Disusun Oleh:
Masitah R.M
NIM. P07224420026
Laporan inovasi ini telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing
ruangan dan pembimbing Institusi di Puskesmas Muara Jawa
Mahasiswa
Masitah R.M.
NIM. P07224420026
Mengetahui,
Hj.Nurlaelah.S.S.Tr.Keb
Ns. Jasmawati,S.Kep.,M.Kes
NIP. NIP. 197403052008012010
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan inovasi pada
remaja ini. Laporan inovasi pada remaja ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan
inovasi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
C. Metode................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 4
A. Remaja................................................................................................ 4
B. Anemia Pada Remaja.......................................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 14
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik maupun psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19
tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia,
dan sering disebut masa pubertas. Pubertas pada laki-laki terjadi usia 12-
16 tahun, sedangkan pubertas perempuan di usia 10-16 tahun. Remaja
putri mengalami peningkatan kebutuhan zat besi karena percepatan
pertumbuhan (growth spurt) dan menstruasi. Remaja putrijuga sangat
memerhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang mengonsumsi
makanan yang adekuat. Bentuk badan yang diinginkan oleh remaja itulah
yang menjadi masalah kesehatan, di antaranya anemia (Verawaty, 2011).
Pada masa remaja kebutuhan atau kecukupan zat-zat gizi
(Recommended Dietary Alloance) cukup tinggi, sehingga faktor gizi
sangat berperan dan menentukan “posture” dan “performance” seseorang
pada usia dewasa. Masalah gizi yang ditemukan pada masa remaja adalah
kurang gizi (underweight), obesitas (overweight), anemia dan gondok.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboraturium maupun
secara antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemia dengan
pemeriksaan darah (Waryana, 2010).
Permasalahan remaja terutama remaja putri sering terabaikan.
Kekurangan zat besi merupakan gangguan yang terjadi, hal ini terjadi pada
dua tahun kehidupan awal dan pada fase remaja. Zat besi merupakan
mineral yang berperan penting dalam metabolisme. Kekurangan zat besi
dapat mempengaruhi motorik, kognitif dan emosi (WHO, 2007).Terdapat
tiga masalah gizi utama pada remaja, yaitu Kekurangan Energi Kronik
(KEK), kegemukan dan anemia. Untuk mencegah anemia, pemerintah
mencanangkan program pemberin Tablet Tambah Darah (TTD) bagi
remaja putri sebanyak 52 butir dalam 1 tahun.
2
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari kata latin yaitu adolescene yang
berarti tumbuh kearah kematangan fisik, sosial, dan psikologis
(Prawirohardjo, 2012). Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa yang terjadi pada
usia 12 tahun hingga 21 tahun (Sekarini, 2012). Menurut Piaget, secara
psikologis masa remaja merupakan masa individu tidak lagi merasa berada
di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan masa remaja
merupakan masa individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan
berada pada tingkatan yang sama (Wiknjosastro, 2013). Berdasarkan teori
tahapan perkembangan individu menurut Erickson dari masa bayi hingga
masa tua, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yaitu remaja awal,
remaja pertengahan, serta remaja akhir. Rentang usia remaja awal pada
perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Rentang
usia remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-
laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan rentang usia remaja akhir pada
perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib,2010).
Berdasarkan survei tahun 2002 mengenai perilaku berisiko yang memiliki
dampak pada kesehatan reproduksi remaja terdapat bahwa remaja yang
tercakup adalah mereka yang berusia 10-24 tahun (Maryatun, 2013)
2. Tahapan remaja
Menurut (Prawirohardjo, 2012) ada tigatahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju dewasa, antara lain:
a. Remaja awal (Early Adolescence)
Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun ditandai dengan
adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik,
sehingga intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini sebagian
besar pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Pada tahap
6
terjadi karena dampak dari kurangnya zat gizi makro (karbohidrat, protein,
lemak) dan zat mikro (vitamin dan mineral) yang kurang dalam tubuh.
