SKRIPSI
OLEH
LENI HELMINA
P00312016126
i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
LENI HELMINA
P00312016126
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
LENI HELMINA
P00312016126
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Politeknik
Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
iii
iv
I. Identitas Penulis
a. Nama : LENI HELMINA
b. Tempat/Tanggal Lahir : Abelisawah, 22 juni 1980
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia
f. Alamat : Jln. Mekar Jaya 1, Kel. Kadia,
Kec. Kadia Kota Kendari
II. Pendidikan
a. SDN : Tamat Pada Tahun1992
b. SMP : Tamat Pada Tahun 1995
c. SMU : Tamat Pada Tahun 1998
d. Diploma III Kebidanan : Tamat Pada Tahun 2002
e. S1 Kesmas : Tamat Pada Tahun 2009
f. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan Prodi D IV
kebidanan tahun 2016 sampai sekarang
III. Pekerjaan
iv
v
KATA PENGANTAR
bayi umur 6-12 bulan antara bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif
v
vi
penulis.
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... x
ABSTRAK......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 10
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 10
B. Landasan Teori.......................................................................... 43
C. Kerangka Teori.......................................................................... 46
D. Kerangka Konsep...................................................................... 47
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 48
A. Jenis Penelitian......................................................................... 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 49
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 49
D. Variabel Penelitian..................................................................... 51
E. Definisi Operasional.................................................................. 51
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 52
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 52
vii
viii
H. Alur Penelitian........................................................................... 52
I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 55
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 55
B. Pembahasan.............................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 71
A. Kesimpulan................................................................................ 71
B. Saran......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 73
LAMPIRAN
viii
ix
ix
x
x
xi
ABSTRAK
PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI UMUR 6-12 BULAN ANTARA BAYI YANG
MENDAPATKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG MENDAPATKAN
MP-ASI DINI DI PUSKESMAS RANOMEETO KABUPATEN KONAWE
SELATAN
Hasil Penelitian: Sebagian besar status gizi bayi umur 6-12 bulan yang
mendapatkan ASI Eksklusif di Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan dalam kategori status gizi baik. Sebagian besar status gizi bayi umur 6-12
bulan yang mendapatkan MP-ASI dini di Puskesmas Ranomeeto Kabupaten
Konawe Selatan dalam kategori status gizi kurang. Ada perbedaan status gizi bayi
umur 6-12 bulan antara bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dengan bayi
yang mendapatkan MP-ASI dini di Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan (p-value = 0,000).
1
Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2012). Gangguan gizi yang kronis yang terjadi pada masa anak-anak
yang sama juga terjadi pada provinsi Sulawesi Tenggara yang mencatat
prevalensi stunting mulai dari 2007, 2010 dan 2013 sebesar 40,5%, 37,8
1
2
kurus (1,5%) dan normal-normal (0,5%) dari tahun 2010 (Kemenkes R.I,
2013).
Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang
sangat penting diperhatikan oleh ibu. Menurut Perry & Potter (2015)
Sejak lahir, makanan yang terbaik bagi bayi adalah ASI (Air
zat pati, protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain itu, ASI juga
mengandung zat kekebalan tubuh. Bayi yang diberi ASI lebih kebal
2
3
tetap tumbuh normal dan sehat dengan diberi ASI. Setelah bayi berumur
bayi semakin meningkat dan tidak dapat dipenuhi hanya dengan ASI
(Depkes RI,2011).
bulan sejumlah 30.801 diberi ASI dan MP-ASI. Di Indonesia tahun 2013,
persentase berat badan lahir anak usia 0-59 bulan menurut karakteristik,
untuk kelompok usia 24–35 bulan dengan berat badan ≥4000 gr sebesar
5,1%, usia 36–47 bulan sebesar 4,7%, sedangkan untuk usia 48–59
bulan diketahui sebesar 4,5%. Pada tahun 2013 prevalensi gemuk secara
Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk
bayi, karena banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan
madu, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu dan biskuit (Kristiyansari, 2014). Proses tersebut bisa
juga diawali dengan pemberian minuman buatan kepada bayi selama ASI
3
4
belum keluar yang lebih dikenal dengan ASI pra-laktal. ASI pra-laktal
sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika produksi
(Nasar, dkk, 2015). Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi
susu sapi sangat baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh
MP-ASI dini harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI
menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari
4
5
kematian.
