Kab.DELI SERDANG
TAHUN 2021
PROPOSAL
OLEH:
HASRIANA SIREGAR
NPM: 17.11.073
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2021
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL
Kab.DELI SERDANG
TAHUN 2021
HASRIANA SIREGAR
NPM : 17.11.073
Oleh :
Dosen Pembimbing
NPP.19890614.201008.2.002
Diketahui,
NPP. 19621116.199304.2.001
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Proposal:perbandingan status gizi bayi yang diberi asi esklusif dan non
Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana dan Disetujui untuk diajukan
ii
Dosen Penguji I
NPP.19890614.201008.2.002
NPP.19801130.200503.2.002 NPP.19761226.200008.2.002
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
karunia, rahmat dan hidayah nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “Perbandingan status gizi bayi yang diberi ASI Esklusif
dan non ASI Esklusif usia 6-12 bulan dipuskesmas biru-biru kecamatan biru-biru
kab.deli serdang tahun 2021”. Penelitian ini dibuat untuk melengkapi tugas dan
pihak yang terkait dalam penyelesaian proposal peneliti ini yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun material.
4. Ns. Heri Novita Tarigan, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
v
membimbing dan memberikan ilmu dan bantuan dalam menyelesaikan
proposal ini.
Keperawatan.
8. Seluruh staf dosen pengajar di institut DELI HUSADA Delitua yang telah
orang tua saya, tiada kata yang dapat terucap semoga ayahanda dan ibunda
10. Kepada saudara kandung peneliti yang selalu memberi dukungan dalam
angkatan ke XVI telah banyak menjadi teman suka dan duka dalam
12. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
Peneliti
Hasriana siregar
17.11.073
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
PENDAHULUAN
(UNICEF) dalam Global Strategi for infant and young child feeding mengatur
pola pemberian makan terbaik pada bayi dari lahir sampai usia dua tahun untuk
meningkatkan kualitas kesehatan pada bayi dan anak dengan cara memberikan air
susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu satu jam setelah bayi
lahir,memberikan ASI saja atau pemberian ASI secara Esklusif sejak lahir sampai
sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan serta meneruskan pemberian ASI
Machmud,2018).
bahwa daerah istimewa yogyakarta berada pada urutan ke-6 dengan presenatse
2017(Kemenkes RI,2017)
Pada tahun 2018 cakupan ASI Esklusif didaerah Istimewa yogyakarta menjadi
1
2
tahun 2018 yaitu 47 %.presentase tertinggi cakupan pemberian ASI terdapat pada
Berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018 yaitu proporsi ASI Esklusif pada bayi
Esklusif pada bayi usia 0-5 bulan tahun 2018 adalah provinsi kepulauan bangka
Nusa Tenggara Barat (20,3%), Adapun proporsi pemberian ASI pada bayi usia 0-
ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi untuk
pemberian ASI saja sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak
mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, air putih
dan tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur
nasi tim, dan sebagainya khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-
unsur gizi yang dibutuhkan (Suradi, 2017). Selain itu ASI merupakan makanan
bayi yang paling sempurna, berisi semua nutrien dalam perbandingan ideal yang
ASI memiliki zat imun yang terletak pada immunoglobin, sekretori dan
lakteferin. Zat imun tersebut bersih dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin yang
berfungsi sebagai pencegahan terjangkitnya penyakit pada bayi. Zat sekrotori, zat
3
ini sangat berguna untuk melumpukan bakteri pathogen e-coli dengan berbagai
diberikan ASI non Eksklusif. Pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar
bayi yang diberikan ASI non Eksklusif diperoleh 62,9% dengan pertumbuhan
Menurut Eisenberg (2017) bayi yang tidak diberi ASI secara Eksklusif sangat
gizi buruk. Selain itu bayi yang tidak diberikan ASI secara Eksklusif juga
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat
gizi.16 Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan
menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan
usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis
darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi
usia 0-6 bulan, sehingga bayi dengan pemberian ASI yang kurang akan
antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
(Almatsier, 2017).
kondisi bayi yang membutuhkan gizi yang tinggi sementara kondisi tubuh yang
kandungaan nutrisi yang sangat banyak tersebut sangat mudah dicerna dan diserap
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI secara penuh sampai pada usia 6 bulan
pertama kehidupan memiliki resiko diare yang parah dan fatal. Resiko tersebut 30
kali lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secarah penuh. Dan bayi yang
Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khosman, MS, standar acuan
status gizi balita adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut umur (TB/U). sementara
5
kualifikasinya adalah normal, Underweight (kurus), dan gemuk status gizi pada
balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan
berat badan standar WHO-NCHS, bila berat badannya kurang maka status gizi
dan perkembangan bayi dan anak. Mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat
terjadinya berbagai penyakit akibat kurang gizi. Selain itu juga dapat membantu
dalam aktifitas sehari-hari karena gizi sebagai sumber tenaga, sumber zat
perkembangan bayi dan balita sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI
secara alami. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai enam bulan yang bisa disebut dengan ASI Eksklusif
(Roesli,2015).
timur tahun 2016 sebesar 3,4 ,sedangkan target rencana strategis provinsi jawa
6
sedangakn target program dinas kesehatan provinsi jawa timur sebesar 12,9%.
penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan
pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan
timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya
penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak. Khususnya pada umur
Biru-Biru Kab.Deli Serdang bayi dan balita pada tahun 2020 berjumlah 4416
balita dimana yang berumur 0-12 bulan berjumlah 831 bayi,yang berumur 12-59
bulan berjumlah 3585, dan cakupan pemberian ASI Esklusif Dipuskesmas Biru-
Biru sebanyak 100 %, dan pemberian ASI Esklusif pada bayi usia 6-12 bulan
mencakup 85 % dari jumlah balita yang ada,dimana sebagian ada bayi yang belum
mendapat ASI Esklusif dikarenakan kondisi ibu yang kurang produksi ASI dan
bayi.
7
Serdang hasil penelitian didapat 10 bayi, dimana 5 bayi diberikan ASI Esklusif
dan 5 bayi diberikan non ASI Esklusif. Itulah sebab peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Status Gizi Bayi Diberi ASI Esklusif Dan
masalah sebagai berikut : Bagaimana Perbandingan Status Gizi Bayi Yang Diberi
ASI Esklusif Dan Non ASI Esklusif Usia 6-12 Bulan Dipuskesmas Biru-Biru
Untuk mengetahui Perbandingan Status Gizi Bayi Yang Diberi ASI Esklusif
tentang Perbandingan Sttatus Gizi Bayi Diberi ASI Esklusif Dan Non Asi Esklusif
yang memiliki bayi tentang Perbandingan Status Gizi Bayi Yang Diberi ASI
untuk perkembangan tubuh yang optimal. Pemberian ASI Eksklusif dimulai dari 1
jam (inisiasi menyusui = IMD) setelah lahir sampai 6 bulan. Selama pemberian
jumlah yang cukup, maka semua kebutuhan air dan zat gizi akan terpenuhi,
setelah umur 6 bulan, harus dimulai pemberian MP-ASI dan ASI tetap diberikan
sampai umur 2 tahun atau lebih. Hal ini karena setelah umur 6 bulan ASI saja
tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi, protein, dan mikronutrien pada
dua tahun pertama bayi rentan terhadap masalah gizi kurang, oleh karena itu
pemberian ASI merupakan intervensi yang murah dan efektif disamping makanan
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula,jeruk,madu,air the, dan air putih, serta
nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI
(MPASI). ASI dapat diberi sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Ambarwati,
2016). Pemberian ASI esklusif diberikan secara lansung yaitu dengan cara
bayi (Suryorajogo,2015).
