
74 IK 26 1 1 4 3 2 1
75 SS 35 2 2 3 3 2 2
76 ES 39 4 2 3 3 3 2
77 KS 27 1 1 4 3 3 1
78 SH 27 1 2 4 3 2 2
79 AS 31 4 2 3 3 2 2
80 SP 31 1 1 4 2 3 1
81 RD 21 4 2 4 3 2 2
82 AA 30 3 2 3 3 3 2
83 DM 25 4 1 4 3 3 2
84 SN 39 1 1 4 3 3 1
85 Nma 31 2 1 4 3 2 1
86 KA 38 1 1 4 3 3 1
87 LB 27 4 2 3 3 2 2
88 PS 39 5 1 4 2 3 1
89 SM 31 4 2 3 3 2 2
90 WW 37 4 1 4 3 3 2
91 SD 30 3 1 4 3 3 1
Pengetahuan : Pendidikan :
1 = pengetahuan tinggi ( benar > 75%) 1 : Tidak sekolah
2 = pengetahuan sedang ( benar 50 sampai < 75 % ) 2 : Lulusan SD
3 : Lulusan
3 = pengetahuan rendah ( nilai akhir < 50 ) SMP
4 : Lulusan
SMA
Pekerjaan : 5 : Lulusan Perguruan Tinggi
1 = Karyawan Swasta
2 = Petani Perilaku
3 = Wiraswasta 1 = perilaku tinggi (nilai akhir 75 - 100 )
4 = Ibu Rumah Tangga 2 = perilaku sedang ( nilai akhir 50 - < 75 )
5 = PNS 3 = perilaku rendah ( nilai akhir < 50 )

Rata - Rata Penghasilan


Terendah Rp. 360.000 , tertinggi Rp 1.500.000
1 = Penghasilan Tinggi ( Rp. 1.120.000 - Rp. 1.500.000 )
2 = Penghasilan Sedang ( < Rp. 1.120.000 - Rp. 740.000 )
3 = Penghasilan Rendah ( < Rp. 740.000 )
Lampiran VI

1. Analisis Univariat
Statistics

Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Pengetahuan Dental_History Perilaku

N Valid 91 91 91 91 91 91

Missing 0 0 0 0 0 0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Lulusan SMP 27 29.7 29.7 29.7

Lulusan SMA 62 68.1 68.1 97.8

Lulusan Perguruan Tinggi 2 2.2 2.2 100.0

Total 91 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Karyawan Swasta 29 31.9 31.9 31.9

Petani 7 7.7 7.7 39.6

Wiraswasta 16 17.6 17.6 57.1

Ibu Rumah Tangga 36 39.6 39.6 96.7

PNS 3 3.3 3.3 100.0

Total 91 100.0 100.0


Pendapatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pendapatan Tinggi 7 7.7 7.7 7.7

Pendapatan Sedang 29 31.9 31.9 39.6

Pendapatan Rendah 55 60.4 60.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pengetahuan Tinggi 65 71.4 71.4 71.4

Pengetahuan Sedang 26 28.6 28.6 100.0

Total 91 100.0 100.0

Dental_History

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dental History Baik 51 56.0 56.0 56.0

Dental History Sedang 34 37.4 37.4 93.4

Dental history Buruk 6 6.6 6.6 100.0

Total 91 100.0 100.0


Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perilaku Baik 55 60.4 60.4 60.4

Perilaku Kurang Baik 36 39.6 39.6 100.0

Total 91 100.0 100.0


2. AnalisisBivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan * Perilaku 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%

Pendapatan * Perilaku 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%

Pengetahuan * Perilaku 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%

Dental_History * Perilaku 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%


A. HubunganPendidikandenganPerilakuRespondendalamMenjagaOral Hygiene AnakBalita

Crosstab

Perilaku
PerilakuKurangB
PerilakuBaik aik Total
Pendidikan SMP Count 3 24 27
% within Pendidikan 11.1% 88.9% 100.0%
SMA Count 50 12 62
% within Pendidikan 80.6% 19.4% 100.0%
Perguruan Tinggi Count 2 0 2
% within Pendidikan 100.0% .0% 100.0%
Total Count 55 36 91
% within Pendidikan 60.4% 39.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided) Point Probability
Pearson Chi-Square a
39.373 2 .000 .000
Likelihood Ratio 42.395 2 .000 .000
Fisher's Exact Test 40.049 .000
b
Linear-by-Linear Association 37.209 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 91
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided) Point Probability
Pearson Chi-Square a
39.373 2 .000 .000
Likelihood Ratio 42.395 2 .000 .000
Fisher's Exact Test 40.049 .000
b
Linear-by-Linear Association 37.209 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 91
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .79.

b. The standardized statistic is -6.100.

B. HubunganPendapatandenganPerilakuRespondendalamMenjagaOral Hygiene AnakBalita


Crosstab
Perilaku
PerilakuBaik PerilakuKurangBaik Total
Pendapatan Pendapatan Tinggi Count 4 2 6
% within Pendapatan 66.7% 33.3% 100.0%
PendapatanSedang Count 23 6 29
% within Pendapatan 79.3% 20.7% 100.0%
PendapatanRendah Count 28 28 56
% within Pendapatan 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 55 36 91
% within Pendapatan 60.4% 39.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 6.969a 2 .031 .027
Likelihood Ratio 7.316 2 .026 .036
Fisher's Exact Test 7.040 .025
b
Linear-by-Linear Association 4.635 1 .031 .037 .022 .013
N of Valid Cases 91
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
b. The standardized statistic is 2.153.

C. HubunganPengetahuandenganPerilakuRespondendalamMenjagaOral Hygiene AnakBalita

Crosstab
Perilaku
PerilakuKurangB
PerilakuBaik aik Total
Pengetahuan Pengetahuan Tinggi Count 55 10 65
% within Pengetahuan 84.6% 15.4% 100.0%
PengetahuanSedang Count 0 26 26
% within Pengetahuan .0% 100.0% 100.0%
Total Count 55 36 91
Crosstab
Perilaku
PerilakuKurangB
PerilakuBaik aik Total
Pengetahuan Pengetahuan Tinggi Count 55 10 65
% within Pengetahuan 84.6% 15.4% 100.0%
PengetahuanSedang Count 0 26 26
% within Pengetahuan .0% 100.0% 100.0%
Total Count 55 36 91
% within Pengetahuan 60.4% 39.6% 100.0%
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided) Point Probability
a
Pearson Chi-Square 55.611 1 .000 .000 .000
b
Continuity Correction 52.129 1 .000

Likelihood Ratio 66.344 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000


c
Linear-by-Linear Association 55.000 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 91

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.29.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 7.416.


D. HubunganDental HistorydenganPerilakuRespondendalamMenjagaOral Hygiene AnakBalita

Crosstab
Perilaku
PerilakuBaik PerilakuKurangBaik Total
Dental_History Dental History Buruk Count 4 2 6
% within Dental_History 66.7% 33.3% 100.0%
Dental History Sedang Count 15 19 34
% within Dental_History 44.1% 55.9% 100.0%
Dental History Tinggi Count 36 15 51
% within Dental_History 70.6% 29.4% 100.0%
Total Count 55 36 91
% within Dental_History 60.4% 39.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 6.082a 2 .048 .046
Likelihood Ratio 6.065 2 .048 .082
Fisher's Exact Test 5.999 .043
b
Linear-by-Linear Association 2.745 1 .098 .120 .069 .035
N of Valid Cases 91
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
b. The standardized statistic is -1.657.
Lampiran VII

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai