Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNA MKJP DI


PMB ZUBAIDAH KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2023

Oleh:
Nadia
PO.71.24.1.22.0088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
2023
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNA MKJP DI
PMB ZUBAIDAH KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2023

SKRIPSI ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk menyelesaikan
PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

Oleh
Nadia
PO.71.24.1.22.0088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNA MKJP


DI PMB ZUBAIDAH KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2023

Oleh :
NADIA
PO.71.24.0.19.0010

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Skripsi Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jambi
Jambi, 01 September 2023
Tim Pembimbing

TANDA TANGAN

Pembimbing I : Nuraidah, S.Pd, M.Kes ........................................

Pembimbing II : Herinawati, M.Keb ........................................

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Enny Susilawati, M.Keb


NIP. 19800603 200212 2 001
i
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNA MKJP
DI PMB ZUBAIDAH KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2023

Oleh :
NADIA
PO.71.24.0.19.0010

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan disahkan


dihadapan Tim Penguji Skripsi Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jambi
Jambi, 01 September 2023
Tim Penguji

TANDA TANGAN

Ketua : Nuraidah, S.Pd, M.Kes .............................

Anggota : Herinawati, M.Keb .............................

Anggota : Enny Susilawati, M.Keb .............................

Anggota : Rosmaria Br Manik, M.Keb .............................

Anggota : Lia Artika Sari, M.Keb .............................

Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi,

Yuli Suryanti, M. Keb


NIP.19800710 200212 2 003
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa SKRIPSI ini adalah hasil karya saya sendiri
sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang diterbitkan oleh orang lain, dan semua sumber
yang saya kutip secara langsung maupun tidak langsung ataupun yang dirujuk adalah benar.

Jambi, 2023

Nadia
PO.71.24.1.22.0088

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nadia

Tempat dan Tanggal Lahir : Desa Taman Raja, 31 Januari 2001

Agama : Islam

Alamat : Desa Bram Intam Kanan, Kec. Bram Itam

Telepon : +6282261836967

Riwayat Pendidikan

Tahun 2013 : SD Negeri 09/V Pelabuhan Dagang Kabupaten Tanjung

Jabung Barat

Tahun 2016 : MTS Putri As’ad, Kota Jambi

Tahun 2019 : Madrasah Aliyah Putri Nurul Iman Kota Jambi

Tahun 2022 : DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi

Tahun 2022 – 2023 : Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Jambi

iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN
Skripsi, Agustus 2023

Nadia
Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 2023

X + 70 halaman + 2 bagan + 6 Tabel + 6 lampiran

ABSTRAK
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 akseptor yang menggunakan KB di PMB
Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi menunjukkan bahwa dari 5 akseptor hanya 1 (20%)
responden yang menggunakan MKJP dan 4 (80%) akseptor yang menggunakan non-MKJP.
Berdasarkan data hasil wawancara tentang MKJP (IUD, IMPLANT, MOW, MOP) yaitu
pengetahuan responden mengenai KB MKJP masih kurang mengenai penggunaan MKJP yang
lebih efektif dan praktis, jenis-jenis metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), serta
keuntungan dan kerugian. Selain itu juga karena tidak adanya dukungan yang diberikan oleh
suami.
Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang bertujuan
untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pengguna MKJP Di PMB Zubaidah
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan di PMB Zubaidah Kabupaten
Muaro Jambi mulai dari Mei 2023 - Agustus 2023. Populasi dalam penelitian ini adalah 177
orang akseptor KB aktif MKJP Puskesmas Tanjung Tahun 2022. Sampel pada penelitian ini
sebanyak 64 responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
dengan menggunakan teknik Random Sampling. Analisis data penelitian ini dilakukan secara
univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian responden memilih kontrasepsi Non MKJP.
Sebagian besar pengetahuan responden kurang dan suami mendukung penggunaan MKJP.
Adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan dukungan suami dengan pengguna
MKJP dengan p-value 0,001 di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dan dukungan suami
dengan pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023 dan
penelitian ini sebagai bahan masukan mengenai pentingnya penyuluhan secara rutin tentang
KB khususnya metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) kepada PUS.

Daftar Pustaka : 21 ( 2007 – 2023 )

v
HEALTH POLYTECHNIC OF THE MINISTRY OF HEALTH JAMBI APPLIED
UNDERGRADUATE STUDY PROGRAM MAJORING IN MIDWIFERY
SCRIPT, August 2023

Nadia
Factors Associated with MKJP Users at PMB Zubaidah, Muaro Jambi Regency in 2023

X + 70 pages + 2 charts + 6 Tables + 6 appendices

ABSTRAK
The results of interviews conducted with 5 acceptors who used family planning at PMB
Zubaidah, Muaro Jambi Regency, showed that out of 5 acceptors only 1 (20%) used MKJP
and 4 (80%) acceptors used non-MKJP. Based on interview data regarding MKJP (IUD,
IMPLANT, MOW, MOP), namely the respondents' knowledge about MKJP KB is still
lacking regarding the more effective and practical use of MKJP, types of long-term
contraceptive methods (MKJP), as well as advantages and disadvantages. In addition, because
there is no support provided by the husband.
Research is quantitative research with a purposeful cross-sectional design to find out the
factors related to MKJP users at PMB Zubaidah, Muaro Jambi Regency in 2023 . This
research was conducted at PMB Zubaidah, Muaro Jambi Regency from May 2023 - August
2023 . The population in this study were 177 active family planning acceptors MKJP Tanjung
Health Center in 2022. The sample in this study as many as 64 respondents. Collecting data in
this study using a questionnaire using the Random Sampling technique . Analysis of the
research data was carried out using univariate and bivariate tests chi-square .
The results showed that some respondents chose non MKJP contraception. Most of the
respondents' knowledge was lacking and most of the husband respondents supported the use of
MKJP. There is a significant relationship between husband's knowledge and support and
MKJP users with a p-value of 0.001 at PMB Zubaidah, Muaro Jambi Regency in 2023 .
The conclusion from this study is that there is a relationship between husband's knowledge
and support and MKJP users at PMB Zubaidah, Muaro Jambi Regency in 2023 and this
research serves as input regarding the importance of regular counseling about family planning,
especially long-term contraceptive methods (MKJP) to PUS .

Reference: 21 (2007 – 2023)

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi

penelitian ini dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Tentang Pengguna MKJP Di PMB

Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023”.

Penyusunan Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi. Dalam

menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mengalami kendala yang ditemui. Namun berkat

usaha dan kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak akhimya penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rusmimpong, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi.

2. Ibu Yuli Suryanti, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.

3. Ibu Enny Susilawati, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Jambi.

4. Ibu Nuraidah, S.Pd, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu,

pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran selama

penulis menyelesaikan laporan kasus ini.

5. Ibu Herinawati, M.Keb selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu,

pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran selama

penulis menyelesaikan laporan kasus ini.

6. Seluruh staf pendidikan Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

yang telah membantu penulis dalam proses pendidikan.

vii
7. Suami saya Egi Naev Panjir Utama, terima kasih atas doa serta dorongan dan bantuan

moril maupun materil selama penulis mengikuti pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Jambi.

8. Orang tua saya ayahanda Adi Susanto dan ibunda Nani Marlina, terima kasih atas doa

serta dorongan dan bantuan moril maupun materil selama penulis mengikuti pendidikan

Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.

9. Teman-teman sesama Mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

yang telah memberikan dorongan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi kasus

ini.

Penulis menyadari Skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempumaan penulisan

Skripsi selanjutnya. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Jambi, Agustus 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 5
E. Ruang Lingkup........................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KB .......................................................................................................... 7
B. Perilaku Kesehatan ................................................................................ 39

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep .................................................................................. 47
B. Definisi Operasional ............................................................................... 48
C. Hipotesis ................................................................................................. 48

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .................................................................................... 49
B. Tempat dan Waktu .................................................................................. 49
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 49
D. Pengumpulan Data.................................................................................. 51
E. Pengolahan Data ..................................................................................... 52
F. Analisis Data ........................................................................................... 54

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Kualitas Data .......................................................................................... 56
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 56

BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 62
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 62

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................. 69
B. Saran ...................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR BAGAN

Halaman

No.
Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 42
Bagan 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 49

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
No.

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 48

Tabel 5.1 Karasteristik Pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro


Jambi Tahun 2023 ................................................................................ 58

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengguna MKJP di PMB Zubaidah


Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023 .................................................. 59

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang MKJP


Di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023.................... 59

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Dukungan Suami Tentang MKJP


Di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023.................... 60

Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pengguna MKJP di PMB


Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023 .................................. 60

Tabel 5.6 Hubungan Dukungan Suami Tentang Pengguna MKJP di PMB


Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023 .................................. 61

viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Responden (Informed Consent)
2. Lembar Kuesioner
3. Hasil Analisis
4. Master Tabel
5. Dokumentasi Penelitian
6. Surat Izin Penelitian
7. Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian
8. Surat Keterangan Layak Etik

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kehamilan pada wania usia subur yang aktif secara seksual serta tidak

menggunakan kontrasepsi mendekati 90% dalam satu tahun. Bagi wanita yang tidak

menginginkan kehamilan, pengaturan kesuburan dapat dilakukan saat ini dengan berbagai

metode kontrasepsi yang efektif (Cunningham, 2014: 704).

Menurut BKKBN, peserta KB aktif diantara Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2020

sebesar 67,6%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 63,31% berdasarkan

data Profil Keluarga Indonesia, Tahun 2019. Pada tahun 2020, kesertaan ber-KB Provinsi

Bengkulu memiliki persentase tertinggi sebesar 71,3% diikuti oleh Kalimantan Selatan dan

Jambi. Sedangkan Provinsi Papua memiliki tingkat kesertaan ber-KB terendah sebesar

24,9%, diikuti oleh Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes, 2020: 110).

Pola pemilihan jenis alat kontrasepsi pada tahun 2020 menunjukkan bahwa sebagian

besar akseptor memilih menggunakan metode suntik sebesar 72,9% diikuti oleh pil sebesar

19,4%. Jika dilihat dari efektifitas kedua jenis alat ini termasuk metode kontrasepsi jangka

pendek sehingga tingkat efektifitas dalam pengendalian kehamilan lebih rendah

dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya. Pola ini terjadi setiap tahun, dimana peserta lebih

banyak memilih metode kontrasepsi jangka pendek dibandingkan metode kontrasepsi

jangka panjang yaitu IUD, IMPLAN, MOW dan MOP (Kemenkes, 2020: 111).

1
2

Data dari BKKBN peserta KB aktif di Indonesia menurut metode kontrasepsi modern

tahun 2020 dapat diktahui pemakaian IUD sebesar 8,5% MOW (tubektomi) sebesar 2,6%,

MOP (vasektomi) sebesar 0,6% implant sebesar 8,5%, suntik sebesar 72,9%, kondom 1,1%

dan pil sebesar 19,4% (Kemenkes, 2020: 111).

Peserta KB baru komulatif sampai dengan bulan Oktober 2019 di Kota Jambi telah

mencapai 5.964 Akseptor atau 37,68% dari Perkiraan Permintaan (PPM) sebanyak 15.830

Akseptor. Persentase capaian tertinggi 120,08% di Kecamatan Telanaipura dan Terendah

9,00% di Kecamatan Alam Barajo. Peserta KB baru tersebut terdiri dari, IUD 435 Akseptor,

MOW 431 Akseptor, MOP 2 Akseptor, Kondom 291 Akseptor, Implan 308 Akseptor,

Suntik 3.594 Akseptor, serta Pil 903 Akseptor (DPPKB Kota Jambi, 2019: 14).

Pencapaian peserta KB baru MKJP (IUD, MOW, MOP, dan IMPLAN) sebanyak

1.176 Akseptor atau (48,80%) dari PPM 2.410 Akseptor, sedangkan peserta KB Pria

sebanyak 293 Akseptor atau (33,11%) dari PPM 885 Akseptor (DPPKB Kota Jambi, 2019:

15).

Berdasarkan hasil penelitian Yulizar, dkk tahun 2022 tentang Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Partisipasi PUS Dalam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

didapatkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang antara lain pengetahuan, umur dan partisipasi suami. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam memilih kontrasepsi MKJP adalah pendidikan dan

pekerjaan ibu.

Proporsi peserta KB Aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan di Provinsi

Jambi yang terbanyak adalah jenis kontrasepsi Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(Non MKJP) yaitu Suntik sebesar 50,25% sedangkan jenis kontrasepsi paling sedikit yang
3

digunakan adalah Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu MOP sebesar 0,11%

(Profil Kesehatan Provinsi Jambi, 2020: 63).

Berdarkan profil Dinas Kesehatan Muaro Jambi, diperoleh data hasil cakupan peserta

KB aktif tahun 2022 yaitu 80.157 orang. Adapun data menurut metode kontrasepsi cara KB

Kondom sebesar 3.217 orang (4%). Pil sebesar 19.106 orang (23%). Suntik sebesar 55.054

orang (68%). AKDR sebesar 1.034 orang (1%). Implan sebesar 1.373 orang (2%). MOW

sebesar 303 orang (0,3%). MOP sebesar 70 orang (0,08%).

Salah satu Puskesmas di Kabupaten Muaro Jambi yaitu Puskesmas Tanjung jumlah

peserta KB aktif tahun 2022 yaitu 2.713 orang. Adapun data pengguna MKJP di Puskesmas

Tanjung tahun 2022 yaitu AKDR sebesar 75 orang (2%). Implan sebesar 73 orang (2%).

MOW sebesar 24 orang (0,8%) dan MOP sebesar 5 orang (0,1%).

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 akseptor yang menggunakan KB di

PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi menunjukkan bahwa dari 5 akseptor hanya 1

(20%) responden yang menggunakan MKJP dan 4 (80%) akseptor yang menggunakan non-

MKJP. Berdasarkan data hasil wawancara tentang MKJP (IUD, IMPLANT, MOW, MOP)

yaitu pengetahuan responden mengenai KB MKJP masih kurang mengenai penggunaan

MKJP yang lebih efektif dan praktis, jenis-jenis metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP), serta keuntungan dan kerugian. Selain itu juga karena tidak adanya dukungan

yang diberikan oleh suami. Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang berhubungan dengan

pengguna MKJP di PMB Zubaidah Muaro Jambi Tahun 2023”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang rumusan masalah pada penelitian ini adalah

rendahnya penggunaan MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi:

1. Bagaimana gambaran pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2023

2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pengguna MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

3. Bagaimana gambaran dukungan tentang pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2023

4. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan pengguna MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

5. Apakah ada hubungan dukungan suami dengan pengguna MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

C. Tujuan Penyusunan Laporan Tugas Akhir

1. Tujuan Umum

Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Tentang Pengguna MKJP Di

PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2023

2. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang pengguna MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023


5

3. Diketahui gambaran dukungan suami tentang pengguna MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

4. Diketahui hubungan pengetahuan dengan pengguna MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

5. Diketahui hubungan dukungan suami dengan pengguna MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi dan dapat memberikan

masukan pada mahasiswa tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penggunaan MKJP.

2. Bagi PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

Sebagai bahan acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama

dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang.

3. Bagi Peneliti Lain.

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan MKJP.

E. Ruang Lingkup

Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan tentang pengguna MKJP Di

PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan di PMB
6

Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi mulai dari Mei 2023 - Agustus 2023. Populasi dalam

penelitian ini adalah 177 orang akseptor KB aktif MKJP Puskesmas Tanjung Tahun 2022.

Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan rumus Slovin sebanyak 64 responden.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan menggunakan

teknik Random Sampling. Analisis data penelitian ini dilakukan secara univariat

digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi-

square.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KELUARGA BERENCANA (KB)

1. Konsep Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan

dan penjarangan kelahiran. KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran

yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang

disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran

(Matahari, 2018: 22).

Tujuan keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran

dan pengendalian pertumbuhan penduduk indonesia. Di samping itu KB diharapkan

dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu

dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB, meliputi sasaran

langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat

kelahiran dengan cara pengguna kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak

langsung yang terdiri dari pelaksaan dan pengelola KB, dengan cara menurunkan

tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam

rangka mencapai keluarga yang berkualitas,

7
8

dan keluarga sejahtera (Handayani, 2010: 29).

2. Ruang Lingkup Program KB

Menurut Matahari, (2018: 23) ruang lingkup program KB meliputi:

a. Komunikasi informasi dan Edukasi (KIE)

b. Konseling

c. Pelayanan kontrasepsi

d. Pelayanan infertilitas

e. Pendidikan sex (sex education)

f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

g. Konsultasi genetic

3. Akseptor Keluarga Berencana

Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan

jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Menurut Matahari, (2018: 23-24) jenis-

jenis akseptor KB, yaitu:

a. Akseptor Aktif

Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu

cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

b. Akseptor Aktif Kembali

Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan

kontrasepsi selama 3 bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan

kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun

berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 bulan berturut-turut dan

bukan karena hamil.


9

c. Akseptor KB Baru

Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /

obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat

kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

d. Akseptor KB Dini

Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

e. Akseptor KB Langsung

Akseptor KB langsung merupakan para ibu yang memakai salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

f. Akseptor KB Dropout

Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian

kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

4. Pengertian Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan

atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah

menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara

sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi,

maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan

hubungan seksual dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak

menghendaki kehamilan (Matahari, 2018: 25).


10

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu

dapat bersifat sementara dan dapat bersifat permanen. Menurut Matahari, (2018: 25-

26) adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:

a. Fase Menunda Kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang

istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia dibawah 20 tahun adalah usia

yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria

kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang

tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena

pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.

Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB dan AKDR.

b. Fase Mengatur / Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik

untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 -

4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas

tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat

dipakau 3 – 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.

c. Fase Mengakhiri Kesuburan

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30

tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang

mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak.

Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak
11

lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR,

IMPLAN, suntik KB, dan pil KB.

5. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran

Menurut Setiyaningrum, (2016: 32) ruang lingkup program KB meliputi:

a. Bagi ibu yaitu dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya:

1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali

dalam jangka waktu yang terlalu pendek.

2) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya

waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu

luang serta melakukan kegiatan lainnya.

b. Bagi anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:

1) Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam

keadaan sehat.

2) Sesudah lahir, anak mendapatkan perhatian, pemeliharaan dan makanan yang

cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan.

c. Bagi anak-anak yang lain, manfaatnya:

1) Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik

2) Perkembangan mental dan sosialnya yang lebih sempurna karena pemeliharaan

yang lebih baik dan banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap

anak.

3) Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik karena sumber-sumber

pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata.

d. Bagi ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat:

1) Memperbaiki kesehatan fisiknya


12

2) Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta

lebih banyak waktu terluang untuk keluarga.

6. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan kontrasepsi yang dapat

di pakai dalam jangka waktu lama lebih dari dua tahun serta dalam penggunaannya

mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan

angka kegagalan rendah (Indahwati, dkk, 2017: 10).

7. Macam-macam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

a. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

1) Pengertian AKBK

Kontrasepsi implant biasa juga disebut Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

(AKBK) adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit atau yang

diinsersikan tepat di bawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas

atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas (Setiyaningrum,

Erna, 2016: 134-135).

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima

tahun. Metode ini di kembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu

organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan

teknologi kontrasepsi (Affandi, Biran, 2014: MK-55)

2) Jenis AKBK

Menurut Setiyaningrum, Erna (2016: 135) jenis AKBK yaitu sebagai

berikut:
13

a) Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira

40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel

dan lama kerjanya 3 tahun

b) Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

c) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang

3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel

dan lama kerjanya 5 tahun.

3) Cara Kerja AKBK

Implan mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti

kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah

menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma.

Walaupun pada konsentrasi yang rendah, progestin akan menimbulkan

pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan

implan. Progestin juga menekan pengeluaran follicle stimulating hormone

(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise.

Lonjakan LH (surge) direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh Levonor

gestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi

ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan implan (Affandi, Biran, 2014: MK-

58 ).

Penggunaan progestin jangka panjang, juga menyebabkan hipotropisme

endometrium sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Perubahan

pertumbuhan dan maturasi endometrium, juga menjadi penyebab terjadinya

perdarahan ireguler (Affandi, Biran, 2014: MK-58).