kecenderungan yang sangat positif ,karena kebutuhan makanan bayi pada 6 bulan
Esklusif,padahal ia adalah figur utama yang memberi dukungan kepada ibu dalam
ASI mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi yang sedang tumbuh kembang. ASI mudah dicerna, diserap dan digunakan
secara efesien oleh tubuh bayi. ASI dapat melindungi bayi dari kejadian
infeksi.Selain itu, dengan memberikan ASI dapat melindungi bayi dari kejadian
infeksi. Selain itu, dengan memberikan ASI dapat diperoleh interaksi antara bayi
1. ASI merupakan sumber gizi yang ideal Komposisi ASI sangat tepat bagi
bayi haru mulai diberi makanan yang padat tetapi ASI dapat ditteruskan
minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi berpotensi untuk menjadi
perantara masuknya bakteri dan virus ketubuh bayi.Selain itu bayi dapat
(Imunoglobulin A) yang tidak terdapat dalam susu sapi. Badan bayi sendiri
kadar protektif pada waktu berusia 9-12 bulan. ASI adalah cairan hidup
yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
zat keekebalan 10-17 kali lebih banyak dari ASI matur. Zat kekebalan yang
terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari alergi dan penyakit
pada ASI dari ibu dengan status gizi baik sudah tepat dan ideal untuk
12
kebutuhan bayi.ASI juga memiliki kandungan gizi yang berbeda dari waktu
Komposisi zat gizi ASI bukan hanya tepat dalam hal jumlah, tetapi proporsi
zat gizi ASI juga membuat ASI mudah dicerna oleh bayi. ASI mengandung
protein dan asam lemak dengan rasio yang pas, sehingga mudah dicerna
oleh bayi. Adanya bakteri pencernaan yaitu bifidobakteri pada ASI juga
tulang rahang dan tulang lainnya. Saat aktif menghisap, mulut bayi
sel tulang rahang. Anak yang tidak diberikan ASI cenderung memiliki oral
proses pemulihan ibu pasca melahirkan. Isapan bayi pada putting payudara
ibu.
2. Mengurangi Anemia
banyaknya darah yang keluar dari tubuh ibu saat proses melahirkan.
lama dan sering ibu menyusui akan memberikan efek protektif terhadap
Pemberian ASI dapat memengaruhi kerja hormone pada tubuh ibu yang
b. Risiko dirawat dengan sakit saluran pernapasan 3 kali lebih jarang dari
teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk
perkotaan. Distibusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus, dan
bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan
masyarakat di Indonesia.
tertarik untuk coba menggunakan susu instan itu sebagai makanan bayi.
16
hisap berkurang, karena bayi mudah merasa kenyang, maka bayi akan
Seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter untuk
jantung, Hb rendah).
d. Tenaga Kesehatan
Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari
hampir setengah dari bayi mereka diberi susu buatan atau larutan glukosa.
Menurut (Hartati, 2018) Untuk menilai apakah ASI Eksklusif yang diberikan
sudah memadai, ada beberapa kriteria yang dapatdijadikan pegangan. ASI dinilai
memadai bila :
1. Sesudah menyusu bayi tampak puas, dapat tidur nyenyak dan melepas
trimester kedua.
6. Bayi mengeluarkan air seni banyak dan jernih, tidak berbau tajam, 6-8 kali
dalam 24 jam.
Pemberian non ASI Esklusif adalah pemberian ASI yang ditambah dengan
makanan ataupun minuman tambahan yang yang biasa dikenal dengan makanan
Setelah pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan, bayi harus di beri makanan
pendamping ASI karena setelah 6 bulan ASI tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi akan energi protein dan beberapa mikronutrien penting. ASI
hanya dapat memenuhi kebutuhan energi sekitar 65-80% dan sangat sedikit
terutama zat besi dan seng harus di dari MP-ASI. Pemberian MP-ASI merupakan
proses transisi dari asupan yang semula hanya susu menuju ke makanan semi
padat. Periode peralihan dari ASI Eksklusif ke makanan keluarga dikenal pula
frekuensi maupun terkstur dan konsistensinya sampai seluruh dari kebutuhan zat
zat gizi yang diberikan untuk bayi selama periode penyapihan (complementary
feeding) yaitu pada saat makanan atau minuman lain diberikan bersama
makanan dengan berbagai rasa dan tekstur yang pada akhirnya mampu
(keterampilan oromotor).
semakin meningkat.
Menurut (Djoko.2018) pada Global Strategy for-infant and Young Child Feeding
dan mikronutrien.
harus higienis.
tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukkan bayi serta frekuensi dan
khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, yaitu protein, energi,
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi
sebagai berikut:
bulan.
orang dewasa.
20
3. Makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok,
kriteria berikut.
ialah :
5. Bayi bisa mengerakkan lidah, dan tidak lagi mendorong makanan keluar
menggunakan lidah.
Bayi
1. Makanan tambahan bayi usia 0-6 bulan Hanya diberikan ASI, karena ASI
saja sudah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi dan kolostrum harus
diberikan.