83,87%, status gizi kurang sebanyak 12,90% dan status gizi lebih hanya
3,23%. bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI dan MP-ASI dini
100% mempunyai status gizi baik. Hasil penelitian Budiwan dkk (2013)
Eksklusif.
Data status gizi pada bayi 0-6 bulan tahun 2016 di Puskesmas
Ranomeeto menunjukkan bahwa status gizi bayi yang baik sebesar 35%,
gizi lebih sebesar 54% dan gizi kurang sebesar 11% dan cakupan
hasil sembilan orang ibu yang memberikan ASI eksklusif. Ibu yang tidak
5
6
minuman tambahan pada bayi di wilayah penelitian ini adalah saat bayi
berusia 1 bulan.
air putih, pisang, bubur bayi dan biskuit. Hasil survey juga menyatakan
makanan tambahan yang tepat adalah saat bayi berusia 6 bulan, akan
tetapi ibu-ibu bayi tetap memberikan susu formula pada bayi sebelum
bayi berusia 6 bulan, karena bayi yang diberikan susu formula berat
pada bayi.
meneliti tentang perbedaan status gizi bayi umur 0-6 bulan antara bayi
B. Perumusan Masalah
yaitu “Apakah ada perbedaan status gizi bayi umur 6-12 bulan antara
Selatan?”
6
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Konawe Selatan.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
7
8
E. Keaslian Penelitian
1. Agustina (2013) yang berjudul perbedaan status gizi bayi umur 0-6
8
9
adalah pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan, status gizi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Pengertian
cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh
pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2015). Status gizi
8
9
dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk
baik pula.
ekologi.
penyebab tertentu.
2014).
tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas
(Supariasa, 2014).
a) Parameter Antropometri
1. Umur
tepat.
2. Berat Badan
3. Tinggi badan
2014).
b) Indeks Antropometri
mudah dibawa.
turun.
Rumus IMT:
(Nursalam, 2013).
pelayanan kesehatan.
a. Pengertian
formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa
biskuit, bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan
2014).
zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein,
b. Manfaat
lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI
eksklusif.
jantung.
baik.
c. Penggolongan
tiga, yaitu:
1) Kolostrum
hari.
2) ASI Peralihan
sayang bayi”.
menemui kesukaran.
menyusui.
24
a) Pengertian
Hal tersebut tentu tidak perlu terjadi jika orangtua dan keluarga
(KBG).
ASI.
kemuadian hari.
2012).
Bulan
botol. Hal ini akan membuat anak tidak belajar secara mekanik
meski sudah diberi susu dan terus rewel. Padahal bisa jadi
diantaranya :
1) Mudah sakit
alergi.
29
3) Berpeluang obesitas
(Darmayanti, 2014).
ASI Dini
oleh
dan montok.
3) Faktor individu
rumah.
4) Faktor promosi
Faltering
kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena pemberian MP ASI
preklaktal akan berisiko diare dan infeksi (ISPA) pada bayi. Dengan
Dengan pemberian MP ASI dini makan komsumsi energi dan zat gizi
vitamin yang cukup untuk bayi. Zat besi dari susu sapi juga
tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang
36
bayinya adalah :
kelainan payudara.
ASI
37
1) Garam
2) Gula
perut.
sempurna.
5) Madu
6) Makanan kaleng
dikomsumsi bayi.
7) MSG
8) Susu segar
9) Kacang-kacangan
tersendak.
10) Jeroan
absorbsi nutrisi zat gizi lainnya. Oleh karena itu hidari memberikan
makanan yang mengandung serat yang tinggi (Ari & Resi, 2013).
Pendamping ASI (MP ASI) super lengkap oleh Sudaryanto tahun 2014,
tambahan.
tersebut salah. Susu yang sangat kental juga tidak dapat dicerna dan
muntah.
40
3) Bayi boleh diberi air tajin sebagai pengganti susu atau pelarut
susu.
oleh bayi. Pernyataan tersebut salah karena tidak semua bayi dapat
pencernaan.
5) Bayi yang diberi ASI mudah lapar. Karena ASI begitu mudah
kebih baik meskipun bayi mungkin tidur lebih lama. Hal ini
B. Landasan Teori
Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah
cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar
sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan
(Triaswulan, 2012). Status gizi yang baik akan turut berperan dalam
2015).
