Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA

OLEH

Normalasari, S.Tr.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

TAHUN AJARAN

2022

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode itu
dikategorikan rawan dan mempunyai risiko kesehatan tinggi. Salah satu masalah gizi
utama yang juga banyak dialami oleh remaja adalah Anemia. Anemia adalah
keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam sel darah
merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantar ke seluruh tubuh. Remaja adalah
salah satu kelompok rentan anemia karena mengalami pertumbuhan sangat pesat
disertai kegiatan-kegiatan jasmani dan olahraga juga pada kondisi puncaknya. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 2019
Anemia gizi pada remaja putri atribut tingkat tinggi kematian ibu, tingginya
insiden bayi berat lahir rendah, kematian prenatal tinggi dan akibatnya tingkat
kesuburan yang tinggi. Hal penting dalam mengontrol anemia pada ibu hamil adalah
dengan memastikan kebutuhan zat besi pada remaja terpenuhi. Gizi remaja adalah
refleksi dari awal kekurangan gizi anak usia dini. Banyak anak di negara
berpenghasilan menengah memasuki masa remaja dengan warisan malnutrisi dari
anak usia dini, yang berarti mereka kerdil atau anemia, dan sering menampilkan
defisiensi mikronutrien. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan
menderita anemia. Karena pada masa itu mereka juga mengalami menstruasi, lebih-
lebih pengetahuan mereka yang kurang akan anemia. Pada saat remaja putri
mengalami menstruasi yang pertama kali membutuhkan lebih banyak besi untuk
menggantikan kehilangan akibat menstruasi tersebut. Jumlah kehilangan besi selama
satu siklus menstruasi (sekitar 28 hari) kira-kira 0,56 mg per hari. Jumlah tersebut
ditambah dengan kehilangan basal sebesar 0,8 mg per hari. Sehingga jumlah total
besi yang hilang sebesar 1,36 mg per hari. Anemia menyebabkan darah tidak cukup
mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen
yang diperlukan tidak cukup, maka akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi,
sehingga prestasi belajar menurun, daya tahan fisik rendah sehingga mudah lelah,
aktivitas fisik menurun, mudah sakit karena daya tahan tubuh rendah, akibatnya
jarang masuk sekolah/bekerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas 2015
Prevalensi nasional anemia di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (2013),
yaitu mencapai 21,7%. Proporsi kejadian anemia di Indonesia menurut karakteristik
jenis kelamin perempuan lebih mendominasi jika dibandingkan dengan laki-laki,
presentasi pada perempuan 23,9% dan laki-laki 18,4% serta berdasarkan
karakteristik kelompok umur 5-14 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan
remaja umur 15- 21 tahun, pada umur 5-14 tahun 26,4% kejadian anemia dan umur
15-21 tahun 18,4% kejadian anemia (Kemenkes RI, 2013). 360 Jurnal Kesehatan,
Volume VIII, Nomor 3, November 2017
Masalah anemia pada remaja putri telah menarik perhatian pemerintah
untuk segera ditanggulangi. Salah satu upaya penanggulangan anemia pada
remaja putri yaitu dengan puskesmasmemberikan tablet tambah darah (TTD) yang
terdiri dari 4 tablet yang dikonsumsi selama 1 bulan, 1 tablet dikonsumsi setiap
minggunya. Jurnal Kesehatan Tambusai 2021

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripdikan pelaksanaan asuhan kebidanan remaja dengan anemia. Dengan
menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan managemen kebidanan
menurut varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam catatan soap

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori anemia pada remaja
b. Melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan anemia melalui
pendekatan varney yang terdiri dari
1. Melakukan pengkajian pada remaja dengan anemia
2. Menginterpasikan data dasar
3. Mengidentifikasi dan masalah, potensial pada remaja dengan anemia
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Merancang intervensi pada remaja dengan anemia
6. Melakukan implementasi pada remaja dengan anemia
7. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
c. Mendokumentasikan dalam bentuk soap
B. Manfaat
1. Bagi Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya
pada kasus Anemia pada Remaja
2. Bagi Institusi Pendidikan
Setelah disusunnya karya tulis ilmiah ini dapat di gunakan sebagai
keefektifan proses belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan
kasus Anemia pada Remaja. Serta kedepan dapat menerapkan dan
mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu
diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi
informasi terbaru serta menjadi sumber refrensi yang dapat digunakan sebagai
pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah pada semester akhir berikutnya.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang
penatalaksanaan Anemia pada Remaja dan dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan dilahan praktek.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin (adolescer)yang artinya