21
Usia 6-7 bulan adalah usia awal bayi mengenal makanan. Fungsi
adalah 2-3 kali makanan lumat ditambah selingan dan ASI. Dengan
Pada usia ini, sistem pencernaan bayi sudah mulai berkembang. Tingkat
Pada usia ini, bayi mulai di perkenalkan dengan bentuk makanan semi
padat, seperti nasi tim dan makanan yang dicingcang kasar. Dengan
frekuensi pemberian MP-ASI adalah 3-4 kali makanan lembut dan 1-2 kali
Menurut (Lituhayu, 2018) memberikan makanan tambahan pada bayi cepat sangat
berbahaya karena:
sebersihASI.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat
dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2016).Jadi, status gizi
merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat
23
gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizibaik dan gizi lebih
(William, 2016).
makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2016). Masalah gizi anak
secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan
keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran
a. Faktor Genetik
terdapat dalam sel tubuh. Gen akan diwariskan orang tua pada
keturunannya. Orang tua yang bertubuh besar akan mempunyai anak yang
akan memiliki anak yang tubuhnya relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh
gen yang diturunkan orang tua kepada anaknya. Kelainan genetik pada
sindrom turner memiliki kelenjar gonad yang tidak berfungsi dengan baik
b. Faktor Lingkungan
1) Nutrisi
Balita yang mendapatkan asupan gizi yang seimbang baik kualitas maupun
oleh kelenjar tiroid (gondok) terutama sel folikel tiroid. Penyebab paling
(Setyawan, 2015).
2) ISPA/Pneumonia
keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan
3) Kelainan Bawaan
sebagaimana mestinya.
1. Antropometri
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
Untuk menilai status gizi balita dengan menggunakan indeks BB/U yang
dikonversikan dengan baku rujukan, status gizi dapat dibagi menjadi empat
2. Klinis
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
3. Biokimia
berbagai macam jaringan tubuh, seperti darah, urine, tinja, jaringan otot,
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali
spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
2016).
Menurut (Fatmida, 2016) penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi 3 yaitu : survey konsumsi makanan, static vital dan faktor ekologi.
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu, survey ini dapat
2. Statistic vital
Pengukuran status gizi dengan static vital adalah dengan menganalisis data
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya
28
3. Faktor ekologi
ada ukuran baku yang sering disebut reference. Menurut buku pedoman
Pamantuan Status Gizi (PSG) melalui posyandu, (Depkes RI, 2010) indeks dan
baki rujukan yang digunakan dalam pengolahan data adalah indeks BB menurut
Kebutuhan energi dan protein pada bayi dan anak per kg BB lebih besar dari
pada kebutuhan energi dan protein orang dewasa karena anak tumbuh dan
berkembang. Kebutuhan energi dan protein per kg berat badan per hari menurun
seiring dengan bertambahnya umur, sedangkan kebutuhan zat gizi mikro semakin
meningkat sesuai dengan umur. Kebutuhan zat gizi dipengaruhi oleh berbagai
keadaan seperti status gizi, status pertumbuhan, aktivitas, dan ada tidaknya
Menurut (Sjarif, 2018) tujuan pemenuhan kebutuhan gizi pada bayi dan anak
adalah untuk :
3. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup yaitu untuk
status gizi anak kemenkes RI tahun 2010 dan grafik pertumbuhan CDC.
6. Kebutuhan Energi
Penentuan kebutuhan energi dapat dihitung dengan berbagai cara antara lain :
30
individual
berdasarkan BB ideal sesuai TB aktual dengan AKG sesuai usia tinggi. Yang
dimaksud dengan :
aak usia > 5 tahun ) – usia tinggi = usia sesuai TB aktual bila berada pada median.
a. Kebutuhan Protein
protein atau asam amino minimal yang secara individual dapat digunakan
pada saat lahir sampai usia 1 tahun sangat tinggi sehubungan dengan
b. Kebutuhan Lemak
lemak bagi bayi adalah 45-35% dari energi total ( mengacu pada ASI),
pada batita 30-35% dari energy total, sedangkan kebutuhan lemak pada
c. Kebutuhan Karbohidrat
d. Kebutuhan Cairan
asupan energi, kebutuhan pada bayi dan anak relatif lebih besar. Bayi yang
menyusu pada ibunya, asupan cairan rata-rata 175-200 ml/kg/ hari pada
Tabel 2.3.4
Tabel 2.3.5
Pemberian ASI
Esklusif Pemberian Non
ASI /Pemberian
MP-Asi
Manfaat ASI
Pemberian ASI
Esklusif
Status Gizi
Keterangan :
Esklusif .