14

Menurut Setiyaningrum, Erna (2016: 136) cara kerja AKBK yaitu:

a) Lendir servik menjadi kental karena akibat adanya kerja hormon

progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi implan

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi karena kerja hormon progesteron menekan hormon estrogen

c) Mengurangi transportasi sperma karena kerja hormon progesteron

membuat saluran genital menjadi relaksasi sehingga tidak dapat

mendorong ovum

d) Menekan ovulasi karena hormon estrogen ditekan hormon progesteron

yang telah ada sejak awal

4) Keuntungan AKBK/implan

Menurut Setiyaningrum, Erna (2016: 136-137) keuntungan

menggunakan implant yaitu sebagai berikut:

a) Praktis karena hanya satu kali pemasangan pada lama kerja 3 – 5 tahun

dan efektif karena kegagalannya sangat kecil.

b) Daya guna tinggi karena sangat efektif, berdasarkan kegagalannya hanya

0,2 kehamilan per 100 perempuan

c) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

d) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan karena

kadar levonorgestrel yang bersikulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat

diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan

e) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam karena dilakukan pemasangan

pada lengan bagian atas (subkutan)


15

f) Bebas dari pengaruh estrogen karena hanya mengandung hormon

progesteron

g) Tidak mengganggu kegiatan senggama karena dilakukan pemasangan

pada lengan bagian atas (subkutan)

h) Tidak mengganggu ASI karena hanya mengandung hormon progesteron

yang tidak mengganggu kerja hormon oksitosin sehingga tidak ada efek

terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara

normal

i) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan karena lama kerja 3

– 5 tahun

j) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

5) Indikasi implan/AKBK

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-59) indikasi menggunakan implan

yaitu sebagai berikut:

a) Usia reproduksi

b) Telah memiliki anak ataupun yang belum

c) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tingi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

e) Pasca persalinan dan tidak menyusui

f) Pascakeguguran

g) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi

h) Riwayat kehamilan ektopik


16

i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau

anemia bulan sabit.

j) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung

estrogen

k) Sering lupa menggunakan pil

6) KontraIndikasi Implan/AKBK

Menurut Affandi Biran (2014: MK-60) kontraindikasi menggunakan

implant yaitu:

a) Hamil/diduga hamil,

b) Post pasrtum hemorogi yang tidak terdeteksi penyebabnya,

c) Tumor/kanker

d) Penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus.

7) Efek samping AKBK/implan

Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implan tidak berbahaya.

Yang paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya

bervariasi pada setiap pemakaian, seperti perdarahan haid yang banyak atau

sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini

biasanya terjadi 3 – 6 bulan pertama sesudah beberapa bulan kemudian. Efek

samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit kepala, mual,

mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan

perubahan berat badan (Setiyaningrum, Erna, 2016: 135).

8) Waktu mulai menggunakan implan

Menurut Affandi Biran (2014: MK-67) waktu untuk menggunakan

implan adalah sebagai berikut:


17

a) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi tambahan

b) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi

kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan

melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain

untuk 7 hari saja

c) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini

tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau

gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja

d) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi

dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu

memakai metode kontrasepsi lain

e) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi

dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari

saja

f) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya

dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien

tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu

dengan benar

g) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat

diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi lain


18

h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali

AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan

dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Tidak perlu

menunggu sampai datangnya haid berikutnya

i) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya

dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan

klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan

metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.

j) Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan.

9) Instruksi untuk akseptor implan

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-67) instruksi untuk akseptor implan

adalah sebagai berikut:

a) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam

pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi

b) Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih, pembengkakan

atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan

c) Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari benturan,

gesekan, atau penekanan pada daerah insersi

d) Balutan penekanan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester

dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari)

e) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan

tekanan yang wajar


19

f) Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan,

atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke

klinik

10) Informasi lain yang perlu disampaikan

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-68) informasi lain yang perlu

disampaikan pada akseptor pengguna implan adalah sebagai berikut:

a) Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung

hingga 5 tahun bagi noerplant dan 3 tahun bagi susuk implanon, dan akan

berakhir sesaat setelah pengangkatan

b) Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6 sampai 12 bulan

pertama. Beberapa perempuan mungkin akan mengalami berhentinya

haid sama sekali

c) Obat-obatan tuberkulosis ataupun obat epilepsi dapat menurunkan

efektivitas implan

d) Efek samping yang berhubungan dengan implan dapat berupa rasa sakit

kepala, penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek-efek samping

ini tidak berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.

e) Norplant dicabut setelah 5 tahun dan susuk implanon sebelum 3 tahun,

dan bila dikehendaki dapat dicabut lebih awal

f) Bila norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk implanon sebelum 3

tahun, kemungkinan hamil sangat besar, dan meningkatkan risiko

kehamilan ektopik

g) Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat

insersi, dan nama klinik


20

h) Implan tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk

AIDS. Bila pasangannya memiliki risiko, perlu menggunakan kondom

untuk melakukan hubungan seksual

11) Jadwal kunjungan kembali ke klinik

Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau

klien ingin mencabut implan. Menurut Affandi, Biran (2014: MK-68) klien

dianjurkan kembali ke klinik tempat implan dipasang bila ditemukan hal-hal

sebagai berikut:

a) Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah

b) Perdarahan yang banyak dari kemaluan

c) Rasa nyeri pada lengan

d) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah

e) Ekspulsi dari batang implan

f) Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur

g) Nyeri dada hebat

h) Dugaan adanya kehamilan

12) Peringatan khusus bagi pengguna implan

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-68) peringatan khusus bagi

pengguna implan adalah sebagai berikut:

a) Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah

terjadi kehamilan
21

b) Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan

ektopik

c) Terjadi perdarahan banyak dan lama

d) Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi implan

e) Ekspulsi batang implan (Norplant)

f) Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan

menjadi kabur

13) Penanganan efek samping atau masalah yang sering ditemukan

a) Amenorea

Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan

penanganan khusus. Cukup konseling saja. Bila klien tetap saja tidak

menerima, angkat implan dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.

Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut

implan dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila

diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya

memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan

(Affandi, Biran, 2014: MK-65).

b) Perdarahan bercak (spotting) ringan

Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada

tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak

diperlukan tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah

perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil


22

kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.

Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan

2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan

satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 1,25 mg estrogen

equin konjugasi untuk 14-21 hari (Affandi, Biran, 2014: MK-65).

c) Ekspulsi

Cabut kapsul ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih

ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila

tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang

kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi

cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang

lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain (Affandi,

Biran, 2014: MK-65).

d) Infeksi pada daerah insersi

Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air,

atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan

jangan di lepas dan klien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak

membaik, cabut implan dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain

atau cari metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses,

bersihkan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implan, lakukan

perawatan luka dan berikan antibiotik oral 7 hari (Affandi, Biran, 2014:

MK-65).

e) Berat badan naik/turun


23

Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg

adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan

2 kg atau lebih. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima,

bantu klien mencari metode lain (Affandi, Biran, 2014: MK-65).

b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sangat efektif, reversible dan

berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak. Pemasangan dan

pencabutan memerlukan pelatihan. Dapat dipakai semua perempuan usia

reproduksi dan tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi

menular seksual (Affandi, Biran, 2014: MK-80)

1) Cara Kerja AKDR

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-80) AKDR bekerja dengan cara:

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi

b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR, membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

2) Keuntungan AKDR

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-81) keuntungan menggunakan AKDR

adalah sebagai berikut:

a) Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi

b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan


24

c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A, dan tidak perlu

diganti)

d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila

tidak terjadi infeksi)

j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir)

k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat

l) Membantu mencegah kehamilan ektopik

3) Indikasi AKDR

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-82) indikasi AKDR adalah sebagai

berikut:

a) Usia reproduktif

b) Keadaan nulipara

c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

g) Risiko rendah dari IMS


25

h) Tidak menghendaki metode hormonal

i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama

4) Kontraindikasi AKDR

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-83) kontraindikasi AKDR adalah

sebagai berikut:

a) Sedang hamil

b) Perdarahan pervagina yang tidak diketahui

c) Sedang menderita infeksi alat genital

d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau

abortus septik

e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri

f) Penyakit trofoblas yang ganas

g) Diketahui menderita TBC pelvik

h) Kanker alat genital

i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

5) Efek Samping AKDR

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-81) efek samping yang umum terjadi

adalah sebagai berikut:

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

setelah 3 bulan)

b) Haid lebih lama dan banyak

c) Perdarahan (Spooting) antar menstruasi


26

d) Saat haid lebih sakit

c. Metode Operasi Pria (MOP / Vasektomi)

1) Pengertian MOP / Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang tidak ingin anak lagi. Perlu

prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang

klien sesuai untuk menggunakan metode ini (Affandi, Biran, 2014: MK-95).

2) Efektivitas MOP / vasektomi

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-96) efektivitas MOP / vasektomi

adalah sebagai berikut:

a) Setelah masa pengosongan sperma dari vesikula seminalis (20 kali

ejakulasi menggunakan kondom) maka kehamilan hanya terjadi pada 1

per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan

b) Pada mereka yang tidak dapat memastikan (analisis sperma) masih

adanya sperma pada ejakulasi atau tidak patuh menggunakan kondom

hingga 20 kali ejakulasi maka kehamilan terjadi pada 2 – 3 per 100

perempuan

3) Keterbatasan MOP / vasektomi

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-96), keterbatasan MOP / Vasektomi

adalah sebagai berikut:

a) Permanen dan timbul masalah bila klien menikah lagi

b) Bila tak siap ada kemungkinan penyesalan dikemudian hari

c) Perlu pengosongan depot sperma di vesikula seminalis sehingga perlu 20

kali ejakulasi
27

d) Risiko dan efek samping pembedahan kecil

e) Ada nyeri atau rasa tidak nyaman pasca bedah

f) Perlu tenaga pelaksana terlatih

g) Tidak melindungi klien terhadap PMS

4) Indikasi MOP / Vasektom

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-97) indikasi menggunakan MOP /

Vasektomi yaitu:

a) Dari semua usia reproduksi (biasanya < 50)

b) Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilitas, ingin metode kontrasepsi

yang sangat efektif dan permanen

c) Yang istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau kesehatan dimana

kehamilan dapat menimbulkan risiko kesehatan atau mengancam

keselamatan jiwanya

d) Yang memahami atas sukarela dan memberi persetujuan tindakan medik

untuk prosedur tersebut

e) Yang merasa yakin bahwa mereka telah mendapatkan jumlah keluarga

yang diinginkan

d. Metode Operasi Wanita (MOW / Tubektomi).