Menurut Perry & Potter (2015) faktor yang mempengaruhi status gizi
42
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini
makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap
diberi ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2014). Menurut Roesli
(2014), manfaat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi sebagai berikut
sebagai sumber nutrisi yang ideal bagi bayi, meningkatkan daya tahan
baik.
Susu formula menurut WHO (2014) yaitu susu yang diproduksi oleh
industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula
diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI
Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik
hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum
diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi
susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI
yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain
C. Kerangka Teori
Faktor Langsung
1. Pemberian makanan (ASI)
2. Penyakit infeksi
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian di Modifikasi dari Perry and Potter (2015);
Nursalam (2013); Supariasa (2014); Roesli (2014)
45
D. Kerangka Konsep
Pemberian
makanan bayi Status Gizi bayi
1. ASI Eksklusif Usia 6-12 Bulan
2. MP-ASI Dini
Keterangan:
E. Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan status gizi bayi umur 6-12 bulan antara bayi yang
METODE PENELITIAN
F. Jenis Penelitian
perbandingan dua sampel atau dua uji coba pada obyek penelitian.
umur 6-12 bulan antara bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dengan
Status gizi Status gizi Status gizi Status gizi Status gizi Status gizi
lebih baik kurang lebih baik kurang
46
47
1. Tempat Penelitian
159 bayi.
2. Sampel ibu bayi dalam penelitian adalah bayi umur 6-12 bulan di
( )
Keterangan :
n : besarnya sampel
N : populasi
(Notoatmodjo, 2012)
( )
( ) ( )
48
Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 50 bayi yang terbagi
menjadi 2 kelompok, yaitu 25 bayi yang mendapatkan ASI
Eksklusif dan 25 bayi yang mendapatkan MP-ASI Dini. Teknik
pengambilan sampel secara purposive sampling.
lembar persetujuan.
c. Memiliki KMS.
3. Kriteria pengunduran
I. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu status gizi bayi usia 6-12 bulan.
J. Definisi Operasional
1. Status gizi bayi usia 6-12 bulan adalah kesehatan fisik bayi usia 6-
ordinal.
Kriteria objektif
a. Gizi lebih: jika berat badan bayi melebihi dari berat badan
b. Gizi baik: jika berat badan bayi sesuai berat badan menurut
c. Gizi kurang: jika berat badan bayi kurang dari berat badan
(Kemenkes, 2014)
Kriteria objektif
b. MP-ASI Dini
(Roesli, 2014)
dari penilaian status gizi bayi usia 6-12 bulan dan kuesioner pada ibu
50
L. Instrumen Penelitian
observasi tentang status gizi bayi usia 6-12 bulan dan kuesioner
Alur Penelitian
Populasi
Bayi usia 6-12 bulan yang berjumlah 159 bayi
Sampel
Bayi usia 6-12 bulan yang berjumlah 50 bayi
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 5 : Alur penelitian
51
a. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
dengan petunjuk.
3. Tabulating
tabel distribusi.
b. Analisis data
1. Analisis Univariat
f
X x K
n
Keterangan :
K: konstanta (100%)
A. Hasil Penelitian
penjelasan dari isi tabel. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum
a. Keadaan Geografi
53
54
Kabupaten Kendari.
Konda.
b. Luas Wilayah
c. Keadaan Iklim
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara bulan
Oktober dan Maret.Pada musim tersebut angina barat yang tertiup dari
Asia dan Samudera Fasifik mengandung banyak uap air. Musim kemarau
terjadi antara bulan April dan September, pada bulan-bulan ini angin timur
yang tertiup dari Australia sifatnya kering dan kurang mengandung upa
35oC.
55
d. Demografis
Tabel 1
Jumlah Penduduk Wilayah Kecamatan Ranomeeto Pada Tahun 2016
berada pada Desa Kel. Ranomeeto dengan jumlah penduduk 2.519 jiwa,
Tabel 2
Mata Pencaharian Wilayah Kecamatan Ranomeeto Pada Tahun 2016
Jumlah
Mata Pencaharian % Keterangan
(KK)
Pegawai 1.236 26,9 PNS + ABRI
Pedagang/Wiraswasta 682 14,9
Petani 2.246 48,9
Nelayan - -
Buruh 346 7,5
Lain-lain 82 1,8
Jumlah 4.592 100
Sumber data : Profil Kecamatan Ranomeeto tahun 2016
2.246 atau 48,9%. Dan sumber mata pencaharian yang paling sedikit
Tabel 3
Tingkat Pendidikan Wilayah Kecamatan Ranomeeto Pada Tahun 2016
Jiwanya di Taman Kanak – Kanak (TK), dengan Jumlah 588 jiwa atau
sebesar 10 % .