H1 : Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Yang Diberi ASI Esklusif Lebih Baik
METODOLOGI PENELITIAN
dua sampel atau uji coba pada obyek penelitian.penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan status gizi bayi umur 6-12 bulan antara bayi yang
mendapatkan ASI Esklusif dengan bayi yang mendapatkan non ASI Esklusif atau
35
36
2021
Waktu dilakukan penelitian dari bulan januari sampai selesai tahun 2021.
3.3.1 populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah bayi umur 6-12 bulan Dipuskesmas
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (notoatmodjo 2014). Sampel ibu bayi dalam
penelitian ini adalah bayi umur 6-12 bulan Dipuskesmas Biru-Biru Kecamatan
N Z 2 pq
n= 2
d ( N−1 ) + Z 2 pq
37
Keterangan :
n :besarnya sampel
N :populasi
( Notoatmodjo ,2012 )
14
n=
0,2+ 0,1824
14
n=
0,3824
n=36
Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 36 bayi yaitu 17 bayi yang
Adapun kriteria inklusi dan esklusi dalam penelitian tersebut sebagai berikut:
1. kriteria inklusi
persetujuan
2. kriteria ekslusi
Variabel dalam penelitian adalah variabel bebas dan variabel terikat dimana
Esklusif dan non ASI Esklusif sedangkan variabel terikat (dependen) adalah
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat,2014).
39
Guttman. Skala Guttman ini umumnya dibuat seperti checklist ( ) atau pilihan
ganda. Bila dari kuesioner responden menjawab “Ya” maka akan diberi nilai 2,
Untuk mengetahui adanya kejadian BB kurang pada bayi usia umur 6-12
bulan, bila dari kuesioner responden menjawab “gizi baik” maka diberi nilai 1,
dan jika responden menjawab gizi kurang” maka diberi nilai 2, dan jika responden
Kuesioner adalah daftar pernyataan tertulis yang diberikan kepada subjek yang
digunakan dalam penelitian pemberian asi dan non asi esklusif adalah bentuk
kepada orang tua bayi yang berumur 6-12 yang memenuhi sampel.
Data sekunder adalah data yang didapati oleh peneliti berdasarlkan sumber
responden.
(nursalam,2014).
langkah berikut:
1. editing
2. Coding
hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai dengan
petunjuk.
3. Tabulating
(pemberian ASI Esklusif dan non ASI Esklusif) terhadap variabel dependen
HASIL PENELITIAN
Yang Diberi ASI Esklusif Dan Non ASI Esklusif Usia 6-12 Bulan Di Puskesmas
sebesar 89,69 km.jumlah desa terdiri dari 17 desa dengan jumlah penduduk 38646
jiwa dan 432 KK.adapun lokasi penelitian berada diwilayah Puskesmas Biru-Biru.
bayi yang diberi Asi Esklusif dan non Asi Esklusif usia 6-12 bulan tahun 2021.
43
44
Tabel 4.1
usia bayi
Frequency Percent
12 bulan 7 19,4
11 bulan 6 16,7
10 bulan 5 13,9
9 bulan 5 13,9
Valid
8 bulan 3 8,3
7 bulan 4 11,1
6 bulan 6 16,7
Total 36 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 36 responden sebagian besar
berusia 12 bulan sebanyak 7 bayi (20,0 %) dan sebagian kecil ber usia 8 bulan
Tabel 4.2
jenis kelamin
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 36 responden yaitu laki-laki
sebanyak 17 bayi (47,2 %) dan perempuan sebanyak 19 bayi (52,8 %).