1) Pengertian MOW / Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak

ingin mempunyai anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi

sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya

untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode

ini (Affandi, Biran, 2014: MK-89).


28

2) Keuntungan MOW / Tubektomi.

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-89) keuntungn MOW / Tubektomi

yaitu mempunyai efek protektif terhadap kehamilan dan penyakit radang

panggul. Beberapa studi menunjukkan efek protektif terhadap kanker ovarium

3) Indikasi MOW / Tubektomi

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-92) MOW / Tubektomi dapat

dilakukan kepada wanita yang:

a) Usia > 26 tahun

b) Paritas > 2

c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya

d) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius

e) Pascapersalinan

f) Pascakeguguran

g) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

4) Kontraindikasi MOW / Tubektomi.

Menurut Affandi, Biran (2014: MK-93) MOW / Tubektomi tidak dapat

dilakukan kepada wanita yang:

a) Hamil

b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)

c) Infeksi sitemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan

atau dikontrol)

d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan

e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan

f) Belum memberikan persetujuan tertulis


29

8. Konseling Dan Persetujuan Tindakan Medis

a. Konseling

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga

Berencana (KB), dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien

dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai

dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien merasa lebih puas.

Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan

kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan

mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan

hubungan dan kepercayaan yang sudah ada (Affandi, Biran, 2014: U-1).

Seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena

petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling.

Padahal dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider.

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan

Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang

baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif

sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai budaya yang ada. Selanjutnya

dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan pada klien

dalan memutuskan untuk memilihi kontrasepsi (informed choice) yang akan

digunakan (Affandi, Biran, 2014: U-1).

Menurut Affandi, Biran (2014: U-2) sikap petugas kesehatan dalam

melakukan konseling yang baik terutama bagi calon klien KB baru adalah sebagai

berikut:
30

1) Memperlakukan klien dengan baik

Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien,

dan menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara

terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas

meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien dengan

orang lain.

2) Interaksi antara petugas dan klien

Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan

klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang

berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara memahami

bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh

karena itu, petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya.

3) Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien

Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas

belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien.

Sebagai contoh pasangan muda yang baru menikah mungkin menginginkan

lebih banyak informasi mengenai masalah penjarangan kelahiran. Bagi

perempuan dengan usia dan jumlah anak cukup mungkin lebih menghendaki

informasi mengenai metode operasi (tubektomi dan vasektomi). Sedangkan

bagi pasangan muda yang belum menikah mungkin yang dikehendaki adalah

informasi mengenai infeksi menular seksual (IMS). Dalam memberikan

informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dan
31

hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dan hendaknya

menggunakan alat bantu visual (ABPK).

4) Menghindari pemberian informasi yang berlebihan

Klien membutuhkan penjelasan yang cukup tepat untuk menentukan

pilihan. Namun tidak semua klien dapat menangkap semua informasi tentang

berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang diberikan akan

menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting.

Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas

harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya, dan

mengajukan pendapat.

5) Membahas metode yang diingini klien

Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya, dan

harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau

menangguhkan penggunaan kontrasepsi. Didalam melakukan konseling petugas

mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk

keuntungan dan kerugiannya serta bagaimana cara penggunaannya.

Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih dimulai dengan

mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana.

Petugas mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan

membandingkan antar jenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini petugas

membantu klien untuk membuat suatu pilihan. Jika tidak ada halangan dalam

bidang kesehatan sebaiknya klien mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai dengan

pilihannya. Bila memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan yang


32

dipilihnya, klien akan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih

efektif.

6) Membantu klien untuk mengerti dan mengingat

Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar

memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya.

Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan poster, pamflet, atau

halaman bergambar. Petugas juga perlu melakukan penilaian bahwa klien telah

mengerti. Jika memungkinkan, klien dapat membawa bahan-bahan tersebut

kerumah. Ini akan membantu klien mengingat apa yang harus dilakukan juga

dapat memberitahu kepada orang lain.

b. Persetujuan tindakan medis (informed consent)

Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi

individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi

yang diberikan kepada calon/klien KB tersebut harus disampaikan selengkap-

lengkapnya, jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan digunakan oleh

calon/klien KB tersebut. Dalam memberikan informasi ini penting sekali adanya

komunikasi verbal antara dokter dan klien. Ada anggapan banyak klien sering

melupakan informasi lisan yang telah diberikan oleh dokter/bidan. Oleh sebab itu,

untuk mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis dan jika perlu,

dibacakan kembali (Affandi, Biran, 2014: U-6)

Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat

persetjujuan tindakan medis (informed consent) diperlukan. Yang dimaksud dengan

informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya

atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
33

terhadap klien tersebut. Setiap tindakan medis yang mengandung risiko harus

dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan

persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental

(Affandi, Biran, 2014: U-6).

Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi mantap, maka

pengaruhnya terhadap lembaga perkawinan itu sendiri cukup besar sehingga izin

harus dari kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan tindakan medis lainnya yang

tidak menyangkut organ reproduksi yang izinnya terutama diberikan oleh pihak

yang akan mengalami tindakan tersebut (Affandi, Biran, 2014: U-6).

Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat tilik

untuk petugas yang digunakan untuk mengingatkan petugas adanya beberapa aspek

yang harus dijelaskan kepada klien melalui beberapa pertanyaan yang berkaitan

dengan metode kontrasepsi mantap pria/perempuan, implan, dan alat kontrasepsi

dalam rahim (cara kerja, kontra indikasi, efek samping, komplikasi, kegagalan,

keuntungan/ kerugian, jadwal/ tempat kunjungan ulang, persyaratan kontap

pria/perempuan dan rekanalisasi serta keberhasilannya, resiko pencabutan AKDR

dan jadwal pencabutannya, serta kategori pencabutan AKDR. Pertanyaan tersebut

harus dijawab sendiri oleh petugas dengan mengisi kode pada kotak yang sesuai

(Affandi, Biran, 2014: U-7).

Sesudah calon peserta dan pasangannya menandatangani informed consent

pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang lembar persetujuan

tindakan medis terdapat catatan tindakan dan pernyataan tersebut memuat catatan

tindakan yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan tindakan, waktu, serta


34

pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan

standar (Affandi, Biran, 2014: U-7)

9. ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan)

Saat ini sudah tersedia lembar balik yang dikembangkan oleh WHO untuk

digunakan dalam konseling. ABPK membantu petugas melakukan konseling sesuai

standar dengan adanya tanda pengingat mengenai keterampilan konseling yang perlu

dilakukan dan informasi apa yang perlu diberikan disesuaikan dengan kebutuhan klien.

ABPK sekaligus mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu klien untuk

mengambil keputusan (Affandi, Biran, 2014: U-6).

a. Pengertian ABPK

Lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan berKB (ABPK) adalah

sebuah alat bantu kerja interaktif, yang diperuntukkan bagi penyedia layanan

(dokter atau bidan) dalam membantu klien memilih dan memakai metode KB yang

paling sesuai dengan kebutuhannya, memberikan informasi yang diperlukan dalam

pemberian pelayanan KB yang berkualitas, serta menawarkan saran atau panduan

mengenai cara membangun komunikasi dan melakukan konseling secara efektif

(Kemenkes, 2021: 8).

b. Langkah-langkah penggunaan lembar balik ABPK

Menurut Kemenkes (2021: 68-79) secara garis besar, berikut adalah langkah-

langkah penggunaan lembar balik ABPK dalam proses konseling KB:

1) Sebelum bertemu dengan klien, pastikan bahwa penyedia layanan telah

memiliki data mengenai kondisi kesehatan klien. Penyedia layanan juga perlu
35

mempersiapkan Lembar Balik ABPK. Pastikan bahwa penyedia layanan telah

mengetahui dan memahami cara penggunaannya.

2) Ketika klien telah berada di ruangan konseling, bukalah halaman Selamat

Datang (PK1). Sambut klien dengan ramah dan hormat. Lalu, ucapkan terima

kasih atas kedatangannya pada sesi konseling KB tersebut. Setelah itu,

penyedia layanan perlu memperkenalkan lembar balik ABPK kepada klien.

Bagi klien baru, lembar balik ABPK dapat membantunya dalam mengambil

keputusan metoda KB yang akan dipakai. Sementara itu untuk klien kunjungan

ulang, lembar balik ABPK dapat membantunya dalam mengatasi keluhan yang

muncul atau menambah informasi KB yang dibutuhkan.

3) Ajaklah klien untuk berbicara mengenai masalah KB. Usahakan untuk

mengajukan pertanyaan terbuka kepada klien, agar klien terdorong untuk

menceritakan masalah, keluhan, dan pertimbangannya dalam proses ber-KB.

Tekankan pula pada klien bahwa konseling KB ini bersifat rahasia, sehingga

apapun yang disampaikan oleh klien tidak akan disampaikan kepada siapapun

(lihat lembar balik ABPK halaman PK1). Bila klien sudah merasa nyaman dan

siap untuk bicara, penyedia layanan dapat melanjutkan ke halaman berikutnya.

4) Pada halaman berikutnya (lembar balik ABPK halaman PK2), penyedia

layanan diarahkan untuk menggali tujuan klien hadir dalam sesi konseling.

Klien dapat hadir dengan ragam alasan, antara lain memantau proses ber-KB

(klien kunjungan ulang), ingin memiliki metoda KB (klien baru), memiliki

keluhan terhadap metoda KB yang digunakan, dan/ atau khawatir dengan

masalah HIV AIDS atau IMS. Ada pula klien yang merasa khawatir dengan

kehamilan dan memiliki kondisi khusus (contoh: klien muda, klien usia 40-an,
36

klien hamil/pasca persalinan, klien pasca keguguran, dan klien dengan HIV

AIDS). Setelah memahami kebutuhan klien, penyedia layanan dapat

melanjutkan ke tab yang sesuai.