2. Tanda-tanda Anemia
Pada remaja putri yang mengalami anemia akan timbul tanda tanda
anemia sebagai berikut:
a. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
3. Penyebab Anemia
a. Faktor yang mendukung terjadinya anemia:
1) Makanan yang mengandung zat besi rendah
Kebutuhan zat besi yang meningkat akibat kehilangan darah, misalnya
sebagai akibat cidera, perdarahan ulkus peptikum atau hemorhoid,
atau sebagai akibat epistaksis atau menstruasi yang berlebihan.
2) Gangguan penyerapan zat besi.
Gangguan penyerapan zat besiseperti terjadi pada kelainan traktus
alimentarius tertentu. Penghambat penyerapan zat besi yang lainnya
yaitu kafein, tanin, fitat, zink, kalsium, fosfat dan lain-lain.
b. Faktor pendorong anemia pada remaja putri.
1) Setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi.
Siklus menstruasi pada wanita rata-rata sekitar 28 hariselama kurang
lebih 7 hari,lama perdarahannya sekitar 3-5 hari dengan jumlah darah
yang dikeluarkan sekitar 30-40 cc. Puncak perdarahannya hari ke 2-3
yaitu jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Banyaknya darah
yang keluar mengakibatkan anemia, karena wanita tidak mempunyai
persediaan Fe yang cukup dan absorpsi Fe ke dalam tubuh tidak dapat
menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi.
11
konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan
untuk meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas (ketersediaan
hayati) zat besi dalam makanan. Ada empat pendekatan utama:
1) Penyediaan suplemen zat besi
Dosis Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet besi folat yang
setiap tablet mengandung 200 mg Fero Sulfat atau 60 13 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat. Mengkonsumsi tablet Fe saat
mentruasi dapat membantu mencegah anemia. Cara paling efektif
untuk mengatasi anemia defisiensi besi segera setelah
diketahuiadalah dalam bentuk preparat, terapi juga harus ditujukan
kepada keadaan yang mungkin terdapat dibalik anemia tersebut.
2) Makanan yang mengandung zat besi.
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (heme) seperti daging, ikan, ayam, hati, telur dan
bahan makanan nabati (non heme) sayur-sayuran dan buah buahan
yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong,
bayam, jambu, tomat, jeruk, nanas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
3) Mengurangi yang menghambat penyerapan zat besi yaitu minum teh,
kopi, susu, dan minuman beralkohol.
4) Edukasi gizi.
Pendekatan berbasis holtikultur untuk memperbaiki ketersediaan
hayati zat besi pada bahan pangan yang umum.
15
BAB III
PEMBAHASAN
kenaikan hemoglobin pada remaja putri. Hal ini juga sesuai dengan Hapitria
(2017) bahwa pemberian pendidikan kesehatan dengan multimedia lebih
efektif dibandingkan dengan tatap muka. Hal ini sesuai dengan Lawrence
Green dalam Notoatmodjo (2014) bahwa terdapat beberapa faktor yang akan
meningkatkan perilaku seseorang yaitu, yang pertama faktor predisosisi
(predisposing factor) meruakan faktor yang menjadi dasar motivasi atau niat
seseorang meliputi kepercayaan, nilai dan persepsi, tradisi, dan unsur lain yang
terdapat dalam diri individu maupun masyarakat, yang kedua faktor pendukung
(enabling factor) merupakan faktor yang memungkinakan atau memfasilitasi
perilaku dan tindakan yang meliputi sarana prasarana, dan fasilitas, yang ketiga
faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku seseorang yang meliputi sikap suami, orang
tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. Adapun pilihan inovasi yang di
terapkan ada 2 yaitu :
1. Alarm Anti-Anemia
Alarm Anti-Anemia merupakan sistem yang dibuat dengan melibatkan
Petugas Kesehatan program remaja, konselor masing-masig sekolah dan
remaja. Masing – masing dari konselor dan remaja akan memasang alarm
pada smartphone sesuai dengan data remaja yang berisi tanggal minum
TTD dan tanggal mendapatkan TTD , petugas kesehatan akan mengingatkan
kunjungan pada remaja jika remaja tersebut belum melakukan kontak
dengan tenaga kesehatan atau konselor untuk mendapatkan TTD, sehingga
memudahkan akses pelayanan kebidanan di era pandemi ini yang
mengalami perubahan di fasilitas primer yang membatasi pelayanan dengan
menerapkan protokol pencegahan covid-19 melalui smartphone untuk
mengurangi kontak langsung.