Tabel 4.3
Pendidikan
Frequency Percent
Sd 5 13,9
Smp 7 19,4
Sma 16 44,4
Valid
d3 5 13,9
s1 3 8,3
Total 36 100,0
46
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 36 responden sebagian besar
pendidikan orang tua bayi sebanyak 18 SMA (44,5%), SMP (19,4 %) dan
Tabel 4.4
pemberian asi
Frequency Percent
non asi
Valid 19 52,8
esklusif
Total 36 100,0
besar non eksklusif sebanyak 19 bayi (52,8 %) dan sebagian kecil asi eksklusif
Tabel 4.5
Frequency Percent
<3
21 58,3
kali/hari
Valid >3
15 41,7
kali/hari
Total 36 100,0
47
besar < 3 kali/hari sebanyak 21 bayi (58,3 %) dan sebagian kecil > 3 kali/hari
Tabel 4.6
status gizi
Frequency Percent
gizi
4 11,1
kurang
Valid
gizi cukup 4 11,1
Total 36 100,0
besar gizi baik sebanyak 28 bayi (77,8 %) dan sebagian kecil gizi kurang
yaitu perbandingan status gizi bayi yang diberi Asi Esklusif dan non Asi Esklusif
Tabel 4.7
Perbandingan Status Gizi Bayi Yang Diberi Asi Esklusif Dan Non
Eksklusif 32 0 0 0,000
Tidak 0 1 3
eksklusif
Total 32 1 3
≥ 3 kali/hari 5 4 4
Total 27 5 4
menunjukkan status gizi kurang, dijumpa pada bayi dengan pemberian Asi tidak
49
eksklusif sebanyak 3 bayi (75,0 %), 1 status gizi cukup (25,0 %) dan 0 bayi (0,0
%) status gizi baik, sedangkan pemberian asi eksklusif 32 bayi (100,0 %) status
gizi baik dan 0 (0,0 %) bayi status gizi cukup. Dan pola (MP-ASI) menunjukkan
status gizi kurang pada bayi usia 6-12 bulan yang banyak dijumpai pada bayi yg
diberikan < 3 kali/hari 22 bayi (95,0%), dan paling sedikit dijumpai pada bayi
pemberian Asi p value = 0,000 (P<α 0,05) dan diperoleh nilai pola makanan
pendamping Asi p value =0,001 (P<α 0,05) yang artinya ada perbandingan status
gizi bayi yang diberi Asi Esklusif dan non Asi Esklusif usia 6-12 bulan.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Dari hasil penelitian perbandingan status gizi bayi yang diberi Asi Esklusif
dan non Asi Esklusif usia 6-12 bulan tahun 2021, maka di dapatkan hasil
penelitian dari 36 responden ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan pemberian
Asi ekslusif memiliki status gizi baik responden yang diberikan sebanyak 32 bayi
(100,0 %) dengan status gizi baik dan 0 bayi (0,0%) bayi status gizi cukup. Dan
minoritas responden ibu yang yg tidak diberikan asi tidak eksklusif sebanyak 0
bayi (0,00 %) dengan status gizi baik, 3 bayi (75,0 %) status gizi cukup. Dan pola
(MP-ASI) menunjukkan status gizi baik pada bayi usia 6-12 bulan yang banyak
dijumpai pada bayi yg diberikan < 3 kali/hari 22 bayi (95,7 %) dan 1 bayi (4,3 %)
dengan status gizi kurang dan paling sedikit dijumpai pada bayi diberikan ≥ 3
kali/hari 4 bayi (30,8 %) dan 27 bayi (75,0 %). Dibandingkan dengan penelitian
terkait di dapatkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Etiaka
Desi Yogi (2014) tentang Pengaruh Pemberian Asi dan Pola MP-ASI terhadap
status gizi Bayi usi 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Badegan Kabupaten
pemberian Asi tidak ekslusif yang dijumpai lebih banyak memiliki status gizi
rendah responden yang diberikan sebanyak 24 bayi (82,8%) dan 5 bayi (37,2)
bayi status gizi normal. Dan responden ibu yang diberikan asi eksklusif sebanyak
18 bayi (43,9%) status gizi rendah, dan 23 bayi (56,1%) status gizi normal. Dan
pola (MP-ASI) menunjukkan status gizi rendah pada bayi usia 6-12 bulan yang
50
51
banyak dijumpai pada bayi yg diberikan < 3 kali/hari 27 bayi (79,4%), dan paling
diperoleh nilai p = 0,138 yang berarti lebih kecil dari p –value (0,05). Dengan
demikian dapat di tarik kesimpulan Pengaruh Pemberian Asi dan Pola MP-ASI
terhadap status gizi Bayi usi 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Badegan
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Retno Endah H, Dahlia Indah dan
sebagian besar responden memberikan ASI yang tergolong cukup yaitu sebanyak
orang (29,2%) dan responden memberikan ASI yang tergolong kurang yaitu 26
responden memberikan MP- ASI yang tergolong baik yaitu sebanyak 73 orang
(10,7%). Hanya ada 1,5% bayi yang pola pemberian MP-ASI nya baik tapi grafik
bayi dengan grafik pertumbuhan dengan status tumbuh kejar. Sebagian besar bayi
cukup.