5) Perhatikan bahwa setiap tab memiliki warna yang berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhan klien.

6) Agar dapat memudahkan klien untuk menemukan metode KB yang sesuai,

maka ajak klien berdiskusi mengenai hal-hal yaitu pengalaman ber-KB.

Pengetahuannya mengenai program KB. Rencana untuk memiliki anak.

Pemahaman mengenai HIV AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya.

Sikap pasangan dan keluarga mengenai rencana berKB. Ragam pertimbangan

yang dimiliki oleh klien.

7) Dengarkan dengan seksama keluhan klien. Jangan lupa untuk melibatkan

pasangan dalam proses pengambilan keputusan ber-KB. Bantu suami dan istri

yang menjadi klien ini untuk dapat berdiskusi secara sehat dalam mengambil

keputusan mengenai metode KB yang akan digunakan.

8) Untuk membantu klien menemukan metode KB yang sesuai, penyedia layanan

dapat membuka halaman Tb2.

9) Bagi klien kunjungan ulang, mintalah klien untuk menyebutkan metode KB

yang sedang ia gunakan. Lalu, lakukan evaluasi terhadap penggunaan metode

KB tersebut. Untuk klien yang menggunakan AKDR, penyedia layanan dapat

membuka halaman KU2. Untuk klien yang menggunakan pil, penyedia layanan

dapat membuka halaman KU4. Untuk klien yang menggunakan kontrasepsi

suntik progrestin, penyedia layanan dapat membuka halaman KU6. Untuk klien

yang menggunakan alat kontrasepsi suntik kombinasi, penyedia layanan dapat


37

membuka halaman KU8. Untuk klien yang menggunakan implan, penyedia

layanan dapat membuka halaman KU10. Untuk klien yang menggunakan

metode vasektomi atau tubektomi, penyedia layanan dapat membuka halaman

KU12. Untuk klien yang menggunakan metode kondom, penyedia layanan

dapat membuka halaman KU13. Untuk klien yang menggunakan MAL,

penyedia layanan dapat membuka halaman KU15.

10) Penyedia layanan dapat menggunakan Roda KLOP dalam proses konseling KB

untuk membantu klien mengambil keputusan mengenai alat kontrasepsi yang

akan digunakan. Alat ini dapat membantu petugas dalam menentukan

kelayakan medis klien dalam menggunakan suatu alat kontrasepsi. Saat ini,

Roda KLOP juga sudah tersedia dalam bentuk aplikasi yang dapat diunduh di

sistem Android.

Gambar 2.1:

Roda KLOP

11) Setelah melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan klien,

pengalamannya ber-KB, pengetahuannya mengenai program KB, rencana klien

dalam memiliki anak, dan ragam pertimbangan lain yang dimiliki oleh klien,
38

penyedia layanan akan memiliki satu atau dua opsi metode KB yang dapat

ditawarkan kepada klien. Dalam hal ini, penyedia layanan dapat menguraikan

satu atau dua opsi metode KB tersebut kepada klien untuk membantunya

memahami dan mengambil keputusan dalam ber-KB. Dalam hal ini, penyedia

layanan harus memastikan bahwa klien memahami cara penggunaan alat

kontrasepsi, efektivitas, efek samping, dan durasi penggunaan alat kontrasepsi

tersebut.

12) Bantu klien untuk membuat keputusan dengan mempertimbangkan kondisi

medis, efektivitas, efek samping, dan durasi penggunaan metode KB.

13) Setelah klien bersama pasangan memilih metode KB yang akan digunakannya,

ajak klien untuk mendiskusikan cara ia menjalankan metode KB tersebut.

Metode KB yang dipilih tentunya memiliki efek samping. Di samping itu, ia

juga memiliki pengaruh terhadap hubungan suami dan istri. Untuk itu, rencana

perlu dibuat oleh pasangan secara bersamasama agar matang dan mampu

mereka kelola dengan baik untuk melaksanakan program KB yang dipilihnya

tersebut.

14) Ajak klien untuk kembali ke fasilitas kesehatan dan hadir dalam sesi konseling

KB apabila memiliki pertanyaan, pertimbangan, maupun permasalahan saat

menjalankan program KB yang telah ia pilih.

15) Untuk mendapatkan tips melakukan konseling KB menggunakan lembar balik

ABPK lebih lanjut, penyedia layanan dapat membuka halaman Tb 12.


39

B. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan makhluk hidup yang bersangkutan, yang

merupakan tindakan atau aktiviats dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas baik yang diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku

kesehatan adalah suatu respon 22 seseorang (organism) terhadap stimulus atau objek

yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2017).

2. Klasifikasi

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu :

a. Perilaku tertutup (convert behaviour)

Perilaku yang dapat terjadi apabila respon terhadap stimulus belum dapat

diamati oleh orang lain secara jelas, karena respon hanya sebatas dalam bentuk

persepsi, perhatian, pengetahuan dansikap stimulus yang ada.

b. Perilaku terbuka atau overt behaviour

Perilaku ini dapat terjadi apabila respon terhadap stimulus berupa tindakan atau

praktik yang dapat diamati oleh orang lain.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Menurut Green dalam Notoadmojo (2007:178), terdapat faktor yang

mempengaruhi perubahan perilaku yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi

Faktor predisposisi atau predisposing factors yaitu faktor yang mempermudah,

mendasari atau memotivasi untuk melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan
40

yang dirasakan, atau dengan kata lain faktor ini berhubungan dengan motivasi

individu atau kelompok untuk bertindak atas perilaku tertentu.

Secara umum, dapat dikatakan faktor predisposisi sebagai pertimbangan-

pertimbangan personal dari suatu individu atau kelompok yang memengaruhi

terjadinya suatu perilaku. Pertimbangan tersebut dapat mendukung atau menghambat

terjadinya perilaku. Yang termasuk dalam kelompok faktor predisposisi adalah

pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, persepsi,beberapa karakteristik individu,

misalnya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seorang

terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera dan sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan

yang dimiliki oleh individu merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk

mencari dan meminta upaya pelayanan kesehatan. Dinyatakan pula bahwa semakin

tinggi pengetahuan individu tentang akibat yang ditimbulkan oleh suatu penyakit,

maka semakin tinggi upaya pencegahan yang dilakukan. Pengetahuan sangat erat

hubunganya dengan pendidikan, di mana dengan pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut semakin luas pula pengetahuannya.

Persepsi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk

menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang berarti

dan gambaran yang logis. Persepsi adalah identifikasi dan interpretasi awal dari suatu

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra.

Berdasarkan pengertian persepsi tersebut maka pengertian persepsi secara

umum adalah proses menerima, mengatur dan menginterpretasikan stimulus menjadi

suatu gambaran yang logis dan menjadi sesuatu yang berarti.


41

Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang

dalam berpikir dan bekerja. Faktor umur sangat memengaruhi permintaan konsumen

terhadap pelayanan kesehatan preventif dan kuratif.

Pendidikan memberikan pengaruh besar pada perilaku masyarakat. Rendahnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, dapat

mengakibatkan penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat sering sulit

terdeteksi. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan dan sekolah merupakan sarana

yang baik bagi pendidikan kesehatan serta merupakan perpanjangan tangan

pendidikan kesehatan bagi keluarga. Oleh karena itu lingkungan sekolah, baik

lingkungan fisik atau lingkungan sosial yang sehat, akan sangat memengaruhi

terhadap perilaku sehat seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah menerima informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang

dimiliki.

Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupan pribadi maupun keluarga. Berbagai hasil penelitian menunjukkan

hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan maupun upaya pencegahan. Seseorang mungkin tidak menjaga kualitas

kesehatannya karena keterbatasan biaya. Pola hubungan yang biasa terjadi, semakin

tinggi penghasilan seseorang maka semakin tinggi pula upaya pencegahan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Keyakinan adalah suatu bagian dari faktor predisposisi atau sering disebut

sebagai faktor yang berkaitan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk

melakukan segala tindakan, berdasar asumsi-asumsi tentang perubahan perilaku.


42

b. Faktor pemungkin

Faktor pemungkin atau enabling factors yaitu faktor yang memungkinkan untuk

terjadinya perilaku tertentu atau menungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang

termasuk dalam kelompok faktor pemungkin tersebut, adalah:

1) Ketersediaan pelayanan kesehatan

2) Aksesibilitas dan kemudahan pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun

biaya dan sosial.

3) Adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang

perilaku tertentu tersebut.

Faktor pemungkin, seringkali merupakan kondisi dari lingkungan,

memfasilitasi dilakukannya suatu tindakan oleh individu atau organisasi. Juga

termasuk kondisi yang berlaku sebagai hambatan dari tindakan itu, seperti ketiadaan

sarana transportasi yang menghambat partisipasi seseorang dalam program kesehatan.

Faktor pemungkin juga meliputi keterampilan baru yang diperlukan seseorang,

organisasi atau masyarakat untuk membuat suatu perubahan perilaku atau

lingkungan. Faktor pemungkin menjadi target antara dari intervensi program pada

masyarakat atau organisasi. Terdiri dari sumber daya dan keterampilan baru untuk

membuat suatu tindakan kesehatan dan tindakan organisasi yang dibutuhkan untuk

merubah lingkungan. Sumber daya berupa organisasi dan aksesibilitas fasilitas

pelayanan kesehatan, petugas, sekolah, klinik atau sumber daya sejenis.

c. Faktor penguat

Faktor penguat atau reinforcing factors yaitu faktor yang memperkuat atas

terjadinya suatu perilaku tertentu. Faktor penguat merupakan konsekuensi dari

tindakan yang menentukan apakah pelaku menerima umpan balik positif dan akan
43

mendapat dukungan sosial. Kelompok faktor penguat meliputi pendapat, dukungan

sosial, pengaruh teman, kritik baik dari teman-teman sekerja atau lingkungan bahkan

juga saran dan umpan balik dari petugas kesehatan.