tumbuh. Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan
perkembangan emosional antara anak-anak dan sebelum dewasa. Kategori periode usia
remaja dari berbagai referensi berbeda-beda, namun WHO menetapkan remaja
(adolescent) berusia antara 10-19 tahun. Pembagian kelompok remaja tersebut adalah
remaja awal (early adolescent) usia 10-13 tahun, remaja menengah (middle
adolescent) 13-15 tahun, dan remaja akhir (late adolescent) berusia 16-19 tahun.
Beberapa permasalahan yang terkait gizi akan terjadi pada periode transisi kehidupan
remaja ini. (Siahaan,2012)

Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di Indonesia, dimana

terjadi pada kelompok balita, anak sekolah, ibu hamil, wanita dan laki- laki dewasa.

Secara umum anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari

normal. Adapun pengertian anemia menurut Adriani dan Wijatmadi (2012), anemia

merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah

daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.

Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih

rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel

darah merah dalam produksi guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat

normal sedangkan anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan

zat besi sehingga pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh

terganggu (Adriani dan Wijatmadi, 2012).


1. Ambang batas anemia

Kadar hemoglobin dalam darah menjadi kategori dalam penentuan status anemia. Adapun

kadar hemoglobin yang menandakan anemia menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan

WHO, 2015 :

Tabel 1
Ambang Batas Anemia Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Anemia
Populasi Non-Anemia Ringan Sedang Berat
(g/dl) (g/dl) (g/dl) (g/dl)
Anak 6-59 bulan 11 10,0 – 10,9 7,0 – 9,9 < 7,0
Anak 5-11 tahun 11,5 11,0 – 11,4 8,0 – 10,9 < 8,0
Anak 12-14 tahun 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0
Perempuan tidak
12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0
hamil (≥ 15 tahun)
Ibu Hamil 11 10,0 – 10,9 7,0 – 9,9 < 7,0
Laki-laki ≥ 15
13 11,0 – 12,9 8,0 – 10,9 < 8,0
tahun
Sumber: WHO, 2015 dalam Kemenkes R.I, 2016

B. Patofsiologi Anemia

Anemia defisiensi besi terjadi sebagai akibat dari gangguan balans zat
besi yang negative, jumlah zat besi (Fe) yang diabsorbsi tidak mencukupi
kebutuhan tubuh. Pertama-tama balans Fe yang negative ini akan diusahakan
untuk diatasinya dengan cara menggunakan cadangan besi dalam jaringan-
jaringan depot. Pada saat cadangan besi tersebut habis, baru anemia defisiensi
menjadi manifest. Perjalanan keadaan kekurangan zat besi mulai dari terjadinya
anemia sampai dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui beberapa
tahap:
Tahap I:

Terdapat kekurangan zat besi ditempat-tempat cadangan besi (depot iron),


tanpa disertai dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi
besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapati kadar feritin berkurang.
Tahap II:

Selanjutnya mampu ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti dengan
penurunan besi dalam serum (SI) dan jenuh (saturasi) transferin. Pada tahap ini
mungkin anemia sudah timbul, tetapi masih ringan sekali dan bersifat
normokrom normositik. Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang kekurangan
zat besi (iron deficient erytropoesis).
Tahap III:

Jika balans besi tetap negative maka akan timbul anemia yang tambah nyata
dengan gambaran darah tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
Tahap IV:

Hemoglobin rendah sekali. Sum-sum tulang tidak mengandung lagi cadangan


besi, kadar besi plasma (SI) berkurang. Jenuh transferin turun dan eritrosit jelas
bentuknya hipokrom mikrositik. Pada stadium ini kekurangan besi telah
mencapai jaringan-jaringan. Gejala klinisnya sudah nyata sekali (Gultom,
2003). Patofisiologi kejadian anemia dapat dilihat pada gambar di bawah ini
(Bakta, 2007).
Gambar 2.1 Patofisiologi Kejadian Anemia