baik sebayak 84,4%, sedang dan kurang sebanyak 15,6%, berdasarkan frekuensi
MP ASI baik sebayak 84,4%, sedang dan kurang sebanyak 15,6%, berdasarkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian MP ASI dengan kejadian
Stuntingpada Balita Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan pada bulan januari – mei 2021 di
berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 36 bayi responden bayi
yang pemberian Asi ekslusif memiliki status gizi baik responden yang diberikan
sebanyak 32 bayi (100,0 %) dan 0 bayi (0,00%) bayi status gizi cukup. Dan
minoritas responden ibu yang yg tidak diberikan asi tidak eksklusif sebanyak bayi
1 bayi (25,0 %) status gizi kurang dan 3 bayi (75,0 %) status gizi cukup.
53
Dan pola (MP-ASI) menunjukkan status gizi kurang pada bayi usia 6-12
bulan yang banyak dijumpai pada bayi yg diberikan < 3 kali/hari 22 bayi (95,7
%), dan paling sedikit dijumpai pada bayi diberikan ≥ 3 kali/hari 4 bayi (30,8 %).
Hasil uji chi-square di peroleh nilai pemberian Asi p value = 0,000 (P<α 0,05)
dan diperoleh nilai pola makanan pendamping Asi p value = 0,001(P<α 0,05)
yang artinya ada pengaruh antara pemberian Asi dan pemberian makanan
pendamping Asi terhadap status gizi bayi usia 6-12 bulan. Disebabkan terjadi
adanya status gizi kurang adalah faktor dari status pengetahuan ibu.
5.1.2Pendidikan Orangtua
(8,3 %).
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah menengah
pendidikan seseorang, maka semakin lama dirinya telah mengikuti proses belajar,
luas. Hal ini dipengaruhi pula oleh kompetensi indikator yang sudah dicapai
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
perbandingan status gizi bayi yang diberi Asi Esklusif dan non Asi
Esklusif usia 6-12 bulan tahun 2021 telah dianalisis dapat disimpulkan
Asi esklusif Terhadap Status Gizi. Frekuensi terbanyak adalah pola non-
ASI) menunjukkan status gizi baik pada bayi yg diberikan < 3 kali/hari 22
bayi (95,7%), dan paling sedikit dijumpai pada bayi diberikan ≥ 3 kali/hari
6.2. Saran
masyarakat tentang pemberian Asi Esklusif dan non Asi Esklusif terhadap
status gizi.
55
56
menambah pengetahuan.
yang memiliki bayi tentang perbandingan status gizi bayi yang diberi Asi Esklusif
dan non Asi Esklusif pada usia 6-12 bulan tahun 2021.
57
Daftar Pustaka
Dinkesjogja,
(2017),Dinaskesehatanpropoinsidiy,Www,Dinkes,Jogjaprov,Go.Id/Index.Ph
p/Cdownload/.../40 Html
erian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi )Dengan Status Gizi Pada Balita Usia 6-
12 Bulan Di Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Bandung.
Leni Helmina,(2017),Perbedaan Status Gizi Bayi Umur 6-12 Bulan Antara Bayi
Yang Mendapatkan ASI Esklusif Dengan Bayi Yang Mendapatkan MP –
58
59
ASI Dini Diwilayah Kerja Puskes mas Rano Meeto Kabupaten Konawe
Selatan.
Nasar (2018) ,Makanan Bayi Dan Ibu Menyusui .Jakarta :Gramedia Pustaka
Utama Cetakan I.
Rani Ayu Hapsari,Yuli Isnaeni,(2012),Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan
Yang Diberi ASI Esklusif Dan Tidak Esklusif Di BPS Suraetni Bantul
Yogyakarta.
NPM: 17.11.073
Tingkat: IV PSIK
penelitian tentang “Perbandingan Status Gizi Bayi Diberi Asi Esklusif Dan Non
dalam lembar kuesioner. Jawaban yang saudara berikan akan saya jaga
kerahasiaan nya dan lainnya digunakan untuk keperluan penelitian. Atas bantuan
Peneliti
Judul Penelitian : Perbandingan status gizi bayi yang diberi Asi Esklusif dan
non Asi Esklusif usia 6-12 bulan di puskesmas biru-biru
kecamatan biru-biru kab.deli serdang tahun 2021.