Faktor ini juga meliputi konsekuensi fisik dari perilaku, yang mungkin terpisah

dari konteks sosial. Sebagai contoh adalah perasaan nyaman (atau sakit) yang

disebabkan oleh latihan fisik. Keuntungan sosial (contoh:pengakuan dari orang lain),

keuntungan fisik (contoh: kenyamanan), penghargaan yang dapat diukur (contoh:

keuntungan ekonomi, bebas biaya), dan penghargaan imajinatif (contoh:

penghormatan dari orang lain, hubungan dengan orang terhormat yang mempunyai

perilaku yang sama) semuanya memperkuat perilaku. Faktor penguat juga meliputi

konsekuensi yang berlawanan atau hukuman, yang dapat membawa pada perilaku

yang positif.

Beberapa faktor penguat yang memberikan penguatan sosial dapat menjadi

faktor pemungkin jika berubah menjadi dukungan sosial, seperti bantuan keuangan

atau bantuan transport. Penguatan dapat bersifat imajinatif, seperti meniru suatu

perilaku sesudah tertarik dengan seseorang dalam suatu iklan televisi yang terlihat

sangat menikmati perilaku tersebut. Penguatan bersifat positif atau sebaliknya

tergantung pada sikap dan perilaku orang-orang yang terkait, dan beberapa di

antaranya mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku. Dukungan sosial

atau masyarakat dapat mendorong tindakan individu untuk bekerja sama atau

bergabung dengan kelompok yang membuat perubahan.


44

4. Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan MKJP

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan

dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Rahayu, dkk tahun 2017 tentang faktor-faktor

penyebab rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang didapatkan

bahwa pengetahuan yang dimaksud adalah pemahaman PUS tentang MKJP dengan

indikator pengertian KB, tujuan KB, pengertian alat kontrasepsi, efektivitas,

keuntungan dan penggunaan macam-macam MKJP seperti susuk KB/implant, IUD

dan Metode Operasi Wanita (MOW) yang diukur menggunakan kuesioner dengan

memberikan skor pada setiap jawaban responden.

b. Dukungan suami

Dukungan suami berperan besar dalam pengembalian keputusan istri untuk

menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi. Penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Mahmudah dkk tahun 2015 tentang analisis faktor yang

berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan suami dengan

penggunaan MKJP. Suami memiliki peran penting dalam setiap tahapan

pengambilan keputusan dikeluarga. Bentuk dukungan yang diberikan suami dapat

berupa mengingatkan untuk mengontrol alat kontrasepsi, memberikan kepedulian


45

atau perhatian untuk mengantar pasangannya ke pelayanan KB, serta memberikan

persetujuan dan dana atas alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangannya.

Berdasarkan hasil penelitian Rahayu, dkk tahun 2017 tentang faktor-faktor

penyebab rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang didapatkan

bahwa dukungan suami, adalah peranan suami dalam memutuskan penggunaan alat

kontrasepsi serta anjuran dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi, jenis alat

kontrasepsi, bentuk dukungan dari suami serta saran terhadap penggunaan KB

MKJP.

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan
b. Persepsi
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Keyakinan
f. Nilai-nilai

Faktor Pemungkin
a. Tersedia sarana kesehatan
b. Akses sarana kesehatan Perilaku
c. Masyarakat atau pemerintah
Kesehatan
terhadap kesehatan

Faktor Penguat
a. Keluarga (dukungan
suami)
b. Teman sebaya
c. Pengalaman
d. Petugas kesehatan
Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007)

Keterangan : Bold (dihitamkan) variable yang diteliti.


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini berdasarkan teori L Green dalam

Notoatmodjo (2007:56) tentang perilaku kesehatan berhubungan dengan faktor

predisposisi (pengetahuan, persepsi, pendidikan, pekerjaan, keyakinan, nilai – nilai),

faktor pemungkin (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana

kesehatan, akses sarana kesehatan dan masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan)

dan faktor penguat (dukungan suami, teman sebaya, pengalaman dan peran petugas

kesehatan). Pada penelitian ini, penulis tidak meneliti tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana kesehatan, akses sarana kesehatan, dan masyarakat

atau pemerintah terhadap kesehatan hal ini disebabkan karena faktor tersebut merupakan

faktor yang tidak bermasalah dilokasi penelitian.

Pada penelitian ini peneliti memilih aspek pengetahuan dan dukungan suami

karena variabel ini memungkinkan untuk diteliti. Hal inilah yang membuat peneliti

tertarik meneliti faktor pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan MKJP

sebagai aspek pilihan untuk diteliti. Selain itu juga, penulis tidak memilih aspek lain. Hal

ini dikarenakan waktu untuk menyelesaikan penelitian ini terbatas waktu.

Aspek pada penelitian ini adalah, pengetahuan dan dukungan suami. Kerangka

konsep pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

46
47

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Pengetahuan
Penggunaan
MKJP

Dukungan Suami

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara/alat/skala/hasil ukur


1. Pengguna Responden Cara : Pengisian Kuesioner
MKJP menggunakan alat Alat : Kuesioner
kontrasepsi jangka Skala : Nominal
panjang seperti IUD, Hasil Ukur :
MOP, MOW, dan 0. Non MKJP
IMPLANT 1. MKJP
2. Pengetahuan Pemahaman responden Cara : Pengisian Kuesioner
mengenai jenis alat Alat : Kuesioner
kontrasepsi MKJP, Skala : Ordinal
penggunaan dan efek Hasil Ukur :
penggunaan alat 1. Kurang jika < 56%
kontrasepsi MKJP 2. Cukup jika ≥ 56-75%.
diukur dengan 3. Baik ≥ 76-100%.
pertanyaan terkait jenis
MKJP, jarak kelahiran,
implan, IUD, MOW,
dan MOP
3. Dukungan Tindakan suami kepada Cara : Pengisian Kuesioner
Suami istri terkait metode Alat : Kuesioner
kontrasepsi yang Skala : Nominal
digunakan oleh istrinya Hasil Ukur :
diukur dengan 0. Tidak Mendukung jika <
pertanyaan. median (<6.00)
1. Mendukung jika ≥ median
(>6.00)
48

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1. Ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten

Muaro Jambi

2. Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2007:83)

desain cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel bebas dan tergantung hanya satu kali pada satu saat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

penggunaan MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi dan waktu

penelitian mulai dari Mei 2023 - Agustus 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Ariani (2014: 62) Populasi merupakan keseluruhan objek dalam suatu

penelitian yang akan dikaji karakteristik nya. Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

dalam penelitian ini adalah 177 orang akseptor KB aktif Puskesmas Tanjung

Kabupaten Muaro Jambi

49
50

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2019: 81) dengan demikian sampel adalah sebagian dari populasi

yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan populasinya

sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi . Sampel pada penelitian ini dihitung

menggunakan formula lameshow

a. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi dan sampel dihitung menggunakan rumus

Slovin :

N
n=
1 + N (d2)

Keterangan :

N = Besar populasi (177)

n = Besar sampel

d = tingkat ketepatan yang diinginkan

n = 177
1 + 177 (0,1)2

n = 177
1 + 177 (0.01)

n = 177
1 + 1,77

n = 177
2,77

n = 63,89 = 64 Responden
Jadi jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 64 responden.
51

b. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan random

sampling yaitu dengan cara pengambilan sampel secara random atau acak, dan

sampel yang diperoleh disebut sampel random.

c. Kriteria Sampel

Kriteria penelitian dalam penelitaian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a) PUS (15 ─ 49 tahun)

b) Sudah menikah

c) Pengguna kontrasepsi

d) Tinggal di wilayah PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

2. Kriteria Eksklusi

a) Pasangan Usia Subur yang tidak bersedia menjadi responden

D. Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah berasal dari data primer.

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner kepada responden dan diisi langsung oleh responden.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti tanpa melakukan

kegiatan pengukuran langsung. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari

Dinkes Kabupaten Muaro Jambi dan PMB.


52

2. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar

kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan dan dukungan suami dengan

penggunaan MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi.

3. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh

responden yang melakukan kunjungan di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

tahun 2023.

E. Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, data diolah menggunakan komputer, yaitu

dengan memakai perangkat lunak statistik pengolahan data dengan langkah-langkah

sebagi berikut:

1. Editing

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner. Pada tahapan ini untuk mengecek apakah data yang

dikumpulkan sudah dirasakan lengkap / valid atau belum. Pada proses ini dilakukan

pemeriksaan untuk melihat kelengkapan data yang diperoleh pada lembar observasi

berdasarkan hasil pengukuran faktor – faktor yang berhubungan dengan penggunaan

MKJP.

2. Coding

Data yang telah dikumpulkan di klasifikasikan dan diberi kode dalam bentuk

angka untuk masing - masing pertanyaan sesuai dengan tujuannya yaitu untuk

mempermudah dala melakukan entry data.


53

a. Pengetahuan. Jika menjawab “Ya” diberi kode 1 dan jika menjawab “ Tidak” diberi

kode 0.

b. Dukungan Suami. Jika menjawab “Ya” diberi kode 1 dan jika menjawab “ Tidak”

diberi kode 0.

3. Scoring

Skoring dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan

kuesioner.

a. Pengetahuan: Baik, jika skor ≥ 76-100%. Cukup, jika skor ≥ 56-75%. Kurang, jika

skor < 56%

b. Dukungan suami: Mendukung, jika skor ≥ median. Tidak medukung jika skor <

median

4. Entry Data (Processing)

Entry data (processing) yaitu jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau “software”

computer. Seluruh data yang telah di-coding sesuai definisi operasional pada Bab 3

(tiga) siap diolah dimasukkan kedalam software program komputer aplikasi pengolah

data. Selama proses entry data diperlukan ketelitian dalam melakukannya agar tidak

terjadi bias.

5. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya.

Seluruh data yang telah di entry ke dalam software spss perlu dilakukan

pengecekkan ulang untuk mengetahui apakah ada kesalahan kode dan


54

ketidaklengkapan data. Setelah itu akan dilakukan pembetulan dari data yang salah.

Pembersihan data ini untuk mengetahui data yang hilang, variasi data dan konsistensi

data. Kesalahan dapat terjadi pada saat entry data maupun saat coding serta

transformasi data. Cleaning data dapat dilakukan dengan cara melihat frekuensi dari

variabel-variabel dan melihat kategorinya. Setelah data dikoreksi dan diperbaiki

semuanya, analisis data siap dilaksanakan.