Eritrosit/hemoglobin
menurun

Kapasitas angkut oksigen


menurun

Anoksia organ target Mekanisme komposisi


tubuh

Gejala Anemia

C. Tanda dan Gejala

1. Pucat (kelopak mata, lidah, bibir dalam, muka dan telapak tangan).
2. Detak jantung lebih cepat
3. Pusing
4. Penglihatan berkunang-kunang
5. 5 L (letih, lelah, lesu, lemah dan lalai)
6. Mengantuk

D. Komplikasi
Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi,
prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas. Jika kadar hemoglobin terlalu
rendah, proses ini dapat terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang rendah
(hipoksia). Anemia umumnya memiliki prognosis yang sangat baik dan mungkin dapat
disembuhkan dalam banyak hal. Prognosis keseluruhan tergantung dari penyebab anemia,
tingkat keparahan, dan kesehatan keseluruhan pasien. Anemia yang parah dapat
menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ- organ vital seperti jantung dan dapat
menyebabkan serangan jantung (Proverawati, 2011).
E. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes R.I (2016), upaya pencegahan dan penanggulangan anemia

dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk

meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya:

a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi

seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan hewani

yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup sesuai dengan AKG.

b. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam

pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi

dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan membaca label kemasan untuk

mengetahui apakah bahan makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi.

c. Suplementasi zat besi

Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan

terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian

suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk

meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk

meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh


B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan
Anemia

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :

A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur : remaja adalah penduduk dalam rentang usia 
10- 19 tahun WHO (2018)
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Alamat :

2. Keluhan Utama
Pada remaja dengan anemia datang dengan keluhan yaitu lesu,
lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat.
(Burner,2012)
3. Riwayat kesehatan klien
Pada remaja dengan anemia ditanyakan apakah sekarang klien sedang
menderita penyakit yang dapat menyebabkan anemia seperti penyakit
malaria, infeksi cacing, leukimia dan penyakit kronis lainnya.
(Siahaan, 2011)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Hemofilia : Perempuan pembawa dapat beresiko perdarahan
yang bermakna. (Prawirohardjo, 2016)

5. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
Perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali disebut
menarche, pada umur 12-13 tahun. (Manuaba, 2015)
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut
menarche, yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun
(Prawirohardjo, 2016)
b. Siklus haid
Pada wanita umur 12 tahun yang biasanya terjadi panjang siklus
haid 25, Wanita yang mengalami ovulasi siklus haidnya berkisar
antara 18 sampai 42 hari kurang lebih 97%. Masa remaja biasanya
siklus haid belum teratur. Jika siklus haid kurang dari 18 hari atau
lebih dari 42 hari tidak teratur, remaja yang mengalami siklus
menstruasi 18 hari bisa terjadi anemia dan remaja yang siklus
menstruasinya 42 hari biasanya siklus haidnya tidak berovulasi
(Prawirohardjo, 2016).
c. Volume darah haid
Volume darah normal adalah tidak melebihi 80 ml dan ganti
pembalut 2-6 kali per hari. (Prawirohardjo, 2016)
d. Lama haid
Lama haid 3-7 hari. (Prawirohardjo, 2016)
e. Ciri/sifat darah haid
Ciri darah haid normal adalah tanpa bekuan darah. Bila perdarahan
disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan banyak
merupakan keadaan abnormal pada menstruasi. (Manuaba, 2015)
6. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Sarapan Pagi, mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan
protein, serta tidak mengkonsumsi kafein berlebihan dapat mengurangi
resiko anemia. (Rahmawati, 2018)
Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat endapan
ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna khas .
(Adriani & Wiratmaji, 2016).
Istirahat Remaja minimal tidur malam selama 8 jam/hari hal ini bermanfaat untuk
menjaga Kesehatan (Adriani & Wiratmaji, 2016).
Aktivitas Pola aktivitas yang tidak teratur bisa meningkatkan resiko depresi dan
waktu istirahat menjadi berkurang. Khairunnisa (2016)
Personal Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia
Hygiene Mandi 2x/hari, Mengganti Pembalut 3-4x pada saat menstruasi (Depkes
RI,2012)
Kebiasaan Kebiasaan pola makan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan
yang dapat cepat saji, minum teh dam kurang mengkonsumsi air putih bisa
mempengaruh meningkatkan resiko anemia. (Panat AV, Sambhaji A DKK,2013)
i kesehatan

7. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1) Keadaan fisiologis atau psikis individu berhubungan erat dengan
faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan tubuh terhadap
rasa nyeri di antaranya adalah anemia (Laila, 2013). Anemia dapat
menimbulkan berbagai komplikasi antara lain, kelelahan, stress,
serta menurunnya kekebalan tubuh. Proverawati, 2014).
2) Faktor demografi maupun sosial yang dianggap berhubungan
dengan kejadian anemia, misalkan tingkat pendidikan dan tempat
tinggal. Tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan anemia, di
mana remaja yang tidak sekolah memiliki peluang 3,8 kali lebih
besar, sedangkan remaja yang bersekolah namun tidak sesuai
dengan usianya memiliki risiko 2,9 kali lebih besar menderita
anemia, dibandingkan dengan remaja yang bersekolah sesuai
dengan usianya (Permaesih & Susilowati, 2011) .

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis adalah keadaan sadar sepenuhnya
dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan.
b. Tanda vital :
Tekanan Darah : 100/70 - 120/70 mmHg
Nadi : 80 – 100 x/menit
Suhu Tubuh : 360C – 37,50C
Pernapasan : 16 – 20 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Kepala :

Wajah : wajah pucat.

Mata : konjungtiva berwarna pucat, sklera berwarna putih


atau tidak berwarna kuning (ikterus).

Hidung :

Mulut : keadaan bibir tampak kering dan pucat,


Telinga :

Leher :

Dada :

Payudara :

Abdomen :

Genetalia :

Anus :

Ekstremitas :

b. Palpasi

c. Auskultasi

d. Perkusi

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
(1) Pemeriksaan darah
Memeriksa kadar hemoglobin darah pada remaja ≥ 12
g/dl diklasifikasikan tidak Anemia dan Anemia jika kadar
hemoglobin < 12 g/dl. (Notoadmodjo 2018).

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis : Nn …. umur (tahun) dengan Anemia


Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus dilakukan


untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang
bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI

1. Jelaskan hasil pemeriksaan

Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien


dan keluarga . (Varney, 2016)

2. Berikan KIE tentang Gizi Pada Remaja

Rasional : Kecukupan gizi sangatlah penting, karena kekurangan gizi dapat


menyebabkan penurunan pembentukan sel darah merah yang mana dapat
menyababkan berkurangnya sel darah merah dalam tubuh dan
menyebabkan anemia. (Abdul Basith dkk,2017)

3. Menganjurkan untuk mengkonsumsi sayuran hijau untuk menambah Hb


Rasional : Sayuran Hijau dan Hati ayam mengandung zat besi yang tinggi
(Varney,2016)
4. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan aktifitas
yang berat
Rasional : istirahat cukup juga dapat mempercepat perbaikan Hb
(Notoadmojo,2018)

5. Memberi tablet penambah darah


Rasional : Terdiri dari 4 tablet yang dikonsumsi selama 1 bulan, 1 tablet
dikonsumsi setiap minggunya. (Yuniarti dkk,2013)

VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan


kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP
DAFTAR PUSTAKA

Indartanti D, Kartini A. Journal of nutrition college. Hubungan status gizi


dengan kejadian anemia pada remaja putri. 2014; 3(2): p. 33-39.

Martini, M. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Anemia pada Remaja Putri di MAN 1 Metro. Jurnal Kesehatan Metro Sai
Wawai

Rohimah, Y. T., & Haryati, D. S. (2014). Pengaruh Pemberian Zat Besi


Hem dan Non Hem pada Diet Harian Terhadap Kadar Hemoglobin
Remaja Putri yang Mengalami Anemia

Agustina (2019) “Analisis Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Remaja


Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Untuk
Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi,” Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 11, hal. 269–276

Putri, R. D., Simanjuntak, B. Y. dan Kusdalinah (2017) “Hubungan


Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri,” Jurnal Kesehatan,
VIII(3), hal. 404–409.

Widiastuti, A. dan Rusmini, R. (2019) “Kepatuhan Konsumsi Tablet


Tambah Darah PadaRemaja Putri,” Jurnal Sains Kebidanan 1(1), hal. 12–
18

Sartika, RAD. Komunikasi, 2012. Penerapan Informasi dan Edukasi Gizi


terhadap Perilaku Sarapan Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 7, nomor 2, September 2012, hal.
76-82.

Anda mungkin juga menyukai