NIM : 17.11.073
Saya mengerti bahwa catatan penelitian ini akan dirahasiakan dan dijamin
selegal mungkin, semua berkas yang mencantumkan identitas dan semua jawaban
saya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data, bila sudah tidak digunakan
akan dimusnakan, dan hanya peneliti yang mengetahui kerahasian data.
Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan diri pihak manapun, saya
bersedia berperan dalam penelitian ini
Responden
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden :
Tanggal wawancara :
A. Identitas Responden
1. Nama ibu/anak :
2. Tanggal lahir anak :
3. Anak ke :
4. Jenis kelamin :
5. Umur anak :
6. Usia ibu :
7. Pekerjaan ibu :
8. Jumlah anggota keluarga :
9. Pendidikan terakhir ibu :
a. Tidak tamat sekolah
b. SMA/SLTA
c. Tamat SMA
d. Sarjana
10. Pekerjaan :
a. Ibu rumah tangga
b. Petani
c. Wiraswasta
d. Buruh
e. PNS/TNI/POLRI
f. Dan lain-lain
11. Alamat :
A. Pengukuran antopometri
1. Panjang badan atau tinggi badan anak saat ini :....cm
2. Berat badan anak saat ini :....kg
B. Petunjuk pengisian
1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik.
2. Jawablah pertanyaan yang ada pada tempat yang telah disediakan.
3. Isilah jawaban yang menurut ibu paling cocok dan benar.
4. Jawaban akan dijaga kerahasiannya dan hanya akan digunakan untuk
penelitian ini.
5. Mohon kuesioner ini diisi dengan sejujur-jujurnya.
6. Bila dalam menjawab pertanyaan ibu mengalami kesulitan, tanyakan
langsung kepada peneliti atau petugas kesehatan yang ada.
7. Jawaban pertanyan dengan memilih jawaban.
8. Terima kasih atas kesedian ibu yang telah menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini dan jika telah selesai dalam mengisi jawaban mohon
dikembalikan kepada kami.
1. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan selain ASI (makanan pendamping
ASI) ?.............
2. Jika ya, sejak usia berapakah anak ibu diberikan makanan selain ASI ?
........bulan
4. Berapa kali anak ibu diberikan makan dan cemilan dalam sehari ?
makanan ……/hari cemilan……/hari
6. Jika ya, sejak usia berapakah anak ibu diberikan makanan keluarga?
..... bulan
FREKUENSI USIA
Usia Bayi
Jenis Kelamin
FREKUENSI PENDIDIKAN
Pendidikan
Pemberian Asi
non asi
Valid 19 52,8 52,8 100,0
esklusif
<3
21 58,3 58,3 58,3
kali/hari
Valid >3
15 41,7 41,7 100,0
kali/hari
gizi
4 11,1 11,1 88,9
kurang
Valid
gizi cukup 4 11,1 11,1 100,0
statusGizi Total
PemberianAs Count 32 0 0 32
i
% within
100,0
pemberian 100,0% 0,0% 0,0%
%
Asi
asi esklusif
% within
100,0% 0,0% 0,0% 88,9%
statusGizi
Count 32 1 3 36
% within
100,0
pemberian 88,9% 2,8% 8,3%
%
Asi
Total
% within 100,0
100,0% 100,0% 100,0%
statusGizi %
100,0
% of Total 88,9% 2,8% 8,3%
%
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
32,745 1 ,000
Association
N of Valid Cases 36
% within
makanan
95,7% 4,3% 0,0% 100,0%
pendamp
ing asi
<3
kali/hari
% within
20,0
status 81,5% 0,0% 63,9%
%
gizi
% of
61,1% 2,8% 0,0% 63,9%
Total
makanan pendamping
asi
Count 5 4 4 13
% within
makanan 30,8
38,5% 30,8% 100,0%
pendamp %
ing asi
>3
kali/hari
% within
80,0 100,0
status 18,5% 36,1%
% %
gizi
% of 11,1
13,9% 11,1% 36,1%
Total %
Count 27 5 4 36
% within
makanan 13,9
75,0% 11,1% 100,0%
pendamp %
ing asi
Total
% within
100,0 100,0 100,0
status 100,0%
% % %
gizi
% of 13,9
75,0% 11,1% 100,0%
Total %
Chi-Square Tests
Pearson Chi-
14,874a 2 ,001
Square
N of Valid Cases 36