F. Analisis Data

Analisis data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap menurut

Notoatmodjo (2017: 87) antara lain:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian sehingga diperoleh gambaran distribusi variabel

dependen dan variabel independen, sesuai dengan tujuan penelitian. Data kategorik

dianalisis untuk mengetahui proporsi dari masing-masing variabel, sedangkan data

numerik dianalisis untuk mengetahui ukuran tengah variabel. Selanjutnya data

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan interpretasi

tertentu.

2. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut di atas, hasilnya akan

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis

bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang di duga

berhubungan atau berkolerasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Uji chi Square.


BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Kualitas Data

Penelitian ini bersumber dari data primer yang diperoleh dari kegiatan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan tentang pengguna MKJP dengan responden

sebanyak 64 responden di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi tahun 2023. Desain

penelitian ini dengan metode cross sectional, dimana awal mula penelitian ini responden

diberikan kuesioner terlebih dahulu untuk mengetahui gambaran dan hubungan

penggunaan MKJP sehingga dapat mengetahui apakah terdapat hubungan antara

dukungan suami dan pengetahuan ibu dalam penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsei

Jangka Panjang).

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli 2023. Penelitian ini

dilakukan oleh peneliti sendiri. Hasil pengolahan data dikelompokkan sesuai dengan

kelompok dan variabel yang telah ditentukan dan dianalisis menggunakan analisis

univariat dan bivariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel dan

kolerasi antara variabel dependen dan independen.

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran Pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun

2023

Berikut gambaran pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

55
56

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengguna MKJP di PMB Zubaidah
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023
n=64

No Kontrasepsi Frekuensi %
1 MKJP 29 45.7
2 Non MKJP 35 54.3
Jumlah 64 100.0
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden memilih

kontrasepsi Non MKJP sebanyak 35 orang (54.3) dan sebanyak 29 orang (45.7%) memilih

menggunakan MKJP.

2. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023

Gambaran pengetahuan ibu tentang MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro

Jambi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang MKJP di
PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023
n=64

No Pengetahuan Ibu
Pernyataan Tahu % Tidak %
Tahu
1 Jenis alat KB yang memiliki efektivitas tinggi 46 71.9 18 28.1
dalam mencegah atau menunda kehamilan dengan
rentang waktu yang cukup lama adalah
2 Apa yang disebut dengan MKJP 41 64.1 23 35.9
3 Alat KB yang pemasangannya dibawah kulit bagian 64 100.0 0 100.0
atas lengan kiri adalah
4 Indikasi penggunaan kontrasepsi implan yaitu 23 35.9 41 64.1
5 Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi implan 35 54.7 29 45.3
yaitu
6 Keuntungan AKBK/IMPLANT 31 48.4 33 51.6
7 Efek samping yang biasanya muncul saat sedang 39 60.9 25 39.1
menggunakan KB IMPLAN adalah
8 Apa yang ibu ketahui tentang KB IUD 58 90.6 6 9.4
57

9 Lokasi pemasangan IUD adalah 60 93.8 4 6.3


10 Indikasi penggunaan kontrasepsi IUD yaitu 40 62.5 24 37.5
11 Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi IUD yaitu 54 84.4 10 15.6
12 Efek samping yang biasanya muncul saat sedang 54 84.4 10 15.6
menggunakan KB IUD adalah
13 Pernyataan yang sesuai dengan metode steril pada 46 71.9 18 28.1
wanita adalah
14 Indikasi metode steril pada wanita yaitu 64 100.0 0 100.0
15 Kontraindikasi metode steril pada wanita yaitu 59 92.2 5 7.8
16 Keuntungan metode steril pada wanita yaitu 46 71.9 18 28.1
17 Pernyataan yang sesuai dengan metode steril pada 34 53.1 30 46.9
laki-laki
18 indikasi metode steril pada laki-laki yaitu 9 14.1 55 85.9
19 Efektivitas metode steril pada laki-laki adalah 8 12.5 56 87.5
20 Keterbatasan metode steril pada laki-laki 14 21.9 50 87.5

Dari Tabel 5.2 tentang distribusi kategori frekuensi pengetahuan ibu tentang MKJP

diatas pada pertanyaan no. 4 sebagian besar telah banyak mengetahui apa yang disebut dengan

MKJP sebanyak 41 orang (64.1%). Dan no. 3 ibu telah mengetahui tentang KB yang di

pasang di bawah kulit yaitu sebanyak 64 orang (100.0%) dan sebagian besar ibu belum

banyak mengetahui efektivitas metode steril sebanyak 56 oranng (87.5%).

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu Tentang MKJP di
PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023
n=64

No Pengetahuan Ibu Frekuensi %


1 Baik 15 23.4
2 Cukup 20 31.3
3 Kurang 29 45.3
Jumlah 64 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat ditunjukkan bahwa pengetahuan responden

tentang MKJP baik sebanyak 15 orang (23.4%) , pengetahuan responden tentang MKJP

cukup sebanyak 20 orang (31,3%), dan ibu yang memiliki pengetahuan MKJP dengan

kategori kurang sebanyak 29 orang (45.3%).


58

3. Gambaran Dukungan Suami Tentang Penggunaan MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

Gambaran dukungan suami tentang penggunaan MKJP di PMB Zubaidah

Kabupetn Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Suami tentang Pengguna
MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023
n=64

No Dukungan Suami Ya % Tidak %


1 Suami ikut serta mendengarkan penjelasan KB dari 34 53.1 30 46.9
petugas kesehatan
2 Suami lebih senang jika ibu menggunakan MKJP 34 53.1 30 46.9
3 Suami memberikan pujian kepada ibu jika ibu 34 53.1 30 46.9
bersedia menggunakan MKJP
4 Suami menyediakan waktu dan fasilitas jika ibu 34 53.1 30 46.9
pergi ke petugas kesehtan untuk menggunakan KB
5 Suami bersedia mengantar ke petugas kesehatan 34 53.1 30 46.9
untuk konsultasi tentang KB
6 Suami bersedia memberikan biaya untuk 34 53.1 30 46.9
penggunaan KB
7 Suami peduli dengan perubahan fisik saya selama 34 53.1 30 46.9

8 Suami mendukung saya untuk memakai MKJP 34 53.1 30 46.9


9 Suami membantu saya dalam pengambilan 34 53.1 30 46.9
keputusan tentang jenis KB yang saya gunakan
10 Suami mengingatkan saya jadwal penggunaan KB 34 53.1 30 46.9

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari pertanyaan 1-10 menunjukkan sebanyak 34 orang

suami responden yang mengatakan ya pada kuesioner tersebut dan sebanyak 30 orang yang

mengatakan tidak untuk pada kuesioner 1-10 tersebut.


59

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Kategori Dukungan Suami tentang Pengguna
MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023
n=64

No Dukungan Suami Frekuensi %


1 Tidak Mendukung 30 46.9
2 Mendukung 34 53.1
Jumlah 64 100.0
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian responden suami mendukung

penggunaan MKJP sebanyak 34 orang (53.1%) dan sebanyak 30 orang (46.9%) suami tidak

mendukung.

4. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penggunaan MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Penggunaan MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pengguna MKJP di
PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023
n=64

MKJP Non MKJP Total


P Value
f % f % f %
Pengetahuan
Baik 15 100 0 0.0 15 100
Ibu
Cukup 14 70 6 30 20 100 0,001
Kurang 0 0.0 29 100 29 100
Jumlah 29 45.3 35 54.7 64 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 melalui uji Chi-Square didapatkan hasil p-value 0,001 dimana ≤

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pengguna

MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023.


60

5. Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan MKJP di PMB Zubaidah

Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5
Hubungan Dukungan Suami Dengan Pengguna MKJP di
PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023
n=64

MKJP Non MKJP Total


P Value
F % f % f %
Dukungan
Mendukung 29 85.3 5 14.7 34 100
Suami
Tidak Mendukung 0 0.0 30 100 30 100 0,001
Jumlah 29 45.3 35 54.7 64 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 melalui uji Chi-Square didapatkan hasil p-value 0,001 dimana ≤

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan suami dengan pengguna

MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023.


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pengambilan data menggunakan kuesioner, sehingga data yang diperoleh sangat

tergantung dari kejujuran responden dalam setiap menjawab pertanyaan yang sudah

disediakan dalam kuesioner. Variabel yang diteliti yaitu pengetahuan dan dukungan suami

dalam penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsei Jangka Panjang).

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran Pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun

2023

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap 64 responden

diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi Non MKJP

54.3% responden dan sebanyak 45.7% responden memilih menggunakan MKJP.

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan kontrasepsi yang dapat

di pakai dalam jangka waktu lama lebih dari dua tahun serta dalam penggunaannya

mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan

angka kegagalan rendah (Indahwati, dkk, 2017: 10).

Berdasarkan Profil Indonesia (2021: 124) MKJP merupakan kontrasepsi yang

dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk

tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri

kehamilan pada PUS yang sudah tidak ingin menambah anak lagi. Alat/obat/cara KB

yang termasuk MKJP yaitu IUD/AKDR, Implan, MOP, dan MOW.

62
63

Selain itu, MKJP lebih rasional dan mempunyai efek samping sedikit. Secara

umum MKJP memiliki beberapa manfaat yaitu efektif mencegah kehamilan hingga

99%, jangka waktu pemakaian lebih lama, biaya terjangkau, tidak mempengaruhi

produksi Air Susu Ibu (ASI), tidak ada perubahan fungsi seksual, merencanakan

kehamilan dan masa depan anak, dan mencegah risiko kematian ibu saat melahirkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil responden menggunakan

kontrasepsi MKJP. Menurut peneliti bahwa pengguna MKJP masih sangat rendah di

PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi dikarenakan pengetahuan atau pemikiran

masyarakat yang kurang mengerti tentang pemakaian MKJP.

2. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian, Gambaran Pengetahuan responden tentang MKJP

menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang MKJP baik sebanyak 23.4%

responden. Pengetahuan responden tentang MKJP cukup sebanyak 31,3% responden,

dan ibu yang memiliki pengetahuan MKJP dengan kategori kurang sebanyak 45.3%

responden.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seorang

terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera dan sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan

yang dimiliki oleh individu merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk

mencari dan meminta upaya pelayanan kesehatan. Dinyatakan pula bahwa semakin

tinggi pengetahuan individu tentang akibat yang ditimbulkan oleh suatu penyakit,

maka semakin tinggi upaya pencegahan yang dilakukan (Notoadmojo, 2007: 178).
64

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulizar, dkk tahun 2022 tentang

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi PUS dalam metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) didapatkan hasil bahwa pengatahuan PUS berpengaruh

terhadap keikutsertaan MKJP. Responden yang menggunakan MKJP lebih banyak

pada responden yang berpengetahuan baik, sedangkan yang non MKJP lebih banyak

pada responden yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan yang dimaksud adalah

pengetahuan responden tentang penggunaan MKJP terutama manfaatnya dalam

mencegah kehamilan, efek samping alat kontrasepsi, dan lain-lain. PUS yang

berpengetahuan baik akan muncul kesadaran dan niat untuk menggunakan alat

kontrasepsi yang aman dan berkualitas, sesuai dengan kondisi tubuh ibu sehingga akan

meminimalisir efek samping setelah melalui konseling dengan tenaga kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan responden tentang

MKJP kurang. Menurut peneliti bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh yang cukup

kuat dengan pemilihan alat kontrasepsi MKJP, karena orang yang memiliki

pengetahuan baik terkait MKJP memiliki kecenderungan mau memanfaatkan MKJP.

Tingkat pengetahuan yang baik maka diharapkan responden telah mengerti hal-hal

yang menyangkut efek samping dalam penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang

sehingga tidak perlu khawatir lagi akan mengganggu hubungan seks. Pendapat diatas

juga diperkuat lagi dimana semakin kurang pengetahuan responden tentang kontrasepsi

jangka panjang, semakin rendah pula penggunaan kontrasepsi jangka panjang

dibandingkan responden dengan pengetahuan baik.


65

3. Gambaran Dukungan Suami Tentang MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan

suami tentang pengguna MKJP mendukung sebanyak 53,1% responden dan sebagian

kecil tidak mendukung sebanyak 46.9% responden.

Berdasarkan hasil penelitian Rahayu, dkk tahun 2017 tentang faktor-faktor

penyebab rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang didapatkan

bahwa dukungan suami, adalah peranan suami dalam memutuskan penggunaan alat

kontrasepsi serta anjuran dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi, jenis alat

kontrasepsi, serta saran terhadap penggunaan KB MKJP.

Sejalan dengan penelitian Rosa dan Rahayu tahun 2023 tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang

pada PUS didapatkan hasil bahwa dukungan pasangan merupakan dorongan yang

diberikan oleh suami berupa dukungan moril dan materil. Dukungan membuat

keluarga mampu melaksanakan fungsinya, karena anggota keluarga memang

seharusnya saling memberikan dukungan dan saling memperhatikan keadaan dan

kebutuhan kesehatan istri. Dalam keluarga suami mempunyai peranan sebagai kepala

keluarga yang mempunyai peranan penting dan mempunyai hak untuk mendukung apa

yang dilakukan istri.

Menurut peneliti dukungan dari pasangan dalam penggunaan kontrasepsi sangat

diperlukan karena tanpa adanya dukungan dari suami rasa nyaman untuk menggunakan

kontrasepsi tidak akan didapatkan, dalam memilih metode kontrasepsi pasangan suami

istri membicarakan atau mempertimbangkan secara bersama-sama untuk memilih


66

metode kontrasepsi, memperhatikan tanda-tanda bahaya penggunaan kontrasepsi dan

menanggung biaya untuk penggunaan kontrasepsi.

4. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian melalui uji Chi-Square didapatkan hasil p-value

0,001 dimana ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

pengetahuan ibu dengan pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2023, yang berarti semakin kurang pengetahuan responden tentang kontrasepsi

jangka panjang, semakin rendah pula penggunaan kontrasepsi jangka panjang

dibandingkan responden dengan pengetahuan baik.

Hasil penelitian ini sama dengan yang ditemukan pada penelitian Suryanti tahun

2019 dengan p-value (0,000) < 0,05 yaitu ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan tentang MKJP dengan pengguna MKJP.

Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyarni

tahun 2018 didapatkan dari uji Chi Square ada hubungan pengetahuan responden

tentang KB MKJP dengan pengguna KB MKJP didapatkan nilai p-value 0,001 atau <

0,05. Ada hubungannya dengan pengetahuan baik, cukup maupun kurang dari

responden tentang penggunaan KB MKJP tetapi responden ada yang tidak memakai

KB MKJP tersebut karena kurang pahamnya responden tentang KB khususnya KB

MKJP secara mendalam.

Menurut peneliti pengetahuan akseptor sangat erat kaitannya terhadap pemilihan

alat kontrasepsi, karena dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap metode

kontrasepsi tentu akan merubah cara pandang akseptor dalam menentukan kontrasepsi

yang paling sesuai dan efektif digunakan sehingga membuat pengguna MKJP lebih
67

nyaman terhadap kontrasepsi tersebut. Pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi

dapat menghindari kesalahan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai bagi

pengguna itu sendiri.

5. Hubungan Dukungan Suami Dengan MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian melalui uji Chi-Square didapatkan hasil p-value

0,001 dimana ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan

suami dengan pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun

2023.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryanti tahun 2019 tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan pengguna MKJP didapatkan hasil uji

menunjukkan nilai signifikan dengan p-value 0,000 (< 0,05) maka disimpulkan

terdapat hubungan yang signifikan partisipasi suami dengan pengguna MKJP. Hal ini

juga sejalan dengan penelitian Rosa dan Rahayu tahun 2023 tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang pada

PUS didapatkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa ada hubungan

antara dukungan pasangan dengan rendahnya pengguna MKJP dengan p-value 0,006.

Dukungan suami berperan besar dalam pengembalian keputusan istri untuk

menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi. Penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Mahmudah dkk tahun 2015 tentang analisis faktor yang berhubungan

dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP.

Suami memiliki peran penting dalam setiap tahapan pengambilan keputusan

dikeluarga. Bentuk dukungan yang diberikan suami dapat berupa mengingatkan untuk
68

mengontrol alat kontrasepsi, memberikan kepedulian atau perhatian untuk mengantar

pasangannya ke pelayanan KB, serta memberikan persetujuan dan dana atas alat

kontrasepsi yang digunakan oleh pasangannya.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dukungan suami terhadap

pengguna MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023. Menurut

peneliti bahwa dukungan suami dapat diartikan sebagai sikap-sikap penuh pengertian

yang ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang positif, memberikan dukungan

emosional terhadap pekerjaan istrinya. Suami adalah orang yang utama dan pertama

memberikan dorongan kepada istri tentang penggunaan alat kontrasepsi.


BAB VII
KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan tentang pengguna

MKJP di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023 dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sebagian responden memilih kontrasepsi Non MKJP

2. Sebagian besar pengetahuan responden kurang tentang MKJP

3. Sebagian besar responden suami mendukung penggunaan MKJP

4. Adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pengguna MKJP dengan

p-value 0,001 di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

5. Adanya hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pengguna MKJP

dengan p-value 0,001 di PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

B. Saran

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

Pihak institusi sebaiknya memperbanyak literatur tentang metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) sehingga memudahkan mahasiswi dalam menyusun tugas

akhir dan dijadikan salah satu referensi di perpustakaan Poletkkes Kemenkes Jambi.

2. Bagi PMB Zubaidah Kabupaten Muaro Jambi

Tenaga Kesehatan dapat bekerjasama dengan dinas kesehatan dan BKKBN untuk

memberikan penyuluhan secara rutin tentang KB khususnya metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) kepada PUS di Kabupaten Muaro Jambi.

69
70

3. Bagi Peneliti Lain.

Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

pengguna metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan variabel dan desain

penelitian yang berbeda.


71

DAFTAR PUSTAKA
Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H, 2014
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Ed. 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta

Ariani, A. P., 2014


Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Kesehatan Reproduksi. Nuha Medika.
Yogyakarta

Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jambi 2017. Data KB aktif dan
KB baru tahun 2017. Jambi

Cunningham, 2014
Obsetri William, Ed. 23 Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta: xiv + 738
hlm.

Dewi dan Notobroto, 2014


Rendahnya Keikutsertaan Penggunaan Kontrasepsi Jangka
Panjang Pada Pasangan Usia Subur. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 3. (1) 66-72

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2020


Data Peserta KB aktif tahun 2020. Muaro Jambi

Dinas Kesehatan Muaro Jambi, 2022


Data Peserta KB aktif MKJP tahun 2022. Muaro Jambi

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Jambi, 2019


Pengendalian Lapangan Pelayanan Kontrasepsi 2019. Jambi

Handayani, 2010
Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama. Yogyakarta

Indahwati, L., et. All, 2017


Usia dan Pengalaman KB Berhubungan dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi. Journal Of Issues in Midwifery, 1. (2). 9-18

Mahmudah, L dan Fitri, I., 2015


Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB Wanita Di Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang. Unnes Journal of Public Health. (2): 76-78

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007


Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta: xix + 243 hlm
72

Ratu Matahari, dkk, 2018


Buku Ajar Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Ilmu. Yogyakarta

Rosa Riya dan Rahayu, 2023


Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur. Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi (JABJ). 12 (1): 91-98

Setiyaningrum, Erna, 2016


Pelayanan Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. CV:
Trans Info Media, Jakarta

Sugiyono, 2019
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alphabet. Bandung

Suryanti, Y,. 2019


Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang Wanita Usia Subur. Jambura Journak of Health Sciences and
Research. 1 (1)

Teffera, AS dan Wondifraw, AA, 2015


Determinants of long acting contracepting use among reproductive age women in
Ethiopia. Science Journal Of Public Health. 3. (1) 143-149

Widyarni, A., 2018


Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Penggunaan KB Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Paramasan
Kabupaten Banjar, Martapura. Journal of Midwifery and Reproduction. 2 (1),
1

Wijayanegara, 2017
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. CV Trans Info Media.
Jakarta Timur

Yulizar, 2022
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi PUS
Dalam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 6. (1) 113-124
73

Anda mungkin juga menyukai