57
Tabel 4
Agama/Kepercayaan Wilayah Kecamatan Ranomeeto Pada Tahun 2016
Islam dengan persentase 3.484 Jiwa atau 75,9% sedangkan Agama dan
Tabel 5
Budaya dan Etnis Wilayah Kecamatan Ranomeeto Pada Tahun 2016
Mata
Jumlah (KK) % Keterangan
Pencaharian
Tolaki 1.874 40,8
Bugis 1.123 24,5
Jawa 596 13,0
Bali 799 17,4
Buton 117 2,5
Muna 83 1,8
Jumlah 4.592 100
Sumber data : Profil kecamatan Ranomeeto tahun 2016
sebanyak, 847 Jiwa atau 40,8% sedangkan Jumlah budaya dan Etnis
Tabel 6
Tingkat Kemampuan Berbahasa Wilayah Kecamatan Ranomeeto Pada
Tahun 2016
Masyarakat yang belum bisa berbahasa Indonesia itu dilihat jumlah jiwa
2. Analisis Univariabel
gizi bayi yang mendapatkan ASI dan status gizi bayi yang mendapatkan
Status gizi bayi usia 6-12 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif
adalah kesehatan fisik bayi usia 6-12 bulan yang pernah mendapatkan
berat badan menurut umur(BB/U).Status gizi bayi usia 6-12 bulan yang
status gizi bayi usia 6-12 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif dapat
Tabel 7
Distribusi Status Gizi Bayi Umur 6-12 Bulan Yang Mendapatkan ASI
Eksklusif di Puskesmas Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan
Jumlah
Status Gizi Bayi
n %
Lebih 4 16,0
Baik 21 84,0
Kurang 0 0
Total 25 100
Sumber: Data Primer
status gizi bayi umur 6-12 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif adalah
b. Status gizi bayi umur 6-12 bulan yang mendapatkan MP-ASI Dini
di Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
Status gizi bayi usia 6-12 bulan yang mendapatkan MP-ASI Dini
adalah kesehatan fisik bayi usia 6-12 bulan yang pernah mendapatkan
berat badan menurut umur(BB/U). Status gizi bayi usia6-12 bulan yang
yaitu lebih, baik, kurang. Hasil analisis univariabel mengenai status gizi
bayi usia 6-12 bulan yang mendapatkan MP-ASI dapat dilihat pada tabel
8.
60
Tabel 8
Distribusi Status Gizi Bayi Umur 6-12 Bulan Yang Mendapatkan MP-ASI
Dini di Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
Jumlah
Status Gizi Bayi
n %
Lebih 3 12,0
Baik 6 24,0
Kurang 16 64,0
Total 25 100
Sumber: Data Primer
status gizi bayi umur 6-12 bulan yang mendapatkan MP-ASI Eksklusif
3. Analisis Bivariabel
variabel terikat. Uji yang digunakan adalah Uji Kai Kuadrat atau Chi
status gizi bayi umur 6-12 bulan antara bayi yang mendapatkan ASI
tabel 9.
61
Tabel 9
Perbedaan Status Gizi Bayi Umur 6-12 Bulan Antara Bayi Yang
Mendapatkan ASI Eksklusif Dengan Bayi Yang Mendapatkan
MP-ASI Dini di Puskesmas Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan
mann whitney diperoleh nilai z= -4,595 dan nilai p-value = 0,000. Hal ini
menyatakan bahwa ada perbedaan status gizi bayi umur 6-12 bulan
Selatan.
B. Pembahasan
penelitian tentang perbedaan status gizi bayi umur 6-12 bulan antara bayi
perbedaan status gizi bayi umur 6-12 bulan antara bayi yang
yang berjudul perbedaan status gizi bayi umur 0-6 bulan antara bayi yang
mendapatkan ASI dengan bayi yang mendapatkan ASI dan susu formula
bahwa ada perbedaan status gizi bayi umur 0-6 bulan antara bayi yang
mendapatkan ASI dengan bayi yang mendapatkan ASI dan susu formula.