Manfaat Alarm Anti-Anemia : Memudahkan petugas kesehatan, konselor
dan remaja untuk mengingatkan jadwal minum TTD dan tanggal
mendapatkan TTD dengan bunyi alarm pada smartphone, sehingga bisa
meningkatkan usaha prepentif pada kasus anemia.
Keuntungan Alarm Anti-Anemia : menyimpan data remaja,
18
Klik
Smartphone Atur sesuai Alarm akan berbunyi
1. simpan
1. cari jam jadwal minum sesuai jadwal yang
obat dan jadwal diatur
2. klik (+)
mendapat TTD
Minum obat
Inovasi dapat berlanjut karena adanya andil dari pihak terkait yaitu
puskesmas, sekolah dan remaja. Dengan adanya peran aktif pemegang program
remaja di Puskesmas maka konselor dari masing-masing sekolah dapat
terpantau. Konselor pun dapat lebih meningkatkan perannya dengan adanya
reward dari pemegang program puskesmas bekerjasama dengan kepala
sekolah. Sehingga diharapkan remaja lebih terpantau dan dapat lebih aktif
untuk mencaritahu pentingnya konsumsi TTD guna pencegahan anemia gizi
besi.
Dengan adanya kerjasama dan dukungan antara pihak terkait, inovasi ini
dapat terus berlanjut.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan maka selanjutnya
disimpulkan sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi terhadap data remaja di komunitas sehingga peserta
didik mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan
memperhatikan budaya setempat dalam tatanan di komunitas melalui
pendekatan manajemen yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa,
pengembangan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi dan
didasari oleh konsep keterampilan, dan sikap profesional bidan dalam
asuhan di komunitas
2. Mengkaji sasaran remaja berdasarkan data di komunitas
3. Menyusun rencana tindak lanjut yang inovatif, berdasarkan evidance
based secara spesifik dan operasional
4. Menetapkan masalah kebidanan. Adapun masalah kesehatan yang ada
di komunitas ialah kurangnya kesadaran remaja mengenai pencegahan
anemia gizi besi sehingga mengakibatkan anemia remaja
5. Menentukan inovasi yang akan ditetapkan
6. Mengevaluasi hasil implementasi
B. Saran
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan komunitas,
maka mahasiswa Praktik Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas Poltekkes
Kaltim mengajukan saran-saran yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pelayanan kesehatan/Puskesmas
Puskesmas dapat meningkatkan lagi kegiatan inovasi Alarm Anti-
Anemia dan Grup Online Konselor sehingga informasi mengenai
kegiatan inovasi ini dapat lebih tersosialisasikan lagi ke masyarakat.
23
2. Keluarga Remaja
a. Kepada seluruh keluarga remaja, untuk terus meningkatkan peran
serta dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seperti
membantu mengingatkan remaja untuk konsumsi TTD
3. Konselor Sekolah
a. Mengawasi jadwal minum obat remaja
b. Mengaktifkan kembali grup chatting dengan remaja
4. Bagi Remaja
a. Meningkatkan pengetahuan remaja mengenai pentingnya kegiatan
alarm anti-anemia dan pengaruhnya terhadap kesehatan sehingga
remaja termotivasi untuk mengkonsumsi TTD sesuai dengan jadwal
yang ada dan lebih dini terdeteksi apabila ditemukan anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Verawaty, Sri Noor. 2011. Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Wanita.
Bandung : Grafindo.