Demikian pula hasil penelitian Rani (2012) yang berjudul perbedaan status
gizi usia 0-6 bulan bayi yang diberi ASI eksklusif dan tidak eksklusif di
status gizi usia 0-6 bulan bayi yang diberi ASI eksklusif dan tidak eksklusif.
Hasil penelitian Shoim dkk (2017) yang berjudul perbedaan status gizi
bayi berumur 4–6 bulan pada pemberian ASI eksklusif dengan ASI non
bahwa ada perbedaan status gizi bayi berumur 4–6 bulan pada pemberian
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam
kombinasi waktu yang tepat ditingkat sel tubuh agar berkembang dan
bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan
menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa paska
antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk
Oleh sebab itu, indicator yang paling baik untuk mengukur status gizi
pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan
tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,
tetap diberi ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2014). Menurut
Roesli (2014), manfaat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi sebagai
baik.
Susu formula menurut WHO (2014) yaitu susu yang diproduksi oleh
kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk. Perlu dipahami susu cair steril
indikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI
Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik
hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum di
ubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang
2011).
pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain gangguan
Pada susu formula yang difortifikasi dengan zat besi, ternyata tidak
penyakit anemia. Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk
bayi. Zat besi dari susu sapi juga tidak diserap sempurna seperti zat besi
dari ASI. Bayi yang diberikan susu formula bisa terkena anemia kerena
yang berjudul perbedaan status gizi bayi umur 0-6 bulan antara bayi yang
mendapatkan ASI dengan bayi yang mendapatkan ASI dan sus uformula
bahwa status gizi bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dalam kategori
status gizi baik, sedangkan yang mendapatkan ASI dan susu formula
dalam kategori status gizi kurang. Demikian pula hasil penelitian Rani
(2012) yang berjudul perbedaan status gizi usia 0-6 bulan bayi yang diberi
ASI eksklusif dan tidak eksklusif di BPS Suratni Bantul Yogyakarta yang
eksklusif dalam kategori status gizi kurang. Hasil penelitian Shoim dkk
(2017) yang berjudul perbedaan status gizi bayi berumur 4–6 bulan pada
gizi pada bayi dan anak disebabkan karena pemberian MP-ASI yang tidak
kali pemberian ASI sangat penting dalam menentukan status gizi bayi.
menjadi rapuh.
(groeth faltering) yang terjadi sejak umur 3 bulan sampai anak mencapai
berisiko diare dan infeksi (ISPA) pada bayi. Dengan terjadinya infeksi,
tubuh akan mengalami demam sehingga kebutuhan zat gizi dan energy
ASI Dini makan komsumsi energy dan zat gizi dari ASI akan menurun
A. Kesimpulan
3. Ada perbedaan status gizi bayi umur 6-12 bulan antara bayi yang
(p=0,000).
B. Saran
bayi.
69
70
yang dapat mempengaruhi status gizi pada bayi umur 6-12 bulan
antara lain pola makan dan asupan makan ibu bayi dalam sehari
yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, K.P. (2013) Perbedaan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan Antara
Bayi Yang Mendapatkan Asi Dengan Bayi Yang Mendapatkan Asi
Dan Susu Formula Di Kelurahan Dukuh Sidomukti Kotamadya
Salatiga. Jurnal Publikasi Artikel Ilmiah. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Chen, M., et al., (2014). Effects of dairy intake on body weight and fat: a
meta-analysis of randomized controlled trials1–4. Am J Clin
Nutr;96:735–47.
Depkes RI. (2010) Banyak Sekali Manfaat ASI Bagi Ibu dan Bayi.
www.depkes.go.id.
Febry, A.B. (2014) Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Nadesul, H. (2014) Makanan Sehat untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Puspa
Swara.
Roesli, U. ( 2014) Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Shoim, D.M., Mira, C.K., Anika, C. (2017) Perbedaan Status Gizi Bayi
Berumur 4–6 Bulan Pada Pemberian ASI eksklusif dengan ASI non
eksklusif di Posyandu Gonilan Pabelan Surakarta. Naskah
Publikasi.
Supariasa, I., Bakri, B., dan Fajar, I. (2014) Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.